1.2 Etiologi
1.2.1 traumatik misalnya luka tusuk
1.2.2 infeksi saluran napas
1.2.3 penyakit inflamasi paru akut dan kronis (TB paru, abses paru, kanker,
tumor metastase dan fibrosis paru).
1.4 Patofisiologi
Trauma dada sering menyebabkan gangguan ancaman kehidupan. Luka pada
rongga thorak dan isinya dapat membatasi kemampuan jantung untuk
memompa darah atau kemampuan paru untuk pertukaran udara dan oksigen
darah. Bahaya utama berhubungan dengan luka dada biasanya berupa
perdarahan dalam dan tusukan terhadap organ. Hipoksia, hiperkarbia, dan
asidosis sering disebabkan oleh trauma thorax. Hipoksia jaringan merupakan
akibat dari tidak adekuatnya pengangkutan oksigen kejaringan oleh karena
hipivolemia ( kehilangan darah ), pulmonary ventilation( contoh kontusio,
hematoma, kolaps alveolus ) dan perubahan dalam tekanan intra tthorax
( contoh : tension pneumothorax, pneumothorax terbuka ). Hiperkarbia lebih
sering disebabkan oleh tidak adekuatnya ventilasi akibat perubahan tekanan
intra thorax atau penurunan tingkat kesadaran. Asidosis metabolik
disebabkan oleh hipoperfusi dari jaringan ( syok ). Fraktur iga, merupakan
komponen dari dinding thorax yang paling sering mengalami trauma,
perlukaan pada iga sering bermakna, nyeri pada pergerakan akibat
terbidainya iga terhadap dinding thorax secara keseluruhan menyebabkan
1
2
1.6 Komplikasi
1.6.1 Tension pneumothorak
1.6.2 Pneumothorak bilateral
1.6.3 Emfiema
1.7 Penatalaksanaan
1.7.1 Bullow Drainage / WSD
Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :
a. Diagnostik :
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil,
sehingga dapat ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak,
sebelum penderita jatuh dalam shock.
b. Terapi :
Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura.
Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga "mechanis of
breathing" dapat kembali seperti yang seharusnya.
c. Preventive :
Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura
sehingga "mechanis of breathing" tetap baik.
I.8 Pathway
Trauma Thorax
6
Terjadi perdarahan :
Karena tekanan negative intrapleura (perdarahan jaringan intersititium,
Maka udara luar akan terhisap masuk perdarahan intraalveolar diikuti
ke rongga pleura (sucking wound) kolaps kapiler kecil-kecil dan
-open pneumothorak alektasi)
-close pneumothorak tahanan perifer pembuluh paru naik
-tension pneumothorak (aliran darah turun)
ringan kurang 300 cc di punksi
Tek. Pleura meningkat sedang 300 - 800 cc
di pasang drain
-sesak napas progresif berat lebih 800 cc torakotomi
(sukar bernapas/ bernapas berat)
-nyeri bernapas Tek. Pleura meningkat terus
(adanya jejas/trauma) mendesak paru-paru
- bising napas berkurang/hilang (kompresi dan dekompresi)
(pekak dengan jelas/tidak jelas)
-bunyi napas sonor/hipersonor pertukaran gas berkurang
(nadi cepat/lemah)
- poto toraks gambaran udara lebih
anemis / pucat dari rongga thorak
WSD/Bullow Drainage
Data fokus:
Data subjektiif :
-klien mengatakan nyeri pada bagian dada
Data Objektif :
Klien terlihat:
- Sesak napas
- Nyeri, batuk-batuk.
- Terdapat retraksi klavikula/dada.
- Pengambangan paru tidak simetris.
- Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain.
- Pada perkusi ditemukan Adanya suara sonor/hipersonor/timpani,
hematotraks (redup)
- Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang
berkurang/menghilang.
- Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas.
- Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
- Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.
- Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk.
- Takhikardia, lemah
- Pucat, Hb turun /normal.
- Hipotensi.
- Kemampuan sendi terbatas dan terdapat kelemahan.
- Ada luka bekas tusukan benda tajam.
- Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.
- Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.
lidah dan epiglotis akan menutup farink dan larink, inilah salah satu
penyebab sumbatan jalan napas. Pembebasan jalan napas oleh lidah
dapat dilakukan dengan cara Tengadah kepala topang dagu (Head
tild chin lift) dan Manuver Pendorongan Mandibula (Jaw Thrust
Manuver).
d. Tindakan Kolaboratif
Pemberian tindakan kolaboratif biasanya dilakukan dengan jenis
dan waktu yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing klien
yang mengalami trauma dada. Adapun tindakan yang biasa
diberikan yaitu ; pemberian terapi obat emergensi, resusitasi cairan
dan elektrolit, pemeriksaan penunjang seperti laboratorium darah
Vena dan AGD, hingga tindakan operatif yang bersifat darurat.
pleural.
2.1.3.2 Pa Co2 kadang-kadang menurun.
2.1.3.3 Pa O2 normal / menurun.
2.1.3.4 Saturasi O2 menurun (biasanya).
2.1.3.5 Hb mungkin menurun (kehilangan darah).
2.1.3.6 Toraksentesis : menyatakan darah/cairan.
- Obesitas
- Nyeri
- Kerusakan persepsi atau kognitif
- Kelelahan otot-otot pernapasan
- Cedera medulla spinalis
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan deformitas
dinding dada
2.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x30 menit diharapkan
pola pernapasan efektif yang dibuktikan oleh status pernapasan, status
ventilasi dan pernapasan yang tidak terganggu, kepatenan jalan napas
dan tidak ada penyimpangan tanda vital
jaringan
pemantauan pernapasan: Perubahan karakteristik pernapasan
- pantau kecepatan, irama, menandakan trauma dada sehingga
kedalaman dan upaya pernapasan O2 maupun ventilasi di paru bisa
- perhatikan pergerakan dada, amati kurang sehingga diperlukan
kesimetrisan, penggunaan otot- pemantauan pernapassan.
otot bantu, serta retraksi otot
supraklavikuler dan interkosta
- pentau pernapasan yang berbunyi,
seperti mendengkur
- pantau pola pernapasan
- perhatikan lokasi trakea
- auskultasi suara napas
- pantau peningkatan kegelisahan
- catat perubahan pada SaO2,
SvO2, CO2, akhir tidal dan nila
GDA jika perlu
aktivitas kolaboratif
berikan obat nyeri untuk Nyeri dapat memperbera kecepatan
mengoptimalkan pola napas napas
aktivitas lain
tenangkan pasien selama periode gawat Pasien yang tenang dapat
napas mengurangi gejala ansietas yang
dapat membuat sesak
anjurkan napas dalam melalui abdomen Pemasukan O2 adekuat
selama periode gawat napas
Pertahankan oksigen aliran rendah Alat bantu pernapasan untuk
dengan kanul nasal, masker atau sungkup mempertahankan kepatenan jalan
napas
Atur posisi pasien untuk mengoptimalkan Posisi semifowler membantu
pernapasan optimalisasi pola napas
Aktivitas kolaboratif
Gunakan pereda nyeri konsultasikan Golongan analgetik dapat
dengan tenaga medis mengurangi nyeri hingga beberapa
jam
Bantu pasien untuk menggunakan alas Lantai yang licin berisiko untuk
kaki antiselip yang mendukung untuk membuat jatuh dan diperlukan alas
berjalan yang keset
(...............................................) (.............................................)