Anda di halaman 1dari 23

LABORATORIUM PRAKTIKUM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2015/2016

MODUL : Pengolahan Air Limbah Secara Anaerobik


PEMBIMBING : Fitria Yulistiani, ST. MT

Praktikum : 25 Mei 2016


Penyerahan : 1 Juni 2016
(Laporan)

Oleh :
Kelompok : VII
Nama : Rahma Elyana Ajie 131424024
Rita Inayah 131424025
Wyne Raphaela 131424027

Kelas : 3A-TKPB

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengolahan air limbah secara biologi anaerob merupakan pengolahan air limbah
dengan mikroorganisme tanpa injeksi udara/oksigen kedalam proses pengolahan.
Pengolahan air limbah secara biologi anaerob bertujuan untuk merombak bahan organic
dalam air limbah menjadi bahan yang lebih sederhana yang tidak berbahaya. Disamping
itu pada proses pengolahan secara biologi anaerob akan dihasilkan gas-gas seperti gas
CH4 dan CO2. Proses ini dapat diaplikasikan untuk air limbah organic dengan beban
bahan organic (COD) yang tinggi ( 2000 mg/L). Biasanya limbah cair yang memiliki
nilai COD tinggi terdapat pada limbah cair non domestik atau industri. Limbah cair
industri apabila dibuang secara langsung ke badan air maka akan menyebabkan kematian
pada mikroorganisme yang ada dibadan air tersebut, baik dalam waktu yang singkat atau
pun lama, sehingga badan air menjadi tercemar. Oleh karena itu sangatlah penting
mempelajari proses pengolahan limbah cair secara anaerob, agar dapat diaplikasikan baik
di industri maupun di lingkungan domestik.

1.2 Tujuan Percobaan


Setelah melaksanakan praktikum ini mahasiswa mampu :
1. Menentukan konsentrasi awal kandungan organik (COD) dalam umpan dan
konsentrasi kandungan organik (COD) dalam efluen setelah percobaan berlangsung
selama seminggu
2. Menentukan kandungan Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS) yang
mewakili kandungan mikroorganisme dalam reaktor
3. Mempersiapkan nutrisi dalam umpan bagi mikroorganisme pendegradasi air limbah
4. Menghitung efisiensi pengolahan dengan cara menentukan persen (%) kandungan
bahan organik yang didekomposisi selama seminggu oleh mikroorganisme dalam
reaktor terhadap kandungan bahan organik mula-mula

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Limbah cair adalah kotoran dari masyarakat dan rumah tangga dan juga berasal
dari industri, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya. Dengan demikian air
buangan ini merupakan hal yang bersifat kotoran umum.
Pengolahan air limbah secara biologi anaerob merupakan pengolahan air limbah
dengan mikroorganisme tanpa injeksi udara/oksigen kedalam proses pengolahan.
Pengolahan air limbah secara biologi anaerob bertujuan untuk merombak bahan organic
dalam air limbah menjadi bahan yang lebih sederhana yang tidak berbahaya. Disamping
itu pada proses pengolahan secara biologi anaerob akan dihasilkan gas-gas seperti gas
CH4 dan CO2. Proses ini dapat diaplikasikan untuk air limbah organic dengan beban
bahan organic (COD) yang tinggi.
Dalam pengolahan air limbah secara anaerobik mempunyai kelebihan dan
kekurangan bila dibandingkan dengan proses pengolahan lainnya. Kelebihan dan
kekurangannya antara lain sebagai berikut (Metcalf and Eddy, 2003): kelebihan
pengolahan anaerob : efisiensi yang tinggi, mudah dalam konstruksi dan
pengoperasiannya, membutuhkan lahan/ruang yang tidak luas, membutuhkan energi
yang sidikit, menghasilkan lumpur yang sedikit, membutuhkan nutrien dan kimia yang
sedikit. Sedangkan kekurangan dari pada pengolahan anaerob : penyisihan kandungan
nutrient dan patogen yang rendah, membutuhkan waktu yang lama untuk start-up,
menimbulkan bau.

