Anda di halaman 1dari 6

TINJAUAN PUSTAKA

Kimia koordinasi atau kimia kompleks adalah bagian dari ilmu kimia yang
mempelajari senyawa-senyawa koordinasi atau senyawa kompleks. Senyawa-senyawa ini
molekul-molekulnya tersusun dari gabungan dua atau lebih molekul yang sudah jenuh
(Sukardjo, 1985).
Senyawa kompleks merupakan jenis senyawa yang molekul atau ionnya dapat
membentuk ikatan koordinasi dengan atom logam atau ion. Spesies koordinasi (disebut ligan)
memiliki pasangan elektron bebas yang dapat disumbangkan untuk logam atom atau ion
lainnya, seperti ion amonia atau air, atau negatif seperti Cl - atau CN-. Kompleks yang
dihasilkan mungkin netral atau mungkin menjadi ion kompleks (Daintith, 2004).

Beberapa atom mempunyai tenaga yang dapat mempersatukan atom-atom, gugusan


mereka atau molekul-molekul dengan penggunaan valensi sekunder. Atom-atom atau
gugusan yang terikat dengan valensi sekunder dinamakan terkoordinasi dengan atom pusat
dan dihasilkan senyawa kompleks yang dikenal sebagai kompleks koordinasi. Gugus
kompleks koordinasi yang terikat dengan valensi sekunder tidak dapat terionisasi sedangkan
gugus yang terikat dengan valensi primer dapat terionisasi. Jumlah maksimum ion atau
molekul yang dapat terikat pada atom pusat dengan valensi sekunder disebut sebagai
bilangan koordinasi. Ion atau molekul yang terikat pada atom pusat melalui ikatan
koordinasi dinamakn ligan. Terdapat bermacam-macam ligan seperti unidentat, bidentat,
tridentat, dan sebagainya. Setiap jenis ligan ditentukan oleh jumlah titik-titik koordinasi yang
dimiliki ligan (Sjahrul, 2010).
Ligan adalah spesies yang memiliki atom-atom yang dapat menyumbangkan sepasang
elektron pada ion logam pusat pada tempat tertentu dalam lengkung koordinasi. Sehingga,
ligan merupakan basa lewis dan ion logam adalah asam lewis. Jika ligan hanya dapat
menyumbangkan sepasang elekron (misalnya NH3 melalui atom N) disebut ligan unidentat.
Ligan ini mungkin merupakan anion monoatomik (tetapi bukan netral) seperti ion halide,
anion poliatomik seperti NO2, molekul sederhana seperti NH3 atau molekul kompleks seperti
piridin C5H5N (Petrucci, 1999).
Kebanyakan ligan adalah anion atau molekul netral yang merupakan donor elektron.
Beberapa yang umum adalah F-, Cl-, Br-, CN-, NH3, H2O, CH3OH dan OH-.Ligan seperti ini
bila menyumbangkan sepasang elektronnya kepada sebuah atom logam, disebut ligan
monodentat (ligan bergigi satu). Kelima kompleks Pt2+ hanya mengandung ligan monodentat,
Cl- dan NH3. Ligan yang mengandung dua atau lebih atom, yang masing-masing secara
serempak membentuk ikatan dua donor-elektron kepada ion logam yang sama, disebut ligan
polidentat. Ligan ini disebut juga ligan kelat (dari bahasa Latin untuk kuku/cakar), karena
ligan ini tampaknya mencengkeram kation di antara dua atau lebih atom donor
(Cotton dan Wilkinson, 1989).

