Anda di halaman 1dari 70

Daftar Isi

BAB II......................................................................................................................3

LANDASAN TEORI...............................................................................................3

2.1. Kehamilan.................................................................................................3

2.1.1. Perencanaan kehamilan......................................................................3

2.1.2. Perawatan primer dan ruang lingkup praktik.....................................5

2.1.3. Penatalaksanaan perawatan mandiri dan kolaborasi..........................5

2.1.4. Proses penatalaksanaan......................................................................7

2.1.5. Skrining abnormalitas dan diagnosis banding...................................7

2.1.6. Perubahan fisiologis dan adaptasi selama kehamilan........................8

2.1.7. Ketidaknyamanan pada kehamilan....................................................9

2.1.8. Anemia Pada Kehamilan Akibat Kekurangan Zat Besi...................12

2.1.9. Letak sungsang.................................................................................14

2.1.10. Asuhan Antenatal Terpadu...........................................................16

2.2. PERSALINAN........................................................................................21

2.2.1. Persalinan dan pelahiran normal......................................................21

2.2.2. Secsio sesaria...................................................................................27

2.3. Masa Nifas...............................................................................................30

2.3.1. Pengertian dan tahapan masa nifas..................................................30

2.3.2. Perubahan psikis masa nifas............................................................30

2.3.3. Tujuan asuhan masa nifas................................................................30

2.3.4. Program masa nifas dan kunjungan pada masa nifas.......................32

2.3.5. Perubahan fisiologis masa nifas.......................................................34

2.3.6. Kebutuhan dasar masa nifas.............................................................40

2.3.7. Pemeriksaan fisik ibu nifas..............................................................43

1
2.3.8. Bounding attachment.......................................................................45

2.3.10. Dukungan bidan dalam pemberian laktasi...................................47

2.3.9. Manfaat pemberian ASI...................................................................49

2.3.10. Perawatan payudara......................................................................49

2.3.11. Asuhan nifas dengan sc................................................................50

2.3.13. Fisiologi penyembuhan luka........................................................50

2.3.14. Protap perawatan luka..................................................................53

2.3.15. Perawatan luka pascaoperasi........................................................53

2.3.16. Kebutuhan nutrisi pasca secsio.....................................................55

2.3.17. Prinsip pencegahan infeksi...........................................................56

2.4. Asuhan Nifas Dan Neonatus Di Rumah......................................................58

2.4.1. Kunjungan rumah................................................................................58

2.4.2. Penyuluhan masa nifas.....................................................................60

2.4.3. Perawatan Bayi................................................................................62

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Kehamilan

2.1.1. Perencanaan kehamilan


Ketika seorang wanita tidak mengalami menstruasi, atau
ketika uji kehamilan yang dilakukan dirumah menunjukan hasil
positif, atau ketika jadwal perjanjian prenatal mulai di lakukan,
artinya organogenesis mendekati sempurna. Jantung janin telah
terbentuk, tungkai bergerak aktif dan jenis kelamin dapat di
identifikasi. Semua ini sudah terjadi saat morning sickness sudah di
alami cukup sering. Pada saat ini,mereka yang beriktikad baik
menggubah gaya hidup dari merokok sampai menggunakan
alkohol atau obat-obatan terlarang dan memprbanyak latihan serta
memperbaiki nutrisi, maka sudah terlalu terlambat untuk mencegah
perjalanan zat beracun pada janin.
Pengetahuan yang luas tentang pewarisan pada manusia
telah memberi peluang lebih besar untuk menyelenggarakan
konseling genetik, identifikasi faktor resiko sebelum konsepsi
terjadi dan diagnosis genetik prenatal. Namun, sering perawatan
prenatal banyak di evaluasi secara kritis, semakin lebih jelas
terlihat bahwa waktu untuk mencegah komplikasi kehamilan yang
tepat sebenarnya adalah sebelum seorang wanita mengandung.

2.1.1.1.Faktor resiko medis


1. Komplikasi obtetri sebelumnya
Seorang wanita yang sebelumnya pernah hamil mungkin
saja kawatir dirinya akan kembali mengalami komplikasi yang
berhubungan dengan kehamilan sebelumya. Prediksi terbaik dari
kehamilan preterm adalah kehamilan pteretm sebelumnya. Faktor
resiko lain yang dapat berulang pada kehamilan selanjutnya ialah

3
diabetes gestasional, gangguan hipertensi, plasenta previa,
persalinan lama, dan berat lahir rendah. Komplikasi-komplikasi
pada kehamilan sebelumnya mengindikasikan perlunya
merencanakan intervensi yang tepat untuk kehamilan berikutnya
guna memastikan hasilhasil terbaik.
Selain faktor resiko medis atau obstetrik, wanita mungkin
juga memiliki kekawatiran akibat pengalaman persalinan
sebelumnya, yang terkait dengan persalinan pervaginam versus
persalinan sesaria, penggunaan analgesia, posisi saat melahirkan,
dukungan tenaga pelayanan kesehatan dan berbagai isu lain yang
berkaitan dengan proses persalinan. Sangatlah penting untuk
bertanya kepada wanita dan membantunya menemukan apakah
ada cara lain untuk meningkatkan kepuasanya terhadap proses
persalinan. Sebaliknya, ia mungkin mendapatkan pengalaman yang
luar biasa pada persalinan seselumnya dan menginginkan bantuan
untuk memastikan hasil akhir positif yang sama pada kehamilan
mendatang.
2. Usia ibu yang lanjut
Seorang wanita yang telah menunda masa usia suburnya
atau wanita yang menginginkan anak lagi setelah usia 35 tahun
dapat memiliki kekawatiran tertentu berkaitan dengan usianya.
Masa pra konsepsi merupakan masa yang tepat untuuk menjawab
pertanyaan dan membicarakan kekawatiran tersebut. Masalah yang
pasti muncul setelah usia 35 tahun mencakup resiko kelainan
genetik. Selain itu, seiring peningkatan usia, resiko wanita untuk
menderita diabetes gestasional, hipertensi dan penyakit kronis lain
meningkat. Oleh karena itu, konseling genetik dan pengkajian
medis yang menyeluruh merupakan tindakan yang penting.
Bagi wanita yang merencanakkan kehamilan pertamanya
setelah usia 35 tahun, masalah infertilitas merupakan masalah yang
lebih besar lagi. Perubahan-perubahan besar terhadap gaya hidup
yang sudah mapan juga di alami oleh pasangan berusia mapan,
suatu topik yang perlu diperhatikan oleh bidan.

4
2.1.2. Perawatan primer dan ruang lingkup praktik
Adalah American College Of Nurse-Midwives (ACNM)
menentukan bahwa Certified Nurse-Midwives (CNM) dan
Certified Midwives (CM) merupakan pemberi perawatan primer
bagi ibu dan bayi baru lahir.
Perawatan yang dilakukan oleh CNM dan M menggabungkan
semua faktor penting dalam perawatan primer yang mencakup
evaluasi, pengkajian, perawatan, dan perujukan jika di
perlukan.model pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh CNM
dan CM berfokus pada perawatan ambulasi bagi ibu bagi ibu dan
bayinya menekankan pada promosi kesehatan, pendidikan dan
pencegahan penyakit serta memandang wanita sebagai subyek
yang menjadi pusat proses pemberian perawatan.
Perawatan yang dilakukan oleh CNM dan CM meliputi
konseling, perawatan selama masa kehamilan dan persalinan,
perawatan ginekologi normal, perawatan kontrasepsi dan
perawatan bagi wanita peri dan pascamenopause.
Pendidikan kesehatan menjadi fokus utama yang bertujuan
mencegah masalah tambahan dan membantu ibu mengembangkan
dan mempertahankan kebiasaan hidup sehat. Mereka juga
memberikan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan
menyeluruh dengan menyusun rencana penatalaksanaan perawatan
yang berkelanjutan bersama ibu. Perawatan yang dilakukan bersifat
tertutup dan terintegrasi dengan faktor budaya, sosial-ekonomi,
psikologis ibu, yang dapat mempengaruhi status kesehatanya.

2.1.3. Penatalaksanaan perawatan mandiri dan kolaborasi


Praktik perawat-kebidnan merupakan perawatan kesehatan
wanita mandiri dalam sistem pellayanan kesehatan yang
menyediakan konsultasi, penatalaksanaan kolaborasi atau rujukan
sesuai indikasii status kesehatan klien selain itu ANCM telah
mengeluarkan pernyataan yang terpisah khusus mengupas tentang
masing-masing konsep ini. Semua dokumen ini menginformasikan
bahwa perawatan kebidanan terutama ditujukan kepada wanita

5
sehat, tetapi juga menyatakan bahwa CNM dan CM dapat terus
menjadi alat untuk perawatan kesehatan wanita yang mengalami
komplikasi medis, ginekologis atau obstetrik. Bekerja dengan para
wanita ini dapat melibatkan bidan dalam satu dari 3 proses:
1. Konsultasi. Nasihat atau pendapat seorang dokter atau
anggota lain tim perawat kesehatan sementara bidan
memegang tanggung jawab utama dalam perawatan kesehatan
wanita.
2. Kolaboorasi. Bidan dan dokter bersama-sama mengatur
perawatan kesehatan wanita dan bayi baru lahir yang
mengalami komplikasi medis, ginekologis, atau obstetrik.
Tujuan kolaborasi adalah berbagai otoritas ketika memberi
pelayanan berkualitas dalam ruang lingkup masing-masing
individu. Kemampuan untuk berbagi tanggungjawab, saling
menghormati, saling mempercayai dan komunikasi yang
efektif antara bidan dan dokter merupakan hal yang sangat
penting untuk mencapai keberhasilan penatalaksanaan
kolaboratif perawatan kesehatan berkualitas.
3. Rujukan. Bidan merujuk kliennya epada seorang dokter atau
pemberi perawatan kesehatan profesional lain untuk
menyelesaikan masalah tertentu atau aspek perawatan klien.
Kemandirian dan kolaboraasi bukanlah hal yang saling
terpisah, melainkan bekerjasama dalam sebuah pendekatan
yang memberi keuntungan pada ibu dan bayinya. Riwayat
perawat-kebidanan yyang panjang dalam memberi pelayanan
pada masyarakat yang tidak terjangkau fasilitas kesehatan dan
kepadapopulasi yang rentan berulangkali menunjukan
pengurangan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi.

2.1.4. Proses penatalaksanaan


Proses penatalaksanaan terdiri dari tujuh langkah berurutan
yang secara periodik di sempurnnakan. Tujuh langkah tersebut
adalah sebagai berikut.

6
1) Menyelidiki dengan cara memperoleh semua data yang
dibutuhkan untuk melengkapi evaluasi ibu atau bayibaru lahir.
2) Membuat sebuah identifikasi masalah atau diagnosa dan
kebutuhan perawatan kesehatan yang akurat berdasarkan
perbaikan interpretasi data yang benar.
3) Mengantisipasi masalah atau diagnosis yang akan terjadi
lainya, yang dapat menjadi tujuan yang diharapkan, kkarena
telah ada masalah atau diagnosa yang teridentifikasi.
4) Mengevaluasi kebutuhan akan intervensi dan atau konsultasi
bidan atau dokter yang dibutuhkan dengan segera, serta
menegemen kolaborasi dengan anggota tim tenaga kesehatan
lain, sesuai kondisi yang di perlihatkan oleh ibu atau bayi baru
lahir.
5) Mengembangkan sebuah rencana perawatan kesehatan yang
menyeluruh, di dukung oelh penjelasan rasional yang valid,
yang mendasari keputusan yang dibuat dan di dasarkan pada
langkah-langkah sebelumnya.
6) Mengemban tanggung jawab terhadap pelaksanaan rencana
perawatan yang efisien dan aman.
7) Mengevaluasi keefektifan perawatan kesehatan yang di
berikan, mengolah kkembali dengan tepat setiiap aspek
perawatan yang belum efektif melalui proses penatalaksanaan
di atas.

2.1.5. Skrining abnormalitas dan diagnosis banding


Skrining uuntuk menemukan keadaan abnormal dan
membuat diagnosis banding merupakan fungsi bidan yang vital.
Tindakan yang umum dilakukan oleh bidan adalah membuat
diagnosis utama. Dalam hal ini peran bidan adalah melakukan
krining secara berkala pada ibu dan bayi baru lahir untuk
mendeteksi setiap penyimpangan dari keadaan normal. Bidan harus
bersiaga terhadap setiap keadaan yang tidak normal dan
kemungkinan komplikasi baik pada populsi psien yang berbeda
maupun pada konsisii pasien tertentu. Bidan harus bisa
membedakan antara ketidaknyamanan normal dengan kondisi

7
medis, penyakit atau komplikasi. Pengetahuan menyeluruh tentang
tanda dan gejala komplikasi kehamilan sangat di perlukan untuk
menngenali penyimpangan dari kondisi normal.
Ketika ditemukan keadaann abnormal maka bidan
berkonsultasi dengan dokter konsultan untuk mementukan
penatalaksanaan yang akan dilakukan. Dengan begitu terlihat
hubungan saling menguntungkan masing-masing tenaga kesehatan
dimana dokter sebagai penatalaksanaan medis, obstetri dan
komlikasi sedangkan bidan untuk penatalaksanaan semua aspek
yang akan teruus menerus dan merupakan keadaan normal.

2.1.6. Perubahan fisiologis dan adaptasi selama kehamilan

2.1.6.1. Usia kehamilan 30 minggu


Segmen bawah uterus masih belum lengkap, tetapi dapat di
definisikan sebagai bagian yang terdapat di antara garis pelengkap
kantong uuterovesikal peritoneum secara superior dan os internal
secara inferior (Llewellyn-jones 1999). Pada usia gestasi 30
minggu, fundus dapat di palpasi di bagian tengah antara umbilikus
dan sifisternum (beischer et al 1997).
Pengkajian ukuran janin dapat dengan palpasi abdomen
terbukti tidak akurat karena terdapat variasi yang sangat besar
dalam hal tempat umbilikus. Untuk itu, pengukuran tinggi simfisis-
fundus menjadi cara pengkajian yang banyak di lakukan. Namun
demikian, percobaan terbaru yang membandingkan dua metode ini
menemukan tidak adanya perbandingan dua metode ini
menemukan tidak adanya perbedaan pada hasil pengukuran, dan
menyimpulkan bahwa tidak ada data yang cukup untuk
mengevaluasi penggunaan pengukuran tinggi simpisis-fundus
selama asuhan antenatal ( neilson 2002).

