Presentasi Kasus Apendisitis
Presentasi Kasus Apendisitis
Apendisitis
Disusun Oleh :
Pembimbing :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan YME, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas presentasi kasus yang berjudul Apendisitis.
Meskipun banyak hambatan yang penulis alami dalam proses pengerjaannya, tapi penulis
berhasil menyelesaikan presentasi kasus ini.
Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada pembimbing yang telah membantu
dan membimbing penulis dalam mengerjakan presentasi kasus ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik
langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan presentasi kasus ini.
Tentunya ada hal-hal yang ingin penulis berikan kepada masyarakat dari hasil
presentasi kasus ini. Karena itu penulis berharap semoga presentasi kasus ini dapat menjadi
sesuatu yang berguna bagi kita bersama.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun presentasi kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya presentasi kasus ini. Penulis berharap semoga presentasi
kasus ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
2
LEMBAR PENGESAHAN PRESENTASI KASUS
Apendisitis
Disusun Oleh
FK : YARSI
NPM : 1102012176
Pembimbing
3
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL..........................................................................................iv
DAFTAR BAGAN.........................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
4
DAFTAR TABEL
5
DAFTAR GAMBAR
6
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Apendisitis.......................................................................................12
7
BAB I
PENDAHULUAN
Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada bagian dalam dari appendix
vermiformis yang menyebar ke bagian lain organ tersebut. Meskipun telah berkembangnya
diagnostik dan terapeutik dalam kedokteran, appendisitis merupakan keadaan emergensi dan
salah satu penyebab tersering dari nyeri akut abdomen.1
Insidens apendisitis akut di negara maju lebih tinggi daripada negara berkembang.
Namun, dalam tiga-empat dasawarsa terakhir kejadiannya menurun secara bermakna. Hal ini
diduga disebabkan oleh meningkatnya penggunaan makanan berserat dalam menu sehari-
hari. Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur. Insiden tertinggi pada kelompok umur
20 - 30 tahun, dengan insidensi lebih tinggi pada lelaki lebih tinggi.2
Bila diagnosis klinis sudah jelas, tindakan yang paling tepat dan satu-satunya pilihan
yang baik adalah apendektomi. Apendektomi bisa dilakukan secara terbuka atau dengan
laparoskopi.2 Keterlambatan diagnosis dan terapi dapat meningkatkan angka morbiditas dan
mortalitas pada penderita apendisitis.1
8
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. E F Y
Usia : 55 Tahun
Alamat : Panca warga I RT 5/3 cipinang besar, Jatinegara
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Status : Menikah
B. ANAMNESIS
Diambil secara autoanamnesis pada 16 Januari 2017
Keluhan utama
Nyeri pada perut kanan bawah sejak 1 hari SMRS
9
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :
Frekuensi Nadi : 77 x/menit
Frekuensi Pernapasan : 20 x/menit
Tekanan Darah : 122/69 mmHg
Suhu : 37,8 C
Kepala : Normosefal
Mata : Konjungtiva pucat (-), sklera ikterik (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Mulut : Mukosa lembab, tidak sianosis
THT : Normotia, sekret (-), deviasi septum nasi (-), faring tidak
hiperemis
Thoraks : Perkembangan dada simetris, retraksi (-)
Jantung : BJ I & II normal, murmur (-), gallop S3/S4 (-)
Paru : Suara nafas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Cembung, supel, NT (+) kanan bawah, tidak teraba massa, BU (+) normal,
Defans muskular (-), Rovsing sign (-), Blumberg sign (-).