2.2 Mekanisme Reaksi Pengolahan Limbah Cair dengan Proses Anaerobik


Penguraian senyawa organik seperti karbohidrat, lemak dan protein yang terdapat
dalam limbah cair dengan proses anaerobik akan menghasilkan biogas yang mengandung
metana (50-70%), CO2 (25-45%) dan sejumlah kecil nitrogen, hidrogen dan hidrogen
sulfida.
Sebenarnya penguraian bahan organik dengan proses anaerobik mempunyai reaksi
yang begitu kompleks dan mungkin terdiri dari ratusan reaksi yang masing- masing
mempunyai mikroorganisme dan enzim aktif yang berbeda.

Penguraian dengan proses anaerobik secara umum dapat disederhanakan menjadi 2


tahap:
1. Tahap pembentukan asam
2. Tahap pembentukan metana
Langkah pertama dari tahap pembentukan asam adalah hidrolisa senyawa organik
baik yang terlarut maupun yang tersuspensi dari berat molekul besar (polimer) menjadi
senyawa organik sederhana (monomer) yang dilakukan oleh enzim-enzim ekstraseluler.
Pembentukan asam dari senyawa-senyawa organik sederhana (monmer) dilakukan
oleh bakteri-bakteri penghasil asam yang terdiri dari sub divisi acids/farming bacteria
dan acetogenic bacteria. Asam propionat dan butirat diuraikan oleh acetogenic bacteria
menjadi asam asetat.
Pembentukan metana dilakukan oleh bakteri penghasil metana yang terdiri dari sub
divisi acetocalstic methane bacteria yang menguraikan asam asetat menaji metana dan
karbon dioksida. Karbon dioksida dan hidrogen yang terbentuk dari reaksi penguraian di
atas, disintesa oleh bakteri pembentuk metana menjadi metana dan air.
Proses pembentukan asam dan gas metana dari suatu senyawa organik sederhana
melibatkan banyak reaksi percabangan. Mosey (1983) yang menggunakan glukosa
sebagai sampel untuk menjelaskan bagaimana peranan keempat kelompok bekteri
tersebut menguraikan senyawa ini menjadi gas metana dan karbon tlioksida sebagai
berikut :
1. Acid forming bacteria menguraikan senyawa glukosa menjadi :
C6H12O6 + 2H2O 2CH3COOH + 2CO2 + 4H2 (as. asetat)
C6H12O6 CH3CH2CH2COOH + 2CO2 + 2H2 (as. butirat)
C6H12O6 + 2H2 2CH3CH2COOH + 2H2O (as. propionat)

2. Acetogenic bacteria menguraikan asam propionat dan asam butirat menjadi :


CH3CH2COOH CH3COOH + CO2 + 3H2 (as. asetat)
CH3CH2CH2COOH 2CH3COOH + 2H2 (as. asetat)

3. Acetoclastic methane menguraikan asam asetat menjadi :


CH3COOH CH4 + CO2 (metana)

