discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/228521652
CITATIONS READS
0 928
2 authors, including:
Mahfud Mahfud
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
42 PUBLICATIONS 38 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Mahfud Mahfud on 18 March 2016.
The user has requested enhancement of the downloaded file. All in-text references underlined in blue are added to the original document
and are linked to publications on ResearchGate, letting you access and read them immediately.
PENGARUH METODE PENCUCIAN PADA PEMBUATAN BIODIESEL
DARI MINYAK JARAK PAGAR
Mahfud, Muharto, Pramudita R.A , Adhy Marwanto
Laboratorium Proses Kimia, Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111, Email: mahfud.its@gmail.com
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode pencucian terhadap kualitas biodiesel
yang dihasilkan dari minyak jarak pagar melalui proses transesterifikasi dan mendapatkan sifat-sifat fisika dan
kimia dari biodiesel tersebut yang memenuhi standard ASTM 6751Variabel penelitian yang digunakan adalah :
metode pencucian (Aerasi, spray, dan pengadukan); lamanya waktu yang dipakai untuk tiap metode ( 0 jam;0.5
jam; 1 jam; 2 jam dan 4 jam). Percobaan dilakukan dalam labu gelas yang kapsitas 1 liter yang dilengkapi
dengan waterbath dengan pengendali suhu. Kemudian melarutkan katalis kedalam methanol, dilanjutkan
dengan proses transestrifikasi yaitu dengan mereaksikan campuran metanol dengan minyak jarak pagar yang
sudah dipanaskan terlebih dahulu sesuai variabel, selama 1 jam pada suhu variabel. Hasil reaksi didiamkan
sampai membentuk dua lapisan. Lapisan yang atas merupakan metil ester asam lemak sedangkan lapisan yang
bawah merupakan gliserol. Kemudian memisahkan lapisan atas dari lapisan bawah lalu mencuci lapisan metil
ester asam lemak dengan air dengan metode sesuai dengan variabel. Ethyl ester yang terbentuk kemudian
dianalisa di Laboratorium PT Pertamina UPPS V. Hasil penelitian menunjukkan methode pencucian tidak
berpenguruh secara signifikan pada sifat-sifat biodiesel, tetapi waktu pencucian cukup berpengaruh.
Abstract
The aims of this study is to know the effect of washing method in quality of biodiesel obtained from Jatropha
curcas oil through transesterification process and to find out the chemical and physical properties of biodiesel
that appropriate with ASTM standard 6751. The operating variables are : washing methods (aeration, spray
and agitation); time of washing (0; 0,5; 1; 2 hours) The experiment conducted in 1 liter round bottom flask
equipped with waterbath and temperature controlled. Firstly, a certain quantity of Jatropha curcas oil,
methanol, and KOH catalysts ared determined. Then, KOH catalyst is diluted into methanol and introduce to
reactor containing 500 ml jathropa oil. The tempearture was fixed at 60 oC and the agitaion 200 rpm. The
reaction transesterification process held during 1 hour. The Product of reaction is cooled untill two layers are
formed. Upper layer is methyl esther of fatty acid and lower layer is glycerol. After that, upper layer is
separated from lower layer and wash with pure water according to the operating variabels. The methyl ester
obtained is characterized to obtain some physical properties at PT Pertamina UPPS V Laboratory. The results
shows that the methods of washing not significanly influence, but the time of washing have a sligtly effect in
properties of Biodiesel.
219
hayati baik jenis flora maupun fauna, serta ester dari minyak jarak pagar dapat dihasilkan
didukung letak geografis yang sangat strategis. melalui transesterifikasi trigliserida dari minyak
Apabila dimanfaatkan secara efektif potensi ini jarak sehingga menghasilkan biodiesel/metil ester.
tentunya dapat menjadi sumber yang cukup bagi Transesterifikasi adalah penggantian gugus alkohol
pasokan pangan dan energi. Salah satunya yang dari suatu ester dengan alkohol,jadi mirip reaksi
sedang dikembangkan di Indonesia sebagai sumber hidrolisis, tetapi bukan air untuk menghidrolisa
energi adalah tanaman jarak pagar atau Jatropha tetapi alkohol sehingga dinamakan alkoholisis.