2.1.6.2. Usia kehamilan 36 minggu


Pada usia 38 minggu, uterus sejajar dengan sifisternum.
Tuba uterina ttampak agak terdorong ke dalam diatas bagian
tengah uterus. Frekuensi dan kekuatan kontraksi otot segmen atas

8
semakin meningkat, oleh karena itu segmen bawah uterus
berkembang lebih cepat dan meregang secara radial, yang jika
terjadi bersamaan dengan pembukaan serviks dan pelunakan
jaringan dasar pelvis akan menyebabkan presentasi janin memulai
penurunanya kedalam pelvis bagian atas. Hal ini mengakibatkan
berkurangnya tinggi fundus yang disebut dengan fightening, yang
mengurangi tekanan pada bagian atas abdomen, tetapi
meningkatkan tekanan di dalam pelvis yang dapat menyebabkan
konstipasi, sering berkemih dan terkadang meningkatkan rabas
vagina (Llewellyn-jones 1999). Hal ini juga menyebabkan janin
semakin turun dan masuk kedalam pelvis. Namun demikian pada
sebagian besar wanita multipara, enggagement jarang terjadi
sebelum persalinan. ( Campbell dan lees 2000).

2.1.7. Ketidaknyamanan pada kehamilan


Ketidaknyamanan pada kehamilan terutama terjadi pada
hamil muda. Dengan makin tua kehamilan keluhan akan semakin
berkurang, kecuali varises dan kaki bengkak makin meningkat.
Ketidaknyamanan pada trimester ketiga adalah sebagai berikut

9
N MASALAH FISIOLOGIS SOLUSI
O
1 Cairan Vagina Peningkatan cairan - Tetap juga kebersihan.
vagina selama kehamilan - Hubungi dokter bila
adalah normal. cairan berbau, terasa
Cairan biasanya jernih, gatal dan sakit.
pada awal kehamilan
biasanya agak kental dan
mendekati persalinan
lebih cair.
2 Bengkak Pertumbuhan bayi akan - Menghindari makanan
(edema) meningkatkan tekanan asin
pada daerah kaki dan - Ganjal kaki dengan
pergelangan kaki ibu, bantal ketika
disebabkan oleh berbaring/duduk
perubahan hormonal - Jangan berdiri terlalu
yang lama
menyebabkan retensi
cairan.

3 Sesak Nafas Hal ini terjadi karena - Atasi dengan tidak


paru-paru mendesak membawa berat
diafragma. - berjalan tegak
- menarik nafas dalam-
dalam
- tidur miring kiri dan
olahraga teratur yang
ringan seperti jalan-jalan
dipagi hari

4 Varises Sirkulasi darah selama - Jangan berdiri atau


hamil lebih banyak duduk terlalu lama
sehingga tidak teratasi - Duduk atau berbaring
oleh katub yang dengan kaki diganjal
mengalirkan darah ke bantal, sehingga posisi
jantung. Akibatnya, kaki lebih tinggi dari
pembuluh darah kaki jantung.
mekar, bahkan sampai - cobalah sering berjalan-
menonjol agar jalan
tertampung darah lebih - sebagian besar varises
banyak. akan lenyap 2-3 bulan
setelah melahirkan.

5 Merasa Hal ini terjadi karena - Untuk mengurangi rasa


Kepanasan kecepatan metabolisme tidak nyaman, seringlah
ibu hamil rata-rata mandi.
meningkat 20 selama - Gunakan pakaian yang
kehamilan sehingga suhu mudah menyerap

10
tubuh juga tinggi keringat
- Jangan lupa untuk
minum lebih banyak
untuk menggantikan
cairan yang keluar
melalui pori-pori tubuh
bumil.

6 Kontraksi Broxton Hick kontraksi - Istirahat cukup


Perut palsu, kontraksi berupa - Hindari pekerjaan yang
rasa sakit ringan, tidak memberatkan
teratur dan hilang bila - Berdiri dan berjalan
duduk atau istirahat. dengan punggung dan
bahu yang tegak
- Pakailah kasur yang
nyaman

7 Konstipasi Selain karena adanya - Makan makanan berserat


peningkatan hormon tinggi (buah dan sayur)
progesteron konstipasi - Minum air yang banyak
juga karena tekanan dan olahraga ringan.
rahim yang semakin
membesar ke daerah
usus.

8 Sering Pembesaran rahim dan - Batasi intake cairan


Kencing ketika kepala bayi turun sebelum tidur
ke rongga panggul akan - Tenangkan hati
makin menekan kandung - Memakai pembalut
kencing ibu hamil. perineum
9 Terganggunya Setelah perut membesar, -Menenangkan hati ibu
Tidur bayi menendang -Message atau memijat
(Insomnia) semakin sering, sehingga pinggang
ibu sulit untuk tidur -Minum susu hangat atau
nyenyak selain itu ada mandi hangat sebelum
perasaan cemas menanti tidur.
waktu persalinan -Batasi minum setelah jam 4
sore agar saat tidur tidak
terbangun karena sering
BAK.

11
2.1.8. Anemia Pada Kehamilan Akibat Kekurangan Zat Besi
Anemia atau lebih dikenal dengan istilah kurang darah
adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin di bawah nilai
normal, dimana nilai normal kadar hemoglobin di dalam
tubuh berkisar antara 12-14g%.
WHO menetapkan bahwa kadarhemoglobi normal pada
wanita hamil adalah > 11g%. Maka, kadar hemoglobin < 11g%
pada wanita hamil dapat sebagai suatu keadaan anemia pada
kehamilan.

2.1.8.1. Penambahan Volume Darah Selama Kehamilan


Secara normal (fisiologis) darah akan bertambah banyak
dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia.
Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan
bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah
(hemodilusi). Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut :
plasma 30%, sel darah 18% dan hemoglobin 19%.
Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak
kehamilan 10 minggu (trimester I)dan mencapai puncaknya dalam
kehamilan antara 32 dan 36 minggu (trimester III).
Secarafisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu
meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya
kehamilan.

2.1.8.2. Penyebab penyebab anemia dalam kehamilan


Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh
defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya
saling berinteraksi. Diketahui penyebab anemia pada umumnya
adalah sebagai berikut :
1. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah
2. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma
3. Kurangnya zat besi dalam makanan
4. Kebutuhan zat besi meningkat
5. Gangguan pencernaan dan absorbsi (penyerapan salam saluran
cerna)

12
6. Penyakit penyakit kronis seperti TBC paru, cacingan, dan
sebagainya

2.1.8.3. Kecenderungan terjadinya anemia pada kehamilan


Ada beberapa faktor yang memperbesar kemungkinan
terjadinya anemia pada wanita hamilantara lain:
1. Jarak waktu antara dua kehamilan yang berdekatan
2. Kehamilan multigravida (lebih dari satu anak)
3. Sering muntah pada awal kehamilan (morning sickness)
4. Tidak mengkonsumsi zat besi dalam jumlah yang cukup
5. Memiliki riwayat perdarahan haid yang banyak

2.1.8.4. Akibat dari anemia dalam kehamilan


Anemia dalam kehamilan dapat berakibat fatal bagi ibu dan
calon bayi/ bayinya. Akibat akibatyang dapat ditimbulkan antara
lain:
1. Dapat terjadi keguguran
2. Dapat terjadi kecacatan pada bayi
3. Dapat terjadi kelahiran prematur
4. Dapat terjadi kelahirandengan BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah)
dan kondisi bayi yang lemah.
5. Dapat terjadi kematian ibu dan bayi pada saat melahirkan

2.1.8.5. Menghindari anemia selama kehamilan


Nutrisi yang baik adalah solusi yang paling tepat
untuk mencegah anemia terutama pada anemiadefisiensi besi.
Dengan mengonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi
sepertisayuran hijau, daging merah, telur, kacang kacangan, atau
mengonsumsi makanan tambahanseperti royal jelly yang juga
mengandung zat besi dapat membantu menjaga kadar zat besi
didalam tubuh dalam jumlah yang optimal sehingga tubuh dapat
menjalankan fungsinya dengan baik.
Apabila asupan zat besi tidak dapat dipenuhi dari
intake makanan, maka wanita hamil dianjurkanuntuk mengonsumsi
tablet besi selama kehamilan. Dengan intake makanan yang bergizi
baik dan seimbang dan mengonsumsi makanan makanantambahan
yang mengandung banyak mikronutrien yang dibutuhkan, serta

13
mengonsumsi tablet besi secara teratur, maka diharapkan angka
prevalensi anemia dalam kehamilan di Indonesia dapat menurun,
begitu pula dengan angka mortalitas dan morbiditas ibu dan bayi.

2.1.9. Letak sungsang

2.1.9.1. Pengertian
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di
bagian bawah kavum uteri (Prawirohardjo, 2008, p.606).

2.1.9.2. Klasifikasi letak sungsang


1. Presentasi bokong murni (frank breech)
Yaitu letak sungsang dimana kedua kaki terangkat ke atas sehingga
ujung kaki setinggi bahu atau kepala janin.
2. Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech)
Yaitu letak sungsang dimana kedua kaki dan tangan menyilang
sempurna dan di samping bokong dapat diraba kedua kaki.
3. Presentasi bokong kaki tidak sempurna (incomplete breech) Yaitu
letak sungsang dimana hanya satu kaki di samping bokong,
sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas.

2.1.9.3. Diagnosis
Diagnosis letak sungsang yaitu pada pemeriksaan luar kepala
tidak teraba di bagian bawah uterus melainkan teraba di fundus uteri.
Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan
seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah
kepala. Seringkali wanita tersebut menyatakan bahwa kehamilannya
terasa lain daripada yang terdahulu, karena terasa penuh di bagian atas
dan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah. Denyut jantung
janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi
daripada umbilicus. Apabila diagnosis letak sungsang dengan
pemeriksaan luar tidak dapat dibuat, karena misalnya dinding perut
tebal, uterus mudah berkontraksi atau banyaknya air ketuban, maka
diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam. Apabila masih

14
ada keragu-raguan, harus dipertimbangkan untuk melakukan
pemeriksaan ultrasonografik.
Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong
yang ditandai dengan adanya sacrum, kedua tuber ossis iskii, dan
anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan.
Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari
yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari
kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan. Pada persalinan
lama, bokong janin mengalami edema, sehingga kadang-kadang sulit
untuk membedakan bokong dengan muka. Pemeriksaan yang teliti
dapat membedakan antara bokong dengan muka karena jari yang akan
dimasukkan ke dalam anus mengalami rintangan otot, sedangkan jari
yang dimasukkan ke dalam mulut akan meraba tulang rahang dan
alveola tanpa ada hambatan. Pada presentasi bokong kaki sempurna,
kedua kaki dapat diraba di samping bokong, 9 sedangkan pada
presentasi bokong kaki tidak sempurna, hanya teraba satu kaki di
samping bokong

2.1.9.4. Etiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi
janin terhadap ruangan didalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang
lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relative lebih banyak, sehingga
memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin
dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang,
ataupun letak lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh
dengan cepat dan jumlah air ketuban relative berkurang. Karena
bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar daripada
kepala, maka bokong dipaksa menempati ruang yang lebih luas di
fundus uteri, sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil
di segmen bawah uterus.
Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan
belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan
pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam

15
presentasi kepala. Faktor-faktor lain yang memegang peranan dalam
terjadinya letak sungsang diantaranya adalah multiparitas, hamil
kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa, dan panggul
sempit. Kadang-kadang letak sungsang disebabkan karena kelainan
uterus dan kelainan bentuk uterus. Plasenta yang terletak di daerah
kornu fundus uteri dapat pula menyebabkan letak sungsang karena
plasenta mengurangi luas ruangan di daerah fundus.

2.1.10. Asuhan Antenatal Terpadu

2.1.10.1. Konsep Pelayanan


Pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat dipisahkan
dengan pelayanan persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan
kesehatan bayi baru lahir. Kualitas pelayanan antenatal yang
diberikan akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janinnya,
ibu bersalin dan bayi baru lahir serta ibu nifas.
Dalam pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan harus
dapat memastikan bahwa kehamilan berlangsung normal, mampu
mendeteksi dini masalah dan penyakit yang dialami ibu hamil,
melakukan intervensi secara adekuat sehingga ibu hamil siap untuk
menjalani persalinan normal.
Setiap kehamilan, dalam perkembangannya mempunyai
risiko mengalami penyulit atau komplikasi. Oleh karena itu,
pelayanan antenatal harus dilakukan secara rutin, sesuai standar
dan terpadu untuk pelayanan antenatal yang berkualitas. Pelayanan
antenatal terpadu dan berkualitas secara keseluruhan meliputi hal-
hal sebagai berikut:
1. Memberikan pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi
agar kehamilan berlangsung sehat
2. Melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan
penyulit/komplikasi kehamilan
3. Menyiapkan persalinan yang bersih dan aman
4. Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan
rujukan jika terjadi penyulit/komplikasi.