4. Methane bacteria mensintesa hidrogen dan karbondioksida menjadi :


2H2 + CO2 CH4 + 2H2O (metana)
Pada proses pengolahan secara biologi anaerob terjadi empat (4) tahapan proses
yang terlibat diantaranya :
1. Proses hydrolysis : suatu proses yang memecah molekul organic komplek menjadi
molekul organic yang sederhana
2. Proses Acidogenisis : suatu proses yang merubah molekul organic sederhana menjadi
asam lemak
3. Proses Acetogenisis : suatu proses yang merubah asam lemak menjadi asam asetat dan
terbentuk gas-gas seperti gas H2, CO2, NH4 dan S
4. Proses Methanogenisis : suatu proses yang merubah asam asetat dan gas-gas yang
dihasilkan pada proses acetogenisis menjadi gas methane CH4 dan CO2.
Berdasarkan jumlah tahapan reaksi dalam pengolahan secara anaerobik terdapat
dua macam sistem pengolahan yaitu pengolahan satu tahap dan pengolahan dua tahap.
Dalam pengolahan satu tahap semua reaksi pengolahan secara anaerobik yakni
hindrolisis, asetogenesis, dan metanogenesis berlangsung dalam satu reaktor. Sedangkan
dalam pengolahan dua tahap reaksi hidrolisis berlangsung dalam reaktor pertama dan
reaksi asetogenesis dan metanogenesis berlangsung dalam reaktor kedua. Reaksi
hidrolisis dijaga pada pH 6,5 7, reaksi asetogenesis dan metanogenesis pada rentanng
pH 4,5 6,0. Dengan pmisahan tahapan reaksi yang berlangsung pada rentang pH yang
berbeda, maka pada pengolahan dua tahap diharapkan akan terjadi pengolahan air limbah
dengan efisiensi yang lebih tinggi.Secara skematis tiga tahapan reaksi degradasi air
limbah secara anaerobik ditujukkan pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.1. Skematis tiga tahapan reaksi degradasi air limbah secara anaerobik
(Sumber http://www.slideshare.net/IffaMarifatunnisa/anaerobik-digester)
Gambar 2.2 Skema susunan alat Pengolahan Anaerobik Dua
(Sumber http://www.slideshare.net/IffaMarifatunnisa/anaerobik-digester)

Air limbah beserta mikroba tersuspensi dalam air limbah tersebut biasa disebut
dengan mixed liquor. Untuk mengetahui kuantitas mikroba tersuspensi pendekomposisi
atau pendegradasi air limbah maka ditentukan dengan mengukur kandungan padatan
tersuspensi yang mudah menguap (mixed liquor volatile suspended solids/MLVSS)
dalam reaktor.
Berdasarkan baku mutu limbah cair yang dikeluarkan oleh Kementrian Lingkungan
Hidup (KEP-51/MENLH/10/1995) nilai COD yang diizinkan untuk dibuang ke
lingkungan adalah 100 mg/L untuk golongan 1, dan 300 mg/L untuk golongan 2.

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Anaerobik


Lingkungan besar pengaruhnya pada laju pertumbuhan mikroorganisme baik pada
proses aerobik maupun anaerobik yaitu :
a. Temperatur
Pada proses anaerob, diperlukan temperatur yang lebih tinggi untuk mencapai
laju reaksi yang diperlukan. Pada proses anaerob, penambahan temperatur dapat
dilakukan dengan memanfaatkan panas dari gas methane yang merupakan by-
product proses anaerob itu sendiri.
Gas dapat dihasilkan jika suhu antara 4 - 60C dan suhu dijaga konstan.
Bakteri akan menghasilkan enzim yang lebih banyak pada temperatur optimum.
Semakin tinggi temperatur reaksi juga akan semakin cepat tetapi bakteri akan semakin
berkurang. Beberapa jenis bakteri dapat bertahan pada rentang temperatur tertentu
dapat dillihat pada tabel berikut: Pengaruh temperatur terhadap daya tahan hidup
bakteri
Jenis Bakteri Rentang Temperatur
Temperatur 0C Optimum 0C
a. Cryophilic 2 30 12 18

b. Mesophilic 20 45 25 40
c. Thermophilic 45 75 55 65

Proses pembentukan metana bekerja pada rentang temperatur 30-40C, tapi


dapat juga terjadi pada temperatur rendah, 4C. Laju produksi gas akan naik 100-
400% untuk setiap kenaikan temperatur 12C pada rentang temperatur 4-65C.
Mikroorganisme yang berjenis thermophilic lebih sensitif terhadap perubahan
temparatur daripada jenis mesophilic. Pada temperatur 38C, jenis mesophilic dapat
bertahan pada perubahan temperatur 2,8C.
Untuk jenis thermophilic pada suhu 49C, perubahan suhu yang dizinkan
0,8C dan pada temperatur 52C perubahan temperatur yang dizinkan O,3C.

