Anda di halaman 1dari 16

Makalah Terorisme

MENINGKATNYA TINDAK KRIMINAL TERORISME : FAKTOR


PENYEBAB, DAMPAK DAN SOLUSI

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu: Dra.Sumarwati,M.Pd.

Oleh :

Indah Yulika Kurniawati (E0010179)

Innaha Setyowati (E0010184)

Ira Anggita Rahayu (E0010186)

Ivan Fathoni Permana (E0010193)

Nurul Bisyarati (E0010260)


FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya telah
diberikan kepada kita sehingga penulis dapatmenyelesaikan tugas
MENINGKATNYA TINDAK KRIMINAL TERORISME : FAKTOR ,
PENYEBAB, DAMPAK DAN SOLUSI ini. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas Uji Kompetensi Dasar III mata kuliah Bahasa Indonesia.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bantuan, motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Sumarwati, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik


yang selaku memberikan nasihat dan masukan akademis pada penulis.

2. Orang tua tercinta yang telah sudi membantu baik moril maupun
materiil.

3. Dan semua sahabat serta teman-teman yang telah membantu


dalam bentuk sekecil apapun demi kelancaran tugas makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Kami
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis,

22 April 2011

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Teror sudah lama ada hampir seiring dengan sejarah peradaban manusia,
tetapi mulai efektif digemakan pada abad pertengahan ketika negara-
negara atau kerajaan-kerajaan berperang, dan terror digemakan sebagai
salah satu cara untuk memenangkan peperangan. Tetapi waktu itu hampir
terlalu gampang untuk ditebak, siapa yang melakukan terror. Namun
sekarang, kejadian terror hampir sangat sulit ditebak siapa pelakunya,
organisasi atau negara mana yang mengaturnya. Semua berjalan
undercoverlunderground dan tidak berbentuk, serta organisasinya sulit
dibaca atau sulit diketahui.

Pada saat ini, apabila kita mendengar kata-kata terorisme, pikiran kita
hampir selalu terkait atau tergambar adanya sesuatu yang negatif, adanya
bom yang meledak hebat yang menghancurkan gedung-gedung dan
sarana prasarana lain, tewasnya manusia yang tidak terhitung jumlahnya
serta akibat lain yang dikategorikan perbuatan biadab, tidak bermoral, tidak
berperikemanusiaan. Namun, apakah memang demikian sebenarnya?
Bahkan kadang-kadang selalu digandeng-gandengkan antara terorisme
dengan islam. Apabila demikian, apakah sebenarnya terorisme itu?
Terkait permasalahan yang selama ini telah dialami oleh khalayak
masyarakat menimbulkan banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang
seharusnya menjadi perhatian dunia internasional. Semisal, apakah
masyarakat tidak mempunyai hak untuk memperoleh rasa aman?
Bagaimana upaya untuk memberikan rasa aman terhadap khalayak
masyarakat? Pertanyaan- pertanyaan inilah yang mendasari berbagai
upaya untuk menyelesaikannya. Hal inilah yang patut dikaji sebagai respon
positif terhadap upaya tersebut.MENINGKATNYA TINDAK KRIMINAL
TERORISME : FAKTOR PENYEBAB, DAMPAK DAN SOLUSI.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang menjadi faktor penyebab meningkatnya tindak kriminal


terorisme?

2. Apa dampak dari meningkatnya tindak kriminal terorisme?

3. Bagaimana solusi mengurangi meningkatnya tindak kriminal


terorisme?

C. Tujuan

1. Mengidentifikasikan faktor penyebab meningkatnya tindak kriminal


terorisme.

2. Mengidentifikasi dampak dan meningkatnya tindak kriminal terorisme.

3. Mengidentifikasi solusi menguranginya tindak kriminal terorisme.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Tindak Pidana Kriminal Terorisme

Menurut para ahli kontraterorisme berpendapat bahwa istilah teroris


merujuk kepada para pelaku yang tidak tergabung dalam angkatan
bersenjata yang dikenal atau tidak menuruti peraturan angkatan bersenjata
tersebut. Aksi terorisme mengandung makna bahwa serang-serangan
teroris yang dilakukan tidak berperikemanusiaan dan tidak memiliki
justifikasi. Oleh karena itu, para pelakunya ("teroris") layak mendapatkan
pembalasan yang kejam. Akibat makna-makna negatif yang dikandung
oleh perkataan "teroris" dan "terorisme", para teroris umumnya menyebut
diri mereka sebagai separatis, pejuang pembebasan, pasukan perang
salib, militan, mujahidin, dan lain-lain. Tetapi dalam pembenaran dimata
teroris : Makna sebenarnya dari jihad, mujahidin adalah jauh dari tindakan
terorisme yang menyerang penduduk sipil padahal tidak terlibat dalam
perang. Padahal Terorisme sendiri sering tampak dengan mengatas
namakan agama. (http://www.definisionline.com/2009/12/definisi-dan-
pengertian-terorisme_31.html)