16
5. Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan
tepat waktu bila diperlukan.
6. Melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam
menjaga kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan
dan kesiagaan bila terjadi penyulit/komplikasi.
Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus
Memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari:
1. Timbang berat badan
2. Ukur lingkar lengan atas (LiLA).
3. Ukur tekanan darah.
4. Ukur tinggi fundus uteri
5. Hitung denyut jantung janin (DJJ)
6. Tentukan presentasi janin
7. Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
8. Beri tablet tambah darah (tablet besi)
9. Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal
meliputi:
a. Pemeriksaan golongan darah,
b. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)
c. Pemeriksaan protein dalam urin
d. Pemeriksaan kadar gula darah.
e. Pemeriksaan HIV
10. Tatalaksana/penanganan Kasus

2.1.10.2. Jenis Pelayanan


Pelayanan antenatal terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten yaitu dokter, bidan dan perawat terlatih, sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Pelayanan antenatal terpadu terdiri dari :
1. Anamnesa
Dalam memberikan pelayanan antenatal terpadu, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan ketika melakukan anamnesa, yaitu:
a. Menanyakan keluhan atau masalah yang dirasakan oleh ibu saat
ini.
b. Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan masalah
kehamilan dan penyakit yang kemungkinan diderita ibu hamil
c. Menanyakan status kunjungan (baru atau lama), riwayat
kehamilan yang sekarang, riwayat kehamilan dan persalinan
sebelumnya dan riwayat penyakit yang diderita ibu.
d. Menanyakan status imunisasi Tetanus Toksoid.

17
e. Menanyakan jumlah tablet Fe yang dikonsumsi.
f. Menanyakan obat-obat yang dikonsumsi seperti: antihipertensi,
diuretika, anti vomitus, antipiretika, antibiotika, obat TB, dan
sebagainya.
g. Di daerah risiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan riwayat
penyakit pada pasangannya. Informasi ini penting untuk langkah-
langkah penanggulangan penyakit menular seksual.
h. Menanyakan pola makan ibu selama hamil yang meliputi jumlah,
frekuensi dan kualitas asupan makanan terkait dengan kandungan
gizinya.
i. Menanyakan kesiapan menghadapi persalinan dan menyikapi
kemungkinan terjadinya komplikasi dalam kehamilan
Informasi anamnesa bisa diperoleh dari ibu sendiri, suami,
keluarga, kader ataupun sumber informasi lainnya yang dapat
dipercaya. Setiap ibu hamil, pada kunjungan pertama perlu
diinformasikan bahwa pelayanan antenatal selama kehamilan
minimal 4 kali dan minimal 1 kali kunjungan diantar suami.
2. Pemeriksaan
Pemeriksaan dalam pelayanan antenatal terpadu, meliputi
berbagai jenis pemeriksaan termasuk menilai keadaan umum (fisik)
dan psikologis (kejiwaan) ibu hamil.
Tabel 2. Jenis Pemeriksaan Pelayanan Antenatal Terpadu
JENIS TRIMESTER TRIMESTER TRIMESTER KETERANGAN
PEMERIKSAAN I II III
Keadaan umum Rutin
Suhu tubuh Rutin
Tekanan darah Rutin
Berat badan Rutin
LILA Rutin
TFU Rutin
Presentasi janin Rutin
DJJ Rutin
Pemeriksaan Hb Rutin
Golongan darah Rutin
Protein urine * * * Atas indikasi
Guladarah/reduksi * * * Atas Indikasi
Darah malaria * * * Atas Indikasi
BTA * * * Atas Indikasi
Darah sifilis * * * Atas Indikasi
Serologi HIV * * * Atas Indikasi
USG * * * Atas Indikasi

18
Pemeriksaan laboratorium/penunjang dikerjakan sesuai tabel di
atas. Apabila di fasilitas tidak tersedia, maka tenaga kesehatan
harus merujuk ibu hamil ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
lebih tinggi.
3. Penanganan dan Tindak Lanjut kasus.
Berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium/ penunjang lainnya, dokter menegakkan
diagnosa kerja atau diagnosa banding, sedangkan bidan/perawat dapat
mengenali keadaan normal dan keadaan bermasalah/tidak normal pada
ibu hamil. Berikut ini adalah penanganan dan tindak lanjut kasus pada
pelayanan antenatal terpadu.

19
Tabel 3. Penanganan dan Tindak Lanjut Kasus
No Hasil Pemeriksaan Penanganan dan Tindak Lanjut Kasus
1 Ibu hamil BB kurang Rujuk untuk penanganan ibu hamil
(kenaikan BB <1kg/bulan), atau resiko KEK sesuai standar.
Ibu hamil resiko KEK (LILA
<23,5 cm)

2 TFU tidak sesuai dengan umur Rujuk untuk penanganan gangguan


kehamilan pertumbuhan janin
3 Kelainan letak janin pada Rujuk untuk penanganan kehamilan
trimester III dengan kelainan letak janin
4 Ibu hamil dengan anemia - Rujuk untuk penanganan kehamilan
dengan kelainan letak janin
- Konseling gizi, diet makanan kaya
zat besi dan protein
Pada setiap kunjungan antenatal, semua pelayanan yang
meliputi anamnesa, pemeriksaan dan penanganan yang diberikan serta
rencana tindak-lanjutnya harus diinformasikan kepada ibu hamil dan
suaminya. Jelaskan tanda-tanda bahaya dimana ibu hamil harus segera
datang untuk mendapat pertolongan dari tenaga kesehatan.
Apabila ditemukan kelainan atau keadaan tidak normal pada
kunjungan antenatal, informasikan rencana tindak lanjut termasuk
perlunya rujukan untuk penanganan kasus, pemeriksaan
laboratorium/penunjang, USG, konsultasi atau perawatan, dan juga
jadwal kontrol berikutnya, apabila diharuskan datang lebih cepat.

2.1.10.3. Pencatatan hasil pemeriksaan


Pencatatan hasil pemeriksaan merupakan bagian dari standar
pelayanan antenatal terpadu yang berkualitas. Setiap kali pemeriksaan,
tanaga kesehatan wajib mencatat hasilnya pada rekam medis, kartu ibu,
dan buku KIA. Pada saat ini pencatatan hasil pemeriksaan antenatal
masih sangat lemah, sehingga data-datanya tidak dapat dianalisa untuk
peningkatan kualitas pelayanan antenatal. Dengan menerapkan
pencatatan sebagai bagian dari standar pelayanan, maka kualitas
pelayanan antenatal dapat ditingkatkan.

20
2.2. PERSALINAN

2.2.1. Persalinan dan pelahiran normal

2.2.1.1. Definisi
Persalinan adalah fungsi seorang wanita, dengan fungsi ini
produk konsepsi (janin, air ketuban, plasenta dan selaput ketuban )
dilepas dan di keluarkan dari uterus melalui vagina ke dunia luar. Hari
persangkaan lahir (HPL) dapat diperkirakan dengan mengurangi bulan
dari Hari Pertama Menstruasi terakhir (HPM) dengan tiga dan
kemudian harinya ditambah tujuh.
Secara ideal, para tenaga medis di kamar bersalin yang
memimpin persalinan dan pelahiran perlu melakukan dua hal yang
berpotensi saling bertentangan. Pertama mereka perlu menyadari
bahwa melahirkan adalah suatu proses fisiologis normal yang dialami
oleh sebagian besar wanita tanpa komplikasi dan kedua komplikasi
pada ibu dan janin dapat muncul secara cepat dan tanpa di duga-duga.
Para tenaga medis harus secara bersamaan membuat wanita yang
bersangkutan dan keluarganya merasa nyaman, sekaligus menjamin
keselamatan ibu dan bayinya seandainya muncul komplikasi.

2.2.1.2. Cara persalinan letak sungsang


1. Penilaian pada saat masuk
Salah satu diagnosis paling penting dalam obstetrik adalah
diagnosis persalinan secara adekuat. Jika persalinan salah di
diagnosis, mungkin dilakukan intervensi yang tidak tepat untuk
mempercepatnya. Sebaliknya, jika persalinan tidak terdiagnosis,
janin-bayi dapat mengalami gangguan akibat komplikasi yang
tidak terduga yang terjadi di tempat yang jauh dari petugas
kesehatan dan fasilitas medis yang adekuat. Meskipun diagnosis
banding antara persalinan sejati dan palsu kadang-kadang sulit,
namun diagnosis biasanya dapat ditegakkan berdasarkan kontraksi.

21
Pada kasus saat diagnosis persalinan tidak dapat ditegakan
dengan pasti, akan lebih bijaksana jika wanita yang bersankutan
diamati untuk periode yang lebih lama. Kondisi umum ibu dan
janinya harus diteliti berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik,
termasuk tekanan darah, suhu, dan nadi. Frekuensi, durasi, dan
intensitas kontraksi uterus harus dicatat. Denyut jantung,
presentasi, dan ukuran janin harus di tentukan.
a. Tanda-tanda vital dan pemeriksaan catatan kehamilan
Tekanan darah, suhu, nadi, dan kecepatan napas ibu
diperiksa untuk melihat ada tidaknya kelainan dan dicatat.
Catatan riwayat kehamilan segera diperiksa ulang untuk
mengidentifikasi komplikasi antepartum.
b. Laboratorium
Bila wanita yang bersangkutan masuk karena akan
melahirkan, harus dilakukan pemeriksaan hematokrit atau
konsentrasi hemoglobin. Harus dilakukan pengambilan
darah yang dimasukan kedalamtabung berlabel untuk
pemeriksaan golongan darah, Rh dan combs indirek. Darah
ini dapat disimpan atau dikirim ke laboratorium bank darah
bergantung pada faktor resiko. Pada pasien yang belum
tercatat, harus dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk
penyakit sifilis, hepatitis B dan virus imunodefisiensi
manusia, serta golongan darah, Rh, dan skrining antibodi
untuk antibodi.
c. Pemeriksaan vagina
Umumnya dilakukan pemerriksaan vagina
(pemeriksaan dalam) di bawah kondisi aseptik kecuali
pernah terjadi perdarahan yang melebihi bloody show
(tabel 1.2). Jumlah pemeriksaan vagina selama persalinan
berkorelasi dengan morbiditas infeksi, terutama pada kasus
ketuban pecah dini: oleh karena itu, pemeriksaan ini harus
dilakukan hanya jika informasi yang diperoleh bermanfaat.
Tabel 1.2. informasi yang perlu diperoleh dari pemeriksaan
vagina pada wanita dengan pemeriksaan normal saat masuk.
- Cairan amnion : jika terdapat kemungkinan ketuban telah pecah, m

22
dilakukan pemasangan spekulum steril, dan dicari ada tidaknya caira
forniks posterior vagina. Setiap cairan diperiksa untuk mencari ada tidak
verniks atau mekonium.
- Serviks : diperiksa konsistensi uterus, derajat pendataran, besar pembuk
dan lokasi serviks dalam kaitanya dengan bagian presentasi dan vag
Adanya membran ketuban dengan atau tanpa cairan amnion dibawah ba
presentasi sering dapat dirasakan dengan palpasi yang cermat.
- Bagian presentasi : bagian presentasi dan idealnya, posisi janin haru
pastikan.

d. Deteksi pecah ketuban


Wanita hamil sebaiknya diberitahu bahwa selama
periode antepartum mereka harus mewaspadai kebocoran
cairan dari vagina dan secepatnya melapor jika hal tersebut
terjadi. Pecahnya selaput ketuban merupakan sesuatu yang
signifikan karena tiga hal. Pertama, jika bagian presentasi
belum terfiksasi di panggul, kemungkinan prolaps dan
terjepitnya tali pusat sangat meningkat. Kedua,
kemungkinan terbesar terjadi persalinan jika kehamilan
sudah aterm atau menjelang aterm. Ketiga, jika kelahiran
tertunda cukup lama setelah ketuban pecah, kemungkinan
timbulnya infeksi intrauterus yang serius meningkat.
Diagnosis pasti pecahnya selaput ketuban ditegakan
jika cairan amnion terlihat berkumpul di forniks posterior
atau cairan jernih.
e. Pembukaan serviks
Pembukaan dipastikan dengan memperkirakan garis
tengah lubang serviks setinggi os internus, yaitu pada
ketinggian tempat jari tanganpemeriksa meraba kantong
cairan atau kepala janin. Serviks dikatakan membuka
lengkap jika garis tengahnya berukuran 10cm karenabagian
presentasi pada bayi aterm biasanya dapat melewati serviks
yang telah membuka sebesar ini.
f. Letak, presentasi, sikap, dan posisi janin
- Letak janin
Letak adalah hubungan antara sumbu panjang
janin dan sumbu panjang ibu, dan mungkin
longitudinal, transversal (melintang), atau oblig. Letak

23
oblik tidak stabil dan biasanya menjadi longitudinal
atau transversal selama proses persalinan. Faktor
predisposisi letak lintang adalah multiparitas,plasenta
previa, hidramnion,dan anomali uterus.
- Presentasi janin
Bagian presentasi adalah bagian dari tubuh
janin yang terletak paling depan atau paling dekat
dengan jalan lahir. Pada letak longitudinal, bagian
presentasi janin mungkin berupa kepala janin atau
bokong atau tungkai janin yang masing-masing
membentuk presentasi kepala dan presentasi bokong.
Presentasi bokong
Jika bagian presentasi janin adalah bokong maka
terdapat tiga presentasi umum : frank breech,
bokong lengkap, dan bokong kaki.

24
g. Sikap atau postur janin
Pada beberapa bulan terakhir kehamilan, janin
mengambil postur khas yang disebut sebagai sikap. Janin
menekuk sendiri sedemikian sehingga punggungnya
menjadi sangat konveks, kepala mengalami fleksi tajam
sehingga dagu hampir bersentuhan dengan dada, paha
menekuk diatas abdomen, tungkai menekuk di lutut, dan
lengkung kaki terletak di atas permukaan anterior
tungkai. Pada semua presentasi kepala, lengan biasanya
melintangi toraks atau menjadi sejajar di samping, dan
tali pusat terletak di ruang antara keduanya dan
ekstremitas bawah
h. Posisi janin
Posisi mengacu kepada hubungan antara salah satu
bagian presentasi janin dengan sisi kanan atau kiri jalan
lahir ibu. Oleh karena itu, pada setiap presentasi mungkin
terdapat dua posisi, kanan atau kiri. Oksiput, dagu
(mentum), dan sakrum janin masing-masing adalah titik
penentu pada presentasi kepala, wajah, dan bokong. Pada
atau menjelang aterm, insidensi berbagai presentasi
adalah sebagai berikut: kepala, 96 persen; bokong, 3,5
persen; waja, 0,3 persen; dan bahu, 0,4 persen.
2. Pelahiran Janin Dengan Presentasi Bokong
Presentasi bokong pada awitan persalinan terjadi pada 3
hingga 4 pelahiran janin tunggal. Faktor-faktor yang menyebabkan
presentasi bokong antara lain adalah gestasi prematur, relaksasi
uterus berkaitan dengan paritas yang tinggi, hidramnion,
oligohidramnion, hidrosefalus, anensefalus, riwayat pelahiran
bokong, serta untuk mendiagnosis anomali janin atau uterus
idealnya dilakukan pemeriksaan ultrasonografi.
Presentasi frank breech di diagnosis jika ekstremitas bawah
menekuk pada sendi panggul dan terekstensi di lutut, dengan kaki
berada di dekat kepala.
Presentasi bokong sempurna (complete breech) berbeda yaitu
satu atau kedua lutut menekuk. Pada presentasi bokong tak-

25
sempurna (incomplete breech), satu atau kedua sendi panggul tidak
menekuk dan satu atau kedua kaki atau lutut terletak di bawah
bokong; yaitu, sebuah kaki atau lutut terletak paling bawah di jalan
lahir.
Pada presentasi bokong, baik ibu dan janin mengalami
peningkatan risiko yang cukup besar dibandingkan wanita dengan
presentasi kepala. Perlunya manipulasi manual obstetris untuk
pelahiran bokong ini meningkatkan risiko infeksi ibu. Perasat
intrauterus, terutama paada segmen bawah uterus yang telah
menipis atau pengeluaran kepala janin yang terpperangkap melalui
serviks yang belum membuka lengkap dapat menyebabkan ruptur
uterus, laserasi serviks atau keduanya. Manipulasi ini juga dapat
menyebabkan melebarnya episiotomi dan robekan perineum yang
dalam. Anastesi yang cukup untuk menginduksi dan relaksasi
uterus yang dibutuhkan untuk manipulasi intrauterus dapat
menyebabkan atonia uterus dan pada giliranya, perdarahan
pascapartum.
Selain kemungkinan trauma janin selama manipulasi
persalinan, pada presentasi bokong tak sempurna, ancaman prolaps
tali pusat juga nyata. Fraktur humerus, klavikula dan femur dapat
terjadi selama ekstraksi bokong yang sulit . dapat terjadi paralisis
lengan setelah tekanan pada pleksus brakialis oleh jari-jari yang
melakukan tarikan, tetapi umumnya kelumpuhan tersebut lebih
sering terjadi karena peregangan leher berlebihan sewaktu
pembebasan lengan.
Pada kasus presentasi bokong, upaya pelakiran per vaginam
harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Pasien dengan gestasi
tunggal aterm presentasi bokong persisten seyogyanya menjadi
sesar elektif. Jika pasien menolak sesar eleftif, hal tersebut harus
dinyatakan secara tertulis. Sesar elektif tidak berlaku jika pasien
datang sudah dalam tahap lanjut persalinan dengan janin dalam
presentasi bokong dan pelahiran akan terjadi dalam waktu dekat

26
atau pada pasien yang kembar keduanya memiliki presentasi non
verteks.

2.2.2. Secsio sesaria

2.2.2.1. Definisi
Sesar adalah kelahiran janin melalui insisi di dinding
abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerotomi) ( Anik,
2009).

2.2.2.2. Teknik Sesar


Terdapat beberapa cara seksio sesarea yang dikenal saat ini yaitu :
- Seksio sesarea transperitonealis profunda
- Seksio sesarea klasik/ corporal
- Seksio sesarea ekstraperitoneal
- Seksio sesarea dengan teknik histerektomi

2.2.2.3. Indikasi dan Kontraindikasi


1. Indikasi Pada Ibu
- Usia ibu melahirkan pertama kali diatas usia 35 tahun atau wanita
usia 40 tahun ke atas.
- Adanya ancaman robekan jalan lahir
- Penyakit ibu yang berat seperti penyakit jantung, paru, demam
tinggi, pre eklampsia berat atau eklapsia, serta HIV.
- Panggul sempit
- Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
- Stenosis serviks uteri atau vagina
- Perdarahan antepartum
- Disproporsi janin dan panggul
2. Pada Janin
- Bayi terlalu besar atau terlalu berat sekitar 4000 gram atau lebih
- Malpresentasi atau malposisi
- Kehamilan ganda
- Kelainan letak pada gemelli anak pertama
- Gawat janin
- Faktor plasenta, misalnya pada kasus plasenta previa.
- Kelainan tali pusat, misalnya prolaps tali pusat
3. Indikasi Waktu
- Partus lama
- Partus macet
- Partus tidak maju
4. Kontra indikasi

27
Kontraindikasi dilakukan tindakan seksio sesarea yaitu
janin mati, syok, anemia berat, kelainan kongenital berat, infeksi
progenik pada dinding abdomen. Adanya faktor yang menghambat
berlangsungnya seksio sesarea, seperti adanya gangguan
mekanisme pembekuan darah pada ibu, lebih dianjurkan persalinan
pervaginam, oleh karena insisi yang menyebabkan perdarahan
dapat seminimal mungkin ( Prawirahardjo, 2010).

2.2.2.4. Komplikasi
Walaupun saat ini seksio sesarea sudah jauh lebih aman
daripada dahulu, namun perlu diperhatikan bahwa terdapat
beberapa risiko komplikasi seksio sesarea yang dapat terjadi pada
ibu dan janin. Faktor faktor yang mempengaruhi morbiditas dan
mortalitas pembedahan antara lain kelainan atau gangguan yang
menjadi indikasi untuk melakukan pembedahan, dan lamnaya
persalinan berlangsung. Beberapa komplikasi yang dapat timbul
antara lain sebagai berikut :

28
1. Inkesi puerperal
Infeksi yang terjadi bisa bersifat ringan, seperti
kenaikan suhu selama beberapa hari dalam amsa nifas.
Komplikasi yang terjadi bisa bersifat berat, seeprti peritonitis,
sepsim dan sebagainya. Infeksi pasca operastif terjadi apabila
sebelum pembedahan sudah ada terdapat gejala gejala infeksi
intrapartum, adata ada faktor faktor yang merupakan
presdisposisi terhadap kelainan tersebut. Bahay infeksi dapat
diperkecil dengan pemberian antibiotika, namun tidak dapat
dihilangkan sama sekali.
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu
pembedahan jika cabang cabang ateria uterina ikut terbuka,
atau karena terjadi atonia uteri.
3. Komplikasi komplikasi lain
Komplikasi lain yang dapat terjadi antara lain adalah
luka kandung kemih dan terjadinya embolisme paru.
4. Suatu komplikasi yang baru tampak dikemudian hari
Kompliasi jenin ini yaitu kemungkinan terjadinya
ruptura uteri pada masa kehamilan yang selanjutnya. Hal ini
disebabkan oleh kurang kuatnya parut pada dinidng uterus.
Komplikasi ini lebih sering ditemukan setelah dilakukan
metode seksio sesarea klasik.
5. Komplikasi pada anak
Nasib anak yang dilahirkan dengan seksio sesarea
tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan
seksio sesarea. Menurut statistik di negara negara dengan
pengawasan antental dan intra natal yang baik, kematian
perinatal pasca seksio sesarea berkisar anatara 4% dan 7%.

29
2.3. Masa Nifas

2.3.1. Pengertian dan tahapan masa nifas


Masa nifas atau puerpurium adalah adalah masa setelah
partus selesai sampai pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti
sebelum hamil. Lamanya masa nifas kurang lebih 6-8 minggu.
Tahapan masa nifas dibagi dalam tiga periode yaitu :
1. Puerpurium dini yaitu kepulihan ketika ibu sudah
diperbolehkan berdiri dan berjalan.
2. Puerpurium intermedial, yaitu kepulihan secara menyeluruh
pada alat genital.
3. Remote puerpurium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat sempurna,terutama bila selama hamil atau waktu
persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat
sempurna mungkin beberapa minggu, bulan atau tahun.

2.3.2. Perubahan psikis masa nifas


Perasaan ibu berfokus pada dirinya, berlangsung setelah
melahirkan sampai hari ke dua( fase taking in), sedangkan pada hari
ke 3-10 muncul perasaan bahwa ibu merasa kawatir akan
ketidakmampuan merawat bayi, muncul perasaan sedih (baby blues)
yang disebut fase taking hold. Pada hari ke 10-akhir masa nifas, ibu
merasa percaya diri sudah bisa meawat dirinya dan bayinya yang
disebut dengan fase letting go.

2.3.3. Tujuan asuhan masa nifas


Asuhan nifas diperlukan dalam periode ini karna merupakan
masa kritis baik ibu maupun bayinya.diperkirakan 60% kematian ibu
akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa
nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Masa neonatus merupakan masa
kritis bagi kehidupan bayi, 2/3 kematian bayi terjadi dalam 4 minggu
setelah persalinan dan 60% kematian BBL terjadi dalam waktu 7 hari
setelah lahir. Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan
bayi pada masa nifas dapat mencegah beberapa kematian ini. Tujuan
asuhan masa nifas normal dibagi 2, yaitu :

30
2.3.3.1. Tujuan umum
Membantu ibu dan pasanganya selama masa transisi awal mengasuh
anak.

2.3.3.2. Tujuan khusus


1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun
psikologinya.
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif.
3. Mendeteksi masala, mengobati atau merujuk bila terjadi
komplikasi pada ibu dan bayinya.
4. Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan
kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi dan
perawatan bayi sehat.
5. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

2.3.3.3. Peran bidan dalam masa nifas


Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam
pemberian asuhan postpartum. Adapun peran dan tanggung jawab
dalam masa antara lain:
1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama
masa nifas sesuai kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan
fisik dan psikologis selama masa nifas.
2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan
rasa nyaman.
4. Membuat kebijakkan, perencanaan program kesehatan yang
berkaitan dengan ibu dan anak dan mampu melakukan
kegiatan administrasi.
5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6. Memberikan konseling kepada iibu dan keluarga mengenai
cara mencegah perdarahan, mengenali tanda bahaya, menjaga
gizi yang baik, serta mempraktekan kebersihan yang aman.
7. Melakukan managemen asuhan dengan cara mengumpulkan
dat, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta
melaksanakanya untuk mempercepat proses pemulihan,
mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan
bayi selama periode nifas.

31
8. Memberikan asuhan secara profesional.

2.3.4. Program masa nifas dan kunjungan pada masa nifas.


Paling sedikit 4 kali melakukan kunjungan pada masa nifas,
dengan tujuan untuk :
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan
adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayi.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada
masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau mmasalah yang timbul dan
mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
Waktu Tujuan
6-8 jam setelah - Mencegah terjadinya perdarahan pada masa
persalinan nifas.
( kunjungan I) - Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan dan memberikan rujukan bila
perdarahan berlanjut.
- Memberikan konseling kepada ibu atau salah
satu anggota keluarga mengenai bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
uteri.
- Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu.
- Mengajarkan kepada ibu untuk mempererat
hubungan antara ibu dengan bayi baru lahir.
- Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermi.
- Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia
harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir
untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau
sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
6 hari setelah - Memastikan involusi uteri berjalan noormal,
persalinan uterus berkontraksi, funduus di bawah
( kunjungan II) umbilikus tidak ada perdarahan abnormal dan
tidak ada bau.
- Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi
atau kelainan pasca melahirkan.
- Memastikan ibu mendapat cukup makanan,
cairan dan istirahat.
- Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak ada tanda-tanya penyulit
- Memberikan konseling kepada ibu mengenai
asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat dan
menjaga bayi agar tetap hangat.

32
2 minggu - Memastikan involusi uteri berjalan normal,
setelah persalinan uterus berkontraksi, fundus di bawah
(kunjungan III) umbilikus tidak ada perdarahan abnormal dan
tidak ada bau.
- Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi
atau kelainan pasca melahirkan.
- Memastikan ibu mendapat cukup makanan,
cairan dan istirahat.
- Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak ada tanda-tanya penyulit
- Memberikan konseling kepada ibu mengenai
asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat dan
menjaga bayi agar tetap hangat.
6 minggu - Menanyakan pada ibu tentang penyulit-
setelah persalinan penyulit yang di alami atau bayinya.
(kunjungan IV) - Memberikan konseling untuk KB secara dini.

33
2.3.5. Perubahan fisiologis masa nifas
Ibu dalam masa nifas mengalami perubahan fisiologis.
Setelah keluarnya plasenta, kadar sirkulasi hormone HCG ( human
chorionic gonadotropin ), human plasental lactogen, estrogen dan
progesteron menurun. human plasental lactogen akan menghilang
dari peredaran darah ibu dalam 2 haridan HCG dalam 2 minggu
setelah melahirkan. Kadar estrogen dan progesteron hampir sama
dengan kkadar yang ditemukan dalam fase folikuler dari siklus
mennstruasi berturut-turut sekitar 3-7 hari. Penarikan polipeptida dan
hormon stereoid ini mengubah seluruh sistem sehingga efek
kehamilan berbalik dan wanita dianggap sedang tidak hamil,
sekalipun pad wanita. Perubahan yang terjadi pada masa nifas ini
adalah:
1. Perubahan Sistem Reproduksi
2. Perubahan Sistem Pencernaan
3. Perubahan Sistem Perkemihan
4. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
5. Perubahan Sistem Endokrin
6. Perubahan Tanda-tanda Vital
7. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
8. Perubahan Sistem Hematologi
9. Perubahan Berat badan
10. Perubahan kulit

2.3.5.1. Perubahan Sistem Reproduksi


Perubahan pada sistem reproduksi secara keseluruhan
disebut proses involusi, disamping itu juga terjadi perubahan-
perubahan penting lain yaitu terjadinya hemokonsentrasi dan
timbulnya laktasi.Organ dalam system reproduksi yang mengalami
perubahan yaitu:

34
1. Uterus
Uterus adalah organ yang mengalami banyak perubahan
besar karena telah mengalami perubahan besar selama masa
kehamilan dan persalinan. Pembesaran uterus tidak akan terjadi
secara terus menerus, sehingga adanya janin dalam uterus tidak
akan terlalu lama. Bila adanya janin tersebut melebihi waktu yang
seharusnya, maka akan terjadi kerusakan serabut otot jika tidak
dikehendaki. Proses katabolisme akan bermanfaat untuk
mencegah terjadinya masalah tersebut.
Fundus Uteri kira-kira sepusat dalam hari pertama bersalin.
Penyusutan antara 1-1,5 cm atau sekitar 1 jari per hari. Dalam 10-
12 hari uterus tidak teraba lagi di abdomen karena sudah masuk di
bawah simfisis. Pada buku Keperawatan maternitas pada hari ke-
9 uterus sudah tidak terba.
Involusi ligament uterus berangsur-angsur, pada awalnya
cenderung miring ke belakang. Kembali normal antefleksi dan
posisi anteverted pada akhir minggu keenam.