b. pH (Keasaman) dan Alkalinitas


Proses anaerob yang memanfaatkan bakteri methanogen lebih sensitif pada pH
dan bekerja optimum pada kisaran pH 6,5 7,5. Sekurang-kurangnya, pH harus
dijaga pada nilai 6,2 dan jika konsentrasi sulfat cukup tinggi maka kisaran pH
sebaiknya berada pada pH 7 8 untuk menghindari keracunan H 2S. Alkalinitas
bikarbonat sebaiknya tersedia pada kisaran 2500 hingga 5000 mg/L untuk mengatasi
peningkatan asam-asam volatil dengan menjaga penurunan pH sekecil mungkin.
Biasanya dilakukan penambahan bikarbonat ke dalam reaktor untuk mengontrol pH
dan alkalinitas.

c. Konsentrasi Substrat
Sel mikroorganisme mengandung Carbon, Nitrogen, Posfor dan Sulfur dengan
perbandingan 100 : 10 : 1 : 1. Untuk pertumbuhan mikroorganisme, unsur-unsur di
atas harus ada pada sumber makanannya (substart). Konsentrasi substrat dapat
mempengaruhi proses kerja mikroorganisme. Kondisi yang optimum dicapai jika
jumlah mikroorganisme sebanding dengan konsentrasi substrat.
Kandungan air dalam substart dan homogenitas sistem juga mempengaruhi
proses kerja mikroorganisme. Karena kandungan air yang tinggi akan memudahkan
proses penguraian, sedangkan homogenitas sistem membuat kontak antar
mikroorganisme dengan substrat menjadi lebih intim.

d. Produksi Lumpur dan Kebutuhan Nutrien


Pada pengolahan anaerob, produksi lumpur adalah sebanyak 0,1 kg VSS/kg COD
tersisihkan. Kebutuhan nutrien pada pengolahan anaerob adalah seperlima dari proses
aerob.

Parameter Anaerob
Kebutuhan energi Rendah
Tingkat pengolahan 95 %
Produksi lumpur Rendah
Stabilitas proses terhadap toksik Rendah sampai sedang
dan perubahan beban
Kebutuhan nutrien Rendah
Bau Berpotensi menimbulkan bau
Kebutuhan alkalinitas Tinggi untuk beberapa Indistri
Produksi biogas Ada (dapat dimanfaatkan
sebagai sumber energi)
Start-up time 2 4 bulan

BAB III
METODOLOGI
1 Susunan Alat dan Bahan yang Digunakan
Gambar 3.1. Skematis tiga tahapan reaksi degradasi air limbah secara anaerobik
(Sumber http://www.slideshare.net/IffaMarifatunnisa/anaerobik-digester)

Gambar 3.2. Skema susunan alat Pengolahan Anaerobik Dua


(Sumber http://www.slideshare.net/IffaMarifatunnisa/anaerobik-digester)
1 Alat yang digunakan
No Nama Alat Spesifikasi Jumlah
.
1 Labu erlenmeyer 250 ml 2 buah
2 Corong gelas - 2 buah
3 Cawan porselin - 2 buah
4 Desikator - 1 buah
5 Neraca analitis - 1 buah
6 Oven - 1 buah
7 Furnance - 1 buah
8 Hach COD digester - 1 buah
9 Tabung Hach - 2 buah
10 Buret 1 buah
11 Klem - 1 buah
12 Statip - 1 buah

2 Bahan kimia yang digunakan


No. Nama Bahan Jumlah
1 Glukosa 2 g/L
2 NH4HCO3 0.15 g/L
3 KH2PO4 0.15 g/L
4 NaHCO3 0.5 g/L
5 K2HPO4 0.5 g/L
6 Trace Metal Solution A 1 mL
- MgSO4.7H2O - 5 g/L
7 Trace Metal Solution B 1 mL
- FeCl3 - 5 g/L
- CaCl2 - 5 g/L
- KCl - 5 g/L
- CoCl2 - 1 g/L
- NiCl2 - 1 g/L
8 FAS
9 Indikator Ferroin
10 Kertas Saring 1 buah
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Tahapan Percobaan