Di lihat dari segi bahasa terorisme secara kasar merupakan suatu istilah
yang digunakan untuk penggunaan kekerasan terhadap penduduk sipil/non
kombatan untuk mencapai tujuan politik. Dalam skala lebih kecil daripada
perang, teroris berasal dari Perancis pada abad 18. Kata terorisme yang
artinya dalam keadaan teror ( under the terror ), berasal dari bahasa latin
terrere yang berarti gemetaran dan detererre yang berarti takut.Istilah
terorisme pada awalnya digunakan untuk menunjuk suatu musuh dari
sengketa territorial atau cultural melawan ideology atau agama yang
melakukan aksi kekerasan terhadap publik.
(http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:c329J2zEYPEJ:www.scribd.com/doc/4683235/Terorisme-
+jurnal+tentang+terorisme&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-
a&source=www.google.co.id)

Pandangan terorisme menurut Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama,


K.H. Hasyim Muzadi, mengatakan Indonesia merupakan korban dari
jaringan teror global. Menurut beliau, ini yang harus diluruskan di mata
dunia. Teror itu biasanya datang dari luar, dimana bisa dilakukan sendiri
dan bisa juga melalui doktrin, Indonesia victim global
teror. (http://rumahmadina.com/blog-artikel-islam/jihad-bukan-terorisme-
terorisme-bukan-jihad/)

Terorisme digunakan sebagai senjata psikologis untuk menciptakan


suasana panik, tidak menentu serta menciptakan ketidak percayaan
masyarakat terhadap kemampuan pemerintah dan memaksa masyarakat
atau kelompok tertentu untuk mentaati kehendak pelaku teror. Terorisme
tidak ditujukan langsung kepada lawan, akan tetapi perbuatan teror justru
dilakukan dimana saja dan terhadap siapa saja. Dan yang lebih utama,
maksud yang ingin disampaikan oleh pelaku teror adalah agar perbuatan
teror tersebut mendapat perhatian yang khusus atau dapat dikatakan lebih
sebagaipsy-war.

Menurut pendapat dari DR. F. Budi Hardiman (Endriyono, 2005: 4) yang


menyatakan bahwa teror adalah fenomena yang cukup tua dalam sejarah,
yang berusaha menakut-nakuti, mengancam, memberi kejutan kekerasan
atau membunuh dengan maksud menyebarkan rasa takut, dan hal ini
digunakan sebagai taktik dalam perjuangan kekuasaan. Seperti yang
dikatakan oleh Prof. M. Cherif Bassiouni, ahli Hukum Pidana Internasional,
bahwa tidak mudah untuk mengadakan suatu pengertian yang identik yang
dapat diterima secara universal sehingga sulit mengadakan pengawasan
atas makna Terorisme tersebut. Sedangkan menurut Prof. Brian Jenkins,
Phd., Terorisme merupakan pandangan yang subjektif, hal mana
didasarkan atas siapa yang memberi batasan pada saat dan kondisi
tertentu. (http://www.definisionline.com/2009/12/definisi-dan-pengertian-
terorisme_31.html)

Dalam rangka mencegah dan memerangi Terorisme tersebut, sejak jauh


sebelum maraknya kejadian-kejadian yang digolongkan sebagai bentuk
Terorisme terjadi di dunia, masyarakat internasional maupun regional serta
pelbagai negara telah berusaha melakukan kebijakan kriminal (criminal
policy) disertai kriminalisasi secara sistematik dan komprehensif terhadap
perbuatan yang dikategorikan sebagai Terorisme.
B. Landasan Hukum Tentang Terorisme

Menurut Waluyadi (2009: 17) Undang-Undang memberikan pembatasan,


bahwa yang dimaksud terorisme adalah setiap perbuatan yang dengan
sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan menimbulkan
atau bermaksud untuk menimbulkan suasana teror atau rasa takut
terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat
massal, dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan
harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran
terhadap objek-objek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau
fasilitas publik atau fasilitas internasional.

Dalam rumusan yang paling formal di Indonesia adalah terdapat dalam


Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Terorisme,
dalam pasal 6 dan pasal 7 yang isinya mengenai ancaman pidana bagi
pelaku teror dibagi menjadi dua. Pertama, perbuatan yang menimbulkan
akibat yang dilarang diancam dengan pidana penjara minimal 4 tahun dan
maksimal 20 tahun. Kedua, perbuatan yang dimaksudkan menimbulkan
akibat yang dilarang diancam dengan pidana penjara seumur hidup.

Untuk menjamin berjalannya proses hukum dalam tindak pidana terorisme,


Undang-Undang juga menegaskan adanya ancaman kepada siapa saja
yang menghalangi proses hukum tersebut, dengan ancaman pidana
minimal 2 tahun dan maksimal 7 tahun. Apabila usaha untuk menghalangi
proses hukum tersebut diikuti dengan mengintimidasi aparat hukum, maka
pelakunya diancam dengan pidana minimal 3 tahun maksimal 15 tahun.

C. Faktor Penyebab Tindakan Terorisme

Empat faktor menjadi penyebab tumbuh suburnya terorisme di Indonesia.


Pendorong melakukan tindak kekerasan dan mau benar sendiri itu adalah
kondisi ketidakadilan, lemahnya tatanan negara, ketidakpedulian
masyarakat dan krisis identitas.
(http://www.tempointeraktif.com/hg/hukum/2009/08/20/brk,20090820-
193436,id.html)

Selain itu, penyebab terorisme yang perlu dikenali karena ini berkait
dengan upaya pencegahannya, antara lain:

1. Kesukuan, nasionalisme/separatisme

Tindak teror ini terjadi di daerah yang dilanda konflik antar etnis/suku atau
pada suatu bangsa yang ingin memerdekan diri. Menebar teror akhirnya
digunakan pula sebagai satu cara untuk mencapai tujuan atau alat
perjuangan. Sasarannya jelas, yaitu etnis atau bangsa lain yang sedang
diperangi. Bom-bom yang dipasang di keramaian atau tempat umum lain
menjadi contoh paling sering. Aksi teror semacam ini bersifat acak, korban
yang jatuh pun bisa siapa saja.

2. Kemiskinan dan kesenjangan dan globalisasi

Kemiskinan dan kesenjangan ternyata menjadi masalah sosial yang


mampu memantik terorisme. Kemiskinan dapat dibedakan menjadi 2
macam: kemiskinan natural dan kemiskinan struktural. Kemiskinan natural
bisa dibilang miskin dari sononya. Orang yang tinggal di tanah subur akan
cenderung lebih makmur dibanding yang berdiam di lahan tandus. Sedang
kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang dibuat. Ini terjadi ketika
penguasa justru mengeluarkan kebijakan yang malah memiskinkan
rakyatnya. Jenis kemiskinan kedua punya potensi lebih tinggi bagi
munculnya terorisme.

3. Non demokrasi

Negara non demokrasi juga disinyalir sebagai tempat tumbuh suburnya


terorisme. Di negara demokratis, semua warga negara memiliki
kesempatan untuk menyalurkan semua pandangan politiknya. Iklim
demokratis menjadikan rakyat sebagai representasi kekuasaan tertinggi
dalam pengaturan negara. Artinya, rakyat merasa dilibatkan dalam
pengelolaan negara. Hal serupa tentu tidak terjadi di negara non
demokratis. Selain tidak memberikan kesempatan partisipasi masyarakat,
penguasa non demokratis sangat mungkin juga melakukan tindakan
represif terhadap rakyatnya. Keterkungkungan ini menjadi kultur subur bagi
tumbuhnya benih-benih terorisme.

Melihat kompleksitas permasalahan tersebut tampaknya terorisme bukan


semata-mata masalah agama, melainkan masalah seluruh umat manusia
dalam berbagai aspek. Muktifaktorial tersebut juga akhirnya yang akan
mengakibatkan berbagai pihak akan melakukan aksi saling tuding sebagai
biang penyebabnya. Bom di Jakarta yang mengguncang di Jakarta bom,
telah menjadikan banyaknya kambing hitam yang muncul. Pihak keamanan
dan pihak intelejen dituding tidak becus dan tidak professional dalam
mencegah aksi tersebut. Tapi tudingan selalu dimentahkan, jangankan di
Indonesia di negara Amerika Serikat sebagai pusat rujukan anti teror dunia.
(http://rokipanjaitan.wordpress.com/2010/03/14/bahaya-terorisme-
terhadap-peradaban-manusia/)

