BAB II......................................................................................................................3
LANDASAN TEORI...............................................................................................3
2.1. Kehamilan.................................................................................................3
2.2. PERSALINAN........................................................................................21
1
2.3.8. Bounding attachment.......................................................................45
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Kehamilan
3
diabetes gestasional, gangguan hipertensi, plasenta previa,
persalinan lama, dan berat lahir rendah. Komplikasi-komplikasi
pada kehamilan sebelumnya mengindikasikan perlunya
merencanakan intervensi yang tepat untuk kehamilan berikutnya
guna memastikan hasilhasil terbaik.
Selain faktor resiko medis atau obstetrik, wanita mungkin
juga memiliki kekawatiran akibat pengalaman persalinan
sebelumnya, yang terkait dengan persalinan pervaginam versus
persalinan sesaria, penggunaan analgesia, posisi saat melahirkan,
dukungan tenaga pelayanan kesehatan dan berbagai isu lain yang
berkaitan dengan proses persalinan. Sangatlah penting untuk
bertanya kepada wanita dan membantunya menemukan apakah
ada cara lain untuk meningkatkan kepuasanya terhadap proses
persalinan. Sebaliknya, ia mungkin mendapatkan pengalaman yang
luar biasa pada persalinan seselumnya dan menginginkan bantuan
untuk memastikan hasil akhir positif yang sama pada kehamilan
mendatang.
2. Usia ibu yang lanjut
Seorang wanita yang telah menunda masa usia suburnya
atau wanita yang menginginkan anak lagi setelah usia 35 tahun
dapat memiliki kekawatiran tertentu berkaitan dengan usianya.
Masa pra konsepsi merupakan masa yang tepat untuuk menjawab
pertanyaan dan membicarakan kekawatiran tersebut. Masalah yang
pasti muncul setelah usia 35 tahun mencakup resiko kelainan
genetik. Selain itu, seiring peningkatan usia, resiko wanita untuk
menderita diabetes gestasional, hipertensi dan penyakit kronis lain
meningkat. Oleh karena itu, konseling genetik dan pengkajian
medis yang menyeluruh merupakan tindakan yang penting.
Bagi wanita yang merencanakkan kehamilan pertamanya
setelah usia 35 tahun, masalah infertilitas merupakan masalah yang
lebih besar lagi. Perubahan-perubahan besar terhadap gaya hidup
yang sudah mapan juga di alami oleh pasangan berusia mapan,
suatu topik yang perlu diperhatikan oleh bidan.
4
2.1.2. Perawatan primer dan ruang lingkup praktik
Adalah American College Of Nurse-Midwives (ACNM)
menentukan bahwa Certified Nurse-Midwives (CNM) dan
Certified Midwives (CM) merupakan pemberi perawatan primer
bagi ibu dan bayi baru lahir.
Perawatan yang dilakukan oleh CNM dan M menggabungkan
semua faktor penting dalam perawatan primer yang mencakup
evaluasi, pengkajian, perawatan, dan perujukan jika di
perlukan.model pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh CNM
dan CM berfokus pada perawatan ambulasi bagi ibu bagi ibu dan
bayinya menekankan pada promosi kesehatan, pendidikan dan
pencegahan penyakit serta memandang wanita sebagai subyek
yang menjadi pusat proses pemberian perawatan.
Perawatan yang dilakukan oleh CNM dan CM meliputi
konseling, perawatan selama masa kehamilan dan persalinan,
perawatan ginekologi normal, perawatan kontrasepsi dan
perawatan bagi wanita peri dan pascamenopause.
Pendidikan kesehatan menjadi fokus utama yang bertujuan
mencegah masalah tambahan dan membantu ibu mengembangkan
dan mempertahankan kebiasaan hidup sehat. Mereka juga
memberikan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan
menyeluruh dengan menyusun rencana penatalaksanaan perawatan
yang berkelanjutan bersama ibu. Perawatan yang dilakukan bersifat
tertutup dan terintegrasi dengan faktor budaya, sosial-ekonomi,
psikologis ibu, yang dapat mempengaruhi status kesehatanya.
5
sehat, tetapi juga menyatakan bahwa CNM dan CM dapat terus
menjadi alat untuk perawatan kesehatan wanita yang mengalami
komplikasi medis, ginekologis atau obstetrik. Bekerja dengan para
wanita ini dapat melibatkan bidan dalam satu dari 3 proses:
1. Konsultasi. Nasihat atau pendapat seorang dokter atau
anggota lain tim perawat kesehatan sementara bidan
memegang tanggung jawab utama dalam perawatan kesehatan
wanita.
2. Kolaboorasi. Bidan dan dokter bersama-sama mengatur
perawatan kesehatan wanita dan bayi baru lahir yang
mengalami komplikasi medis, ginekologis, atau obstetrik.
Tujuan kolaborasi adalah berbagai otoritas ketika memberi
pelayanan berkualitas dalam ruang lingkup masing-masing
individu. Kemampuan untuk berbagi tanggungjawab, saling
menghormati, saling mempercayai dan komunikasi yang
efektif antara bidan dan dokter merupakan hal yang sangat
penting untuk mencapai keberhasilan penatalaksanaan
kolaboratif perawatan kesehatan berkualitas.
3. Rujukan. Bidan merujuk kliennya epada seorang dokter atau
pemberi perawatan kesehatan profesional lain untuk
menyelesaikan masalah tertentu atau aspek perawatan klien.
Kemandirian dan kolaboraasi bukanlah hal yang saling
terpisah, melainkan bekerjasama dalam sebuah pendekatan
yang memberi keuntungan pada ibu dan bayinya. Riwayat
perawat-kebidanan yyang panjang dalam memberi pelayanan
pada masyarakat yang tidak terjangkau fasilitas kesehatan dan
kepadapopulasi yang rentan berulangkali menunjukan
pengurangan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi.
6
1) Menyelidiki dengan cara memperoleh semua data yang
dibutuhkan untuk melengkapi evaluasi ibu atau bayibaru lahir.
2) Membuat sebuah identifikasi masalah atau diagnosa dan
kebutuhan perawatan kesehatan yang akurat berdasarkan
perbaikan interpretasi data yang benar.
3) Mengantisipasi masalah atau diagnosis yang akan terjadi
lainya, yang dapat menjadi tujuan yang diharapkan, kkarena
telah ada masalah atau diagnosa yang teridentifikasi.
4) Mengevaluasi kebutuhan akan intervensi dan atau konsultasi
bidan atau dokter yang dibutuhkan dengan segera, serta
menegemen kolaborasi dengan anggota tim tenaga kesehatan
lain, sesuai kondisi yang di perlihatkan oleh ibu atau bayi baru
lahir.
5) Mengembangkan sebuah rencana perawatan kesehatan yang
menyeluruh, di dukung oelh penjelasan rasional yang valid,
yang mendasari keputusan yang dibuat dan di dasarkan pada
langkah-langkah sebelumnya.
6) Mengemban tanggung jawab terhadap pelaksanaan rencana
perawatan yang efisien dan aman.
7) Mengevaluasi keefektifan perawatan kesehatan yang di
berikan, mengolah kkembali dengan tepat setiiap aspek
perawatan yang belum efektif melalui proses penatalaksanaan
di atas.
7
medis, penyakit atau komplikasi. Pengetahuan menyeluruh tentang
tanda dan gejala komplikasi kehamilan sangat di perlukan untuk
menngenali penyimpangan dari kondisi normal.
Ketika ditemukan keadaann abnormal maka bidan
berkonsultasi dengan dokter konsultan untuk mementukan
penatalaksanaan yang akan dilakukan. Dengan begitu terlihat
hubungan saling menguntungkan masing-masing tenaga kesehatan
dimana dokter sebagai penatalaksanaan medis, obstetri dan
komlikasi sedangkan bidan untuk penatalaksanaan semua aspek
yang akan teruus menerus dan merupakan keadaan normal.
8
semakin meningkat, oleh karena itu segmen bawah uterus
berkembang lebih cepat dan meregang secara radial, yang jika
terjadi bersamaan dengan pembukaan serviks dan pelunakan
jaringan dasar pelvis akan menyebabkan presentasi janin memulai
penurunanya kedalam pelvis bagian atas. Hal ini mengakibatkan
berkurangnya tinggi fundus yang disebut dengan fightening, yang
mengurangi tekanan pada bagian atas abdomen, tetapi
meningkatkan tekanan di dalam pelvis yang dapat menyebabkan
konstipasi, sering berkemih dan terkadang meningkatkan rabas
vagina (Llewellyn-jones 1999). Hal ini juga menyebabkan janin
semakin turun dan masuk kedalam pelvis. Namun demikian pada
sebagian besar wanita multipara, enggagement jarang terjadi
sebelum persalinan. ( Campbell dan lees 2000).
9
N MASALAH FISIOLOGIS SOLUSI
O
1 Cairan Vagina Peningkatan cairan - Tetap juga kebersihan.
vagina selama kehamilan - Hubungi dokter bila
adalah normal. cairan berbau, terasa
Cairan biasanya jernih, gatal dan sakit.
pada awal kehamilan
biasanya agak kental dan
mendekati persalinan
lebih cair.
2 Bengkak Pertumbuhan bayi akan - Menghindari makanan
(edema) meningkatkan tekanan asin
pada daerah kaki dan - Ganjal kaki dengan
pergelangan kaki ibu, bantal ketika
disebabkan oleh berbaring/duduk
perubahan hormonal - Jangan berdiri terlalu
yang lama
menyebabkan retensi
cairan.
10
tubuh juga tinggi keringat
- Jangan lupa untuk
minum lebih banyak
untuk menggantikan
cairan yang keluar
melalui pori-pori tubuh
bumil.
11
2.1.8. Anemia Pada Kehamilan Akibat Kekurangan Zat Besi
Anemia atau lebih dikenal dengan istilah kurang darah
adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin di bawah nilai
normal, dimana nilai normal kadar hemoglobin di dalam
tubuh berkisar antara 12-14g%.
WHO menetapkan bahwa kadarhemoglobi normal pada
wanita hamil adalah > 11g%. Maka, kadar hemoglobin < 11g%
pada wanita hamil dapat sebagai suatu keadaan anemia pada
kehamilan.
12
6. Penyakit penyakit kronis seperti TBC paru, cacingan, dan
sebagainya
13
mengonsumsi tablet besi secara teratur, maka diharapkan angka
prevalensi anemia dalam kehamilan di Indonesia dapat menurun,
begitu pula dengan angka mortalitas dan morbiditas ibu dan bayi.
2.1.9.1. Pengertian
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di
bagian bawah kavum uteri (Prawirohardjo, 2008, p.606).
2.1.9.3. Diagnosis
Diagnosis letak sungsang yaitu pada pemeriksaan luar kepala
tidak teraba di bagian bawah uterus melainkan teraba di fundus uteri.
Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan
seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah
kepala. Seringkali wanita tersebut menyatakan bahwa kehamilannya
terasa lain daripada yang terdahulu, karena terasa penuh di bagian atas
dan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah. Denyut jantung
janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi
daripada umbilicus. Apabila diagnosis letak sungsang dengan
pemeriksaan luar tidak dapat dibuat, karena misalnya dinding perut
tebal, uterus mudah berkontraksi atau banyaknya air ketuban, maka
diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam. Apabila masih
14
ada keragu-raguan, harus dipertimbangkan untuk melakukan
pemeriksaan ultrasonografik.
Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong
yang ditandai dengan adanya sacrum, kedua tuber ossis iskii, dan
anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan.
Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari
yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari
kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan. Pada persalinan
lama, bokong janin mengalami edema, sehingga kadang-kadang sulit
untuk membedakan bokong dengan muka. Pemeriksaan yang teliti
dapat membedakan antara bokong dengan muka karena jari yang akan
dimasukkan ke dalam anus mengalami rintangan otot, sedangkan jari
yang dimasukkan ke dalam mulut akan meraba tulang rahang dan
alveola tanpa ada hambatan. Pada presentasi bokong kaki sempurna,
kedua kaki dapat diraba di samping bokong, 9 sedangkan pada
presentasi bokong kaki tidak sempurna, hanya teraba satu kaki di
samping bokong
2.1.9.4. Etiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi
janin terhadap ruangan didalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang
lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relative lebih banyak, sehingga
memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin
dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang,
ataupun letak lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh
dengan cepat dan jumlah air ketuban relative berkurang. Karena
bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar daripada
kepala, maka bokong dipaksa menempati ruang yang lebih luas di
fundus uteri, sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil
di segmen bawah uterus.
Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan
belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan
pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam
15
presentasi kepala. Faktor-faktor lain yang memegang peranan dalam
terjadinya letak sungsang diantaranya adalah multiparitas, hamil
kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa, dan panggul
sempit. Kadang-kadang letak sungsang disebabkan karena kelainan
uterus dan kelainan bentuk uterus. Plasenta yang terletak di daerah
kornu fundus uteri dapat pula menyebabkan letak sungsang karena
plasenta mengurangi luas ruangan di daerah fundus.
16
5. Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan
tepat waktu bila diperlukan.
6. Melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam
menjaga kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan
dan kesiagaan bila terjadi penyulit/komplikasi.
Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus
Memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari:
1. Timbang berat badan
2. Ukur lingkar lengan atas (LiLA).
3. Ukur tekanan darah.
4. Ukur tinggi fundus uteri
5. Hitung denyut jantung janin (DJJ)
6. Tentukan presentasi janin
7. Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
8. Beri tablet tambah darah (tablet besi)
9. Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal
meliputi:
a. Pemeriksaan golongan darah,
b. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)
c. Pemeriksaan protein dalam urin
d. Pemeriksaan kadar gula darah.
e. Pemeriksaan HIV
10. Tatalaksana/penanganan Kasus
17
e. Menanyakan jumlah tablet Fe yang dikonsumsi.
f. Menanyakan obat-obat yang dikonsumsi seperti: antihipertensi,
diuretika, anti vomitus, antipiretika, antibiotika, obat TB, dan
sebagainya.
g. Di daerah risiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan riwayat
penyakit pada pasangannya. Informasi ini penting untuk langkah-
langkah penanggulangan penyakit menular seksual.
h. Menanyakan pola makan ibu selama hamil yang meliputi jumlah,
frekuensi dan kualitas asupan makanan terkait dengan kandungan
gizinya.
i. Menanyakan kesiapan menghadapi persalinan dan menyikapi
kemungkinan terjadinya komplikasi dalam kehamilan
Informasi anamnesa bisa diperoleh dari ibu sendiri, suami,
keluarga, kader ataupun sumber informasi lainnya yang dapat
dipercaya. Setiap ibu hamil, pada kunjungan pertama perlu
diinformasikan bahwa pelayanan antenatal selama kehamilan
minimal 4 kali dan minimal 1 kali kunjungan diantar suami.
2. Pemeriksaan
Pemeriksaan dalam pelayanan antenatal terpadu, meliputi
berbagai jenis pemeriksaan termasuk menilai keadaan umum (fisik)
dan psikologis (kejiwaan) ibu hamil.
Tabel 2. Jenis Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Terpadu
JENIS TRIMESTER TRIMESTER TRIMESTER KETERANGAN
PEMERIKSAAN I II III
Keadaan umum Rutin
Suhu tubuh Rutin
Tekanan darah Rutin
Berat badan Rutin
LILA Rutin
TFU Rutin
Presentasi janin Rutin
DJJ Rutin
Pemeriksaan Hb Rutin
Golongan darah Rutin
Protein urine * * * Atas indikasi
Guladarah/reduksi * * * Atas Indikasi
Darah malaria * * * Atas Indikasi
BTA * * * Atas Indikasi
Darah sifilis * * * Atas Indikasi
Serologi HIV * * * Atas Indikasi
USG * * * Atas Indikasi
18
Pemeriksaan laboratorium/penunjang dikerjakan sesuai tabel di
atas. Apabila di fasilitas tidak tersedia, maka tenaga kesehatan
harus merujuk ibu hamil ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
lebih tinggi.
3. Penanganan dan Tindak Lanjut kasus.
Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium/ penunjang lainnya, dokter menegakkan
diagnosa kerja atau diagnosa banding, sedangkan bidan/perawat dapat
mengenali keadaan normal dan keadaan bermasalah/tidak normal pada
ibu hamil. Berikut ini adalah penanganan dan tindak lanjut kasus pada
pelayanan antenatal terpadu.
19
Tabel 3. Penanganan dan Tindak Lanjut Kasus
No Hasil Pemeriksaan Penanganan dan Tindak Lanjut Kasus
1 Ibu hamil BB kurang Rujuk untuk penanganan ibu hamil
(kenaikan BB <1kg/bulan), atau resiko KEK sesuai standar.
Ibu hamil resiko KEK (LILA
<23,5 cm)
20
2.2. PERSALINAN
2.2.1.1. Definisi
Persalinan adalah fungsi seorang wanita, dengan fungsi ini
produk konsepsi (janin, air ketuban, plasenta dan selaput ketuban )
dilepas dan di keluarkan dari uterus melalui vagina ke dunia luar. Hari
persangkaan lahir (HPL) dapat diperkirakan dengan mengurangi bulan
dari Hari Pertama Menstruasi terakhir (HPM) dengan tiga dan
kemudian harinya ditambah tujuh.
Secara ideal, para tenaga medis di kamar bersalin yang
memimpin persalinan dan pelahiran perlu melakukan dua hal yang
berpotensi saling bertentangan. Pertama mereka perlu menyadari
bahwa melahirkan adalah suatu proses fisiologis normal yang dialami
oleh sebagian besar wanita tanpa komplikasi dan kedua komplikasi
pada ibu dan janin dapat muncul secara cepat dan tanpa di duga-duga.
Para tenaga medis harus secara bersamaan membuat wanita yang
bersangkutan dan keluarganya merasa nyaman, sekaligus menjamin
keselamatan ibu dan bayinya seandainya muncul komplikasi.
21
Pada kasus saat diagnosis persalinan tidak dapat ditegakan
dengan pasti, akan lebih bijaksana jika wanita yang bersankutan
diamati untuk periode yang lebih lama. Kondisi umum ibu dan
janinya harus diteliti berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik,
termasuk tekanan darah, suhu, dan nadi. Frekuensi, durasi, dan
intensitas kontraksi uterus harus dicatat. Denyut jantung,
presentasi, dan ukuran janin harus di tentukan.
a. Tanda-tanda vital dan pemeriksaan catatan kehamilan
Tekanan darah, suhu, nadi, dan kecepatan napas ibu
diperiksa untuk melihat ada tidaknya kelainan dan dicatat.
Catatan riwayat kehamilan segera diperiksa ulang untuk
mengidentifikasi komplikasi antepartum.
b. Laboratorium
Bila wanita yang bersangkutan masuk karena akan
melahirkan, harus dilakukan pemeriksaan hematokrit atau
konsentrasi hemoglobin. Harus dilakukan pengambilan
darah yang dimasukan kedalamtabung berlabel untuk
pemeriksaan golongan darah, Rh dan combs indirek. Darah
ini dapat disimpan atau dikirim ke laboratorium bank darah
bergantung pada faktor resiko. Pada pasien yang belum
tercatat, harus dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk
penyakit sifilis, hepatitis B dan virus imunodefisiensi
manusia, serta golongan darah, Rh, dan skrining antibodi
untuk antibodi.
c. Pemeriksaan vagina
Umumnya dilakukan pemerriksaan vagina
(pemeriksaan dalam) di bawah kondisi aseptik kecuali
pernah terjadi perdarahan yang melebihi bloody show
(tabel 1.2). Jumlah pemeriksaan vagina selama persalinan
berkorelasi dengan morbiditas infeksi, terutama pada kasus
ketuban pecah dini: oleh karena itu, pemeriksaan ini harus
dilakukan hanya jika informasi yang diperoleh bermanfaat.
Tabel 1.2. informasi yang perlu diperoleh dari pemeriksaan
vagina pada wanita dengan pemeriksaan normal saat masuk.
- Cairan amnion : jika terdapat kemungkinan ketuban telah pecah, m
22
dilakukan pemasangan spekulum steril, dan dicari ada tidaknya caira
forniks posterior vagina. Setiap cairan diperiksa untuk mencari ada tidak
verniks atau mekonium.
- Serviks : diperiksa konsistensi uterus, derajat pendataran, besar pembuk
dan lokasi serviks dalam kaitanya dengan bagian presentasi dan vag
Adanya membran ketuban dengan atau tanpa cairan amnion dibawah ba
presentasi sering dapat dirasakan dengan palpasi yang cermat.
- Bagian presentasi : bagian presentasi dan idealnya, posisi janin haru
pastikan.
23
oblik tidak stabil dan biasanya menjadi longitudinal
atau transversal selama proses persalinan. Faktor
predisposisi letak lintang adalah multiparitas,plasenta
previa, hidramnion,dan anomali uterus.
- Presentasi janin
Bagian presentasi adalah bagian dari tubuh
janin yang terletak paling depan atau paling dekat
dengan jalan lahir. Pada letak longitudinal, bagian
presentasi janin mungkin berupa kepala janin atau
bokong atau tungkai janin yang masing-masing
membentuk presentasi kepala dan presentasi bokong.
Presentasi bokong
Jika bagian presentasi janin adalah bokong maka
terdapat tiga presentasi umum : frank breech,
bokong lengkap, dan bokong kaki.
24
g. Sikap atau postur janin
Pada beberapa bulan terakhir kehamilan, janin
mengambil postur khas yang disebut sebagai sikap. Janin
menekuk sendiri sedemikian sehingga punggungnya
menjadi sangat konveks, kepala mengalami fleksi tajam
sehingga dagu hampir bersentuhan dengan dada, paha
menekuk diatas abdomen, tungkai menekuk di lutut, dan
lengkung kaki terletak di atas permukaan anterior
tungkai. Pada semua presentasi kepala, lengan biasanya
melintangi toraks atau menjadi sejajar di samping, dan
tali pusat terletak di ruang antara keduanya dan
ekstremitas bawah
h. Posisi janin
Posisi mengacu kepada hubungan antara salah satu
bagian presentasi janin dengan sisi kanan atau kiri jalan
lahir ibu. Oleh karena itu, pada setiap presentasi mungkin
terdapat dua posisi, kanan atau kiri. Oksiput, dagu
(mentum), dan sakrum janin masing-masing adalah titik
penentu pada presentasi kepala, wajah, dan bokong. Pada
atau menjelang aterm, insidensi berbagai presentasi
adalah sebagai berikut: kepala, 96 persen; bokong, 3,5
persen; waja, 0,3 persen; dan bahu, 0,4 persen.
2. Pelahiran Janin Dengan Presentasi Bokong
Presentasi bokong pada awitan persalinan terjadi pada 3
hingga 4 pelahiran janin tunggal. Faktor-faktor yang menyebabkan
presentasi bokong antara lain adalah gestasi prematur, relaksasi
uterus berkaitan dengan paritas yang tinggi, hidramnion,
oligohidramnion, hidrosefalus, anensefalus, riwayat pelahiran
bokong, serta untuk mendiagnosis anomali janin atau uterus
idealnya dilakukan pemeriksaan ultrasonografi.
Presentasi frank breech di diagnosis jika ekstremitas bawah
menekuk pada sendi panggul dan terekstensi di lutut, dengan kaki
berada di dekat kepala.
Presentasi bokong sempurna (complete breech) berbeda yaitu
satu atau kedua lutut menekuk. Pada presentasi bokong tak-
25
sempurna (incomplete breech), satu atau kedua sendi panggul tidak
menekuk dan satu atau kedua kaki atau lutut terletak di bawah
bokong; yaitu, sebuah kaki atau lutut terletak paling bawah di jalan
lahir.
Pada presentasi bokong, baik ibu dan janin mengalami
peningkatan risiko yang cukup besar dibandingkan wanita dengan
presentasi kepala. Perlunya manipulasi manual obstetris untuk
pelahiran bokong ini meningkatkan risiko infeksi ibu. Perasat
intrauterus, terutama paada segmen bawah uterus yang telah
menipis atau pengeluaran kepala janin yang terpperangkap melalui
serviks yang belum membuka lengkap dapat menyebabkan ruptur
uterus, laserasi serviks atau keduanya. Manipulasi ini juga dapat
menyebabkan melebarnya episiotomi dan robekan perineum yang
dalam. Anastesi yang cukup untuk menginduksi dan relaksasi
uterus yang dibutuhkan untuk manipulasi intrauterus dapat
menyebabkan atonia uterus dan pada giliranya, perdarahan
pascapartum.
Selain kemungkinan trauma janin selama manipulasi
persalinan, pada presentasi bokong tak sempurna, ancaman prolaps
tali pusat juga nyata. Fraktur humerus, klavikula dan femur dapat
terjadi selama ekstraksi bokong yang sulit . dapat terjadi paralisis
lengan setelah tekanan pada pleksus brakialis oleh jari-jari yang
melakukan tarikan, tetapi umumnya kelumpuhan tersebut lebih
sering terjadi karena peregangan leher berlebihan sewaktu
pembebasan lengan.
Pada kasus presentasi bokong, upaya pelakiran per vaginam
harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Pasien dengan gestasi
tunggal aterm presentasi bokong persisten seyogyanya menjadi
sesar elektif. Jika pasien menolak sesar eleftif, hal tersebut harus
dinyatakan secara tertulis. Sesar elektif tidak berlaku jika pasien
datang sudah dalam tahap lanjut persalinan dengan janin dalam
presentasi bokong dan pelahiran akan terjadi dalam waktu dekat
26
atau pada pasien yang kembar keduanya memiliki presentasi non
verteks.
2.2.2.1. Definisi
Sesar adalah kelahiran janin melalui insisi di dinding
abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerotomi) ( Anik,
2009).
27
Kontraindikasi dilakukan tindakan seksio sesarea yaitu
janin mati, syok, anemia berat, kelainan kongenital berat, infeksi
progenik pada dinding abdomen. Adanya faktor yang menghambat
berlangsungnya seksio sesarea, seperti adanya gangguan
mekanisme pembekuan darah pada ibu, lebih dianjurkan persalinan
pervaginam, oleh karena insisi yang menyebabkan perdarahan
dapat seminimal mungkin ( Prawirahardjo, 2010).
2.2.2.4. Komplikasi
Walaupun saat ini seksio sesarea sudah jauh lebih aman
daripada dahulu, namun perlu diperhatikan bahwa terdapat
beberapa risiko komplikasi seksio sesarea yang dapat terjadi pada
ibu dan janin. Faktor faktor yang mempengaruhi morbiditas dan
mortalitas pembedahan antara lain kelainan atau gangguan yang
menjadi indikasi untuk melakukan pembedahan, dan lamnaya
persalinan berlangsung. Beberapa komplikasi yang dapat timbul
antara lain sebagai berikut :
28
1. Inkesi puerperal
Infeksi yang terjadi bisa bersifat ringan, seperti
kenaikan suhu selama beberapa hari dalam amsa nifas.
Komplikasi yang terjadi bisa bersifat berat, seeprti peritonitis,
sepsim dan sebagainya. Infeksi pasca operastif terjadi apabila
sebelum pembedahan sudah ada terdapat gejala gejala infeksi
intrapartum, adata ada faktor faktor yang merupakan
presdisposisi terhadap kelainan tersebut. Bahay infeksi dapat
diperkecil dengan pemberian antibiotika, namun tidak dapat
dihilangkan sama sekali.
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu
pembedahan jika cabang cabang ateria uterina ikut terbuka,
atau karena terjadi atonia uteri.
3. Komplikasi komplikasi lain
Komplikasi lain yang dapat terjadi antara lain adalah
luka kandung kemih dan terjadinya embolisme paru.
4. Suatu komplikasi yang baru tampak dikemudian hari
Kompliasi jenin ini yaitu kemungkinan terjadinya
ruptura uteri pada masa kehamilan yang selanjutnya. Hal ini
disebabkan oleh kurang kuatnya parut pada dinidng uterus.
Komplikasi ini lebih sering ditemukan setelah dilakukan
metode seksio sesarea klasik.
5. Komplikasi pada anak
Nasib anak yang dilahirkan dengan seksio sesarea
tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan
seksio sesarea. Menurut statistik di negara negara dengan
pengawasan antental dan intra natal yang baik, kematian
perinatal pasca seksio sesarea berkisar anatara 4% dan 7%.
29
2.3. Masa Nifas
30
2.3.3.1. Tujuan umum
Membantu ibu dan pasanganya selama masa transisi awal mengasuh
anak.
31
8. Memberikan asuhan secara profesional.
32
2 minggu - Memastikan involusi uteri berjalan normal,
setelah persalinan uterus berkontraksi, fundus di bawah
(kunjungan III) umbilikus tidak ada perdarahan abnormal dan
tidak ada bau.
- Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi
atau kelainan pasca melahirkan.
- Memastikan ibu mendapat cukup makanan,
cairan dan istirahat.
- Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak ada tanda-tanya penyulit
- Memberikan konseling kepada ibu mengenai
asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat dan
menjaga bayi agar tetap hangat.
6 minggu - Menanyakan pada ibu tentang penyulit-
setelah persalinan penyulit yang di alami atau bayinya.
(kunjungan IV) - Memberikan konseling untuk KB secara dini.
33
2.3.5. Perubahan fisiologis masa nifas
Ibu dalam masa nifas mengalami perubahan fisiologis.
Setelah keluarnya plasenta, kadar sirkulasi hormone HCG ( human
chorionic gonadotropin ), human plasental lactogen, estrogen dan
progesteron menurun. human plasental lactogen akan menghilang
dari peredaran darah ibu dalam 2 haridan HCG dalam 2 minggu
setelah melahirkan. Kadar estrogen dan progesteron hampir sama
dengan kkadar yang ditemukan dalam fase folikuler dari siklus
mennstruasi berturut-turut sekitar 3-7 hari. Penarikan polipeptida dan
hormon stereoid ini mengubah seluruh sistem sehingga efek
kehamilan berbalik dan wanita dianggap sedang tidak hamil,
sekalipun pad wanita. Perubahan yang terjadi pada masa nifas ini
adalah:
1. Perubahan Sistem Reproduksi
2. Perubahan Sistem Pencernaan
3. Perubahan Sistem Perkemihan
4. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
5. Perubahan Sistem Endokrin
6. Perubahan Tanda-tanda Vital
7. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
8. Perubahan Sistem Hematologi
9. Perubahan Berat badan
10. Perubahan kulit
34
1. Uterus
Uterus adalah organ yang mengalami banyak perubahan
besar karena telah mengalami perubahan besar selama masa
kehamilan dan persalinan. Pembesaran uterus tidak akan terjadi
secara terus menerus, sehingga adanya janin dalam uterus tidak
akan terlalu lama. Bila adanya janin tersebut melebihi waktu yang
seharusnya, maka akan terjadi kerusakan serabut otot jika tidak
dikehendaki. Proses katabolisme akan bermanfaat untuk
mencegah terjadinya masalah tersebut.
Fundus Uteri kira-kira sepusat dalam hari pertama bersalin.
Penyusutan antara 1-1,5 cm atau sekitar 1 jari per hari. Dalam 10-
12 hari uterus tidak teraba lagi di abdomen karena sudah masuk di
bawah simfisis. Pada buku Keperawatan maternitas pada hari ke-
9 uterus sudah tidak terba.
Involusi ligament uterus berangsur-angsur, pada awalnya
cenderung miring ke belakang. Kembali normal antefleksi dan
posisi anteverted pada akhir minggu keenam.
2. Afterpains
3. Lochea
35
Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim
terjadi pada stratum spongiosum bagian atas. Setelah 2-3 hari
tampak lapisan atas stratum yang tinggal menjadi nekrotis,
sedangkan lapisan bawah yang berhubungan dengan lapisan otot
terpelihara dengan baik dan menjadi lapisan endomerium yang
baru. Bagian yang nekrotis akan keluar menjadi lochea.
36
Involusi cerviks terjadi bersamaan dengan uterus kira-kira
2-3 minggu, cervik menjadi seperti celah. Ostium eksternum
dapat dilalui oleh 2 jari, pingirannya tidak rata, tetapi retak-retak
karena robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama
dilalui oleh satu jari. Karena hyperplasia dan retraksi dari serviks,
robekan serviks menjadi sembuh.
37
5. Payudara
38
mempunyai proteinuri yang patologi dari segera setelah lahir sampai
hari kedua postpartum, kecuali ada gejala infeksi dan preeklamsi.
Dinding saluran kencing memperlihatkan oedema dan
hyperaemia. Kadang-kadang oedema dari trigonum, menimbulkan
obstruksi dari uretra sehingga terjadi retensio urine. Kandung
kencing dalam puerperium kurang sensitive dan kapasitasnya
bertambah, sehingga kandung kencing poenuh atau sesudah kencing
masih tinggal urine residual. Sisa urine ini dan trauma pada kandung
kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi. Dilatasi
ureter dan pyelum, normal kembali dalam waktu 2 minggu.
39
2.3.5.4. Perubahan Tanda-tanda Vital
Tekanan darah seharusnya stabil dalam kondisi normal.
Temperatur kembali ke normal dari sedikit peningkatan selama
periode intrapartum dan menjadi stabil dalam 24 jam pertama
postpartum. Nadi dalam keadaan normal kecuali partus lama dan
persalinan sulit. Dalam buku Keperwatan Maternitas, terdapat table
perubahan tanda-tanda vital sebagai berikut :
Tanda Vital
Temperatur
Denyut nadi
Pernapasan
Tekanan Darah
40
penting , karena bayi akan tumbuh sempurna sebagai menusia
yang sehat dan pintar, sebab ASI mengandung DHA.
1. Energy
Penambahan kalori sepanjang 3 bulan pertama pasca post
partum mencapai 500 kkal. Rata-rata produksi ASI sehari 800 cc
yang mengandung 600 kkal. Sementara itu, kalori yang dihabiskan
untuk menghasilkan ASI sebanyak itu adalah 750 kkal. Jika laktasi
berlangsung selama lebih dari 3 bulan, selama itu pula berat badan
ibu akan menurun, yang berarti jumlah kalori tambahan
harus ditingkatkan. Dengan memberikan ASI, berat badan
ibu akan kembali normal dengan cepat.
2. Protein
Selama menyusui ibu membutuhkan tambahan protein di atas
normal sebesar 20 gram/hari. Maka dari itu ibu dianjurkan makan
makanan mengandung asam lemak omega 3 yang banyak terdapat
di ikan kakap, tongkol, dan lemuru. Asam ini akan diubah menjadi
DHA yang akan keluar sebagai ASI. Selain itu ibu dianjurkan
makan makanan yang mengandung kalsium , zat besi, vitamin C,
B1, B2, B12, dan D
3. Cairan
Selain nutrisi, ibu juga membutuhkan banyak cairan seperti
air minum. Dimana kebutuhan minum ibu 3 liter sehari ( 1 liter
setiap 8 jam). Beberapa anjuran yang berhubungan dengan
pemenuhan gizi ibu menyusui antara lain :
41
4. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia.
Ambulasi dini dilakukan secara perlahan namun meningkat
secara berangsur-angsur, mulai dari jalan-jalan ringan dari jam ke
jam sampai hitungan hari hingga pasien dapat melakukannya sendiri
tanpa pendamping sehingga tujuan memandirikan pasien dapat
terpenuhi.
42
2.3.6.3. Eliminasi (Buang Air Kecil dan Besar)
Biasanya dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah
dapat buang air kecil. Semakin lama urine ditahan, maka dapat
mengakibatkan infeksi. Maka dari itu bidan harus dapat
meyakinkan ibu supaya segera buang air kecil, karena biasany ibu
malas buang air kecing karena takut akan merasa sakit. Segera
buang air kecil setelah melahirkan dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya komplikasi post partum.
Dalam 24 jam pertama , pasien juga sudah harus dapat
buang air besar. Buang air besar tidak akan memperparah luka jalan
lahir, maka dari itu buang air besar tidak boleh ditahan-tahan.
Untuk memperlancar buang air besar, anjurkan ibu untuk
mengkonsumsi makanan tinggi serat dan minum air putih.
43
2.3.6.5. Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang cukup
untuk memulihkan kembali kekeadaan fisik. Kurang istirahat pada
ibu post partum akan mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya:
1. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan
3. Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat
bayi dan diri sendiri.
4. Bidan harus menyampaikan kepada pasien dan keluarga agar
ibu kembali melakukan kegiatan-kegiatan rumah
tangga secara perlahan dan bertahap. Namun harus tetap
melakukan istirahat minimal 8 jam sehari siang dan malam.
44
2. Auto Anamnesa
3. Allo Anamnesa
a. Data Subjektif
b. Data Objektif
45
- Keadaan Umum Ibu - Tanda-tanda vital
- Payudara - Uterus
pada post SC
46
2.3.8. Bounding attachment
Bounding attachment adalah sebuah peningkatan hubungan
kasih sayang dengan keterikatan batin antara orang tua dan bayi.
Maternal dan Neonatal Health: adalah kontak dini secara langsung
antara ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada kala
III sampai dengan post partum. Harfiah, bounding: ikatan
attachment: sentuhan.
47
3. Suara
Saling mendengar dan merespon suara anata orang tua dan
bayinya juga penting.Orang tua menunggu tangisan pertama
bayinya dengan tegang.
4. Aroma
Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang
unik (Porter, Cernoch, Perry, 1983). Sedangkan bayi belajar dengan
cepat untuk membedakan aroma susu ibunya (Stainto, 1985).
5. Kontak dini
Saat ini , tidak ada bukti-bukti alamiah yang menunjukkan
bahwa kontak dini setelah lahir merupakan hal yang penting untuk
hubungan orang tuaanak. Namun menurut Klaus, Kennel (1982),
ada beberapa keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari
kontak dini :
- Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat.
- Reflek menghisap dilakukan dini.
- Pembentukkan kekebalan aktif dimulai.
- Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak (body
warmth (kehangatan tubuh); waktu pemberian kasih sayang;
stimulasi hormonal).
48
12. Perawat maternitas khusus (bidan).
13. Libatkan anggota keluarga lainnya atau dukungan sosial dari
keluarga, teman dan pasangan.
14. Informasi bertahap mengenai bounding attachment.
49
2.3.8.6. Bayi harus ditempatkan dekat ibunya di kamar yang sama
(rawat
gabung/rooming in).
Dengan demikian Ibu dapat dengan mudah menyusui
bayinya bila lapar. Ibu harus belajar mengenali tanda-tanda yang
menunjukkan bahwa byinya lapar. Bila Ibu terpisah tempatnya dari
bayi, maka Ibu akan lebih lama belajar mengenali tanda-tanda
tersebut.
50
2.3.9. Manfaat pemberian ASI
2.3.10.1. Tujuan
1. Memelihara kebersihan payudara
2. Melenturkan dan menguatkan putting susu
3. Memperlancar produksi ASI
51
2.3.11. Asuhan nifas dengan sc
52
leukosit pertama yang bergerak kedalam jaringan yang rusak.
Monosit yang berubah menjadi makrofag menelan debris dan
memindahkan area tersebut. Antigen-antibody juga timbul. Sel-sel
basal pada pinggir luka mengalami mitosis dan menghasilkan sel-
sel anak yang bermigrasi. Dengan aktifitas ini, enzim proteolitik
disekresikan dan menghancurkan bagian dasar bekuan darah.
Celah antara kedua sisi luka secara progresif terisi dan sisinya
pada akhirnya saling bertemu dalam 24 jam sampai 48 jam.
2. Fase Proliferasi
Fibroblas memperbanyak diri dan membentuk jaring-jaring
untuk sel-sel yang bermigrasi. Sel-sel epitel membentuk kuncup
pada pinggir luka. Kuncup ini berkembang menjadi kapiler yang
merupakan sumber nutrisi bagi jaringan granulasi yang baru.
Kolagen adalah komponen utama dari jaringan ikat yang
digantikan. Fibroblas melakukan sintesis kolagen dan
mukopolisakarida. Dalam periode 2 sampai 4 minggu, rantai asam
amino membentuk serat-serat dengan panjang dan diameter yang
meningkat, serat-serat ini menjadi kumpulan bundel dengan pola
yang tersusun baik.
Sintesis kolagen menyebabkan kapiler menurun jumlahnya.
Setelah itu, sintesis kolagen menurun dalam upaya untuk
menyeimbangkan jumlah kolagen yang rusak. Setelah 2 minggu,
luka hanya memiliki 3% sampai 5% dari kekuatan kulit aslinya.
Sampai akhir bulan, hanya 35% sampai 59% kekuatan luka
tercapai. Tidak akan lebih dari 70% sampai 80% kekuatan dicapai
kembali.
3. Fase Maturasi
Sekitar 3 minggu setelah cedera, fibroblast mulai
meninggalkan luka. Jaringan parut tampak besar, sampai fibrin
kolagen menyusun kedalam posisi yang lebih padat.Maturasi
jaringan seperti ini terus berlanjut dan mencapai kekuatan
maksimum 10 atau 12 minggu tetapi tidak pernah mencapai
kekuatan asalnya dari jaringan sebelum luka. Menurut Potter &
53
Perry (2006:1860), factor-faktor yang mempengaruhi proses
penyembuhan luka yaitu :
- Usia
- Status nutrisi, Banyak vitamin terutama vitamin C
membantu dalam metabolisme yang terlibat dalam
penyembuhan luka.
- Status imunologi
- Penyakit metabolic seperti diabetes
- Pemakaian obat-obat steroid yang dapat menekan respon
inflamasi dan meningkatkan resiko inflamasi
- Kebersihan
- Istirahat dan posisi
54
2.3.15. Perawatan luka pascaoperasi
55
d. Luka mengeluarkan eksudat cair atau tembus ke pakaian,
pembalutan luka harus di ulang, sebab bila tidak maka luka
mungkin terbuka.
e. Bila luka perlu dibalut ulang maka balutan harus sesuai dan
tidaklengket
f. Bila luka harus dibalut dan dibersihkan ulang, prosedur
terseebut harus di lakukan dengan teknik bersih, dengan
latutan salin normal yang hangat atau dengan air kran dan
balutan yang sesuai.
g. Bila luka tampak terinfeksi, perlu dilakukan apusan dan
rujukan. Teknik pembalutan aseptik harus digunakan dengan
air atau salin normal dan balutan yang sesuai. Pengkajian
dilakukan sesuai saran dokter obstetrik.
56
2. Buah-buahan Kering
Buah-buahan yang dikeringkan kaya kolesterol
baik, energi dan Vitamin E. Nutrisi ini banyak ditemukan
pada kacang mete, kismis, kenari dan almond.
3. Telur
Telur memberikan kombinasi sempurna dari lemak,
protein dan kalsium yang diperlukan seorang wanita setelah
melahirkan. Ini membantu menjaga tubuh ibu tetap kuat
dan juga menjaga ketidakseimbangan hormon yang tepat
dalam tubuh.
4. Bayam
Bayam kaya akan besi, kalsium, vitamin K dan
vitamin A. Semua nutrisi ini sangat baik untuk para ibu
yang baru melahirkan.
5. Biji-bijian
Makanan yang mengandung biji-bijian seperti bubur
gandum, beras merah maupun roti gandum merupakan
sumber karbohidrat yang dapat membantu menurunkan
kadar lemak dalam tubuh. Penelitian menunjukkan bahwa
orang yang makan sekitar 3 porsi biji-bijian dalam
seharinya, maka total lemak dalam tubuhnya berkurang
sekitar 3%.
57
3. Jangan makan buah-buahan selama menyusui karena bayi
bisa diare
4. Tak boleh makan terlalu banyak supaya tetap langsing
58
peralatan steril harus digunakan sebelum kadaluarsa. Losin,
spuit, kanula steril disediakan hanya untuk satu kali pemakaian (
kecuali bila dinyatakan sebaliknya) dan dibuang setelah
digunakan.
4. Mencegah kontaminasi pada daerah steril
Secara ideal, tidak boleh ada pengembalian peralatan
yang telah terkontaminasi ke daerah steril. Prinsip tangan kotor
dan bersih dapat diterapkan. Hal ini berarti bidan menggunakan
satu tangan (kotor) untuk kontak langsung dengan ibu. Sementa
tangan lainya (bersih) tetap berada di daerah steril. Peralatan
dipindahkan dari tangan bersih ke tangan kotor kemudian
dibuang bila telah digunakan, cara ini mencegah kontaminasi
tangan kotor ke daerah steril. Biasanya yang digunakan tangan
bersih adalah tangan yang dominan atau tangan yang digunakan
untuk pemeriksaan. Melindungi kedua tangan dan daerah steril
dari kontaminasi berat merupakan hal yang sangat penting, dan
bila hal ini terjadi harus dilakukan cuci prosedur cuci tangan
kembali.
