Anda di halaman 1dari 9

Alma Mutiarani

Kontrol Infeksi, Sterilisasi, Disinfeksi

Sumber: Essential Microbiology for Dentistry 4th Edition, Lakshman Samaranayake dan
Hupp

Infeksi Silang merupakan transmisi dari agen yang terinfeksi antara pasien dan tenaga kesehatan
yang bekerja di lingkungan klinik. Transmisi dapat terjadi antara manusia dengan manusia dan
manusia dengan benda yang terkontaminasi.

Prinsip transmisi infeksi

Transmisi infeksi dari satu orang ke orang lain membutuhkan:

1. Sumber infeksi: Orang yang telah mengalami infeksi disebut index case
2. Media/ perantara: Yang dapat membawa agen yang terinfeksi. Contohnya adalah
darah dan saliva.
3. Rute transmisi: Proses transmisi infeksi. Seperti inhalasi, ingestion.

Sumber Infeksi

Pada bidang klinis kedokteran gigi, sumber infeksi biasanya berasal dari manusia yang terbagi
menjadi:

1. Orang dengan infeksi parah yang membuat lingkungannya penuh dengan organisme
2. Orang yang berada di tahap prodromal dari infeksi tertentu. Selama tahap prodromal/
masa inkubasi, organisme akan berkembang biak tanpa kita ketahui. Walaupun pada
tahap ini pasien terlihat sangat sehat, sebenarnya pasien tersebut dapat menyebabkan
infeksi.
3. Orang yang di tahap sudah sembuh dari penyakit, akan tetapi di dalam darah dan
sekresi tubuh masih mengandung pathogen

Prosedur Kontrol Infeksi

Dari hal diatas, sudah terbukti bahwa kemungkinan transimisi infeksi dapat terjadi sangatlah
besar di kegiatan klinik sehari-hari. Untuk mencegah infkesi, terdapat prosedur yang perlu
diperhatikan yaitu:

1. Evaluasi Pasien
2. Proteksi personal
3. Sterilisasi dan penyimpanan alat
4. Peralatan sekali pakai
5. Disinfeksi
6. Asepsis Laboratory
7. Pembuangan limbah
8. Pelatihan staff

1. Evaluasi Pasien

Pasien harus memiliki rekam medis yang jelas, lengkap dan tepat serta harus di isi setiap pasien
datang berkunjung. Selain baik untuk klinis, rekam medis juga berguna untuk mengetahui
penyakit yang penting dan berhubungan dengan adanya infeksi atau tidak. Dalam pencatatan
rekam medis, praktisi harus mengindentifikasi penyakit dengan menanyakan pertanyaan yang
relevan. Semua tenaga kesehatan yang memegang rekam medis harus memastikan agar rekam
medis terletak di tempat yang aman, sehingga privasinya dapat di jaga.

2. Perlindungan diri
Dalam hal ini termasuk

Kebersihan diri

Pemakaian baju praktek

Proteksi misalnya sarung tangan, kacamata, masker, dan rubber dam

Imunisasi.

Kebersihan diri yang baik dapat mengurangi terjadinya infeksi silang pada praktek dokter gigi

Secara umum pada waktu merawat pasien seorang dokter gigi harus :

Menghindari memegang sesuatu yang tidak dibutuhkan pada waktu merawat pasien,
hindari kontak tangan dengan mata, hidung, mulut, dan rambut serta hindari memegang
luka atau abrasi.

Menutupi luka atau lecet-lecet pada jari dengan plester sebab luka tersebut dapat
merupakan tempat masuknya mikroorganisme patogen (harus memakai sarung tangan).

Mencuci tangan dengan baik sebelum dan setelah merawat pasien dengna memakai sabun
antimikrobial sebelum memakai sarung tangan. Antiseptik digunakan untuk tangan dan
lengan sebelum masuk ke tempat operasi. antiseptic yang paling sering digunakan di
kedokteran gigi adalah iodophors, chlorhexidine dan hexachlorophene.

Dokter gigi dan stafnya memproteksi diri dengan menggunakan

Sarung tangan

Baju Proteksi

Kacamata

Masker

Rubber dam

Sarung tangan

Tangan merupakan alat transmisi dari mikroorganisme pada saluran pernafasan dan mulut yang
utama. Kuku harus digunting pendek dan tidak boleh memakai perhiasan seperti cincin, gelang,
dan jam tangan pada saat merawat pasien. Tangan harus dicuci dengan sikat dan sabun yang
mengandung zat antimikrobial seperti iodofor (1% iodine), klorheksidin glukonat (2-4%), para-
klormeta-silenol (PMCX) 0,5-3% atau alkohol (70% isopropil aklohol) dan lain-lain. Tangan
digosok paling sedikit selama 10 detik dan dikeringkan dengan memakai pengering otomatis atau
tissue.