1 Lakukan aklimatisasi mikroba dengan jelas memberikan umpan pada laju alir yang
rendah ( 0,3 L/detik). Kemudian naikkan laju alir sebesar 0,2 L/detik hingga
mencapai laju 1,5 L/detik. Setelah laju alir mencapai 1,5 L/detik hentikan kenaikan
laju alir dan biarkan reaksi berlangsung selama beberapa hari.
2 Tentukan konsentrasi organic (COD) awal dalam reaktor 1 maupun reaktor 2 sebelum
penambahan umpan/nutrisi bagi organisme dalam tangki tersebut.
3 Tentukan konsentrasi organic (COD) dari umpan.
4 Tentukan kandungan mikroorganisme dalam Reaktor 1 maupun Reaktor 2 dengan
cara menentukan konsentrasi Mix Liqour Volatile Suspended Solid (MLVSS) secara
gravimetric.
5 Lakukan percobaan inti yang meliputi pengaruh pengolahan dua tahap, pengaruh
suhu, dan pembebanan hidrolis (detil prosedur percobaan lihat penjelasan di bawah).
6 Tentukan konsentrasi organic (COD) dari efluen Reaktor 1 maupun Reaktor 2 setelah
proses berjalan selama seminggu untuk mengetahui efisiensi pengolahan.
7 Catat total gas yang terbentuk pada Reaktor 1 maupun Reaktor 2 setelah proses
berjalan selama seminggu untuk mengetahui efisiensi pembentukan gas.

3.2.2 Penentuan konsentrasi nutrisi bagi mikroorganisme

Penentuan nutrisi bagi mikroorganisme pendegradasi air limbah yang diberikan


sebesar 2000 mg COD/L. Nutrisi dalam umpan ini dibuat secara sintetis dengan
mencampurkan glukosa ammonium hidrogen karbonat, kalium dihidrogen karbonat,
natrium hidrogen karbonat, kalium hidrogen karbonat (lihat Bahan Kimia yang
digunakan) dan penambahan Trace Metal Solution A dan B masing-masing sebanyak
1 mL menjadi 1 L larutan.

3.2.3 Penentuan kandungan organic (COD) dari sampel

indikator ferroin (2-3 tetes)

Tit

Penghentian titrasi setelah perubahan warna da

Pencatatan volume FAS yang dibutuhkan untuk titrasi


Pemanasan
Cawan pijar pada Furnace (6000C) dan Kertas saring dalam Oven (105

Penimbangan berat kosong hingga konstan

Penyaringan air sampel oleh kertas saring

3.2.4 Penentuan Kandungan Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS)


Pemanasan cawan pijar berisi saringan kertas sampel dalam Oven
Kondisi Operasi : T = 1050C dengan waktu 1 jam

Penimbangan cawan pijar berisi kertas sairng

Pemanasan cawan pijar berisi saringan kertas sampel dalam Furnace


Kondisi Operasi : T = 600 0C selama 2 hari

Penimbangan cawan pijar berisi kertas sairng


3.3 Keselamatan Kerja
Pastikan kabel listrik tidak bersinggungan dengan percikan/tumpahan air.
Hati-hati dalam memasukkan maupun mengeluarkan cawan pijar (baik kosong
maupun yang berisi sampel) dari Furnace. Begitu juga hati-hati dalam memasukkan
maupun mengeluarkan kertas saring dari Oven.
Gunakan sarung tangan pada saat menuangkan zat-zat pereaksi dalam pemeriksaan
COD.
BAB IV
DATA PENGAMATAN

4.1 Data Penentuan Kandungan Organik (Chemical Oxygen Demand/COD)


Normalitas FAS (a) = 0,123 N (hasil standarisasi)
Pengenceran sampel umpan = 20 kali
dan Reaktor 1 (b)
Berat equivalen oksigen =8
mL sampel Umpan dan Reaktor 1= 2,5 mL
Tabel 4.1 mL FAS terpakai untuk sampel dan Blanko
Reaktor 1 (b1) Reaktor 2(b2) Blanko 1 (a) Blanko 2 (a)
0,85 1,1 1,2 1,2
mL FAS
1,1 1,2 1,2 1,2
Rata-rata 0,975 1,15 1,2 1,2

4.2 Data Penentuan Kandungan Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS)
Berat konstan cawan pijar ( a gram) = 35,6417 gram
Berat konstan kertas saring (b gram) = 0,9267 gram
Berat konstan cawan pijar + kertas saring + endapan (c gram) = 37,012 gram
Berat konstan cawan pijar hasil furnace (d gram) = 35,6457 gram