curcas linn (Hariyadi, 2005). Transesterifikasi merupakan suatu reaksi
Minyak dari jarak pagar saat ini sedang kesetimbangan, untuk menggeser reaksi kekanan
dikembangkan di beberapa negara seperti India, biasanya digunakan alkohol frak si pendek dengan
Nicaragua, beberapa negara Afrika seperti Mali, berlebih atau mengambil salah satu produk
Zimbabwe bahkan beberapa negara di Eropa telah campuran, metanol sering digunakan karena lebih
mengembangkan pemanfaatan potensi minyak murah, boleh jadi dengan alkohol lain sepert
nabati sebagai bahan bakar, yaitu sebagai ethanol (Van Gerpen et.al, 2004.; Knothe, et.al,
pengganti bahan bakar mesin diesel, yang 2005; Hayafuji, 1999).
kemudian lazim disebut dengan biodiesel (Satish, Untuk mempercepat reaksi diperlukan
2004; Soerawidjaja, 2005; Puppung, 1985). katalisator berupa asam, basa, atau penukar ion,
Dengan adanya peluang-peluang tersebut maka katalis yang biasa digunakan (NaOH, KOH), asam
dengan meningkatkan nilai tambah biji jarak pagar HCl. Beberapa peneliti (Kirk and Othmer,1979)
yang diolah menjadi minyak jarak yang untuk telah mencoba alkoholisis beberapa jenis lemak
kemudian diolah menjadi biodiesel, diharapkan dan minyak dengan katalis HCl, dan asam
Indonesia mampu mengekspor biodiesel dan ferosulfonat. Minyak lemak yang digunakan :
minyak jarak sebagai bahan baku biodiesel secara mentega, lemak coklat, minyak kelapa, margarin,
besar-besaran dan berkualitas dengan harga yang lemak sapi, minyak biji opim, linseed oil, minyak
relatif lebih bersaing, sehingga memperluas pangsa jarak Haller menemukan: mentega, minyak kelapa,
pasar Indonesia. minyak jarak, lebih sulit dialkoholisis daripada
Biodiesel adalah metil ester dari asam minyak lainnya. Penggunaan solvent thyl ether,
lemak yang dibuat dari minyak tumbuhan dan Benzen, dan CCl4 dapat mempercepat alkoholisis
lemak hewani. Biodiesel tidak mengandung unsur (Ketaren, 1986)
petroleum tetapi biodiesel dapat dicampur pada
level apapun dengan minyak diesel untuk 2.2 Pencucian Biodiesel
menghasilkan campuran biodiesel ataupun Pencucian merupakan proses lanjutan dalam
digunakan secara murni. Biodiesel memiliki pembuatan Biodiesel setelah proses trans-
bilangan setana yang lebih tinggi jika dicampur esterifikasi. Pencucian ini bertujuan untuk
dengan minyak diesel. Hasil samping dari proses menghilangkan pengotor yang masih terdapat
transesterifikasi (reaksi pembentukan biodiesel) dalam biodiesel. Pengotor ini termasuk sisa katalis
menghasilkan gliserol yang juga memiliki nilai dan gliserol serta sisa alkohol yang tidak bereaksi.
ekonomi. Secara umum, biodiesel memiliki lebih Penambahan air yang dilakukan pada umumnya
banyak keunggulan jika dibandingkan dengan sebesar 50 % dari total minyak yang akan dicuci.
bahan bakar mesin diesel biasa. (Van Gerpen et.al, Pencucian yang dilakukan pertama kali akan
2004.; Knothe, et.al, 2005). menimbulkan warna pada air pencuci menjadi
Salah satu bagian dari proses pembuatan putih seperti air susu (Suprianti & Kurniawan,
biodiesel adalah proses pencucian dimana proses 2006). Untuk mendapatkan hasil yang terbaik
ini yang mempengaruhi kualitas biodiesel yang diperlukan 3 4 kali pencucian hingga air pencuci
dihasilkan. Oleh karena itu, Penelitian ini bertujuan menjadi lebih jernih setelah terpisah. Air yang
untuk mengetahui pengaruh metode pencucian digunakan pada proses pencucian dengan suhu
dengan menggunakan metode aerasi, minimal 30C. Pencucian dengan air hangat ini
penyemprotan (spray), pengadukan, terhadap akan meningkatkan nilai kelarutan dari pengotor.