Ekstremitas : CRT < 2 detik, edema tungkai (-), akral hangat
10
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium Klinik
Jenis Pemeriksaan 16/01/2017 Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Hemoglobin 13.6 13.0 - 18.0 g/dL
Hematokrit 42 40 - 52 %
Eritrosit 4.8 4.3 6.0 juta/L
Leukosit 17230 * 4,800 10,800 /L
Trombosit 153000 150,000 400,000 /L
MCV 88 80 96 fL
MCH 28 27 32 pg
MCHC 32 32 36 g/dL
FAAL HEMOSTASIS
KOAGULASI
WAKTU PROTROMBIN (PT)
Kontrol 11.6 Detik
Pasien 12.6 9.3 11.8 detik
APTT
Kontrol 34.4 Detik
Pasien
35.5 31 47 detik
KIMIA KLINIK
SGOT (AST) 17 < 35U/L
SGPT (ALT) 13 < 40 U/L
Ureum 21 20 50 mg/dL
Kreatinin 0.6 0.5 1.5 mg/dL
Glukosa Darah (Sewaktu) 133 < 140 mg/dL
Natrium (Na) 138 135 147 mmol/L
Kalium (K) 4.5 3.5 5.0 mmol/L
Klorida (Cl) 104 95 105 mmol/L
URINALISIS
Urin lengkap:
Warna Kuning Kuning
11
Kejernihan Jernih Jernih
Berat jenis 1.025 1.000- 1.030
pH
7.5 5.0 - 8.0
Protein
Glukosa -/Negatif Negatif
Keton -/Negatif Negatif
Darah
++/Pos 2 * Negatif
Bilirubin
-/Negatif Negatif
Urobilinogen -/Negatif Negatif
Nitrit
Leukosit esterase
0.1 0.1 1.0 mg/dL
Sedimen Urin:
-/Negatif Negatif
Leukosit
Eritrosit -/Negatif Negatif
Silinder
Epitel
2-1-2 < 5/LPB
Kristal
Lain-lain 0-1-0 < 2/LPB
-/Negatif Negatif / LPK
+/Positif 1 Positif
-/Negatif Negatif
-/Negatif
12
hilang timbul, nyeri semakin memberat apabila pasien berjalan. Nyeri berkurang apabila
pasien beristirahat ataupun minum obat anti nyeri. Mual (+), Muntah (+), Lemas (+), Demam
(+). Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang, GCS E4 M6 V5, TD
122/69 mmHg, HR 77 x/menit, RR 20 x/menit, Suhu 37,8 C. Dari status lokalis regio
abdomen terdapat nyeri tekan pada titik McBurney.
Dari pemeriksaan penunjang ditemukan Hb 13,6 g/dL, Ht 42 %, Leukosit 17230 /L,
Urinalisis didapatkan Keton +2. Dari foto toraks tampak kardiomegali dan elongasio aorta.
DIAGNOSA KERJA
Apendisitis akut
PENATALAKSANAAN
- Pro Laparoscopy appendectomy
- Ceftriaxone 2 x 1 gr IV
- Metronidazole 3 x 500 mg IV
- Ketorolac 3 x 30 mg IV
- Ranitidine 2 x 1 amp IV
13
FOLLOW UP
18/01/2017 08:00
S Nyeri pada luka bekas operasi VAS 1-2
O KU : tampak sakit ringan
GCS : E4 M6 V5
CVS : TD 120/70 mmHg
: HR 90 x/menit
: RR 20x/menit
: Suhu 36 C
14
(-)
Extr : Akral hangat, edema (-), CRT < 2s
A Post Laparocopy appendectomy + Adhesiolisis (H+2)
P Rawat jalan
- Cefixime 2 x 1 tab p.o
- Ultracet 3 x 1 tab p.o
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
15
Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada bagian dalam dari appendix
vermiformis yang menyebar ke bagian lain organ tersebut. Meskipun telah berkembangnya
diagnostik dan terapeutik dalam kedokteran, appendisitis merupakan keadaan emergensi dan
salah satu penyebab tersering dari nyeri akut abdomen.1
Gambar 1. Posisi apendiks. A. ileokolika; (1) cabang a. mesentrika superior, (2) ileum
terminale, (3) a. apendikularis yang terletak retriperitoneal, (4) a. apendikularis di dalam
mesoapendiks, (5) ujung apendiks agak ke kaudal, (6) apendiks terletak intra peritoneal, (7)
Sekum, (8) apendiks yang terletak retroperitoneal di belakang sekum, (9) pertemuan 3 tenia
menunjukkan pangkal apendiks.2