2. Afterpains

Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus


pada umumnya tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang
periodik sering dialami multipara dan biasa menimbulkan nyeri
yang bertahan sepanjang masa awal puerperium. Rasa nyeri
setelah melahirkan ini lebih nyata setelah ibu melahirkan, di
tempat uterus terlalu teregang (misalnya, pada bayi besar, dan
kembar). Menyusui dan oksitosin tambahan biasanya
meningkatkan nyeri ini karena keduanya merangsang kontraksi
uterus.

3. Lochea

35
Pelepasan plasenta dan selaput janin dari dinding rahim
terjadi pada stratum spongiosum bagian atas. Setelah 2-3 hari
tampak lapisan atas stratum yang tinggal menjadi nekrotis,
sedangkan lapisan bawah yang berhubungan dengan lapisan otot
terpelihara dengan baik dan menjadi lapisan endomerium yang
baru. Bagian yang nekrotis akan keluar menjadi lochea.

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas


mempunyai reaksi basa/ alkalis yang dapat membuat organisme
berkembang lebih cepat. Lochea mempunyai bau amis (anyir),
meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda pada
setiap wanita. Lochea juga mengalami perubahan karena proses
involusi. Perubahan lochea tersebut adalah :

a. Lochea rubra (Cruenta) : muncul pada hari pertama sampai


hari kedua post partum, warnanya merah mengandung darah
dari luka pada plasenta dan serabut dari decidua dan chorion.

b. Lochea Sanguilenta : berwarna merah kuning, berisi darah


lendir, hari ke 3-7 paska persalinan.

c. Lochea Serosa : muncul pada hari ke 7-14, berwarna


kecoklatan mengandung lebih banyak serum, lebih sedikit
darah juga leukosit dan laserasi plasenta.

d. Lochea Alba : sejak 2 -6 minggu setelah persalinan, warnanya


putih kekuningan menngandung leukosit, selaput lendir
serviks dan serabut jaringan yang mati.

4. Perineum, Vagina, Vulva, dan Anus

Berkurangnya sirkulasi progesteron membantu pemulihan


otot panggul, perineum, vagina, dan vulva kearah elastisitas dari
ligamentum otot rahim. Merupakan proses yang bertahap akan
berguna jika ibu melakukan ambulasi dini, dan senam nifas.

36
Involusi cerviks terjadi bersamaan dengan uterus kira-kira
2-3 minggu, cervik menjadi seperti celah. Ostium eksternum
dapat dilalui oleh 2 jari, pingirannya tidak rata, tetapi retak-retak
karena robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama
dilalui oleh satu jari. Karena hyperplasia dan retraksi dari serviks,
robekan serviks menjadi sembuh.

Pada awal masa nifas, vagina dan muara vagina


membentuk suatu lorong luas berdinding licin yang berangsur-
angsur mengecil ukurannya tapi jarang kembali ke bentuk
nulipara. Rugae mulai tampak pada minggu ketiga. Himen
muncul kembali sebagai kepingan-kepingan kecil jaringan, yang
setelah mengalami sikatrisasi akan berubah menjadi caruncule
mirtiformis. Estrogen pascapartum yang munurun berperan dalam
penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae.

Mukosa vagina tetap atrofi pada wanita yang menyusui


sekurang-kurangnya sampai menstruasi dimulai kembali.
Penebalan mukosa vagina terjadi seiring pemulihan fungsi
ovarium. Kekurangan estrogen menyebabkan penurunan jumlah
pelumas vagina dan penipisan mukosa vagina. Kekeringan lokal
dan rasa tidak nyaman saat koitus (dispareunia) menetap sampai
fungsi ovarium kembali normal dan menstruasi dimulai lagi.
Mukosa vagina memakan waktu 2-3 minggu untuk sembuh tetapi
pemulihan luka sub-mukosa lebih lama yaitu 4-6 minngu.
Beberapa laserasi superficial yang dapat terjadi akan sembuh
relatif lebih cepat. Laserasi perineum sembuh pada hari ke-7 dan
otot perineum akan pulih pada hari ke5-6.

Pada anus umumnya terlihat hemoroid (varises anus),


dengan ditambah gejala seperti rasa gatal, tidak nyaman, dan
perdarahan berwarna merah terang pada waktu defekasi. Ukuran
hemoroid biasanya mengecil beberapa minggu postpartum.

37
5. Payudara

Kadar prolaktin yang disekresi oleh kelenjar hypofisis


anterior meningkat secara stabil selama kehamilan, tetapi hormon
plasenta menghambat produksi ASI. Setelah ppelahiran plasenta,
konsentrasi estrogen dan progesteron menurun, prolaktin di
lepaskan dan sintesis ASI dimulai. Suplai darah ke payudara
meningkat dan menyebabkan pembengkkakan vaskular
sementara. Air susu saat di produksi, disimpan di alveoli dan
harus di keluarkan secara efektif dengan cara dihisap oleh bayi
untuk pengadaan dan keberlanngsungan laktasi.

ASI yang akan pertama muncul pada awal nifas adalah


ASI yang berwarna kekuningan yang biasa dikenal dengan
sebutan kolostrum. Kolostrum sebenarnya sudah dibentuk dalam
tubuh ibu di usia kehamilan 12 minggu. Dan kolostrum
merupakan ASI pertama yang sangat baik untuk diberikan karena
mengandung sel darah putih yang menjadi imunitas untuk bayi
baru lahir. Dengan demikian, perubahan pada payudara meliputi :

a. Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan


peningkatan hormon prolaktin setelah persalinan.

b. Kolostrum sudah ada pada saat persalinan , produksi ASI


terjadi pada hari ke 2 atau 3 setelah persalinan.

c. Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya


proses laktasi.

2.3.5.2. Perubahan Sistem Perkemihan


Terjadi diuresis yang sangat banyak dalam hari-hari pertama
puerperium. Diuresis yang banyak mulai segera setelah persalinan
sampai 5 hari postpartum. Empat puluh persen ibu postpartum tidak

38
mempunyai proteinuri yang patologi dari segera setelah lahir sampai
hari kedua postpartum, kecuali ada gejala infeksi dan preeklamsi.
Dinding saluran kencing memperlihatkan oedema dan
hyperaemia. Kadang-kadang oedema dari trigonum, menimbulkan
obstruksi dari uretra sehingga terjadi retensio urine. Kandung
kencing dalam puerperium kurang sensitive dan kapasitasnya
bertambah, sehingga kandung kencing poenuh atau sesudah kencing
masih tinggal urine residual. Sisa urine ini dan trauma pada kandung
kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi. Dilatasi
ureter dan pyelum, normal kembali dalam waktu 2 minggu.

2.3.5.3. Perubahan Sistem Endokrin


1. Oksitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh glandula pituitary posterior dan
bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Oksitosin di
dalam sirkulasi darah menyebabkan kontraksi otot uterus dan pada
waktu yang sama membantu proses involusi uterus.
2. Prolaktin
Penurunan estrogen menjadikan prolaktin yang dikeluarkan
oleh glandula pituitary anterior bereaksi terhadap alveoli dari
payudara sehingga menstimulasi produksi ASI. Pada ibu yang
menyusui kadar prolaktin tetap tinggi dan merupakan permulaan
stimulasi folikel di dalam ovarium ditekan.
3. HCG, HPL, Estrogen, dan progesterone
Ketika plasenta lepas dari dinding uterus dan lahir, tingkat
hormone HCG, HPL, estrogen, dan progesterone di dalam darah
ibu menurun dengan cepat, normalnya setelah 7 hari.
4. Pemulihan Ovulasi dan Menstruasi
Pada ibu yang menyusui bayinya, ovulasi jarang sekali
terjadi sebelum 20 minggu, dan tidak terjadi diatas 28 minggu pada
ibu yang melanjutkan menyusui untuk 6 bulan. Pada ibu yang tidak
menyusui ovulasi dan menstruasi biasanya mulai antara 7-10
minggu.

39
2.3.5.4. Perubahan Tanda-tanda Vital
Tekanan darah seharusnya stabil dalam kondisi normal.
Temperatur kembali ke normal dari sedikit peningkatan selama
periode intrapartum dan menjadi stabil dalam 24 jam pertama
postpartum. Nadi dalam keadaan normal kecuali partus lama dan
persalinan sulit. Dalam buku Keperwatan Maternitas, terdapat table
perubahan tanda-tanda vital sebagai berikut :

Tanda Vital

Temperatur

Selama 24 jam pertama dapat meningkat saampai 38


derajat selsius sebagai akibat efek dehidrasi persalinan.
Setelah 24 jam wanita tidak harus demam.

Denyut nadi

Denyut nadi dan volume sekuncup serta curah jantung tetap


2.3.6. tinggi selama jam pertama setelah bayi lahir. Kemudian
mulai menurundengan frekuensi yang tidak diketahui. Pada
minggu ke-8 sampai ke-10 setelah melahirkan, denyut nadi
kewmbali ke frekunsi sebelum hamil.

Pernapasan

Pernapsan harus berada dalam rentang normal sebelum


melahirkan.

Tekanan Darah

Sedikit berubah atau menetap.


Kebutuhan dasar masa nifas

2.3.6.1. Nutrisi dan Cairan


Kualitas dan jumlah makanan yang akan dikonsumsi akan
sangat mempengaruhi produksi ASI. Selama menyusui, ibu dengan
status gizi baik rata-rata memproduksi ASI sekitar 800cc yang
mengandung 600 kkal, sedangkan ibu yang status ggizinya kurang
biasnya akn sedikit menghasilkan ASI. Pemberian ASI sangatlah

40
penting , karena bayi akan tumbuh sempurna sebagai menusia
yang sehat dan pintar, sebab ASI mengandung DHA.
1. Energy
Penambahan kalori sepanjang 3 bulan pertama pasca post
partum mencapai 500 kkal. Rata-rata produksi ASI sehari 800 cc
yang mengandung 600 kkal. Sementara itu, kalori yang dihabiskan
untuk menghasilkan ASI sebanyak itu adalah 750 kkal. Jika laktasi
berlangsung selama lebih dari 3 bulan, selama itu pula berat badan
ibu akan menurun, yang berarti jumlah kalori tambahan
harus ditingkatkan. Dengan memberikan ASI, berat badan
ibu akan kembali normal dengan cepat.
2. Protein
Selama menyusui ibu membutuhkan tambahan protein di atas
normal sebesar 20 gram/hari. Maka dari itu ibu dianjurkan makan
makanan mengandung asam lemak omega 3 yang banyak terdapat
di ikan kakap, tongkol, dan lemuru. Asam ini akan diubah menjadi
DHA yang akan keluar sebagai ASI. Selain itu ibu dianjurkan
makan makanan yang mengandung kalsium , zat besi, vitamin C,
B1, B2, B12, dan D
3. Cairan
Selain nutrisi, ibu juga membutuhkan banyak cairan seperti
air minum. Dimana kebutuhan minum ibu 3 liter sehari ( 1 liter
setiap 8 jam). Beberapa anjuran yang berhubungan dengan
pemenuhan gizi ibu menyusui antara lain :

2.3.6.2. Ambulasi Dini


Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin
membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan
membimbingnya untuk berjalan. Ambulasi dini ini tidak dibenarkan
pada pasien dengan penyakit anemia, jantung, paru-paru, demam dan
keadaan lain yang membutuhkan istirahat. Keuntungannya yaitu :
1. Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat
2. Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik.
3. Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu
mengenai cara merawat bayinya.

41
4. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia.
Ambulasi dini dilakukan secara perlahan namun meningkat
secara berangsur-angsur, mulai dari jalan-jalan ringan dari jam ke
jam sampai hitungan hari hingga pasien dapat melakukannya sendiri
tanpa pendamping sehingga tujuan memandirikan pasien dapat
terpenuhi.

42
2.3.6.3. Eliminasi (Buang Air Kecil dan Besar)
Biasanya dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah
dapat buang air kecil. Semakin lama urine ditahan, maka dapat
mengakibatkan infeksi. Maka dari itu bidan harus dapat
meyakinkan ibu supaya segera buang air kecil, karena biasany ibu
malas buang air kecing karena takut akan merasa sakit. Segera
buang air kecil setelah melahirkan dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya komplikasi post partum.
Dalam 24 jam pertama , pasien juga sudah harus dapat
buang air besar. Buang air besar tidak akan memperparah luka jalan
lahir, maka dari itu buang air besar tidak boleh ditahan-tahan.
Untuk memperlancar buang air besar, anjurkan ibu untuk
mengkonsumsi makanan tinggi serat dan minum air putih.

2.3.6.4. Kebersihan Diri


Bidan harus bijaksana dalam memberikan motivasi ibu
untuk melakukan personal hygiene secara mandiri dan bantuan dari
keluarga. Ada beberapa langkah dalam perawatan diri ibu post
partum, antara lain :
1. Jaga kebersihan seluruh tubuh ibu untuk mencegah infeksi
dan alergi kulit pada bayi.
2. Membersihakan daerah kelamin dengan sabun dan air, yaitu
dari daerah depan ke belakang, baru setelah itu anus.
3. Mengganti pembalut minimal 2 kali dalam sehari.
4. Mencuci tangan denag sabun dan air setiap kali selesai
membersihkan daerah kemaluan
5. Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk menyentuh
daerah luka agar terhindar dari infeksi sekunder.