Teori ikatan dalam senyawa-senyawa kompleks mula-mula diberikan oleh Lewis dan
Sidgwick. Teori ini karena tidak dapat menjelaskan bentuk-bentuk geometri senyawa-
senyawa kompleks kemudian ditinggalkan. Tiga teori yang kemudian timbul adalah
(Sukardjo, 1985):
1 Teori ikatan valensi atau valence bond theory (VBT)
2 Teori medan Kristal atau crystal field theory (CFT)
3 Teori orbital molekul atau molecular orbital theory (MOT)
Asetil asetonat merupakan salah satu contoh dari senyawa kompleks yang cukup
dikenal. Asetil asetonat merupakan larutan yang sedikit berwarna dengan aroma keton dan
larut sempurna dengan pelarut orgnik. Asetil asetonat murni atau larutannya pada pelarut
organik polar bentuk diketon adalah seimbang dengan bentuk siklik berantai enol.
Asetil asetonat dapat dihasilkan melalui pemanasan atau penataan ulang katalis logam
ion prefebil asetat yang diperoleh dari keton dan aseton.isopropil asetat dalam bentuk uap
dijenuhkan pada tekanan atmosfer melalui batangan baja dengan suhu 520 oC kemudian
dikondensasikan dan didinginkan sampai 20 oC. Asetil asetonat merupakan suatu diketon
yang dapat terionisasi dalam larutan asam lemah. Anion nya dapat bertindak sebagai ligan
terhadap ion logam dan membentuk suatu komplek logam. Kedua atom oksigen yang dimiliki
oleh asetil asetonat akan terikat dengan atom logam sebagai atom pusat dan membentuk suatu
cincin. (Saria,2012)
Secara umum komplek diisolasi sebagai padatan kristal netral sehingga ion logam
membentuk suatu komplek. Dalam komplek cincin yang beranggotakan 6 adalah planar dan
memiliki elektron 6 dianggap sebagai cincin aromatik yang lemah. Pada komplek susunan
Mo5 adalah oktahedral. Berdasarkan jumlah pasangan elektron yang dapat digambarkan oleh
ligan kepada atom pusat.
Adapun sifat fisika dari asetil asetonat adalah:
1. suhu nyala = 34,5
2. titik leleh = -23 c
3. indekbias = 1,45
4. Density = 0,975
5. kelarutan = 16 %
Kegunaan dari asetil asetonat adalah :
1. Sebagai inter mediet untuk sentesa senyawa heterosiklik untuk senyawa aktif
biologi.
2. Sebagai bahan celup untuk produksi logam asetil asetonat.
3. Sebagai pelarut dan pengekstrak.
4. Sebagai komponen sistim katalis untuk polimerisasi dan dimerisasi. (Brida,2011)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Senyawa kompleks merupakan senyawa yang terbentuk dari ion logam yang berikatan
dengan ligan secara kovalen koordinasi. Ikatan koordinasi merupakan ikatan kovalen dimana
ligan memberikan sepasang elektronnya pada ion logam untuk berikatan. Pemberi pasangan
elektron adalah ligan, karena itu ligan adalah zat yang memiliki satu atau lebih pasangan
elektron bebas. Senyawa kompleks yang bisa dijadikan sebagai katalis harus memiliki sifat
stabil.
Dalam percobaan ini yang bertujuan dari praktikum ini yaitu mempelajari pembuatan
kompleks logam asetil asetonat. Asetil asetonat (2,4 pentanedione) CH3COCH2COCH3 yaitu
suatu diketone yang dapat berionisasi dalam asam lemah.
Dalam praktikum kami menggunakan FeCl3.5 H2O sebagai sumber kompleks dari Fe3+
dan MnCl2.4H2O sebagai sumber Mn3+ sedangkan asetil asetonat sebagai ligan. Kompleks Mn
(III) dan Fe (III) mempunyai ligan yang sama, yaitu asetil asetonat. Walaupun mempunyai
ligan yang sama tetapi perbedaan warna yang sangat signifikan dan ini merupakan salah satu
sifat dari senyawa kompleks . Adapun penyebab perbedaan warna dikarenakan oleh jumlah
ligan.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan warna kompleks Fe (III)
adalah berwarna merah dan untuk senyawa kompleks Mn (III) berwarna hitam. Dalam
percobaan ini kami menggunakan penambahan amonium asetat yang bertujuan untuk
memberi suasana netral pada reaksi tersebut.
Endapan yang kami dapatkan dalam percobaan ini pada kompleks Mn (III) yaitu
sebanyak 2,24 g sedangkan secara teoritis adalah 3,086 g , adapun kesalahan yang terjadi
kemungkinan disebabkan karena :
1. Kurang telitinya dalam menimbang zat.
2. Pengenceran yang kurang sempurna saat penstirrer.
3. Penyaringan kristal yang kurang bersih.
4. Kristal yang dicuci belum terlalu bersih. Sehingga rendemen yang kami dapatkan
yaitu 72,59 g.
DAFTAR PUSTAKA

Brida, A., 2011, Aplikasi Senyawa Kompleks Dalam Kehidupan Sehari-hari,


(http://gustinbrida.blogspot.com/2011/03/aplikasi-senyawa-kompleks-d.html) diakses
pada 15 November 2016 pukul 23.50 WITA.

Cotton, F.A. dan Wilkinson, G., 1989, Kimia Anorganik Dasar, diterjemahkan oleh Sahati
Suharto, 1989, UI-Press, Jakarta.

Daintith, J., 2004, The Facts On File Dictionary of Inorganic Chemistry, Market House
Books Ltd, New York.

Petrucci, R.H., 1999, Kimia Dasar, Erlangga, Jakarta.

Saria, Y., Lucyanti, Hidayanti, N., dan Lesbani, A., 2012, Sintesis Senyawa Kompleks Kobalt
dengan Asetilasetonato, Jurnal Penelitian Sains, 15, (3); 115-117, (online),
(portalgaruda.org/journals/index.php/JPS/article/ download/43/17) diakses pada
tanggal 15 November 2016 pukul 23.50 WITA
Sjahrul, M., 2010, Dasar-Dasar Kimia Anorganik, PT Umitoha Ukhuwa Grafika, Makassar.

Sukardjo, 1985, Kimia Koordinasi, BinaAksara, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai