Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTEK KEDOKTERAN KELUARGA

PENDERITA HIPERTENSI GRADE II


PUSKESMAS MENGWI I

Oleh:
Kadek Mien Dwi Cahyani (1102005026)
Ni Luh Jayanti Wulan Sari (1102005068)
Vimalabarati Sekaraam (1102005207)

Pembimbing:

Dr. Luh Seri Ani, SKM., M.Kes

Dr. Ni Made Tariani, M.Kes

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS DAN


ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
LAPORAN KEDOKTERAN KELUARGA
PENDERITA HIPERTENSI GRADE II
PUSKESMAS MENGWI I

Nama Mahasiswa : Kadek Mien Dwi Cahyani (1102005026)


Ni Luh Jayanti Wulan Sari (1102005068)
Vimalabarati Sekaraam (1102005207)
Dokter Pembimbing : Dr. Luh Seri Ani, SKM, M.Kes
Dokter Pembimbing Puskesmas : dr. Ni Made Tariani, M.Kes

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ni Kadek Manis
Tempat/tgl.lahir : Mengwi, 31 Desember 1951
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Gang Langsat, Bringkit, Mengwi
Agama : Hindu
Status Perkawinan : Janda
Pekerjaan : Tidak bekerja
Kewarganegaraan : WNI

II. KEGIATAN DALAM GEDUNG (PUSKESMAS)


Pasien datang secara sukarela diantar oleh anaknya ke Puskesmas Mengwi I
untuk kontrol tekanan darah. Pasien berkunjung ke Puskesmas Mengwi I pada
tanggal 23 April 2016. Kami kemudian berkenalan dengan pasien berbincang-
bincang sebentar dan meminta izin kepada pasien untuk melakukan kunjungan
rumah.

2.1 ANAMNESIS
Keluhan Utama
Sakit Kepala
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengunjungi Puskesmas Mengwi I untuk melakukan kontrol rutin
terhadap penyakit tekanan darah tinggi yang dideritanya. Pada saat datang
pasien mengeluhkan sakit kepala. Sakit kepala dikeluhkan mulai muncul
sejak kemarin, terasa seperti ditusuk-tusuk pada bagian belakang kepala.
Sakit kepala dikatakan hilang-timbul, dan terjadi sepanjang hari. Sakit kepala
terasa membaik ketika pasien tidur, dan memberat saat pasien mengalami
stress atau aktivitas berlebih.

Riwayat Penyakit Terdahulu


Pasien didiagnosis menderita hipertensi sejak setahun yang lalu di
Puskesmas Mengwi I oleh seorang dokter. Saat itu pasien juga mengeluh
nyeri kepala yang hebat di bagian belakang kepala. Namun, keadaan pasien
dikatakan membaik setelah beristirahat dan mengaku bisa melakukan
aktivitas sehari-hari seperti biasanya.

Riwayat Pengobatan
Pasien mendapat obat anti hipertensi berupa Amlodipin 1x1, Captopril 2 x
25 mg dan vitamin B kompleks 1x1 satu tahun yang lalu saat didiagnosis
hipertensi. Namun pasien mengatakan tidak melanjutkan kontrol dan
mengkonsumsi obatnya.

Riwayat Keluarga
Dikatakan ayah pasien juga memiliki riwayat hipertensi. Riwayat penyakit
sistemik lain dalam keluarga seperti jantung koroner, stroke dan diabetes
disangkal.

