1 Riki Susanto & Partners, Hukum Pidana (Criminal Law), Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, 2006, h. 4
1
racun tersebut bereaksi total pada pukul 07.30 di bandara Changi hingga akhirnya
sesampainya di bandara Roterdam pada pukul 15.00 tanggal 31 Desember 2007 ia
meninggal.
Tempus : Tempo/waktu
Locus : Lokasi/Tempat
1. Tempus Delicti
a. Teori perbuatan fisik (de leer van de lichamelijke daad):
Teori ini menyatakan bahwa delik terjadi pada waktu perbuatan fisik dilakukan.
Maka dalam kasus diatas, maka perbuatan fisik terjadi pada pukul 12.30 tanggal 30
Desember 2007.2
b.Teori bekerjanya alat yang digunakan (de leer van het instrumen)
Teori ini menyatakan bahwa delik terjadi pada waktu bekerjanya alat. Dalam kasus
diatas, maka bekerjanya alat untuk membunuh Tono yaitu racun terjadi ketika pukul
07.30 tanggal 31 Desember 2007.
c. Teori akibat (de leer van het gevolg)
Teori ini menyatakan bahwa delik terjadi ketika akibat dari perbuatannya telah
mendapatkan hasil. Dalam kasus diatas, maka yang menjadi akibat pada pukul 15.00
tanggal 31 Desember 2007.
d. Teori waktu yang jamak (de leer van de meervoudige tijd)
Teori ini menyatakan bahwa terjadinya delik pada saat gabungan antara 3 waktu
tersebut.
2. Locus Delicti
a. Teori perbuatan fisik (de leer van de lichamelijke daad):
Teori ini menyatakan bahwa delik terjadi dimana perbuatan fisik dilakukan. Maka
dalam kasus diatas, maka perbuatan fisik terjadi di dalam pesawat terbang, pada saat
meminum Orange Juice.
2 Ibid, h. 5
2
b. Teori bekerjanya alat yang digunakan (de leer van het instrumen)
Teori ini menyatakan bahwa delik terjadi dimana alat yang digunakan sudah bekerja.
Dalam kasus diatas, maka bekerjanya alat terjadi ketika perut dari Tono sudah
merasakan tidak beres.
c. Teori akibat (de leer van het gevolg)
Teori ini menyatakan bahwa delik terjadi dimana akibat dari perbuatannya telah
mendapatkan hasil. Dalam kasus diatas, maka yang menjadi akibat dimana Tono
sudah berada di bandara Roterdam.
d. Teori tempat yang jamak (de leer van de meervoudige tijd)
Teori ini menyatakan bahwa terjadinya delik dimana gabungan antara 3 tempat
tersebut.3
3 Ibid.
4 Riki Susanto & Partners, Hukum Pidana (Criminal Law), h. 2
3
a. Penjara lebih ringan dari hukuman mati
b. Kurungan labih ringan dari pada penjara
c. Denda lebih ringan dari kurungan
2) Lama Pidananya:
Maka yang dipakai adalah yang lebih sebentar
3) Unsur-unsur yang dibuktikan:
Unsur-unsur ini terkait dengan JPU yang akan membuktikan. Maka unsur yang lebih
banyak akan semakin menguntungkan, karena JPU akan lebih sulit dalam
membuktikan semua unsur yang menjadi dakwaan dari tersangka.
b. Suatu perbuatan diperbolehkan dan di KUHP dilarang, maka hakim dapat menjatuhkan
hukuman penjara maksimal 10 tahun. Contoh: Carok di madura, dimana seseorang
diperbolehkan membunuh jika orang tersebut ditolak cintanya (Misalnya). Di Makasar,
jika seorang wanita dibawa pergi oleh seorang laki-laki maka pihak keluarganya dapat
membunuh laki tersebut jika bertemu. Namun, dalam pembahasan diatas memunculkan
ajaran In Dubio Pro Reo yang artinya sedapat mungkin Hukum Pidana meringankan
terdakwa, dan jika hakim ragu-ragu maka hakim dapat membebaskan terdakwa.5
2. Hukum Pidana tidak berlaku surut (asas retroaktif)
Hukum Pidana tidak dapat diterapkan untuk menghukum orang yang melakukan
kejahatan dan/atau pelanggaran selama belum ada UU yang dapat menghukum orang
tersebut atas tindakannnya. Artinya Hukum Pidana tidak dapat diterapkan mundur kepada
orang yang telah bersalah sebelum ada peraturannya.6
Pemberlakuan asas retro aktif sebagai pengecualian dari asas Legalitas merupakan suatu
pergeseran paradigma bagi pemberlakuan hukum di Indonesia. Dimana pemberlakuan asas
retroaktif ini menjadi penting setelah terjadinya peristiwa bom bali pada Tahun 2002. Dan
tidak bisa dipungkiri bahwa asas legalitas itu dibuat intuk melindungi Hak Asasi Manusia,
jadi akan menjadi suatu hal yang diharuskan pula apabila Asas Legalitas itu sendiri
disimpangi untuk kepentingan Hak asasi manusia juga.
Sebagaimana dimaklumi, dalam undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia (HAM) dinyatakan, bahwa Pelanggaran HAM yang berat akan diadili
oleh Pengadilan Hak Asasi Manusia (pasal 104). Kemudian, keluar undang-undang No. 26
5 Ibid.
6 Ibid, h. 3
4
tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia yang di dalamnya juga mengatur
tentang hukum pidana materilnya dan membagi atau merinci pelanggaran Hak Asasi
Manusia yang berat menjadi dua tindak pidana yaitu:7
1. Kejahatan Genosida
Kejahatan Genosida adalah setiap perbuatan yang dilkukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras,
kelompok etnik, kelompok agama dengan cara :
a. Membunuh anggota kelompok
b. Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota
kelompok
c. Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan
secara fisik baik seluruh atau sebagian
d. Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam
kelompok, atau
e. Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain
2. Kejahatan Terhadap Kemanusiaan
Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai
bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan
tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, yang berupa :
a. Pembunuhan
b. Pemusnahan
c. Perbudakan
d. Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa
e. Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-
wenang yang melanggar asas-asas ketentuan pokok hukum Internasional
f. Penyiksaan
g. Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa atau bentuk-bentuk
kekerasan seksual lain yang setara
h. Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari
persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau
7 Barda Nawawi Arief, Kapita Selekta Hukum Pidana, (Bandung: Citra Aditya Bakti,
2003), h. 1-2
5
alasan lain yang diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum
internasional.
i. Penghilangan orang secara paksa, atau
j. Kejahatan Apartheid.8
6
4. Asas Universalitas
Undang-undang Hukum Pidana dapat diberlakukan terhadap siapapun yang melanggar
kepentingan hukum dari seluruh dunia. Dasar hukumnya adalah kepentingan hukum
seluruh dunia (Pasa 4 ayat 2, 4).
Contohnya: terorisme.9