43
2.3.6.5. Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang cukup
untuk memulihkan kembali kekeadaan fisik. Kurang istirahat pada
ibu post partum akan mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya:
1. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan
3. Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat
bayi dan diri sendiri.
4. Bidan harus menyampaikan kepada pasien dan keluarga agar
ibu kembali melakukan kegiatan-kegiatan rumah
tangga secara perlahan dan bertahap. Namun harus tetap
melakukan istirahat minimal 8 jam sehari siang dan malam.

2.3.6.6. Latihan / Senam Nifas


Agar pemulihan organ-organ ibu cepat dan maksimal,
hendaknya ibu melakukan senam nifas sejak awal (ibu yang
menjalani persalinan normal).

2.3.7. Pemeriksaan fisik ibu nifas


Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara mengetahui
gejala atau masalah kesehatan yang dialami oleh ibu nifas dengan
mengumpulkan data objektif dilakukan pemeriksaan terhadap pasien.
Pemeriksaan fisik ibu post partum sangat penting dilakukan untuk
dapat mendeteksi keadaan ibu apakah normal ataukah terdapat
abnormalitas yang disebabkan oleh proses persalinan.

2.3.7.1. Langkah langkah Pemeriksaan Fisik


1. Pengkajian Data Fisik (Pengumpulan Data)
Pengkajian data adalah mengumpulkan semua data yang
dibutuhkan untuk mengevaluasi pasien dan merupakan langkah
pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang jelas dan
akurat. Anamnesa dapat dilakukan melalui dua cara yaitu:

44
2. Auto Anamnesa

Merupakan anamnesa yang dilakukan kepada pasien


secara langsung.Jadi data yang diperoleh adalah data primer karena
langsung dai sumbernya.

3. Allo Anamnesa

Merupakan anamnesa yang dilakukan kepada keluarga


pasien untuk memperoleh data tentang pasien. Pengumpulan data
ada dua jenis

a. Data Subjektif

Untuk memperoleh data subjektif dapat dilkukan dengan


cara anamnesa yaitu informasi yang kita dapatkan bisa
langsung dari pasien atau juga bisa dari orang-orang
terdekat klien. Data subjektif ini mencakup :

- Identitas/Biodata - Keluhan utama

- Riwayat kesehatan - Riwayat Perkawinan

- Riwayat obstetric - Riwayatpersalinan sekarang

- Riwayat KB - Kehidupan social budaya

- Data psikososial - Data pengetahuan

b. Data Objektif

Dalam menghadapi klien dalam masa nifas


ini,Bidan harus mengumpulkan data untuk memastikan
apakah klien dalam keadaan normal atau tidak. Bagian dari
pengkajian data objektif yaitu:

45
- Keadaan Umum Ibu - Tanda-tanda vital

- Payudara - Uterus

- Diastasis Rectie - Kandung Kemih

- Ekstremitas Bawah - Genitalia

- Lochea - Perineum dan luka jahitan

pada post SC

46
2.3.8. Bounding attachment
Bounding attachment adalah sebuah peningkatan hubungan
kasih sayang dengan keterikatan batin antara orang tua dan bayi.
Maternal dan Neonatal Health: adalah kontak dini secara langsung
antara ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada kala
III sampai dengan post partum. Harfiah, bounding: ikatan
attachment: sentuhan.

2.3.8.1. Tahap-Tahap Bounding Attachment


1. Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata,
menyentuh, erbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal
bayinya.
2. Bounding (keterikatan)
3. Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan
individu lain.
Menurut Klaus, Kenell (1982), bagian penting dari ikatan ialah
perkenalan.
2.3.8.2. Elemen-Elemen Bounding Attachment
1. Sentuhan
Sentuhan, atau indera peraba, dipakai secara ekstensif
oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk
mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi
dengan ujung jarinya.
2. Kontak mata
Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional
mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan
menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang.
Beberapa ibu mengatakan, dengan melakukan kontak mata mereka
merasa lebih dekat dengan bayinya (Klaus, Kennell, 1982).

47
3. Suara
Saling mendengar dan merespon suara anata orang tua dan
bayinya juga penting.Orang tua menunggu tangisan pertama
bayinya dengan tegang.
4. Aroma
Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang
unik (Porter, Cernoch, Perry, 1983). Sedangkan bayi belajar dengan
cepat untuk membedakan aroma susu ibunya (Stainto, 1985).
5. Kontak dini
Saat ini , tidak ada bukti-bukti alamiah yang menunjukkan
bahwa kontak dini setelah lahir merupakan hal yang penting untuk
hubungan orang tuaanak. Namun menurut Klaus, Kennel (1982),
ada beberapa keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari
kontak dini :
- Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat.
- Reflek menghisap dilakukan dini.
- Pembentukkan kekebalan aktif dimulai.
- Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak (body
warmth (kehangatan tubuh); waktu pemberian kasih sayang;
stimulasi hormonal).

2.3.8.3. Prinsip-Prinsip dan Upaya Meningkatkan Bounding


Attachment
1. Dilakukan segera (menit pertama jam pertama).
2. Sentuhan orang tua pertama kali.
3. Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang
tua ke anak.
4. Kesehatan emosional orang tua.
5. Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan.
6. Persiapan PNC sebelumnya.
7. Adaptasi.
8. Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk
merawat anak.
9. Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam
memberi kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta
memberi rasa nyaman.
10. Fasilitas untuk kontak lebih lama.
11. Penekanan pada hal-hal positif.

48
12. Perawat maternitas khusus (bidan).
13. Libatkan anggota keluarga lainnya atau dukungan sosial dari
keluarga, teman dan pasangan.
14. Informasi bertahap mengenai bounding attachment.

2.3.8.4. Keuntungan Bounding Attachment


1. Bayi merasa dicintai, diperhatikan,mempercayai, menumbuhkan
sikap sosial.
2. Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi.

2.3.9.5. Hambatan Bounding Attachment


1. Kurangnya support sistem.
2. Ibu dengan resiko (ibu sakit).
3. Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan
cacat fisik).
4. Kehadiran bayi yang tidak diinginkan.

2.3.10. Dukungan bidan dalam pemberian laktasi

2.3.8.5. Tidurkan bayi bersama ibunya segera sesudah dilahirkan


selama
beberapa jam pertama.
Ini penting sekali untuk membina hubungan/ikatan
disamping bagi pemberIbun ASI. Bayi yang normal berada dalam
keadaan bangun dan sadar dalam beberapa jam pertama sesudah
lahir. KemudIbun mereka akan memasuki suatu masa tidur pulas.
Penting untuk membuat bayi menerima ASI pada waktu masih
terbangun tersebut. Seharusnya dilakukan perawatan mata bayi
pada jam pertama sebelum atau sesudah bayi menyusui untuk
pertama kalinya. Buatlah bayi merasa hangat dengan
membaringkannya dan menempel pada kulit ibunya dan
menyelimuti mereka. Jika mungkin lakukan ini paling sedikit 30
menit, karena saat itulah kebanyakan bayi sIbup menyusu.

49
2.3.8.6. Bayi harus ditempatkan dekat ibunya di kamar yang sama
(rawat
gabung/rooming in).
Dengan demikian Ibu dapat dengan mudah menyusui
bayinya bila lapar. Ibu harus belajar mengenali tanda-tanda yang
menunjukkan bahwa byinya lapar. Bila Ibu terpisah tempatnya dari
bayi, maka Ibu akan lebih lama belajar mengenali tanda-tanda
tersebut.

2.3.8.7. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.


Biasanya bayi baru lahir ingin minum ASI setiap 2-3 jam
atau 10-12 kali dalam 24 jam. Bila bayi tidak minta diberi ASI,
katakana pada Ibu untuk memberikan ASInya pada bayi setidaknya
setiap 4 jam. Namun, selama dua hari pertama sesudah lahir,
beberapa bayi tidur panjang selama 6-8 jam. Untuk memberikan
ASI pada bayi setiap/sesudah 4 jam, yang paling baik adalah
membangunkannya selama siklus tidurnya. Pada hari ketiga setelah
lahir, sebagian besar bayi menyusu setiap 2-3 jam.

2.3.8.8. Hanya berikan kolostrum dan ASI saja.


Makanan lain termasuk air dapat membuat bayi saki dan
menurunkan persediaan ASI Ibunya karena ibu memproduksi ASI
tergantung pada seberapa banyak ASInya dihisap oleh bayi. Bila
minuman lain atau air diberikan, bayi tidak akan merasa lapar,
sehingga ia tidak akan menghisap.

2.3.8.9. Hindari susu botol dan dot empeng.


Susu botol atau kempengan membuat bayi bingung dan
dapat membuatnya menolak pentil ibunya atau tidak menghisap
dengan baik. Mekanisme menghisap botol atau kempengan
berbeda dari mekanisme menghisap putting susu pada payudara
ibu. Ini akan membingungkan bayi. Bila bayi diberi susu botol atau
kempengan, ia akan lebih susah belajar menghisap ASI ibunya.

50
2.3.9. Manfaat pemberian ASI

2.3.9.1. Manfaat ASI untuk Bayi


1. Nutrien (zat gizi) dalam ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.
2. ASI mengandung zat protektif.
3. Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan bagi ibu
dan bayi.
4. Menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi
baik.
5. Mengurangi kejadian karies dentis.
6. Mengurangi kejadian maloklusi.

2.3.10. Perawatan payudara


Perawatan payudara tidak hanya dilakukan sebelum
melahirkan, tetapi juga dilakukan setelah melahirkan. Perawatan
yang dilakukan terhadap payudara bertujuan untuk melancarkan
sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu, sehingga
memperlancar pengeluaran ASI. Perawatan payudara adalah suatu
tindakan untuk merawat payudara terutama pada masa nifas (masa
menyusui) untuk memperlancarkan pengeluaran ASI.

2.3.10.1. Tujuan
1. Memelihara kebersihan payudara
2. Melenturkan dan menguatkan putting susu
3. Memperlancar produksi ASI

2.3.10.2. Waktu pelaksanaan


Dilakukan dua kali sehari pada waktu mandi pagi dan sore hari

2.3.10.3. Syarat-syarat untuk mendapatkan hasil yang diharapkan


1. Dilakukan secara teratur dan sistematis
2. Makanan dan minuman ibu yang seimbang dan sesuai dengan
kesehatan ibu
3. BH (Bra) yang dipakai ibu selalu bersih dan menyokong
payudara.

51
2.3.11. Asuhan nifas dengan sc

2.3.11.1. Prinsip kebutuhan higience ibu


1. Membersihkan vulva
Membersihkan vulvva merupakan prosedur yang dilakukan
pada ibu yang berada pada periode pascanatal awal, terutama
setelah seksio sesarea atau persalinan menggunakan alat.
Melakukan higience perineum juga dapat menjaddi tindakan
analgesik yang menenangkan, dan oleh karena itu sedikitt berbeda
dengan pembersihan perineum saat memandikan ibu di tempat
tidur. Bidan mencatat aspek asuhan ini dan harus mematuhi
kebijakan tentang pengendalian infeksi. Prosedur ini dapat
dilakukan oleh bidan atau di ajarkan kepada ibu untuk
melaksanakanya sendiri. Gunakan air bersih ; Sleep dan Grand
1998 mengemukakan bahwa air bersih memiliki efek
menyembuhkan dan menenangkan yang sama dengan larutan
garam atau savlon. Setelah selesai membersihhkan, perineum
harus di keringkan dengan cermat menggunakan lap sekali pakai.

2.3.13. Fisiologi penyembuhan luka

2.3.13.1. Fase-fase respons jaringan terhadap luka


1. Fase Inflamasi
Respon vascular dan selular terjadi ketika jaringan
terpotong atau mengalami cedera. Vasokontriksi pembuluh darah
terjadi dan bekuan fibrinoplatelet terbentuk dalam upaya untuk
mengontrol pendarahan.Reaksi ini berlangsung dari 5 sampai 10
menit dan diikuti oleh vasodilatasi venula. Mikrosirkulasi
kehilangan kemampuan vasokontriksinya karena norepinefrin
dirusak oleh enzim intraseluler juga histamine dilepaskan yang
meningkatkan permeabilitas kapiler.
Ketika mikrosirkulasi mengalami kerusakan, elemen darah
seperti antibody, plasma protein, elektrolit, komplemen, dan air
menembus spasium vascular selama 2-3 hari yang menyebabkan
edema, teraba hangat, kemerahan, dan nyeri. Netrofil adalah

52
leukosit pertama yang bergerak kedalam jaringan yang rusak.
Monosit yang berubah menjadi makrofag menelan debris dan
memindahkan area tersebut. Antigen-antibody juga timbul. Sel-sel
basal pada pinggir luka mengalami mitosis dan menghasilkan sel-
sel anak yang bermigrasi. Dengan aktifitas ini, enzim proteolitik
disekresikan dan menghancurkan bagian dasar bekuan darah.
Celah antara kedua sisi luka secara progresif terisi dan sisinya
pada akhirnya saling bertemu dalam 24 jam sampai 48 jam.
2. Fase Proliferasi
Fibroblas memperbanyak diri dan membentuk jaring-jaring
untuk sel-sel yang bermigrasi. Sel-sel epitel membentuk kuncup
pada pinggir luka. Kuncup ini berkembang menjadi kapiler yang
merupakan sumber nutrisi bagi jaringan granulasi yang baru.
Kolagen adalah komponen utama dari jaringan ikat yang
digantikan. Fibroblas melakukan sintesis kolagen dan
mukopolisakarida. Dalam periode 2 sampai 4 minggu, rantai asam
amino membentuk serat-serat dengan panjang dan diameter yang
meningkat, serat-serat ini menjadi kumpulan bundel dengan pola
yang tersusun baik.
Sintesis kolagen menyebabkan kapiler menurun jumlahnya.
Setelah itu, sintesis kolagen menurun dalam upaya untuk
menyeimbangkan jumlah kolagen yang rusak. Setelah 2 minggu,
luka hanya memiliki 3% sampai 5% dari kekuatan kulit aslinya.
Sampai akhir bulan, hanya 35% sampai 59% kekuatan luka
tercapai. Tidak akan lebih dari 70% sampai 80% kekuatan dicapai
kembali.
3. Fase Maturasi
Sekitar 3 minggu setelah cedera, fibroblast mulai
meninggalkan luka. Jaringan parut tampak besar, sampai fibrin
kolagen menyusun kedalam posisi yang lebih padat.Maturasi
jaringan seperti ini terus berlanjut dan mencapai kekuatan
maksimum 10 atau 12 minggu tetapi tidak pernah mencapai
kekuatan asalnya dari jaringan sebelum luka. Menurut Potter &

53
Perry (2006:1860), factor-faktor yang mempengaruhi proses
penyembuhan luka yaitu :
- Usia
- Status nutrisi, Banyak vitamin terutama vitamin C
membantu dalam metabolisme yang terlibat dalam
penyembuhan luka.
- Status imunologi
- Penyakit metabolic seperti diabetes
- Pemakaian obat-obat steroid yang dapat menekan respon
inflamasi dan meningkatkan resiko inflamasi
- Kebersihan
- Istirahat dan posisi

2.3.13.2. Peran dan tanggung jawab bidan


Secara ringkas peran dan tanggungjawab bidan adalah :
- Memahami fisiologi penyembuhan luka, penerapanya
dalam praktik, terutama saat melakukan observasi luka.
- Mengetahui berbagai faktor yang mempengaruhi
penyembuhan luka
- Melakukan rujukan bila perlu
- Melakukan pencatatan dengan benar.