Riwayat Sosial
Pasien sehari-harinya menjaga warung di rumahnya. Saat ini pasien hanya
tinggal di rumah bersama anak dan menantunya. Pasien sering mengerjakan
pekerjaan rumah yang sangat banyak diantaranya membuat banten terutama
menjelang hari raya, karena pasien juga menjual banten tersebut dqalam
jumlah yang banyak. Dikatakan sehari-hari pasien membuat banten hingga
larut malam dan tidak ada yang membantu karena anak pasien dan
menantunya bekerja bersama hingga malam pula dimana lokasi kerja
anaknya tidak di rumah melainkan di kantor yang beralamat di Denpasa.
Pasien memiliki 2 orang cucu perempuan. Cucu pertama pasien sudah
menikah dan tinggal bersama suaminya, sedangkan cucu kedua tinggal di
kos karena lebih dekat dengan tempat kuliahnya. Pasien hanya memiliki
satu orang anak laki-laki. Pasien mengatakan dirinya stress karena tidak
dapat bertemu cucunya dan sering merasa kelelahan. Pasien mengatakan
saat ini dirinya merasa kesepian.
Untuk aktivitas sehari-hari seperti makan, mandi, dan BAB atau BAK
pasien dikatakan masih bisa melakukannya sendiri tanpa bantuan orang lain.
Pasien mengaku dulunya tidak pernah memperhatikan pola makan.
Dikatakan bahwa dulu pasien suka makan sembarangan terutama yang
berlemak karena hobi. Pasien tidak merokok dan tidak minum-minuman
beralkohol. Namun dikatakan pasien sering minum kopi karena setiap ada
upacara adat di banjar selalu disuguhkan kopi.

2.2 PEMERIKSAAN FISIK


Status Present
Tekanan darah : 150/90 mmHg
Nadi : 96 x/mnt
Respirasi : 20 x/mnt
Suhu aksila : 36,5 C
Berat badan : 56 kg
Tinggi badan : 160 cm

Status General
Mata : anemia -/-, ikterus -/-, replek pupil +/+ isokor
THT : kesan tenang
Thorax:
Cor : S1 S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pulmo : Ves+/+, Rh-/-, Wh-/-
Abdomen : Bising Usus (+) Normal, distensi (-)
Ekstremitas : akral hangat ++/++, edema --/--

2.3 DIAGNOSIS
Hipertensi grade II

2.4 PENGOBATAN
Pasien diberikan pengobatan Amlodipin 1x1 dan Captopril 2 x 25 mg
sebagai obat antihipertensi dan pasien mendapatkan vitamin B kompleks 1 x
1.
III. KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH
Kunjungan pertama dilakukan 3 hari setelah penderita berobat di puskesmas,
yaitu pada tanggal 26 April 2016. Kunjungan ini bertujuan untuk mengetahui
lokasi rumah penderita. Kunjungan rumah yang kedua dilakukan pada tanggal 27
April 2016 pada pukul 14.30-16.30 WITA di Gang Langsat, Bringkit, Mengwi.
Pada saat kunjungan ini, penderita sedang berada di rumah menjaga warung
miliknya. Kami berbincang-bincang mengenai keadaan pasien, keluarga pasien
dan keadaan rumah pasien. Penderita tampak ramah dalam wawancara dan
bersedia berbagi pengalaman.

3.1 PROFIL KELUARGA


Pasien memiliki satu orang anak dan dua orang cucu. Namun saat ini, pasien
tinggal bersama anak dan menantunya dalam satu lingkungan rumah.

No Nama Umur JK Hubungan Pendidikan Pekerjaan Status


(tahun) dengan pernikahan
penderita
1 Made Darma alm Suami Sekolah Almarhu -
Dasar m
2 Ni Kadek 65 Pasien Sekolah Ibu Nikah
Manis Dasar Rumah (janda)
Tangga
3 Wayan Merta 49 Anak SMA Pegawai Nikah
Swasta
4. Made 49 Menantu SMA Pegawai Nikah
Sulasmi swasta

3.2 DAFTAR PERMASALAHAN


Adapun permasalahan yang kami dapatkan adalah sebagai berikut :
1. Penderita belum sepenuhnya mengerti mengenai penyakit yang dideritanya,
antara lain mengenai
a. Arti dari penyakit yang dideritanya yaitu hipertensi stage II
b. Pemakaian obat dan fungsi obat yang diberikan oleh dokter
2. Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit yang dideritanya.
Penderita banyak mendengar cerita tentang penyakitnya dari kerabat yang
malah menimbulkan kebingungan pada penderita.
3. Penderita belum mengerti tentang pentingnya arti dari pengaturan jumlah,
jenis dan jadwal makan pada penatalaksanaan penyakitnya. Penderita belum
mengerti mengenai pilihan aktivitas fisik yang dianjurkan untuk penderita
hipertensi.
4. Penderita belum mampu mengatasi stress terkait permasalahan keluarga
yang dihadapi serta rasa lelah dan kesepian yang dialami