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasi Percobaan


Tabel 5.1 Hasil Percobaan
No. Data Percobaan Satuan Hasil Percobaan
1. TSS mg/L 34257,5
2. MLVSS mg/L 34157,5
3. FSS mg/L 100
4. COD umpan mg O2/L 1771,2
5. COD reaktor 1 mg O2/L 393,6
6. Efisiensi Pengolahan % 77,77

5.2 Pembahasan
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil praktikum maka dapat disimpulkan beberapa hal di bawah ini
No. Data Percobaan Satuan Hasil Percobaan
1. TSS mg/L 34257,5
2. MLVSS mg/L 34157,5
3. FSS mg/L 100
4. COD umpan mg O2/L 1771,2
5. COD reaktor 1 mg O2/L 393,6
6. Efisiensi Pengolahan % 77,77

Komposisi nutrisi yang diberikan

No. Nama Bahan Jumlah

1 Glukosa 10 g
2 NH4HCO3 0.75 g/L
3 KH2PO4 0.75 g/L
4 NaHCO3 2.5 g/L
5 K2HPO4 2.5 g/L
6 Trace Metal Solution 5 mL
A
7 Trace Metal Solution 5 mL
B
ke-tujuh bahan tersebut dicampurkan kemudian dilarutkan dalam air 1000 mL.
5.2 Saran
Disarankan pada saat praktikum, pastikan alat yang digunakan terutama reaktor
berfungsi dengan baik sehingga data yang diperoleh kumplit dan akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Nadya. Pengolahan Anaerob pada Air Limbah.


http://nadyacintabiru.blogspot.co.id/2012/10/pengelolaan-anaerob-pada-air-
limbah.html. [Diakses 17 Mei 2016]
Afriani Fitri. Proses Lumpur Aktif. http://dokumen.tips/documents/lumpur-aktif-
55979b6ded781.html. [Diakses 17 Mei 2016]
Budiastuti Hera. Pengecekan Peningkatan Kemampuan Degradasi asam Propionat dalam
Reaktor Anaerobik melalui Injeksi Asam Propionat, Gliserol, dan Asam
Butirat. http://digilib.polban.ac.id/files/disk1/78/jbptppolban-gdl-
hbudiastut-3883-1-pengecek-t.pdf. [Diakses 17 Mei 2016]
Mustafa. Pemanfaatan Sludge Hasil Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit Sebagai Bahan
Baku Pembuatan Biogas. http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=96539&val=5066. [Diakses 17 Mei 2016]
Romli Muhammad. Penentuan Nilai Parameter Kinetika Lumpur Aktif untuk Pengolahan Air
Lindi Sampah (Leachate). http://mfile.narotama.ac.id/files/Umum/JURNAL
%20IPB/PENENTU%20NILAI%20METER%20KINETIKA
%20LUMPUR%20AKTIF%20UNTUK%20PENGOLAHAN%20AIR
%20LINDI%20SAMPAH.pdf. [Diakses 17 Mei 2016]
LAMPIRAN

1. Perhitungan kandungan organik (Chemical Oxygen Demand/COD)

( ab ) c 1000 d p
COD ( mgO2 /l ) =
ml sampel

COD Reaktor 1
Dik :
a (mL FAS untuk blanko) = 1,2 mL
b1 (mL FAS untuk umpan) = 0,975 mL
c (normalitas FAS) = 0,123 N
d (berat equivalen oksigen) =8
p (pengenceran) = 20

COD Umpan :
( 1,2 ml0,975 ml ) 0,123 N 1000 8 20
COD umpan=
2,5 ml
COD umpan=1771,2mg O2 /l

COD Reaktor 2
Dik :
a (mL FAS untuk blanko) = 1,2 mL
b2 (mL FAS untuk reaktor 1) = 1,15 mL
c (normalitas FAS) = 0,123 N
d (berat equivalen oksigen) =8
p (pengenceran) = 20