Persarafan parasimpatis pada apendiks berasal dari cabang nervus vagus yang
mengikuti arteri mesentrika superior dan arteri apendikularis, sedangkan persarafan simpatis
berasal dari bagian superior plexus mesentrikus (nervus torakalis X- Lumbal I). Oleh karena
itu, nyeri viseral pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus. Selain itu apendiks juga
mendapatkan pendarahan dari arteri apendikularis yang merupakan arteri tanpa kolateral. Jika
16
arteri ini tersumbat, misalnya karena trombosis pada infeksi, apendiks akan mengalami
gangren.2
2.3 Etiologi
2.4 Klasifikasi
Apendisitis akut. Apendisitis sering tampil dengan gejala khas berupa : nyeri samar-
samar dan tumpul di daerah epigastrium di sekitar umbilikus. Sering disertai mual dan
17
kadang muntah. Dalam beberapa jam, nyeri akan berpindah ke kanan bawah ke titik
McBurney dan nyerinya terasa lebih tajam.2
Apendisitis rekuren. Diagnosis apendisitis rekuren baru dapat dipikirkan jika ada
riwayat serangan nyeri berulang diperut kanan bawah yang mendorong dilakukannya
apendektomi, dan hasil patologinya menunjukan peradangan akut. Kelainan ini dapat terjadi
bila serangan apendisitis akut pertama kali sembuh secara spontan.2
Apendisitis kronik. Diagnosis apendisitis kronik dapat ditegakkan jika semua syarat
berikut terpenuhi: riwayat nyeri perut kanan bawah sejak lebih dari 2 minggu, terbukti terjadi
radang kronik apendiks baik secara makroskopik dan mikroskopik, dan keluhan menghilang
pasca apendektomi.2
Mukokel apendiks. Merupakan dilatasi kistik dari apendiks yang berisi musin akibat
adanya obstruksi kronik pangkal apendiks, biasanya berupa jaringan fibrosa. Jika isi lumen
steril, musin akan tertimbun tanpa infeksi. Penderita sering datang karena keluhan rasa tidak
enak pada perut kanan bawah. Kadang teraba massa memanjang di regio iliaka kanan.2
2.5 Epidemiologi
Insidens apendisitis akut di negara maju lebih tinggi daripada negara berkembang.
Namun, dalam tiga-empat dasawarsa terakhir kejadiannya menurun secara bermakna. Hal ini
diduga disebabkan oleh meningkatnya penggunaan makanan berserat dalam menu sehari-
hari. Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur. Insiden tertinggi pada kelompok umur
20 - 30 tahun, dengan insidensi lebih tinggi pada lelaki lebih tinggi.2
2.6 Patofisiologi
Pada 24-48 jam pertama patofisologi apendisitis dapat dimulai dari mukosa yang
kemudian akan melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks. Upaya pertahanan tubuh dalam
membatasi proses radang ini adalah dengan menutup apendiks menggunakan omentum, usus
halus, atau adneksa sehingga terbentuk massa periapendikuler yang terkadang disebut juga
sebagai infiltrat apendiks. Di dalamnya, dapat terjadi proses nekrosis jaringan yang berupa
abses dan dapat mengalami perforasi. Jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan
massa periapendikuler akan menjadi tenang dan berkurang secara lambat. Apendiks yang
pernah meradang tidak akan sembuh sempurna tetapi membentuk jaringan parut yang
melengket dengan jaringan sekitarnya.2
18
Adanya obstruksi pada proximal lumen apendix dan produksi sekresi dari mukosa
apendiks yang terus menerus akan menyebabkan terjadinya distensi dinding apendiks.