Semua dokter gigi dan stafnya harus memakai sarung tangan lateks atau vinil sekali pakai. Hal
ini untuk melindungi baik dokter gigi atau stafnya maupun pasien. Sarung tangan vinil dapat
dipakai untuk mereka yang alergi terhadap lateks, walaupun hal ini jarang terjadi.

Ada tiga macam sarung tangan yang dipakai dalam kedokteran gigi yaitu :

Sarung tangan lateks yang bersih harus digunakan pada saat dokter gigi memeriksa mulut
pasien atau merawat pasien tanpa kemungkinan terjadinya perdarahan.

Sarung tangan steril yang harus digunakan saat melakukan tindakan bedah atau
mengantisipasi kemungkinan terjadinya perdarahan pada perawatan

.Sarung tangan heavy duty harus dipakai manakala harus membersihkan alat, permukaan
kerja atau bila menggunakan bahan kimia.

Semua luka dan lecet-lecet pada kulit harus ditutup dengna plester yang kedap air sebelum
memakai sarung tangan. Jangan merawat pasien bila sedang mengalami luka yang bernanah atau
dermatitis yang terbuka hingga luka tersebut benar-benar sembuh. Dokter gigi dan stafnya harus
memakai satu sarung tangan untuk tiap pasien, jangan memakai ulang sarung tangan karena
akan mengurangi nilai protektifnya.

Baju Proteksi

Gunakan baju proteksi seperti sneli reusable atau disposable untuk mencegah terpaparnya kulit
dan pakaian oleh darah, saliva, dan material penyebab infeksi. Lakukan penggantian sneli
sesegera mungkin apabila terkena percikan darah, saliva, atau cairan tubuh lainnya. Baju praktek
harus dicuci dengan air panas dan deterjen serta pemutih klorin, untuk baju yang terkontaminasi
perlu penanganan tersendiri. Bakteri patogen dan beberapa virus, terutama virus hepatitis B dapat
hidup pada pakaian selama beberapa hari hingga beberapa minggu.

Kacamata pelindung
Kacamata pelindung harus dipakai oleh dokter gigi dan stafnya untuk melindungi mata dari
splatter dan debris yang diakibatkan oleh high speed handpiece, pembersihan karang gigi baik
secara manual maupun ultrasonik.

Rambut hendaknya jangan menutupi pandangan dan diikat bagi dokter gigi yang memiliki
rambut panjang serta dilindungi dari percikan dan aerosol dengan memakai penutup kepala,
sebaiknya dokter gigi mencuci muka sebelum makan dan juga mencuci muka serta rambut
sebelum tidur. Bakteri patogen dan beberapa virus terutama virus hepatitis B dapat hidup pada
pakaian selama beberapa hari hingga beberapa minggu.

Masker
Pemakaian masker seperti masker khusus untuk bedah sebaiknya digunakan pada saat
menggunakan instrumen berkecepatan tinggi untuk mencegah terhirupnya aerosol yang dapat
menginfeksi saluran pernafasan atas maupun bawah.

Efektivitas penyaringan dari masker tergantung dari :

Bahan yang dipakai, masker polipropilen lebih baik daripada masker kertas.

Lama pemakaian, lama pemakaian yang efektif adalah 30-60 menit, terutama bila masker
itu basah. Jadi sebaiknya memakai 1 masker untuk tiap pasien.

Rubber dam

Rubber dam harus digunakan pada operasi untuk menghindari terjadinya aerosol. Pemakaian
rubber dam memungkinkan

Mendapat gambaran yang jelas setelah jaringan diangkat

Mengurangi kontak instrumen dengan mukosa, sehingga mengurangi terjadinya luka


pada jaringan dan mengurangi perdarahan.

Mengurangi terjadinya aerosol karena tidak terjadi pengumpulan saliva diatas rubber
dam.
Imunisasi

Dokter gigi dan mereka yang bekerja dalam bidang kedokteran gigi harus memiliki data
imunisasi yang baru. Di Inggris vaksin hepatitis B, tuberkulosis dan rubella (bagi dokter gigi
wanita) dianjurkan untuk mereka yang bekerja dalam bidang kedokteran gigi sebagai tambahan
dari imunisasi rutin seperti tetanus, poliomyelitis dan difteri. Di USA dianjurkan imunisasi
terhadap semua penyakit ini kecuali TBC dan influenza.

