Anda di halaman 1dari 2

A.

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Allah Taala berfirman, Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim,
katakanlah, Mengurus mereka secara patut adalah baik, dan jika kamumenggauli mereka,
maka mereka adalah saudaramu dan Allah mengetahui siapayang membuat kerusakan dari
yang mengadakan perbaikan. Dan jika Allahmenghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan
kesulitan kepadamu.Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Dalam firman-Nya yang lain, Allah Taala menyatakan, Sesungguhnyaorang-orang yang


memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itumenelan api sepenuh
perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yangmenyala-nyala.Nabi shallallahu alaihi
wa sallam pun bersabda, Jauhilah oleh kaliantujuh perkara yang membinasakan!. Para
sahabat bertanya, Wahai Rasulullah,apakah itu? Beliau menjawab, Menyekutukan Allah,
berbuat sihir, membunuhjiwa yang diharamkan Allah, kecuali dengan hak, memakan riba,
memakan hartaanak yatim, melarikan diri dari medan perang, dan menuduh (zina)
wanitamukminah yang baik-baik. Sebagai seorang bocah, mereka tentu ingin hidup
layaknya anak-anak yanglain. Mereka ingin bermain, bercanda, belajar, dan pola hidup
lainnya. Sayang,suka cita mereka teramat mahal. Bahkan, karena tidak ada ayah di sisi
mereka,justru tangis dan dukalah yang menemani siang malam mereka. Mereka
adalahmakhluk yang lemah, dikarenakan ketidakmampuan mereka mengurus diri
danharta.Namun demikian, Islam mengizinkan para wali menggunakan hartamereka dengan
cara yang baik, kemudian pada saatnya nanti akan diserahkankembali harta milik anak yatim
tersebut bila ia telah dewasa atau baligh. AllahTaala berfirman, Dan ujilah anak yatim itu
sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah
cerdas (pandaimemelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya.
Danjanganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan (janganlahkamu)
tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. Barangsiapa(di antara pemelihara
itu) mampu, maka hendaklah ia menahan diri (darimemakan harta anak yatim itu) dan barang
siapa miskin, maka bolehlah ia makan harta itu menurut yang patut. Kemudian apabila kamu
menyerahkan harta kepada mereka, maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang
penyerahan bagimereka. Dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu).Yang
menjadi permasalahan kemudian yang bisa terjadi praktik halpemeliharaan harta-harta anak
yatim yang ditinggal mati oleh ayahnya tersebut,adalah dimungkinkannya ketika seorang
wali akan menyerahkan kembali hartayang telah mereka jaga untuk kemudian diserahkan
kembali kepada si yatimtersebut sebelum masa dewasanya. Hal ini setidak-tidaknya
memberikangambaran-gambaran yang mungkin saja terjadi di dalam pemeliharaan harta
olehsi wali.Berdasarkan hal-hal di atas, maka dalam makalah ini, insya Allah, sayaberusaha
mengetengahkan bagaimana pandangan dalam islam mengenaipenyerahan harta si yatim
tersebut yang mana pada saat anak yatim tersebutmasih kecil.

2. Rumusan Masalah

- Untuk lebih mengerucutkan permasalahan dalam makalah ini, kiranyapenulis akan


membatasi pembahasan materi ini dengan memfokuskan hal-halsebagai berikut:

- Pengertian tentang anak yatim dan anak kecil (dibawah umur) dalampandangan Islam
maupun hukum positif yang berlaku di Indonesia ?

- Bagaimana konsep tentang harta anak yatim dalam Islam, pemeliharaan


sertapengelolaannya ?

- Bagaimana hukumnya mengembalikan / menyerahkan harta milik anak yatimtersebut ketika


dia masih kecil ?

Anda mungkin juga menyukai