kualitas biodiesel yang dihasilkan dengan variabel Dalam proses pencucian, penambahkan asam
waktu yang telah ditentukan. bertujuan untuk menetralisasi katalis basa yang
digunakan dalam proses trans-esterifikasi. Akan
2. Tinjauan pustaka tetapi asam yang digunakan dalam proses
2.1 Biodiesel netralisasi ini juga menimbulkan reaksi balik
Proses pembuatan pembuatan biodiesel dimana sabun yang terbentuk akan diubah kembali
merupakan reaksi alkoholisis, yang merupakan menjadi asam lemak bebas (free fatty fcid ) dimana
reaksi setimbang dengan kalor reaksi kecil, Metil asam lemak bebas ini tidak diinginkan
220
keberadaannya dalam bahan bakar. Ada tiga minyak nabati dengan toleransi boleh berwarna
metode pencucian yan umum : Spray Washing, agak kecoklatan yang mirip dengan sari apel. Tidak
Bubble Washing dan Pengadukan (Hayafuji, 1999; boleh ada lapisan, partikel atau kekeruhan apapun
Van Gerpen et.al, 2004.; Knothe, et.al, 2005) di dalam biodiesel akhir. Kekeruhan adalah akibat
a. Metode semprotan (Spray Washing) : kandungan air yang tertinggal dan dapat
Metode ini mengubah partikel air yang dihilangkan dengan pemberian kalsium klorida
digunakan untuk mencuci menjadi partikel (CaCl2). Parameter yang digunakan untuk
yang lebih halus / kecil, kemudian dipompa ke mengukur kualitas biodiesel antara lain :
bagian permukaan atas tangki pencucian dan Viskositas: adalah ukuran hambatan cairan
digunakan sprayer untuk menyebarkan partikel untuk mengalir secara gravitasi, untuk aliran
air tersebut. Pompa yang digunakan juga gravitasi dibawah tekanan hidrostatis, tekanan
tergantung pada banyaknya biodisel yang akan cairan sebanding dengan kerapatan cairan.
dicuci. Semakin banyak biodiesel yang dicuci Satuan viskositas dalam cgs adalah cm2 per
maka sebanding dengan volume tangki detik (Stokes). Satuan SI untuk viskositas m2
pencuci serta kekuatan pompa untuk per detik (104 St). Lebih sering digunakan
mengalirkan air pencuci tersebut. Air pencuci centistokes (cSt) (1cSt = 10-2 St = 1 mm2/s)
yang berbentuk partikel halus ini akan Pour point: adalah titik suhu terendah dimana
melewati permukaan crude metil ester dan bahan bakar masih dapat mengalir. Pour point
turun ke bawah, sesuai dengan berat jenis air, yang tinggi akan menyebabkan mesin sulit
dengan mengikat pengotor yang ada. Pengotor dihidupkan pada suhu rendah. (Maleev, 1954)
yang diharapkan terikat yaitu sisa methanol Flash point: adalah temperatur terendah yang
yang tidak bereaksi dengan minyak serta sisa harus dicapai dalam pemanasan biodiesel
katalis KOH yang tidak ikut terbuang dalam untuk menimbulkan uap yang dapat terbakar
gliserol. dalam jumlah yang cukup, untuk nyala atau
b. Metode Aerasi ( Bubble Washing ) : Metode terbakar sesaat ketika disinggungkan dengan
ini diperkenalkan pertama kali di universitas suatu nyala uap. Apabila flash point bahan
Idaho dan terkenal dalam pembuatan biodiesel bakar tinggi, akan memudahkan dalam
dalam skala kecil. Pencucian model ini sering penanganan dan penyimpanan bahan bakar
dipergunakan dalam industri besar, hal ini tersebut karena bahan bakar tidak perlu
dikarenakan metode ini mudah dilakukan dan disimpan pada temperatur rendah, sebaliknya
tidak perlu untuk menambahkan air. jika flash point terlalu rendah, akan berbahaya
Keunggulan yang lain yaitu metode ini tidak karena menimbulakn resiko tinggi bagi
menyita waktu yang banyak Peralatan yang penyalaan, sehingga harus disimpan pada suhu
digunakan cukup memakai pompa udara rendah.
berukuran kecil (small aerator) dan batu Densitas: adalah massa biodiesel per satuan
apung. Proses pencucian ini dengan volume pada suhu tertentu. Jika densitasnya
memasukkan air pencuci ke dalam crude metil rendah kemampuan bahan bakar minyak
ester sehingga air pencuci berada pada lapisan tinggi.
bawah, kemudian batu apung yang telah Cetane number:menunjukkan kemampuan
dihubungkan dengan aerator diletakkan pada bahan bakar motor diesel menyala dengan
bagian air sehingga akan terbentuk sendirinya (auto ignition ) dalam ruang bakar
gelembung-gelembung dari batu apung motor diesel. Fungsinya untuk mengetahui
tersebut. kecenderungan bahan bakar motor diesel
c. Metode Pengadukan (Mixed Washing): membentuk ketukan ( knocking ). Untuk
Metode pencucian ini bertujuan untuk analisa indeks setana ini harus dilakukan
memperluas kontak antara crude metil ester destilasi pada produk biodiesel untuk
dan air pencuci dengan cara pengadukan. mendapatkan nilai mid boiling point yaitu
Proses pengadukan ini memakai motor yang temperatur pada saat 50% volume destilat
menggerakkan pengaduk sehingga pengotor di biodiesel tertampung pada saat destilasi. Selain
dalam crude metil ester dapat larut dalam air itu angka cetane juga sangat bergantung pada
pencuci. nilai densitas biodiesel. Proses destilasi ini
merujuk pada metode tes ASTM D-86 hingga
2.3 Analisa Kualitas Biodiesel temperatur 300oC. Persamaan yang
Kualitas biodiesel yang dihasilkan dapat menunjukkan hubungan antara indeks setana
dilihat dengan pengamatan visual. Kondisi fisik dengan mid boiling point dan densitas adalah
biodiesel yang dihasilkan harus jernih seperti sebagai berikut :
221
Cetane Index = 454,74 1641,416 D + 774,74 proses pencucian dimasukkan dalam corong
D2 0,554 B + 97,803 (Log B)2 pemisah (1000 mL) dan mendiamkannya selama
D = Densitas biodiesel pada saat pengukuran 30 menit sehingga terbentuk 2 lapisan, lapisan
(g/ml) bagian bawah dibuang dan mengambil lapisan atas
B = Mid boiling point pada saat destilat tertampung yang merupakan produk biodiesel. Didalam
50% penelitian ini, setelah proses pencucian, dilakukan
Perhitungan dengan menggunakan persamaan proses pengeringan untuk menghilangkan sisa air
diatas merujuk pada metode tes ASTM D-976 pencuci. Proses ini dilakukan karena pada analisa
dengan nilai minimum untuk indeks setana adalah biodiesel harus menggunakan biodiesel yang bebas
48. air. Proses pengeringan dapat dilakukan dengan
Warna : Pemeriksaan warna bertujuan untuk menambahkan Na2SO4 yang memiliki sifat
menentukan warna secara visual dari metil higroskopis yaitu menyerap kandungan air pada
ester yang dihasilkan sampel biodiesel. Pada saat analisa produk
biodiesel, kandungan air yang seharusnya tidak
3. Bahan dan Metode boleh ada pada produk biodiesel menyebabkan
Penelitian ini dilakukan di laboratorium hasil analisa untuk parameter-parameter yang
menggunakan reaktor skala 2000 ml, yang digunakan yaitu densitas, viskositas, flash point,
dilengkapi dengan pengadukan dan pengaturan indeks setana, warna, kandungan sulfur dan pour
suhu. Biodiesel yang diperoleh dianalisa agar dapat point memberikan hasil yang kurang baik.
dibandingkan dengan spesifikasi biodiesel yang
dikeluarkan Dirjen Migas melalui PT Pertamina (
Persero ). Bahan yang digunakan : Minyak Jarak 4. Hasil penelitian dan pembahasan
Pagar ( Jatropha curcas ), Metanol 99 %, KOH
sebagai katalis. Sedangkan Variabel Penelitian & 4.1 Pengaruh metode pencucian terhadap
Kondisi Operasi adalah sbb: densitas biodiesel
Rasio berat minyak jarak terhadap
metanol 98% adalah 1: 6
Mereaksikan larutan selama 60 menit 0,8745
Jenis katalis, yaitu KOH dengan
konsentrasi 0,5 % dari berat minyak 0,8730
d en sitas ( g r/cm )
222
yaitu hidrometer densitas dan termometer tipe pengukuran viskositas ini menggunakan peralatan
ASTM 12C. Kemudian hasil pembacaan pada utama yaitu viskosimeter oswald tube tipe kapiler,
hidrometer akan dikonversi menggunakan tabel 53 viscosimeter holder dan bath pemanas pada 37,8oC.
ASTM D-1298 untuk dilihat densitasnya pada Termometer yang digunakan dengan ketelitian
temperatur biodiesel pada saat pengukuran. 0,02oC dan menggunakan stop watch dengan
Pada grafik diatas terlihat bahwa metode ketelitian 0,2 detik.
pencucian secara pengadukan, lebih efisien dan Pada gambar 3 diatas, ketiga metode
efektif daripada metode yang lainnya. Hal ini dapat pencucian pada menit ke-30 dan menit ke-60 ( 1
dilihat dengan penurunan grafik yang cepat dan jam ) mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan
konstant pada jam berikutnya. Sedangkan metode pengotor yang ada dalam biodiesel tersebut yang
pencucian dengan bubble washing dapat dikatakan berupa methanol dan sisa katalis KOH masih mulai
kurang efektif dalam waktu pencucian. Dari grafik terlarut dalam air pencuci. Sehingga pada jam
dapat dilihat bahwa untuk mencapai grafik yang berikutnya, biodiesel yang dihasilkan dapat
konstant masih dibutuhkan waktu yang lebih dikatakan bersih dari pengotor. Akan tetapi,
panjang. metode pencucian secara bubble washing juga
Untuk analisa densitas, standar yang dapat dikatakan kurang efisien dan efektif dalam
ditetapkankan oleh Dirjen Migas adalah 0,815 analisa viskositas biodiesel. Hal ini dapat terlihat
0,870 g/ml sedangkan hasil analisa biodiesel dari penurunan grafik yang kurang cepat seperti
berkisar antara 0,86968 0,873735 g/ml. Ini metode yang lainnya, dimana pada jam ke-1 baru
berarti masih dalam batasan yang diijinkan oleh mulai terlihat adanya peningkatan nilai angka
Dirjen Migas No. 113. K/72/DJM/1999. viskositas.
Untuk analisa viskositas yang diijinkan
4.2 Pengaruh metode pencucian terhadap oleh Dirjen Migas adalah 1,6 cSt sedangkan hasil
viskositas biodiesel analisa biodiesel berkisar antara 4,871 5,3457
cSt. Fenomena yang menyebabkan nilai viskositas
5,4 yang kecil ini adalah karena adanya kandungan air
dan sisa metanol yang terkandung didalam
5,3 biodiesel sehingga inilah penyebab kecilnya
viskositas yang dihasilkan meskipun telah
5,2
dilakukan proses pengurangan kadar air dan
metanol tetapi tidak 100% impuritis hilang begitu
v is k o s ita s ( c S t )
223
4.4 Pengaruh metode pencucian terhadap
4.2 Pengaruh metode pencucian terhadap flash indeks setana biodiesel
point biodiesel
51,5
Flash point atau titik nyala adalah
temperatur terendah dari contoh pada saat mana api
pencoba dapat menyalakan uap diatas permukaan 51,0
contoh pada saat pemeriksaaan. Analisa flash point
ini menggunakan metode tes ASTM D-93 dengan 50,5
in d e k s c e t a n a
nilai minimal untuk flash point sebesar 60oC.
Untuk analisa flash point ini menggunakan
peralatan utama yaitu Alat Flash Point Pensky- 50,0
Martens Closed Cup dan termometer ASTM 10C.
Untuk penelitian lebih detail maka dilakukan flash
pada uap biodiesel tiap kenaikan suhu sebesar 1 oC. 49,5
49,0
195
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5
lama pencucian ( jam )
193
pengadukan spray bubble washing
191
dengan 3 metode pencucian terhadap
o
waktu
189
Indeks setana menunjukkan kemampuan
187 bahan bakar motor diesel menyala dengan
sendirinya (Auto Ignition) dalam ruang bakar
motor diesel. Fungsinya untuk mengetahui
185 kecenderungan bahan bakar motor diesel
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5membentuk ketukan (knocking). Untuk analisa
lama pencucian ( jam )
indeks setana ini harus dilakukan destilasi pada
pengadukan spray bubble washing produk biodiesel untuk mendapatkan nilai mid
boiling point yaitu temperatur pada saat 50%
Gambar 4. Hubungan flash point biodiesel dengan
volume destilat biodiesel tertampung pada saat
3 metode pencucian terhadap waktu pencucian
destilasi. Selain itu angka cetane juga sangat
bergantung pada nilai densitas biodiesel. Proses
Pada grafik diatas terlihat bahwa ketiga
destilasi ini merujuk pada metode tes ASTM D-86
metode pencucian tidak menunjukkan perbedaan
hingga temperatur 300oC. Perhitungan dengan
yang sangat berarti. Hal ini dapat dilihat dari nilai
menggunaka persamaan yang telah disebutkan
Flash Point yang dihasilkan antara 188 192 oC,
sebelumnya, merujuk pada metode tes ASTM D-
dimana nilai flash point tersebut telah masuk
976 dengan nilai minimum untuk indeks setana
kedalam standart Diesel Eropa, standart Diesel
adalah 48.
DIN jerman dan standar Dirjen Migas. Perbedaan
Dari grafik diatas terlihat bahwa data-data
yang terjadi dalam titik nyala api tersebut dapat
hasil perhitungan untuk indeks setana berkisar
dikarenakan masih adanya pengotor yang berupa
antara 49 51 dengan perbedaan yang tidak terlalu
air sisa pencuci yang belum terambil dalam kristal
signifikan antara beberapa produk biodiesel dengan
Na2SO4. Untuk analisa flash point yang diijinkan
metode pencucian secara pengadukan, spray
oleh Dirjen Migas adalah 60oC sedangkan hasil
maupun secara bubble washing. Hasil ini adalah
analisa flash point biodiesel berkisar antara 188
hasil yang baik terutama untuk keawetan mesin
192 oC. Dengan nilai flash Point yang tinggi ini,
diesel karena kemungkinan terjadi pengotoran di
maka biodiesel yang dihasilkan memenuhi standar
mesin diesel kecil tetapi juga peru dikaji lagi
Dirjen Migas maupun ASTM serta DIN Jerman.
masalah impuritis yang berada pada produk
biodiesel. Mid boiling point yang dihasilkan
berkisar diantara 329 331 oC. Untuk hasil
224
perhitungan indeks setana ini secara keseluruhan 4.6 Pengaruh metode pencucian terhadap
telah sesuai dengan standar yang ditetapkan Kandungan Sulfur Biodiesel
pertamina dimana hasil perhitungan untuk indeks
setana berkisar pada range 49,56 50,74 Dalam biodiesel, terdapat berbagai
sedangkan ketentuan yang ditetapkan oleh parameter-parameter yang harus dianalisa dan
Pertamina sebesar minimal 48. dihitung. Pada biodiesel ini, analisa dilihat pada
kandungan sulfur yang masih ada pada biodiesel.
4.5 Pengaruh metode pencucian terhadap Pour Hasil analisa biodiesel berkisar antara 0,056
Point Biodiesel 0,076 %wt. Hal ini sudah cukup untuk memenuhi
kriteria yang ditetapkan oleh Dirjen Migas, yaitu
10 sebesar maksimum 0,3 % berat.
Dilihat pada grafik diatas, metode
pencucian bubble washing lebih efisien dan efektif.
9 Hal ini dikarenakan nilai kandungan sulfur yang
dianalisa adalah 0,0496 0,0564. Nilai kandungan
su h u ( C )
0,12
6
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5
0,1
.
225
4.7 Pengaruh metode pencucian terhadap biodiesel yang kami hasilkan dalam penelitian
indeks warna biodiesel digunakan standar minyak diesel Pertamina.
Berikut ini adalah tabel 1 yaitu perbandingan
1,2 antara hasil analisa yang dilakukan terhadap
standar minyak diesel yang ditetapkan oleh
Pertamina :
1,1
Tabel 1 Perbandingan hasil analisa terhadap
in d e k s w a rn a .
standar Pertamina
Metode
1 Parameter Satuan
Hasil tes
analisa Standar
Pertamina ASTM
0,869 0,815 D
0,9 Densitas (15 oC) kg/m3 0,870 0,870 1298
49,56 D
Indeks Setana 50,74 48 976
Viskositas Kinematik D
0,8 37,8 oC mm2/sec 4,87 5,34 1,6 - 5,8 445
o
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 Pour Point C 7-9 10 D 97
lama pencuciann ( jam ) Titik Nyala
o
(Flash Point) C 188 - 192 >60 D 93
0,056 D
pengadukan spray bubble washing Kandungan Sulfur % Massa 0,076 <0,3 1552
226
Densitas (g/ml) : 0.8697 0.8727 producing diesel fuel oil from waste edible oil,
Viskositas (cSt): 4.8716 5.3458 Lonford Development Limited, Kyoto.
Warna : 1.0 6. Hilditch, T.P., 1958, Unit Prosses in Organic
Kandungan sulfur (% berat): 0.0484 Synthesis, 2 ed., pp. 670-775, Mc.Graww-Hill
0.0883 Book Company, Inc., New York.
Titik nyala (oC) : 188 - 192 7. Ketaren, S., 1986, Pengantar Teknologi Lemak
Indeks setana : 49.559 50.737 dan Minyak Pangan, edisi I, hal 242-246,
Biodiesel yang diperoleh secara umum telah Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
sesuai dengan spesifikasi bahan bakar solar 8. Kirk, R.E., and Othmer, D.F., 1979,
yang dikeluarkan Dirjen Migas. Dan hasil Encyclopedia of Chemical Technology, vol.3,
biodiesel yang terbaik diperoleh pada variabel pp. 41, 292-301, Interscience Publishers, Inc.,
dengan metode bubble washing selama 4 jam. New York.
Dengan properties yaitu densitas 0.8697 g/ml; 9. Knothe, G., Gerpen, J.V. dan Krahl, Jurgen.,
viskositas 5.0248 cSt; indeks warna 1.0; 2005. The Biodiesel Handbook. Champaign,
kandungan sulphur 0.0499 % berat; flash point Illinois : AOCS Press.
188 oC dan indeks cetane 50.7371. 10. Puppung, P.L., 198, Beberapa Minyak Nabati
Yang Memiliki Pontensi Sebagai Bahan
Pusataka Bakar Alternatif Untuk Minyak Disel, Lembar
Publikasi Lemigas,4, 34-45.
1. Bailey, A.E., 1954, Industrial and Fat Product,
11. Satish L., 2004. Biodiesel in India, Navi
2 ed., pp. 666-686, Interscience Publisher,
Mumbai, India
Inc., New York.
12. Soerawidjaja, Tatang.H, 2005. Pengembangan
2. Freddman B., E. H. Pyryde, T. L, 1984.
Industri Biodiesel di Indonesia. <URL :
Variables affecting The Yields of Fatty Esters
www.km.itb.ac.id/simposium/THS-
from Transesterified Vegetable Oils, Journal
aula%20timur-05122005.ppt>.
Am. Oil Soc., Vol. 61, No. 1638-1643.
13. Suprianti, Lilik dan Yudhi Kurniawan. 2006.
3. Fukuda, Hideki., 2001. Biodiesel Fuel Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Jarak Pagar
Production by Transesterification of Oils,
( Jatropha Curcas Oil ) Dengan Proses
Journal of Bioscience and Bioengineering,
Transesterifikasi. Skripsi Jurusan Teknik
Vol. 92, No. 5, 405-416.
Kimia, FTI-ITS.
4. Hariyadi, 2005. Budidaya Tanaman Jarak
14. Van Gerpen J., B. Shanks, and R. Pruszko,
(Jatropa curcas) Sebagai Sumber Bahan
2004., Biodiesel Production Technology,
Alternatif Biofuel. 17 Oktober 2005.
National Renewable Energy Laboratory,
http//www.ristek.go.id.
Operated for the U.S. Department of Energy.
5. Hayafuji, S., 1999, Method and apparatus for
227