Genetik

3.3 ANALISIS FAKTOR RISIKO


Perilaku Penyakit Lingkungan

Pelayanan kesehatan masyarakat


Gambar 1. Model terjadinya penyakit berdasarkan teori Blum.

a. Genetik
Pada penderita dapat diidentifikasi mengenai faktor genetik penyakit
hipertensinya. Penderita mengatakan ayah pasien memiliki riwayat penyakit
hipertensi. Dikatakan ayah pasien sudah meninggal sejak lama dikatakan tidak
diketahui penyebabnya.

b. Perilaku
Perilaku berperan penting dalam perjalanan penyakit hipertensi. Penderita
tidak pernah merokok, namun suka mengkonsumsi makanan yang berlemak
dan sering minum kopi. Dikatakan juga bahwa penderita sering tidak
memperhatikan jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi. Pasien juga
tidak mengkonsumi obat yang diberikan secara rutin, namun pasien
mengkonsumsi minuman herbal yang diberikan anaknya. Penderita
mengatakan baru mulai mengikuti program lansia di banjar untuk melakukan
senam sehat saat ada waktu luang.

c. Lingkungan
Pada lingkungan keluarga kemungkinan ditemukan penyebab penderita selalu
merasa stress karena permasalahan dalam keluarga yaitu kesibukan anak dan
cucunya serta kelelahan akibat aktivitas berlebih. Stress yang berlebihan dapat
memicu perburukan penyakit hipertensi. Hal tersebut berkaitan dengan
pengobatan penyakit hipertensi yang diderita oleh pasien akan terganggu
apabila pasien merasa stress. Selain stress karena permasalahan keluarga,
dikatakan stress penderita juga karena pekerjaan rumah untuk upacara agama
sangat banyak dan terkadang sulit diselesaikan sendirian

d. Pelayanan Kesehatan Masyarakat


Penderita tidak rutin datang ke puskesmas dan hanya melakukan kontrol ke
puskesmas bila terdapat keluhan yang mengganggu. Namun penderita
melakukan kontrol tekanan darah saat mengikuti kegiatan pemeriksaan
kesehatan gratis dan senam lansia yang diadakan program lansia di banjar
bringkit.

3.4 PEMECAHAN MASALAH MELALUI PENDEKATAN KEDOKTERAN


KELUARGA
1. Personal
Mengobati penderita dengan memberikan perlakuan sebagai manusia bukan
sekedar mengobati penyakitnya saja. Dalam artian, penderita ditangani secara
holistik dari semua aspek kehidupannya, baik fisik, psikis, dan lingkungan
sosial. Karena sehat menurut WHO mengandung tiga aspek yaitu fisik, mental
dan sosial. Dari segi fisik, penderita didiagnosis hipertensi. Penderita tidak
rutin melakukan control dan mengkonsumsi obat hipertensi. Dari segi mental,
penderita memiliki masalah keluarga dan sering merasa kesepian yang
membuat penderita terbebani dan stress. Dari segi sosial, penyakit yang
dialami penderita tidak terlalu mengganggu kegiatan sehari-hari dan pekerjaan
untuk saat ini. Penderita mengatakan masih bisa melakukan pekerjaan sehari-
hari secara mandiri.

2. Paripurna (Komprehensif)
Komprehensif artinya meliputi semua aspek tingkat pencegahan (primer,
sekunder, dan tersier).
Pencegahan Primer
Memberikan edukasi tentang hipertensi mengenai perjalanan penyakitnya.
Memberi penjelasan pentingnya melakukan pemeriksaan rutin tekanan
darah, pemeriksaan lain seperti kadar gula darah, profil lipid, fungsi
jantung, fungsi ginjal, dan fungsi hati.
Pencegahan Sekunder
Memberikan pengobatan yang tepat dan sesuai untuk penyakit
hipertensinya
Penjelasan tentang obat yang digunakan, tujuan pengobatan, serta akibat
yang dapat terjadi apabila tidak patuh pengobatan.
Pencegahan Tersier
Menyarankan penderita untuk mengatur pola makan.
Menyarankan penderita untuk mengurangi stress dan beban pikiran.
Jika penderita mengalami keluhan akut maupun kronis, segera mendatangi
layanan medis.