2.3.14. Protap perawatan luka


Penatalaksanaan luka bertujuan untuk meningkatkan proses
penyembuhan jaringan dan juga untuk mencegah infeksi. Luka di
klasifikasikan sesuai dengan kondisiya ; luka yang sering
ditemukan bidan adallah luka yang bersih tanpa kontaminasi,
misalkan luka insisi yang tertutup, luka yang melibatkan saluran
kemih, misalkan seksio sesaria di segmen bawah ( lower segmen
caesarean section [ LSCS]).
Penatalaksanaan luka yang efektif meliputi pertimbangan
faktor-faktor lain seperti lingkungan dan kesehatan dan persiapan
ibu praoperatif.

54
2.3.15. Perawatan luka pascaoperasi

2.3.15.1. Membersihkan dan membalut luka


Luka yang memiliki tepian kulit yang berada dalam
posisibaik akan sembuh dengan cepat, dengan cara mengurangi
resiko infeksi. Pengkajian ini harus memperhatikan kondisi klinis
ibu, waktu dan sifat operasi serta tampilan luka. Keputusan untuk
membalut luka kembali juga harus mencakup keputusan apakah
pembersihan luka merupakan tindakan yang di indikasikan.
Fungsi dari pembersihan luka adalah sebagai berikut :
- Pembersihan debris luka
- Membuang jaringan yang mengelupas atau jaringan nekrosis.
Membersihkan luka tanpa menerapkan kedua kriteria dapat
merusak jaringan baru. Membersihkan luka operasi yang dijahit
dengan benang nilon pada hari pertama dengan sabun dan air
merupakan tindakan yang aman untuk di lakukan. Meers et al
(1992) menganjurkan untuk menggunakan teknik pembalutan
bersih dengan air dan sarung tagan non steril, selain teknik aseptik,
untuk luka jahitan yang memerlukan penggantian balutan. Ibu
dianjurkan untuk mandi shower bukan berendam karena mandi
dalam bak dapat menyebabkan eksudat luka lebih banyak beberapa
hari kemudian karena jaringan menyerap air.
Bila luka memerlukan pembersihan lebih lanjut,
penggunaan larutan salin isotonik (0,9%) pada suhu tubuh. Untuk
ibu dengan LSCS, berikut ini adalah beberapa prinsip yang dapat
di implementasikan:
a. Balutan dari kamar operasi dapat dibuka pada hari pertama
pasca operasi
b. Ibu harus mandi shower bila memungkinkan
c. Luka harus dikaji setelah operasi, dan kemudian setiap hari
selama masa pasca operasi sampai ibu diperbolehkan pulang
atau dirujuk.

55
d. Luka mengeluarkan eksudat cair atau tembus ke pakaian,
pembalutan luka harus di ulang, sebab bila tidak maka luka
mungkin terbuka.
e. Bila luka perlu dibalut ulang maka balutan harus sesuai dan
tidaklengket
f. Bila luka harus dibalut dan dibersihkan ulang, prosedur
terseebut harus di lakukan dengan teknik bersih, dengan
latutan salin normal yang hangat atau dengan air kran dan
balutan yang sesuai.
g. Bila luka tampak terinfeksi, perlu dilakukan apusan dan
rujukan. Teknik pembalutan aseptik harus digunakan dengan
air atau salin normal dan balutan yang sesuai. Pengkajian
dilakukan sesuai saran dokter obstetrik.

2.3.15.2. Peran dan tanggungjawab bidan


Secara ringkas peran dan tanggung jawab bidan adalah :
a. Menerapkan pengetahuan untuk meningkatkan proses
penyembuhan luka dan mencegah infeksi
b. Mengetahui tentang tampilan luka untuk mengkaji adanya
penyimpangan normal dan melakukan rujukan bila perlu
c. Menggunakan peralatan dan teknik yang benar untuk
melaksanakan prosedur-prosedur secara aman
d. Melakukan pendokumentasian dengan benar

2.3.16. Kebutuhan nutrisi pasca secsio

2.3.16.1. Jenis makanan yang baik dikonsumsi pasca secsio


Sebetulnya ibu bebas untuk mengkonsumsi apapun asalkan
dalam batas kewajaran . Adapun luka pasca operasi caesar yang
membutuhkan banyak protein untuk mempercepat proses
penyembuhan,untuk itu dibutuhkan makanan dengan kandungan
yang sehat dan protein tinggi.
1. Susu
Susu dan produk susu sangat penting untuk ibu yang
menyusui karena dapat memberikan banyak protein dan
kalsium yang dibutuhkan tubuh. Kedua nutrisi ini akan
hilang dari tubuh seorang ibu saat mereka menyusui.

56
2. Buah-buahan Kering
Buah-buahan yang dikeringkan kaya kolesterol
baik, energi dan Vitamin E. Nutrisi ini banyak ditemukan
pada kacang mete, kismis, kenari dan almond.
3. Telur
Telur memberikan kombinasi sempurna dari lemak,
protein dan kalsium yang diperlukan seorang wanita setelah
melahirkan. Ini membantu menjaga tubuh ibu tetap kuat
dan juga menjaga ketidakseimbangan hormon yang tepat
dalam tubuh.
4. Bayam
Bayam kaya akan besi, kalsium, vitamin K dan
vitamin A. Semua nutrisi ini sangat baik untuk para ibu
yang baru melahirkan.
5. Biji-bijian
Makanan yang mengandung biji-bijian seperti bubur
gandum, beras merah maupun roti gandum merupakan
sumber karbohidrat yang dapat membantu menurunkan
kadar lemak dalam tubuh. Penelitian menunjukkan bahwa
orang yang makan sekitar 3 porsi biji-bijian dalam
seharinya, maka total lemak dalam tubuhnya berkurang
sekitar 3%.

2.3.16.2. Mitos Keliru Tentang Makanan Pasca Melahirkan


Dalam masyarakat kita, kebiasaan menghindari jenis
makanan tertentu selama masa nifas demi alasan penyembuhan
masih tetap ditemukan, kendati sudah tinggal di kota besar dan
berpendidikan tinggi. Berikut ini adalah mitos yang sering saya
dengar sebagai alasan para ibu nifas yang saya jumpai selama
merawat mereka di ruang nifas, sekaligus saya berikan alasan
kesehatan mengapa mitos tersebut tidak benar.
1. Tak boleh makan ikan, telur dan daging supaya jahitan cepat
sembuh
2. Tak boleh makan yang berkuah dan tak boleh banyak minum
air putih

57
3. Jangan makan buah-buahan selama menyusui karena bayi
bisa diare
4. Tak boleh makan terlalu banyak supaya tetap langsing

2.3.17. Prinsip pencegahan infeksi


Berbagai cara yang dilakukan untuk menurunkan terjadinya
infeksi di rumah sakit merupakan bagian penting dari asuhan
keperawatan. Infeksi dapat berarti mortalitas, morbiditas dan
peningkatan biaya.
1. Asepsis medis dan bedah
Ada dua tingkatan asepsis ; medis ( bersih) dan bedah
(steril). Asepsis steril adalah sterilisasi kamar bedah dan teknik-
teknik yangg diunakan di dalamnya. Sepsis medis dilakukan
pada hampir semua teknik. Asepsis diindikasikan untuk hampir
seluru prosedur infasif. Asepsis medis dan bedah bekerja
berdasarkan prinsip yangg menyatakan bahwa diperlukan
adanya daerah steril dan penambahan peralatan steril tanpa
menjadikan daerah tersebut menjadi tidak steril. Prinsip asepsis
2. Cuci tangan
Cuci tangan merupakan prinsip asepsis yang paling penting.
Cuci tangan merupakan salah satu aspek asepsis yang vital, telah
diteliti dengan baik dan tidak kontroversial. Dalam keadaan
tertentu penggosokan tangan dengan alkohol dapat diterima
untuk prosedur biasa. Cara ini dapat diterima bila tangan telah
diuci dengan baik dan benda yang disentuh setelah itu tidak
terlalu terkontaminasi. Cuci tangan sebelum dan sesudah
prosedur merupakan hal yang sama pentingnya, untuk mencegah
berpindahnya mikroorganisme ke objek lain atau pada ibu atau
bayi.
3. Penggunaan paket dan peralatan steril
Peralatan yang di sterilkan secara sentral biasanya di
sterilkan menggunakan autoclaf. Perubahan warna pada
pembungkus menunjukan sterilitas, tetapi pembungkus tersebut
harus diperiksa dengan baik untuk adanya robekan atau basah .

58
peralatan steril harus digunakan sebelum kadaluarsa. Losin,
spuit, kanula steril disediakan hanya untuk satu kali pemakaian (
kecuali bila dinyatakan sebaliknya) dan dibuang setelah
digunakan.
4. Mencegah kontaminasi pada daerah steril
Secara ideal, tidak boleh ada pengembalian peralatan
yang telah terkontaminasi ke daerah steril. Prinsip tangan kotor
dan bersih dapat diterapkan. Hal ini berarti bidan menggunakan
satu tangan (kotor) untuk kontak langsung dengan ibu. Sementa
tangan lainya (bersih) tetap berada di daerah steril. Peralatan
dipindahkan dari tangan bersih ke tangan kotor kemudian
dibuang bila telah digunakan, cara ini mencegah kontaminasi
tangan kotor ke daerah steril. Biasanya yang digunakan tangan
bersih adalah tangan yang dominan atau tangan yang digunakan
untuk pemeriksaan. Melindungi kedua tangan dan daerah steril
dari kontaminasi berat merupakan hal yang sangat penting, dan
bila hal ini terjadi harus dilakukan cuci prosedur cuci tangan
kembali.
Secara ringkas peran dan tanggung jawab bidn adalah :
a. Mengetahui perlunya meminimalkan perpindahan
mikroorganisme dan menerapkan prinsip asepsisdi semua
situasi.
b. Mencuci tangan karena merupakan bagian utama dari
asuhan kebidanan
c. Mengajarkan kepada ibu cara merawat diri dan bayinya
d. Menerapkan penelitian yang dapat dipercaya untuk
meningkatkan kualitas praktik.

2.4. Asuhan Nifas Dan Neonatus Di Rumah

2.4.1. Kunjungan rumah


Bidan dapat memberikan asuhan kebidanan selama masa nifas
melalui kunjungan rumah, yang dapat dilakukan pada hari ketiga atau hari
ke enam, minggu kedua dan minggu ke enam setelah persalinan, untuk
membantu ibu dalam proses pemulihan ibu dan memperhatikan kondisi
bayi terutama penanganan tali pusat atau rujukan komplikasi yang

59
mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan mengenai
masalah kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi,
perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB. Dengan
pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi pada masa nifas dapat
mencegah beberapa kematian ibu.

2.4.1.1. Jadwal kunjungan rumah


Kunjungan rumah postpartum dilakukan sebagai suatu tindakan
untuk pemeriksaan postpartum lanjutan. Apapun sumbernya, kunjungan
rumah direncanakan untuk bekerjasama dengan keluarga dan di jadwalkan
berdasarkkan kebutuhan. Pada program terdahulu, kunjungan bisa
dilaksanakan sejak 24 setelah pulang.

2.4.1.2. Perencanaan kunjungan rumah


Suatu kunjungan rumah akan mendapat lebih banyak kemajuan
apabila di rencanakan dan di organisasi dengan baik. Bidan perlu meninjau
kembali catatan kesehatan ibu, rencana pengajaran dan catatan lain yang
bisa di jadikan dasar wawancara dan pemeriksaan serta pemberian
perawatan lanjutan yang diberikan. Setelah kunjungan tersebut
direncanakan, bidan harus mengumpulkan semua peralatan yang
diperlukan, materi intruksi, dan keterangan yang dapat di berikan keluarga
yang akan di kunjungi.