COD Reaktor 1 :
( 1,2 ml1,15 ml ) 0,123 N 1000 8 20
COD Reaktor 1=
2,5 ml

COD Reaktor 1=393,6 mgO2 /l

2. Perhitungan Efisiensi Pengolahan

COD umpanCOD reaktor 1


Effisiensi ( )= 100
COD umpan

Diketahui :
COD umpan = 1771,2 mg O2/L
COD reaktor 1 = 393,6 mg O2/L

Effisiensi :
1771,2mg O2 /l393,6 mgO2 /l
Effisiensi ( )= 100
1771,2 mgO2 /l

Effisiensi ( )=77,77

3. Perhitungan Kandungan Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS)


Perhitungan Total Padatan Tersuspensi (TSS)

l
( ca) 6
mg/ = 10
ml sampel
TSS

Diketahui :
Berat konstan cawan pijar + kertas saring + endapan (c gram) = 37,012 gram
Berat konstan cawan pijar ( a gram) = 35,6417 gram
mL sampel = 40 mL
(37,012 gr3 5,6417 gr )
TSS : TSS= 106
40 mL

TSS=34257,5mg /l

Perhitungan Padatan Tersuspensi yang Mudah Menguap (VSS) = MLVSS

l
(cd) 6
mg/ = 10
ml sampel
VSS

Diketahui :
Berat konstan cawan pijar + kertas saring + endapan (c gram) = 37,012 gram
Berat konstan cawan pijar hasil furnace (d gram) = 35,6457 gram
mL sampel = 40 mL

VSS :
(37,012 gr3 5,6457 gr)
VSS= 106
40 mL

VSS=34157 ,5 mg/l

Perhitungan Padatan Tersuspensi yang tidak Menguap (FSS)

FSS=TSSVSS

Diketahui :
TSS = 34257,5 mg/L
VSS = 34157,5 mg/L

FSS :
FSS=TSSVSS
F SS=3 4257,5 mg/l34157 ,5 mg/l
FSS=100 mg/l
4. Perhitungan Komposisi Nutrisi Bagi Mikroorganisme
Kedalam sampel limbah ditambahkan nutrisi, nutrisi yang ditambahkan adalah
sumber makanan untuk mikroorganisme yang akan mendekomposisi bahan organik,
hal ini yang menyebabkan kandungan organik dalam sampel dapat diturunkan. Nutrisi
yang ditambahkan adalah sebagai berikut :

No. Nama Bahan Jumlah

1 Glukosa 10 g
2 NH4HCO3 0.75 g/L
3 KH2PO4 0.75 g/L
4 NaHCO3 2.5 g/L
5 K2HPO4 2.5 g/L
6 Trace Metal Solution A 5 mL
7 Trace Metal Solution B 5 mL
5. ke-tujuh bahan tersebut dicampurkan kemudian dilarutkan dalam air 1000 mL.

6. Dokumentasi Praktikum
No Foto Keterangan
1
Sebelah Kiri Reaktor-1 : Tempat
mengambil sampel 1
Sebelah Kanan Reaktor-2 : Tempat
mengambil sampel 2, namun ketika
praktikum tidak ada isinya, sehingga
sampel 2 diambil dari umpan.
2
Sebelah Kiri sampe yang diambil
dari reaktor-1. Dan sebelah kanan
sampel diambil dari umpan.

3
Tabung Hach, tempat menyimpan
sampel.
4 H2SO4 3,5 ml + 1,5 Kalium
bikromat + 2,5 ml sampel = larutan
berubah menjadi warna kuning
seperti digambar.
Kemudian, dimasukan kedalam
digester selama 2 jam.

5
Sampel di beri indikator ferroin,
kemudian di titrasi dengan
menggunakan FAS 0,123 N.

Mula-mula larutan berwarna


kuning, dan berubah menjadi warna
hijau muda.

Titrasi dihentikan ketika, larutan


yang berwarna hijau, berubah
menjadi warna coklat.
Kemudian catat mL FAS yang
digunakan. Titrasi dilakukan duplo
(sebanyak dua kali)

Anda mungkin juga menyukai