Kimia koordinasi atau kimia kompleks adalah bagian dari ilmu kimia yang
mempelajari senyawa-senyawa koordinasi atau senyawa kompleks. Senyawa-senyawa ini
molekul-molekulnya tersusun dari gabungan dua atau lebih molekul yang sudah jenuh
(Sukardjo, 1985).
Senyawa kompleks merupakan jenis senyawa yang molekul atau ionnya dapat
membentuk ikatan koordinasi dengan atom logam atau ion. Spesies koordinasi (disebut ligan)
memiliki pasangan elektron bebas yang dapat disumbangkan untuk logam atom atau ion
lainnya, seperti ion amonia atau air, atau negatif seperti Cl - atau CN-. Kompleks yang
dihasilkan mungkin netral atau mungkin menjadi ion kompleks (Daintith, 2004).
Teori ikatan dalam senyawa-senyawa kompleks mula-mula diberikan oleh Lewis dan
Sidgwick. Teori ini karena tidak dapat menjelaskan bentuk-bentuk geometri senyawa-
senyawa kompleks kemudian ditinggalkan. Tiga teori yang kemudian timbul adalah
(Sukardjo, 1985):
1 Teori ikatan valensi atau valence bond theory (VBT)
2 Teori medan Kristal atau crystal field theory (CFT)
3 Teori orbital molekul atau molecular orbital theory (MOT)
Asetil asetonat merupakan salah satu contoh dari senyawa kompleks yang cukup
dikenal. Asetil asetonat merupakan larutan yang sedikit berwarna dengan aroma keton dan
larut sempurna dengan pelarut orgnik. Asetil asetonat murni atau larutannya pada pelarut
organik polar bentuk diketon adalah seimbang dengan bentuk siklik berantai enol.
Asetil asetonat dapat dihasilkan melalui pemanasan atau penataan ulang katalis logam
ion prefebil asetat yang diperoleh dari keton dan aseton.isopropil asetat dalam bentuk uap
dijenuhkan pada tekanan atmosfer melalui batangan baja dengan suhu 520 oC kemudian
dikondensasikan dan didinginkan sampai 20 oC. Asetil asetonat merupakan suatu diketon
yang dapat terionisasi dalam larutan asam lemah. Anion nya dapat bertindak sebagai ligan
terhadap ion logam dan membentuk suatu komplek logam. Kedua atom oksigen yang dimiliki
oleh asetil asetonat akan terikat dengan atom logam sebagai atom pusat dan membentuk suatu
cincin. (Saria,2012)
Secara umum komplek diisolasi sebagai padatan kristal netral sehingga ion logam
membentuk suatu komplek. Dalam komplek cincin yang beranggotakan 6 adalah planar dan
memiliki elektron 6 dianggap sebagai cincin aromatik yang lemah. Pada komplek susunan
Mo5 adalah oktahedral. Berdasarkan jumlah pasangan elektron yang dapat digambarkan oleh
ligan kepada atom pusat.
Adapun sifat fisika dari asetil asetonat adalah:
1. suhu nyala = 34,5
2. titik leleh = -23 c
3. indekbias = 1,45
4. Density = 0,975
5. kelarutan = 16 %
Kegunaan dari asetil asetonat adalah :
1. Sebagai inter mediet untuk sentesa senyawa heterosiklik untuk senyawa aktif
biologi.
2. Sebagai bahan celup untuk produksi logam asetil asetonat.
3. Sebagai pelarut dan pengekstrak.
4. Sebagai komponen sistim katalis untuk polimerisasi dan dimerisasi. (Brida,2011)
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang terbentuk dari ion logam yang berikatan
dengan ligan secara kovalen koordinasi. Ikatan koordinasi merupakan ikatan kovalen dimana
ligan memberikan sepasang elektronnya pada ion logam untuk berikatan. Pemberi pasangan
elektron adalah ligan, karena itu ligan adalah zat yang memiliki satu atau lebih pasangan
elektron bebas. Senyawa kompleks yang bisa dijadikan sebagai katalis harus memiliki sifat
stabil.
Dalam percobaan ini yang bertujuan dari praktikum ini yaitu mempelajari pembuatan
kompleks logam asetil asetonat. Asetil asetonat (2,4 pentanedione) CH3COCH2COCH3 yaitu
suatu diketone yang dapat berionisasi dalam asam lemah.
Dalam praktikum kami menggunakan FeCl3.5 H2O sebagai sumber kompleks dari Fe3+
dan MnCl2.4H2O sebagai sumber Mn3+ sedangkan asetil asetonat sebagai ligan. Kompleks Mn
(III) dan Fe (III) mempunyai ligan yang sama, yaitu asetil asetonat. Walaupun mempunyai
ligan yang sama tetapi perbedaan warna yang sangat signifikan dan ini merupakan salah satu
sifat dari senyawa kompleks . Adapun penyebab perbedaan warna dikarenakan oleh jumlah
ligan.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan warna kompleks Fe (III)
adalah berwarna merah dan untuk senyawa kompleks Mn (III) berwarna hitam. Dalam
percobaan ini kami menggunakan penambahan amonium asetat yang bertujuan untuk
memberi suasana netral pada reaksi tersebut.
Endapan yang kami dapatkan dalam percobaan ini pada kompleks Mn (III) yaitu
sebanyak 2,24 g sedangkan secara teoritis adalah 3,086 g , adapun kesalahan yang terjadi
kemungkinan disebabkan karena :
1. Kurang telitinya dalam menimbang zat.
2. Pengenceran yang kurang sempurna saat penstirrer.
3. Penyaringan kristal yang kurang bersih.
4. Kristal yang dicuci belum terlalu bersih. Sehingga rendemen yang kami dapatkan
yaitu 72,59 g.
DAFTAR PUSTAKA
Cotton, F.A. dan Wilkinson, G., 1989, Kimia Anorganik Dasar, diterjemahkan oleh Sahati
Suharto, 1989, UI-Press, Jakarta.
Daintith, J., 2004, The Facts On File Dictionary of Inorganic Chemistry, Market House
Books Ltd, New York.
Saria, Y., Lucyanti, Hidayanti, N., dan Lesbani, A., 2012, Sintesis Senyawa Kompleks Kobalt
dengan Asetilasetonato, Jurnal Penelitian Sains, 15, (3); 115-117, (online),
(portalgaruda.org/journals/index.php/JPS/article/ download/43/17) diakses pada
tanggal 15 November 2016 pukul 23.50 WITA
Sjahrul, M., 2010, Dasar-Dasar Kimia Anorganik, PT Umitoha Ukhuwa Grafika, Makassar.