2.4.1.3. Keuntungan dan keterbatasan kunjungan rumah


Kunjungan rumah pada masa nifas mempunyai keuntungan yang
sangat jelas karena membuat bidan dapat melihat dan berinteraksi dengan
anggota keluarga di dalam lingkungan yang alami dn aman. Bidan mampu
mengkaji kecukupan sumber yang ada dirumah, demikian pula keamanan
dirumah dan lingkungan sekitar. Kedua data tersebut bermanfaat untuk
merencanakan pengajaran atau konseling kesehatan. Kunjungan rumah
lebih mudah di lakukan untuk mengidentifikasi penyesuaian fisik dan
psikologis yang rumit. Selain keuntungan, kunjungan rumah postpartum
juga memiliki keterbatasan yang sering dijumpai yaitu :

60
1. Besarnya biaya untuk mengunjungi pasien dengan jarak rumah
yang jauh.
2. Terbatasnya jumlah bidan yang memberi pelayanan kebidanan.
3. Kekawatiran tentang keamanan untuk mendatangi pasien di daerah
tertentu.

2.4.2. Penyuluhan masa nifas

2.4.2.1. Nutrisi ibu menyusui


Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian khusus,
karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan
sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus
bermutu, bergizi tinggi, cuup kalori, tinggi protein dan banyak
mengandung cairan.

2.4.2.2. Kebersihan pada ibu dan bayi


1. Kebersihan ibu
Pada saat masa nifas ibu sangat rentan terkena infeksi.oleh karena
itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah infeksi.
Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur dan lingkungan sangat
penting untuk tetap di jaga. Kebersihan bayi
Kebersihan kulit bayi perlu dijaga. Walaupun mandi dan
membasahi tubuh tidak harus di lakukan setiap hari, tetapi membasahi
bagian seperti muka, bokong, dan tali pusat perlu dibersihkan secara
teratur. Sebaiknya mencuci tangan terlebih dahulu sebelum memegang
bayi. Untuk menjaga bayi tetap bersih, hangat, dan kering setelah
BAK popok bayi harus segera diganti atau ganti pempers minimal 4-5
kali per hari.

2.4.2.3. Istirahat dan tidur


1. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan
yang berlebihan.
2. Sarankan ibu untuk melakukan kegiatan rumahtangga kembali secara
bertahap, tidur siang atau segera istirahat ketika bayi tidur.
3. Kurang istirahat mempengaruhi ibu dalam beberapa hal ( mengurangi
produksi ASI, menghambat proses involusi uterus dan memperbanyak

61
perdarahan menyebabkan depresi dan ketidak mampuan mengurus
dirinya sendiri dan bayi).

2.4.2.4. Latihan /senam nifas


Senam nifas bertujuan untuk mengencangkan dan memulihkan
keadaan dinding perut yang sudah tidak indah lagi.

2.4.2.5. Pemberian ASI


Untuk mendapatkan ASI yang banyak, sebaiknya ibu banyak
mengkonsumsi sayuran hijau, kacang-kacangan dan minum sedikitnya 8
gelas per hari, sejak bayi masih dalam kandungan, karena dengan hal
tersebut merupakan awal yag baik untuk mendapatkan ASI dalam jumlah
banyak, perawatan payudara juga harus di lakukan dengan rutin
menggunakan baby oil dan masase payudara selama hamil juga dapat
membantu puting yang masuk kedalam.
Sejak masa kehamilan sampai persalinan selesai, ibu juga sangat di
anjurkan untuk mengkonsumsi susu dan makanan bergizi lainya agar
produksi ASI semakin meningkat.
Kadang kala, karna terlalu lama menggunakan dot bayi menjadi
malas untuk menyusu pada ibunya, hal ini karena dengan bantuan dot
bayi tidak harus kesusahan untuk mencari puting dan air susu dapat
keluar dengan sendirinya. Pada saat bayitidak mau untuk kembali
menyusu, hal ini disebut dengan bingung puting, untuk mengatasinya
butuh kesabaran dan kasih sayang ibu kepada anaknya.

2.4.2.6. Keluarga berncana


Jikaseorang ibu atau pasangan telah memilih metode KB
tertentu, sebaiknya untuk bertemu denganya lagi dalam 2 minggu untuk
mengetahui apakah ada masalah bagi pasangan dan apakah metode
tersebut bekerja dengan baik.

2.4.2.7. Tanda-tanda bahaya


Jika ibu melihat hal-hal berikut ini atau memperhatikan bahwa ada
sesuatu yang tidak beres atau melihat salah satu dari hal-hal berikut ini,
maka ibu tersebut akan perlu menemui seorang bidan dengan segera:

62
1. Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba
(melebihi haid biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi
lebih dari 2 pembalut saniter dalam wakrtu setengah jam)
2. Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk yang keras.
3. Rasa nyeri diperut bagian bawah atau punggung.
4. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastrik, atau masalah
penglihatan.
5. Pembengkakan pada wajah dan tangan.
6. Demam, muntah, rasa sakit sewaktu buang air seni atau merasa
tidak enak badan.
7. Payudara yang memerah, panas dan atau sakit.
8. Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan.
9. Rasa sakit, warna merah, kelembutan, dan atau pembekakan
pada kaki.
10. Merasa sangat sedih atatu tidak mampu mengurus diri sendiri
atau bayi.
11. Merasa sangat letih atau bernapas terengah-engah.

2.4.3. Perawatan Bayi

1.4.3.1. Perawatan bayi baru lahir


Masa bayi baru lahir (neonatal) adalah masa 28 hari pertama
kehidupan manusia. Pada masa ini terjadi proses penyesuaian
sistem tubuh bayi dari kehidupan dalam rahim ke kehidupan di
luar rahim. Masa ini adalah masa yang perlu mendapatkan perhatian
dan perawatan yang ekstra karena pada masa ini terdapat mortalitas
paling tinggi (Rudolf, 2006). Perawatan bayi baru lahir meliputi:

1. Pencegahan infeksi

2. Penilaian bayi baru lahir

3. Pencegahan kehilangan panas

4. Asuhan tali pusat

5. Inisiasi menyusu dini (IMD)

6. Pencegahan perdarahan

63
7. Pemberian imunisasi

8. Pemeriksaan bayi baru lahir

1.4.3.2. Inisiasi Menyusu Dini

Segera setelah bayi lahir dan telah dilakukan perawatan tali


pusat, maka bayi diletakkan secara tengkurap di dada ibu dengan
kulit bayi bersentuhan langsung dengan kulit ibu. Kontak kulit
dilakukan satu jam lebih, bahkan sampai bayi dapat menyusu sendiri.
Dukungan ayah dan keluarga sangat diperlukan oleh ibu dan bayi.
Manfaat menyusu dini adalah:

- mengurangi 22% kematian bayiumur 28 hari

- meningkatkan keberhasilan menyusui secara eksklusif

- merangsang produksi ASI

- memperkuat refleks menghisap bayi.

1.4.3.3. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir

Pemeriksaan bayi baru lahir dilakukan pada saat bayi berada


di klinik (dalam 24 jam) dan saat kunjungan tindak lanjut (KN) yaitu
1 kali pada umur 1-3 hari, 1 kali pada umur 4-7 hari dan 1 kali pada
umur 8-28 hari.

1.4.3.4. Imunisasi dasar lengkap

1. Tujuan Imunisasi

Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan


pada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta
anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit.
(Proverawati, 2010) Tujuan pemberian imunisasi adalah

64
diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat
mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi. (Alimul, 2009)

2. Jenis Vaksin Lima Imunisasi Lengkap


a. BCG
Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang digunakan
untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat sebab
terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat
terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG. TBC yang berat
contohnya adalah TBC pada selaput otak, TBC milier pada seluruh
lapangan paru, atau TBC tulang. Vaksin BCG merupakan vaksin
yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan.
Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah 1 dosis sejak
lahir sebelum umur 3 bulan. Vaksin BCG diberikan melalui
intradermal/intracutan. Efek samping pemberian imunisasi BCG
adalah terjadinya ulkus pada daerah suntikan, limfadenitis
regionalis, dan reaksi panas.
b. Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan
untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis B. kandungan vaksin
ini adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian
imunisasi hepatitis B adalah 3 dosis. Imunisasi hepatitis ini
diberikan melalui intramuscular.
c. Polio
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat
menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini
adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi
polio adalah 4 dosis. Imunisasi polio diberikan melalui oral.
d. DPT
Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis dan tetanus. Vaksin
DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri
yang telah dihilangkan sifat racunnya, namun masih dapat

65
merangsang pembentukan zat anti (toksoid). Frekuensi pemberian
imuisasi DPT adalah 3 dosis. Pemberian pertama zat anti terbentuk
masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan
mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat anti. Pada
pemberian kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup.
Imunisasi DPT diberikan melalui intramuscular.
Pemberian DPT dapat berefek samping ringan ataupun
berat. Efek ringan misalnya terjadi pembengkakan, nyeri pada
tempat penyuntikan, dan demam. Efek berat misalnya terjadi
menangis hebat, kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran
menurun, terjadi kejang, encephalopathy, dan syok.
e. Campak
Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan
untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena
termasuk penyakit menular. Kandungan vaksin ini adalah virus
yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah 1
dosis. Imunisasi campak diberikan melalui subkutan. Imunisasi ini
memiliki efek samping seperti terjadinya ruam pada tempat
suntikan dan panas. (Alimul, 2009)
3. Jadwal Imunisasi
a. BCG
- Imunisasi BCG diberikan pada umur sebelum 3 bulan. namun
dianjurkan pemberian imunisasi BCG pada umur antara 0-12
bulan.
- Dosis 0,05 ml untuk bayi kurang dari 1 tahun dan 0,1 ml
untuk anak (>1 tahun).
- Imunisasi BCG ulangan tidak dianjurkan.

- Vaksin BCG tidak dapat mencegah infeksi tuberculosis,


namun dapat mencegah komplikasinya.
- Apabila BCG diberikan pada umur lebih dari 3 bulan,
sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. Vaksin
BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.

66
67
b. Hepatitis B
- Imunisasi hepatitis B-1 diberikan sedini mungkin (dalam
waktu 12 jam) setelah lahir.
- Imunisasi hepatitis B-2 diberikan setelah 1 bulan (4 minggu)
dari imunisasi hepatitis B-1 yaitu saat bayi berumur 1 bulan.
Untuk mendapatkan respon imun optimal, interval imunisasi
hepatitis B-2 dengan hepatitis B-3 minimal 2 bulan, terbaik 5
bulan. Maka imunisasi hepatitis B-3 diberikan pada umur 3-6
bulan.
- Departemen kesehatan mulai tahun 2005 memberikan vaksin
hepatitis B-0 monovalen (dalam kemasan uniject) saat lahir,
dilanjutkan dengan vaksin kombinasi DTwP/hepatitis B pada
umur 2-3-4 bulan. Tujuan vaksin hepatitis B diberikan dalam
kombinasi dengan DTwP untuk mempermudah pemberian
dan meningkatkan cakupan hepatitis B-3 yang masih rendah.
- Apabila sampai dengan usia 5 tahun anak belum pernah
memperoleh imunisasi hepatitis B, maka secepatnya
diberikan imunisasi hepatitis B dengan jadwal 3 kali
pemberian.
c. DPT
- Imunisasi DPT primer diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan
(DPT tidak boleh diberikan sebelum umur 6 minggu) dengan
interval 4-8 minggu. Interval terbaik diberikan 8 minggu, jadi
DPT-1 diberikan pada umur 2 bulan, DPT-2 pada umur 4
bulan dan DPT-3 pada umur 6 bulan.
- Dosis DPT adalah 0,5 ml, intramuskular, baik untuk
imunisasi dasar maupun ulangan.
- Vaksin DPT dapat diberikan secara kombinasi dengan vaksin
lain yaitu DPT/Hepatitis B dan DPT/IPV.

68
d. Polio
- Terdapat 2 kemasan vaksin polio yang berisi virus polio -1, 2,
dan 3. (1.OPV, hidup dilemahkan, tetes, oral.; 2.IPV, in-aktif,
suntikan.)
- Polio-0 diberikan saat bayi lahir sesuai pedoman PPI sebagai
tambahan untuk mendapatkan cakupan imunisasi yang tinggi.
- Untuk imunisasi dasar (polio-2, 3, 4) diberikan pada umur
2,4, dan 6 bulan, interval antara dua imunisasi tidak kurang
dari 4 minggu.
- OPV diberikan 2 tetes per-oral.

- IPV dalam kemasan 0,5 ml, intramuscular. Vaksin IPV dapat


diberikan tersendiri atau dalam kemasan kombinasi
(DPT/IPV).
e. Campak
Vaksin campak rutin dianjurkan diberikan dalam satu dosis 0,5
ml secara subkutan dalam, pada umur 9 bulan.
4. Mitos-Mitos Imunisasi
Usia dan pendidikan orang tua dapat mempengaruhi
pemberian imunisasi akibat kurangnya pemahaman terhadap
imunisasi. Dan di masyarakat sering terdengar pendapat yang salah
mengenai imunisasi. Tidak jarang dijumpai orang tua yang ragu
atau bahkan menolak imunisasi dengan berbagai alasan. Ketakutan
atau penolakan imunisasi mungkin berdasarkan pandangan religi,
filosofis tertentu, anggapan imunisasi sebagai intervensi
pemerintah.
Keraguan tentang manfaat dan keamanan imunisasi perlu
ditanggapi secara aktif. Apabila orang tua mendapat jawaban akurat
dan informasi yang benar, maka orang tua dapat membuat
keputusan yang benar tentang imunisasi. (IDAI, 2008) Mitos-mitos
imunisasi yang sering dijumpai :
a. Terlalu banyak vaksin akan membebani system imun.

69
b. Lebih baik memberi natural infeksi dibandingkan dengan
vaksinasi.
c. Sesudah imunisasi tidak akan tertular penyakit tersebut.
d. Imunisasi dapat menyebabkan penyakit yang seharusnya
dicegah dengan vaksin tersebut.
e. Imunisasi sepertinya tidak efektif 100%, sia-sia saja anak
diberlakukan imunisasi.
f. Mungkin anak akan menderita reaksi terhadap imunisasi yang
menyakiti.
g. Anak tidak perlu imunisasi asalkan dia sehat, aktif, dan makan
cukup banyak yang bergizi.Pada seri vaksinasi, apabila seri
satu kali terlambat, seri harus dimulai lagi dari semula.

70

Anda mungkin juga menyukai