Distensi dari apendiks akan merangsang ujung aferen nervus viseral yang akan menimbulkan
rasa nyeri yang samar, tumpul, dan difus pada bagian tengah abdomen atau bawah
epigastrium. Distensi pada apendiks diakibatkan oleh sekresi mukosa yang terus menerus dan
multiplikasi flora normal dari apendiks. Hal ini akan menyebabkan peningkatan nyeri
viseral, mual dan muntah. Tekanan pada organ lama kelamaan akan melampaui tekanan vena.
Pembuluh kapiler dan vena akan tersumbat tetapi aliran arteri terus berlangsung, yang akan
menyebabkan pembengkakkan dan penyumbatan pada pembuluh darah. Proses peradangan
akan mencapai bagian serosa dari apendiks dan mengenai peritoneum parietal. Hal ini akan
menggambarkan nyeri pada quadran kanan bawah. Proses distensi, invasi bakteri, gangguan
pembuluh darah , dan proses infark yang terus berlangsung dapat menyebabkan terjadinya
perforasi pada apendiks.3
Bagan 1. Apendisitis.2
Gejala klasik yang biasa muncul pada apendisitis ialah nyeri yang samar-samar dan
tumpul yang merupakan nyeri viseral di daerah epigastrium sekitar umbilikus. Keluhan ini
sering disertai mual dan kadang terdapat muntah. Umumnya, nafsu makan berkurang dan
dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke kanan bawah ke titik McBurney. Di titik ini
nyeri akan terasa lebih tajam dan letaknya akan lebih jelas sehingga merupakan nyeri somatik
setempat. Terkadang tidak terdapat keluhan nyeri epigastrium, namun terdapat keluhan
19
konstipasi. Bila terdapat perangsangan peritoneum, biasanya pasien mengeluh sakit perut jika
berjalan atau batuk.2
Bila apendiks terletak retrosekal retroperitoneal, rasa nyeri lebih ke arah perut sisi
kanan atau nyeri yang timbul pada saat berjalan, karena kontraksi otot psoas mayor yang
menegang dari dorsal. Radang pada apendiks yang terletak di rongga pelvis dapat
menimbulkan gejala dan tanda rangsangan sigmoid atau rectum sehingga peristaltis
meningkat dan pengosongan rectum menjadi lebih cepat serta berulang. Jika apendiks
menempel ke kandung kemih, dapat terjadi peningkatan frekuensi kencing akibat ransangan
apendiks terhadap dinding kandung kemih.2
Gejala apendisitis akut pada anak tidak bersifat spesifik. Pada awalnya anak sering
hanya menunjukkan gejala rewel dan tidak nafsu makan. Beberapa jam kemudian anak akan
muntah sehingga menjadi lemah dan letargi. Pada bayi 80-90 % apendisitis baru diketahui
setelah terjadi perforasi. Pada kehamilan, keluhan utama apendisitis adalah nyeri perut, mual
dan muntah. Pada keluhan lanjut, sekum dan apendiks terdorong ke kraniolateral sehingga
keluhan dirasakan lebih pada regio lumbal kanan.2
2.8 Diagnosis
Anamnesa
Gejala klinis yang biasa ditemukan pada apendisitis akut antara lain:2
Nyeri mulai di epigastrium atau regio umbilikus disertai mual dan anoreksia
Untuk mendapatkan hasil yang lebih objektif saat ini diagnosis dapat ditegakkan
dengan menggunakan sistem skoring. Skor Alvardo merupakan skoring yang paling sering
20
digunakan. Skoring tersebut diketahui dapat menentukan pemeriksaan yang dapat dilakukan
untuk menentukan diagnosis lebih lanjut. Selain itu skoring yang dapat digunakan adalah
skor peradangan pada apendisitis, penelitian menunjukan skor tersebut memiliki tingkat
akurasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan skor Alvardo. Namun skoring tersebut
membutuhkan variabel yang lebih banyak dan salah satumya adalah pemeriksaan CRP.3
Pemeriksaan fisik
21
Pada apendisitis biasanya disertai dengan demam ringan yang bersuhu sekitar 17,5
38,5C. Bila suhu lebih tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi. Pada inspeksi perut biasanya
tidak ditemukan gambaran yang spesifik, kembung sering terlihat pada penderita dengan
komplikasi perforasi. Penonjolan oerut kanan bawah bisa dilihat pada massa atau abses
periapendikuler.2
Pada palpasi, didapatkan nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, bisa disertai
nyeri lepas. Defans muskuler menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietale. Pada
penekanan perut kiri bawah, akan dirasakan nyeri di perut kanan bawah yang di sebut sebagai
Rovsing sign. Pada apendisitis retrosekal atau retro ileal, diperlukan palpasi dalam untuk
menentukan adanya rasa nyeri.2
Gambar 2. Gejala dan tanda apendisitis akut. (1) Perasaan kurang nyaman, nyeri, dan mual,
(2) Nyeri tekan, nyeri lepas, dan defans muskular setempat di titik McBurney, (3) Tanda
Rovsing dan blumberg.2
Pada auskultasi dapat ditemukan peristaltik usus yang normal, tetapi dapat
menghilang akibat adanya ileus paralitik pada peritonitis generalisata yang disebabkan oleh
apendiks perforata. Pemeriksaan colok dubur menyebabkan nyeri apabila daerah infeksi
dapat dicapai dengan jari telunjuk. Selain itu pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah uji
psoas dan uji obturator, kedua pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui letak apendiks.
Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot psoas dengan hiperekstensi sendi panggul kanan
atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila apendiks yang
22
meradang menempel di otot psoas mayor, tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri. Uji
obturator digunakan untuk melihat apabila apendiks yang meradang bersentuhan dengan otot
obturator internus akan menimbulkan nyeri pada gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul
pada posisi terlentang.2
Gambar. 3 Pemeriksaan colok dubur pada orang dewasa. (1) rongga peritoneum, (2)
peritoneum parietale, (3) Sekum, (4) Apendiks (Apendisitis akut).2
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah dapat ditemukan adanya leukositosis ringan pada apendisitis
sederhana dan > 13.000 /mm3 pada apendisitis perforasi. Pada pemeriksaan hitung jenis
terdapat pergeseran ke kiri (shift to the left). Pada pemeriksaan urin dapat ditemukan
peningkatan leukosit dan eritrosit apabila apendiks yang meradang menempel pada ureter
atau vesika.4
Pemeriksaan radiologi
Foto polos abdomen dapat dilakukan apabila dari hasil anamnesa dan pemeriksaan
fisik masih meragukan. Tanda-tanda peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran
perselubungan, mungkin terlihat ileal atau caecal ileus (gambaran garis permukaan cairan-
udara di sekum atau ileum). Patognomonik apabila dapat terlihat gambaran fekolit. Foto
polos abdomen pada apendisitis perforasi dapat terlihat gambaran perselubungan yang lebih
jelas dan dapat tidak terbatas di kuadran kanan bawah, penebalan dinding usus di sekitar letak
23
apendiks, mengilangnya garis lemak pra peritoneal, skoliosis ke kanan, dan tanda-tanda
obstruksi usus. Selain itu pemeriksaan USG dapat dilakukan untuk meningkatkan akurasi
diagnosis.4 Penelitian menunjukkan penggunaan USG sebagai alat diagnosis pada apendisitis
akut memiliki sensitivitas 86% dengan spesifisitas 81 %, sedangkan pada pemeriksaan CT
scan memiliki sesitivitas 94% dan spesifisitas 95% dalam mendiagnosis apendisitis akut.5
24
25
Gambar 4. USG transabdominal pada apendisitis akut A. Potongan tranversal. Tampak
gambaran targetlike yang merupakan penebalan dinding apendiks dan kumpulan cairan
disekitarnya. B. Potongan sagital. Tampak diameter apendiks > 6 mm, tampak kumpulan
cairan tipis di tepinya.1
Pada keadaan tertentu, beberapa penyakit perlu dipertimbangkan sebagai diagnosis banding
antara lain:2
26
apendisitis dan nyeri perut bagian bawah yang lebih difus. Biasanya juga disertai
dengan keputihan dan infeksi pada urin.