Secara ringkas peran dan tanggung jawab bidn adalah :
a. Mengetahui perlunya meminimalkan perpindahan
mikroorganisme dan menerapkan prinsip asepsisdi semua
situasi.
b. Mencuci tangan karena merupakan bagian utama dari
asuhan kebidanan
c. Mengajarkan kepada ibu cara merawat diri dan bayinya
d. Menerapkan penelitian yang dapat dipercaya untuk
meningkatkan kualitas praktik.
59
mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan mengenai
masalah kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi,
perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB. Dengan
pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi pada masa nifas dapat
mencegah beberapa kematian ibu.
60
1. Besarnya biaya untuk mengunjungi pasien dengan jarak rumah
yang jauh.
2. Terbatasnya jumlah bidan yang memberi pelayanan kebidanan.
3. Kekawatiran tentang keamanan untuk mendatangi pasien di daerah
tertentu.
61
perdarahan menyebabkan depresi dan ketidak mampuan mengurus
dirinya sendiri dan bayi).
62
1. Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba
(melebihi haid biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi
lebih dari 2 pembalut saniter dalam wakrtu setengah jam)
2. Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang keras.
3. Rasa nyeri diperut bagian bawah atau punggung.
4. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastrik, atau masalah
penglihatan.
5. Pembengkakan pada wajah dan tangan.
6. Demam, muntah, rasa sakit sewaktu buang air seni atau merasa
tidak enak badan.
7. Payudara yang memerah, panas dan atau sakit.
8. Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan.
9. Rasa sakit, warna merah, kelembutan, dan atau pembekakan
pada kaki.
10. Merasa sangat sedih atatu tidak mampu mengurus diri sendiri
atau bayi.
11. Merasa sangat letih atau bernapas terengah-engah.
1. Pencegahan infeksi
6. Pencegahan perdarahan
63
7. Pemberian imunisasi
1. Tujuan Imunisasi
64
diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat
mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi. (Alimul, 2009)
65
merangsang pembentukan zat anti (toksoid). Frekuensi pemberian
imuisasi DPT adalah 3 dosis. Pemberian pertama zat anti terbentuk
masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan
mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat anti. Pada
pemberian kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup.
Imunisasi DPT diberikan melalui intramuscular.
Pemberian DPT dapat berefek samping ringan ataupun
berat. Efek ringan misalnya terjadi pembengkakan, nyeri pada
tempat penyuntikan, dan demam. Efek berat misalnya terjadi
menangis hebat, kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran
menurun, terjadi kejang, encephalopathy, dan syok.
e. Campak
Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan
untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena
termasuk penyakit menular. Kandungan vaksin ini adalah virus
yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah 1
dosis. Imunisasi campak diberikan melalui subkutan. Imunisasi ini
memiliki efek samping seperti terjadinya ruam pada tempat
suntikan dan panas. (Alimul, 2009)
3. Jadwal Imunisasi
a. BCG
- Imunisasi BCG diberikan pada umur sebelum 3 bulan. namun
dianjurkan pemberian imunisasi BCG pada umur antara 0-12
bulan.
- Dosis 0,05 ml untuk bayi kurang dari 1 tahun dan 0,1 ml
untuk anak (>1 tahun).
- Imunisasi BCG ulangan tidak dianjurkan.
66
67
b. Hepatitis B
- Imunisasi hepatitis B-1 diberikan sedini mungkin (dalam
waktu 12 jam) setelah lahir.
- Imunisasi hepatitis B-2 diberikan setelah 1 bulan (4 minggu)
dari imunisasi hepatitis B-1 yaitu saat bayi berumur 1 bulan.
Untuk mendapatkan respon imun optimal, interval imunisasi
hepatitis B-2 dengan hepatitis B-3 minimal 2 bulan, terbaik 5
bulan. Maka imunisasi hepatitis B-3 diberikan pada umur 3-6
bulan.
- Departemen kesehatan mulai tahun 2005 memberikan vaksin
hepatitis B-0 monovalen (dalam kemasan uniject) saat lahir,
dilanjutkan dengan vaksin kombinasi DTwP/hepatitis B pada
umur 2-3-4 bulan. Tujuan vaksin hepatitis B diberikan dalam
kombinasi dengan DTwP untuk mempermudah pemberian
dan meningkatkan cakupan hepatitis B-3 yang masih rendah.
- Apabila sampai dengan usia 5 tahun anak belum pernah
memperoleh imunisasi hepatitis B, maka secepatnya
diberikan imunisasi hepatitis B dengan jadwal 3 kali
pemberian.
c. DPT
- Imunisasi DPT primer diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan
(DPT tidak boleh diberikan sebelum umur 6 minggu) dengan
interval 4-8 minggu. Interval terbaik diberikan 8 minggu, jadi
DPT-1 diberikan pada umur 2 bulan, DPT-2 pada umur 4
bulan dan DPT-3 pada umur 6 bulan.
- Dosis DPT adalah 0,5 ml, intramuskular, baik untuk
imunisasi dasar maupun ulangan.
- Vaksin DPT dapat diberikan secara kombinasi dengan vaksin
lain yaitu DPT/Hepatitis B dan DPT/IPV.
68
d. Polio
- Terdapat 2 kemasan vaksin polio yang berisi virus polio -1, 2,
dan 3. (1.OPV, hidup dilemahkan, tetes, oral.; 2.IPV, in-aktif,
suntikan.)
- Polio-0 diberikan saat bayi lahir sesuai pedoman PPI sebagai
tambahan untuk mendapatkan cakupan imunisasi yang tinggi.
- Untuk imunisasi dasar (polio-2, 3, 4) diberikan pada umur
2,4, dan 6 bulan, interval antara dua imunisasi tidak kurang
dari 4 minggu.
- OPV diberikan 2 tetes per-oral.
69
b. Lebih baik memberi natural infeksi dibandingkan dengan
vaksinasi.
c. Sesudah imunisasi tidak akan tertular penyakit tersebut.
d. Imunisasi dapat menyebabkan penyakit yang seharusnya
dicegah dengan vaksin tersebut.
e. Imunisasi sepertinya tidak efektif 100%, sia-sia saja anak
diberlakukan imunisasi.
f. Mungkin anak akan menderita reaksi terhadap imunisasi yang
menyakiti.
g. Anak tidak perlu imunisasi asalkan dia sehat, aktif, dan makan
cukup banyak yang bergizi.Pada seri vaksinasi, apabila seri
satu kali terlambat, seri harus dimulai lagi dari semula.
70