3. Berkesinambungan
Berkesinambungan artinya melakukan sistem monitoring untuk meningkatkan
kepatuhan penderita dalam perubahan perilaku dan pengobatan.
Penderita harus rutin melakukan kontrol ke puskesmas untuk mengecek
tekanan darah dan untuk mendapat obat lanjutan jika obat habis
Di samping pemeriksaan tekanan darah, penderita dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan lain seperti kadar gula darah, profil lipid, fungsi
ginjal, jantung, dan hati untuk mengetahui ada tidaknya komplikasi.
Penderita disarankan mengatur pola makan dengan mengurangi asupan
garam dalam makanan, serta berolahraga rutin.

4. Koordinatif dan Kooperatif


Melakukan kerja sama dan membagi peran dengan pihak penyedia layanan
kesehatan terkait seperti kelompok profesional (spesialis, analis, apoteker, ahli
gizi, dan sebagainya), pemuka/tokoh masyarakat, termasuk keluarga
penderita sendiri.
- Berkoordinasi dengan balai pengobatan dan bagian farmasi di
puskesmas dalam rangka penyediaan obat manajemen hipertensi yang
tepat.
- Berkoordinasi dengan keluarga penderita untuk berperan aktif
mendukung pengobatan penderita dan menciptakan lingkungan yang
kondusif untuk mendukung kesehatan penderita.

5. Mengutamakan Pencegahan
Pencegahan diutamakan pada anggota keluarga dan masyarakat yang berisiko
(belum sakit). Pada penderita ini, faktor genetik, perilaku dan lingkungan
berperan penting dalam perjalanan penyakit hipertensi sehingga perubahan
perilaku dan dukungan dari lingkungan keluarga akan dapat memperlambat
perjalanan penyakit dan keberhasilan pengobatan. Genetik merupakan salah
satu faktor lain penyakit hipertensi. Maka disarankan untuk anggota keluarga
lain untuk memeriksakan diri apabila mengalami keluhan-keluhan yang
berhubungan dengan hipertensi seperti sakit kepala. Intervensi yang dapat
dilakukan adalah menjaga pola makan untuk menghindari obesitas serta rajin
berolahraga.

6. Memberdayakan Keluarga dan/atau Masyarakat


Memberikan penjelasan kepada keluarga penderita tentang kondisi
penderita yang sesungguhnya. Dijelaskan bahwa penyakit hipertensi
penderita merupakan penyakit yang kronis dan tidak bisa disembuhkan
namun dapat dikontrol, sehingga penderita harus mengikuti pengobatan
yang teratur. Keluarga juga harus memberi dukungan kepada penderita
untuk tetap memperhatikan kesehatannya dan mengurangi aktivitas baik
secara fisik maupun mental. Peran keluarga sangatlah besar dalam
mengawasi kesehatan.
Memberikan penjelasan kepada keluarga bahwa penyakit penderita
(hipertensi) adalah penyakit yang memiliki kecenderungan genetik,
sehingga ada kemungkinan anak, saudara, keponakan atau cucu penderita
dapat menderita penyakit hipertensi.
DENAH RUMAH PASIEN

PELINGGIH BALE BENGONG KAMAR TIDUR PASIEN

BALE DAN KAMAR TIDUR ANAK PASIEN DAPUR

KAMAR MANDI
KESIMPULAN:
Kasus ini erat kaitannya dengan kegiatan kedokteran keluarga. Dimana perjalanan
penyakit yang panjang sehingga diperlukan intervensi yang lama, kerja sama antar
berbagai pihak, baik pihak pasien, keluarga, dan penyedia pelayanan kesehatan.
Intervensi bukan hanya terhadap penyakitnya saja. Akan tetapi, melihat manusia
seutuhnya. Kunjungan rumah dilakukan untuk mewujudkan hal ini dimana
pendekatan terhadap pasien beserta keluarganya dengan menggunakan prinsip-prinsip
kedokteran keluarga menjadi prioritas

Gambar Kondisi Rumah Pasien


Kamar Tidur Pasien
Kamar mandi pasien
Dapur Pasien
Gambar Pasien dengan Dokter Muda

Anda mungkin juga menyukai