Kehamilan Ektopik. Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang
tidak menentu. Pada pemriksaan vagina, didapatkan nyeri dan penonjolan pada cavum
douglas.
Kista ovarium terpuntir. Timbul nyeri mendadak dengan intensitas yang tinggi dan
teraba massa dalam rongga pelvis pada pemeriksaan perut, colok vagina ataupun colo
rektal. Tidak terdapat demam, pemeriksaan USG dapat menentukan diagnosis.
Urolitiasis pielum/ ureter kanan. Adanya riwayat kolik dari pinggang ke perut yang
menjalar ke inguinal merupakan gambaran yang khas. Hematuria sering ditemukan.
Foto polos abdomen atau urografi dapat memastikan penyakit tersebut.
Penyakit saluran cerna lainnya. Penyakit lain yang perlu dipikirkan antara lain;
divertikulitis Meckel, perforasi tukak duodenum atau lambung, kolesistitis akut,
pankreatitis, perforasi kolon, demam tifoid abdominalis.
2.10 Tatalaksana
Bila diagnosis klinis sudah jelas, tindakan yang paling tepat dan satu-satunya pilihan
yang baik adalah apendektomi. Pada apendisitis tanpa komplikasi, biasanya tidak perlu
diberikan antibiotik, kecuali pada apendisitis gangrenosa atau apendisitis perforata.
Apendektomi bisa dilakukan secara terbuka atau dengan laparoskopi. Bila apendektomi
terbuka, insisi McBurney merupakan insisi yang paling sering digunakan. Pada penderita
yang diagnosisnya masih belum jelas, sebaiknya dilakukan observasi terlebih dahulu.
Pemeriksaan laboratorium dan USG dapat dilakukan bila dalam observasi masih terdapat
keraguan. Bila tersedia laparoskop, tindakan laparoskopi diagnostik pada kasus meragukan
dapat segera menentukan akan dilakukan operasi atau tidak.2
27
Bagan 2. Pengelolaan penderita tersangka apendisitis akut
2.11 Komplikasi
28
Komplikasi yang paling membahayakan adalah perforasi, baik berupa perforasi bebas
maupun perforasi pada apendiks yang telah mengalami pendinginan sehingga membentuk
massa.2
29
abses, dianjurkan drainase terlebih dahulu, kemudian apendektomi dilakukan 6-8 minggu
kemudian.2
Perbaikan keadaan umum dengan infus pemberian antibiotik dan pemasangan NGT
perlu dilakukan sebelum pembedahan, Perlu dilakukan laparotomi dengan insisi yang
panjang, supaya dapat dilakukan pencucian rongga peritoneum dari pus maupun pengeluaran
fibrin yang adekuat secara mudah serta pembersihan kantung nanah. Akhir-akhir ini, mulai
banyak dilaporkan pengelolaan apendisitis perforasi secara laparoskopi apendektomi. Pada
prosedur ini rongga abdomen dapat dibilas dengan mudah. Hasilnya dilaporkan tidak jauh
berbeda jauh dibanding dengan laparotomi terbuka, tetapi keuntungannya adalah lama rawat
yang lebih pendek dan secara kosmetik lebih baik.2
2.12 Prognosis
30
DAFTAR PUSTAKA
Jong D. 2012. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidayat-De Jong, Ed 3. Jakarta : EGC
Brunicardi FC. 2015. Schwartzs Principles of Surgery 10th Ed. McGraw-Hill Education.
31
Reksoprodjo S. 2010. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : BINARUPA AKSARA
32