3.. Sterilisasi dan desinfeksi

Sterilisasi adalah proses yang dapat membunuh semua jenis mikroorganisme sedangkan
desinfeksi adalah proses yang membunuh atau menghilangkan mikroorganisme kecuali spora.
Idealnya semua bentuk vegetatif mikroorganisme mati, namun dengan terjadinya pengurangan
jumlah mikroorganisme patogen sampai pada tingkat yang tidak membahayakan masih dapat
diterima.

Sterilisasi dilakukan dalam 4 tahap :

Pembersihan sebelum sterilisasi.

Pembungkusan

Proses sterilisasi.

Penyimpanan yang aseptik.

4.. Desinfeksi permukaan

Disinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati. Disinfektan dibedakan
menurut kemampuannya membunuh beberapa kelompok mikroorganisme, disinfektan "tingkat
tinggi" dapat membunuh virus seperti virus influenza dan herpes, tetapi tidak dapat membunuh
virus polio, hepatitis B atau M. tuberculosis.

Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan seperti iodophor,
derifat fenol atau sodium hipokrit

Iodophor dilarutkan menurut petunjuk pabrik. Zat ini harus dilarutkan baru setiap hari
dengan akuades. Dalam bentuk larutan, desinfektan ini tetap efektif namun kurang efektif
bagi kain atau bahan plastik.

Derifat fenol (O-fenil fenol 9% dan O-bensil-P klorofenol 1%) dilarutkan dengan
perbandingan 1 : 32 dan larutan tersebut tetap stabil untuk waktu 60 hari. Keuntungannya
adalah "efek tinggal" dan kurang menyebabkan perubahan warna pada instrumen atau
permukaan keras

Sodium hipoklorit (bahan pemutih pakaian) yang dilarutkan dengan perbandingan 1 : 10


hingga 1 : 100, harganya murah dan sangat efektif. Harus hati-hati untuk beberapa jenis
logam karena bersifat korosif, terutama untuk aluminium. Kekurangannya yaitu
menyebabkan pemutihan pada pakaian dan menyebabkan baru ruangan seperti kolam
renang.

Untuk mendesinfeksi permukaan, umumnya dapat dipakai satu dari tiga desinfektan diatas. Tiap
desinfektan tersebut memiliki efektifitas "tingkat menengah" bila permukaan tersebut dibiarkan
basah untuk waktu 10 menit.

5. Laboratorium yang asepsis

Tekniker laboratorium gigi dan pasien lain sering kontak dengan mikroorganisme patogen dari
cetakan gigi, hasil cetakan (stone casts) dan lain-lain. ADA menganjurkan agar semua cetakan
harus dicuci untuk menghilangkan saliva, darah, dan debris, kemudian didesinfeksi sebelum
dicor dengan dental stone atau sebelum dikirim ke laboratorium.

Untuk bahan cetak dari alginate sebaiknya tidak direndam, tetapi di spray dengan desinfektan,
lalu dimasukkan dalam kantung plastik dan dibiarkan selama beberapa waktu sesuai dengan
petunjuk pabrik.

6. Pembuangan sampah bekas praktek.

Pembuangan barang-barang bekas pakai seperti sarung tangan, masker, tissue bekas dan penutup
permukaan yang terkontaminasi darah atau cairan tubuh harus ditangani secara hati-hati dan
dimasukkan dalam kantung plastik yang kuat dan tertutup rapat untuk mengurangi kemungkinan
orang kontak dengan benda-benda tersebut.
Untuk benda-benda tajam seperti jarum dan scalpel, buang pada container yang tahan terhadap
benda tajam agar tidak menyebabkan leakage atau kebocoran dan buang di tempat pembuangan
limbah medis. Jangan menutup jarum suntik yang telah digunakan menggunakan tangan
langsung atau dengan teknik-teknik lainnya yang mengarahkan ujung jarum ke anggota tubuh.
Jangan membengkokan dan mematahkan jarum sebelum dibuang Gunakan teknik one-handed
scoop atau alat mekanis yang didesain untuk memegang tutup jarum ketika menutup jarum
suntik.Untuk limbah medis yang berupa cairan seperti darah dan cairan yang disuction dialirkan
pada pipa-pipa yang tersambung dengan system sanitary

Anda mungkin juga menyukai