4. Pelanggaran harkat kemanusiaan

Aksi teror akan muncul jika ada diskriminasi antar etnis atau kelompok
dalam masyarakat. Ini terjadi saat ada satu kelompok diperlakukan tidak
sama hanya karena warna kulit, agama, atau lainnya.Kelompok yang
direndahkan akan mencari cara agar mereka didengar, diakui, dan
diperlakukan sama dengan yang lain. Atmosfer seperti ini lagi-lagi akan
mendorong berkembang biaknya teror.

5. Radikalisme agama

Butir ini nampaknya tidak asing lagi. Peristiwa teror yang terjadi di
Indonesia banyak terhubung dengan sebab ini. Radikalisme agama
menjadi penyebab unik karena motif yang mendasari kadang bersifat tidak
nyata. Beda dengan kemiskinan atau perlakuan diskriminatif yang mudah
diamati. Radikalisme agama sebagian ditumbuhkan oleh cara pandang
dunia para penganutnya. Menganggap bahwa dunia ini sedang dikuasi
kekuatan hitam, dan sebagai utusan Tuhan mereka merasa terpanggil
untuk membebaskan dunia dari cengkeraman tangan-tangan jahat.

D. Dampak dari Tindakan Terorisme

1. Terhadap sistem politik, terdapat input yang berguna untuk memberi


masukan didalam sistem politik. Karena sistem politik disusun untuk
memberikan kepuasan bagi masyarakat yang berada dibawahnya. Namun
permasalahannya untuk Indonesia yang memiliki berbagai macam tuntutan
karena latar belakang masyarakat yang sudah berbeda-beda, dan
kebutuhan yang berbeda pula. Dan kadang kebutuhan tersebut tidak
seluruhnya bisa dipenuhi, dan akhirnya rakyat menuntut. Terlihatlah bahwa
Terorisme itu bisa mengganggu sistem perpolitikan suatu negara. Dan
hendaknya masing-masing negara mampu mengatur suatu sistem
perpolitikan dengan baiksehingga hal-hal seperti ini tidak kita temui lagi.

2. Pengaruh terorisme dapat memiliki dampak yang signifikan, baik


segi keamanan dan keresahan masyarakat maupun iklim perekonomian
dan parawisata yang menuntut adanya kewaspadaan aparat intelijen dan
keamanan untuk pencegahan dan penanggulangannya.

3. Masih adanya ancaman terorisme di Indonesia juga disebabkan


oleh belum adanya payung hukum yang kuat bagi kegiatan intelijen untuk
mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan terorisme. Sulitnya
menyusun payung hukum tersebut karena adanya pemahaman sempit
sementara kalangan umat beragama, bahwa perang melawan terorisme
dianggap memerangi Islam. Kondisi masyarakat tradisional yang
menghadapi persoalan ekonomi dan sosial sangat mudah dipengaruhi atau
direkrut menjadi anggota kelompok teroris.

E. Solusi dari Tindakan Terorisme


Terorisme (Endriyono, 2005: 22) adalah perbuatan melawan hukum secara
sistematis dengan maksud untuk menghancurkan kedaulatan bangsa dan
negara. Ada beberapa soft strategy yang bisa dilakukan oleh pemerintah
dalam menahan laju terorisme di Indonesia.

1. Pemberantasan kemiskinan dan perbaikan ekonomi. Tidak bisa


dipungkiri bahwa kemiskinan adalah salah satu pendorong terjadinya
gerakan resistensi dari berbagai golongan masyarakat, termasuk gerakan
terorisme.
(http://kampus.okezone.com/read/2010/08/20/373/364815/373/solusi-
berantas-terorisme-dari-mahasiswa-umy)

2. Pemerintah hendaknya melakukan kampanye tentang pengertian


jihad kepada seluruh masyarakat.
(http://kampus.okezone.com/read/2010/08/20/373/364815/373/solusi-
berantas-terorisme-dari-mahasiswa-umy)

3. Untuk para siswa yang duduk di bangku sekolah, pemahaman


tentang jihad hendaknya dimasukkan ke dalam buku agama yang
dikeluarkan oleh Departemen Agama (Depag).

4. Untuk masyarakat diadakan dialog antara masyarakat barat dan


Islam untuk membahas islam. Selain itu, pemerintah maupun masyarakat
baiknya membuat film dokumenter yang ditayangkan di televisi mengenai
pemahaman jihad itu sendiri.

5. Itu harus ada empowering terhadap pemikiran moderat, karena


inilah yang diperlukan di Indonesia. Jadi bukan hanya NU diajak
bekerjasama, tetapi bagaimana pemikiran-pemikiran moderat itu diperkuat
dengan sistem kenegaraan.

6. Didalam sebuah sistem politik, terdapat Input, Output, dan


Lingkungan yang memengaruhinya. Input yang Indonesia dapatkan sudah
terlalu banyak, permasalahannya pun sudah dilumatkan dalam beberapa
pertemuan, kerjasama antarnegara yang berkaitan dengan terorisme pun
telah dijalin dengan berbagai negara, dan hendaknya kebijakan-kebijakan
atau outputyang dikeluarkan pun sudah memuaskan seluruh kalangan.
Sebagai upaya memerangi terorisme, ada dua hal yang kita hadapi, yaitu
terror dan isme. Terror itu harus dihadapi dengan inteligen teritory
dimana ini sudah dilakukan oleh Indonesia. Sementara yang kedua, yaitu
isme, ini tidak bisa menggunakan cara-cara tersebut, kita harus
menggunakan sistem pendidikan keagamaan yang menjamin untuk tidak
timbulnya terror yang berkarakter agama.
(http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/72-desember-2009/658--
menangkal-terorisme-dengan-memberdayakan-pemikiran-moderat.html)

F. Langkah-Langkah Kebijakan

Arah kebijakan yang ditempuh dalam rangka mencegah dan


menanggulangi kejahatan terorisme pada tahun 2005 2009 adalah
sebagai berikut:

1. penguatan koordinasi dan kerja sama di antara lembaga


Pemerintah;

2. peningkatan kapasitas lembaga pemerintah dalam pencegahan dan


penanggulangan teroris, terutama satuan kewilayahan;

3. pemantapan operasional penanggulangan terorisme dan penguatan


upaya deteksi secara dini potensi aksi terorisme;

4. penguatan peran aktif masyarakat dan pengintensifan dialog dengan


kelompok masyarakat yang radikal;

5. peningkatan pengamanan terhadap area publik dan daerah strategis


yang menjadi target kegiatan terorisme;

6. sosialisasi dan upaya perlindungan masyarakat terhadap aksi


terorisme;

7. pemantapan deradikalisasi melalui upaya-upaya pembinaan (soft


approach) untuk mencegah rekrutmen kelompok teroris serta
merehabilitasi pelaku terror yang telah tertangkap.
Dalam mencegah dan menanggulangi terorisme, Pemerintah tetap
berpedoman pada prinsip yang telah diambil sebelumnya, yakni melakukan
secara preventif dan represif yang didukung oleh upaya pemantapan
kerangka hukum sebagai dasar tindakan proaktif dalam menangani
aktivitas, terutama dalam mengungkap jaringan terorisme. Peningkatan
kerja sama intelijen, baik dalam negeri maupun dengan intelijen asing,
melalui tukar-menukar informasi dan bantuan-bantuan lainnya, terus
ditingkatkan. Untuk mempersempit ruang gerak pelaku kegiatan terorisme,
Pemerintah akan terus mendorong instansi berwenang untuk
meningkatkan penertiban dan pengawasan terhadap lalu lintas orang dan
barang di bandara, pelabuhan laut, dan wilayah perbatasan, termasuk lalu
lintas aliran dana, baik domestik maupun antarnegara. Penertiban dan
pengawasan juga akan dilakukan terhadap tata niaga dan penggunaan
bahan peledak, bahan kimia, senjata api dan amunisi di lingkungan TNI,
Polisi, dan instansi pemerintah. Selain itu, TNI, Polisi, dan instansi
pemerintah juga terus melakukan pengkajian mendalam bekerja sama
dengan akademisi, tokoh masyarakat, dan tokoh agama.

Di samping itu, diselenggarakannya gelar budaya dan ceramah-ceramah


mengenai wawasan kebangsaan dan penyebaran buku-buku terorisme
dapat mengubah persepsi negatif masyarakat terhadap langkah
Pemerintah untuk memerangi terorisme di Indonesia. Peningkatan
kemampuan berbagai satuan anti teror dan intelijen dalam menggunakan
sumber-sumber primer dan jaringan informasi diperlukan agar dapat
membentuk aparat anti teror yang profesional dan terpadu dari TNI, Polri,
dan BIN. Selanjutnya, kerja sama internasional sangat perlu untuk
ditingkatkan karena terorisme merupakan permasalahan lintas batas yang
memiliki jaringan dan jalur tidak hanya di Indonesia.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Faktor penyebab meningkatnya tindak kriminal terorisme antara lain:

a) Kesukuan, nasionalisme/separatism

Tindak teror ini terjadi di daerah yang dilanda konflik antar etnis/suku atau
pada suatu bangsa yang ingin memerdekan diri. Menebar teror akhirnya
digunakan pula sebagai satu cara untuk mencapai tujuan atau alat
perjuangan.

b) Kemiskinan dan kesenjangan dan globalisasi

Kemiskinan dan kesenjangan ternyata menjadi masalah sosial yang


mampu memantik terorisme.

c) Non demokrasi

Penguasa non demokratis sangat mungkin juga melakukan tindakan


represif terhadap rakyatnya. Keterkungkungan ini menjadi kultur subur bagi
tumbuhnya benih-benih terorisme.

d) Pelanggaran harkat kemanusiaan

Kelompok yang direndahkan akan mencari cara agar mereka didengar,


diakui, dan diperlakukan sama dengan yang lain. Atmosfer seperti ini lagi-
lagi akan mendorong berkembang biaknya teror.

e) Radikalisme agama

Radikalisme agama menjadi penyebab unik karena motif yang mendasari


kadang bersifat tidak nyata. Radikalisme agama sebagian ditumbuhkan
oleh cara pandang dunia para penganutnya. Menganggap bahwa dunia ini
sedang dikuasi kekuatan hitam, dan sebagai utusan Tuhan mereka merasa
terpanggil untuk membebaskan dunia dari cengkeraman tangan-tangan
jahat.

2. Dampak tindak kriminal terorisme antara lain:

a. Mengganggu sistem perpolitikan suatu negara.

b. Mengganggu sistem perekonomian Negara.

c. Merugikan beberapa pihak-pihak yang bersangkutan, baik kehilangan


harta dan jiwa.

d. Menyebabkan perasaan takut dan menciptakan kondisi yang tidak


aman dan tidak nyaman.

3. Solusi untuk mengurangi tindak kriminal terorisme antara lain:

a. penguatan koordinasi dan kerja sama di antara lembaga Pemerintah;

b. peningkatan kapasitas lembaga pemerintah dalam pencegahan dan


penanggulangan teroris, terutama satuan kewilayahan;

c. pemantapan operasional penanggulangan terorisme dan penguatan


upaya deteksi secara dini potensi aksi terorisme;

d. penguatan peran aktif masyarakat dan pengintensifan dialog dengan


kelompok masyarakat yang radikal;

e. peningkatan pengamanan terhadap area publik dan daerah strategis


yang menjadi target kegiatan terorisme;

f. sosialisasi dan upaya perlindungan masyarakat terhadap aksi


terorisme;

g. pemantapan deradikalisasi melalui upaya-upaya pembinaan (soft


approach) untuk mencegah rekrutmen kelompok teroris serta
merehabilitasi pelaku terror yang telah tertangkap.

B. Saran
1. Sebaiknya pemerintah lebih mengoptimalkan kembali kinerja para
aparat yang berwenang seperti polisi dalam upaya-upaya
penanggulangan walaupun sudah banyak dilakukan meskipun kurang
maksimal.

2. Mengoptimalkan upaya-upaya tersebut guna mencapai hasil yang


lebih baik dalam upaya pemberantasan terorisme, hal ini juga didukung
dengan partisipasi warga masyarakat untuk lebih peka terhadap
lingkungan sekitarnya terutama tetangga dekat mereka sebagai warga
baru dalam mengetahui aktivitas keseharian mereka dan identitas mereka
yang akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Bab-6__20091007161707__7. 2009. PENCEGAHAN DAN


PENANGGULANGAN TERORISME. Tersedia
padahttp://www.bappenas.go.id/get-file-server/node/8406/. Diakses pada
tanggal 12 April 2011.

Darlis, M. 2009. Empat Faktor Terorisme Tumbuh Subur. Tersedia


padahttp://www.tempointeraktif.com/hg/hukum/2009/08/20/brk,20090820-
193436,id.html. Diakses pada tanggal 7 Mei 2011.

Anda mungkin juga menyukai