Step 1
Step 2
Step 3
Insektor mempunyai satu pasang antena dan tiga pasang kaki. Dalam
daur hidupnya terjadi beberapa perubahan yaitu perubahan bentuk,
perubahan sifat hidup dan perubahan struktur bagian dalam insekta atau
juga metamorfosis.
Klasifikasi
Pylum : Arthropoda
Kelas : Hexapoda
Ordo : Diptera
Genus : Anopheles
Ciri-ciri nyamuk Anopheles
1) Kepala anophelni jantan memiliki antena yang berambut lebat
(plumose), palpus terdiri atas probosis dengan ujung agak bulat.
2) Kepala betina memiliki venasi sayap kosta dan subkosta.
3) Bentuk tubuh kecil dan pendek
4) Antara palpi dan proboscis sama panjang
5) Menyebabkan penyakit malaria
6) Pada saat hinggap membentu sudut 90
7) Warna tubunya coklat kehitaman
8) Bentuk sayap simetris,bercak dan sisik gelap terang.
9) Berkembang biak di air kotor atau tumpukan sampah
Siklus Hidup
b. Aedes Aegypti
Morfologi
Siklus Hidup
o Telur
Seekor nyamuk betina mampu meletakan 100-400 butir
telur. Setiap spesies nyamuk mempunyai kebiasaan yang
berbeda-beda. Nyamuk Culex sp meletakan telurnya diatas
permukaan air secara bergelombolan dan bersatu
membentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung.
o Larva
Setelah kontak dengan air, telur akan menetas dalam waktu
2-3 hari. Pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi
oleh faktor temperature, tempat perindukan dan ada
tidaknya hewan predator. Pada kondisi optimum waktu yang
dibutuhkan mulai dari penetasan sampai dewasa kurang
lebih 5 hari
o Pupa
Pupa merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada
di dalam air, pada stadium ini tidak memerlukan makanan
dan terjadi pembentukan sayap hingga dapat terbang,
stadium kepompong memakan waktu lebih kurang satu
sampai dua hari. Pada fase ini nyamuk membutuhkan 2-5
hari untuk menjadi nyamuk, dan selama fase ini pupa tidak
akan makan apapun dan akan keluar dari larva menjadi
nyamuk yang dapat terbang dan keluar dari air.
o Dewasa
Setelah muncul dari pupa nyamuk jantan dan betina akan
kawin dan nyamuk betina yang sudah dibuahi akan
menghisap darah waktu 24-36 jam. Darah merupakan
sumber protein yang esensial untuk mematangkan telur.
Perkembangan telur hingga dewasa memerlukan waktu
sekitar 10 sampai 12 hari.
Sumber :
Abay R. Satoskar, et all. 2009. Medical Parasitology. Texas, USA: Landes
Bioscience.
Depkes RI. 2004. Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor. Ditjen
P2MPL. Jakarta
Rinidar. 2010. Pemodelan Kontrol Malaria Melalui Pengelolaan Terintegrasi
Di Kemukiman Lamteuba, Nangroe Aceh Darussalam.
Rumbiak, H. 2006. Situasi Penyakit Parasitik pada Manusia di Propinsi
Lampung. Makalah Seminar Pengendalian Penyakit Parasitik Manusia dan
Hewan pada Era Desentralisasi. Perkumpulan Pemberantasan Penyakit
Parasitik Indonesia Cabang Bandar Lampung.
Sumber : Abay R. Satoskar, et all. 2009. Medical Parasitology. Texas, USA: Landes
Bioscience
Virus ini termasuk famili Flaviviridae yang berukuran kecil sekali yaitu 35-
45 mm. Virus ini dapat tetap hidup (survive) di alam ini melalui 2
mekanisme. Mekanisme pertama, transmisi vertikal dalam tubuh nyamuk,
dimana virus yang ditularkan oleh nyamuk betina pada telurnya yang
nantinya akan menjadi nyamuk. Virus juga dapat ditularkan dari nyamuk
jantan pada nyamuk betina melalui kontak seksual. Mekanisme kedua,
transmisi virus dari nyamuk ke dalam tubuh manusia dan sebaliknya.
Nyamuk mendapatkan virus ini pada saat melakukan gigitan pada
manusia yang pada saat itu sedang mengandung virus dengue pada
darahnya (viremia). Virus yang sampai ke lambung nyamuk akan
mengalami replikasi (memecah diri/berkembang biak), kemudian akan
migrasi yang akhirnya akan sampai di kelejar ludah. Virus yang berada di
lokasi ini setiap saat siap untuk dimasukkan ke dalam tubuh manusia
melalui gigitan nyamuk (Darmowandowo, 2001).
Sumber :
Aspirator Vol. 2 No. 2 Tahun 2010 : 110 119. Dengue Hemorrhagic Fever:
Epidemiology, Pathogenesis, and Its Transmission Risk Factors
10.Apa faktor resiko dari skenario?
pertumbuhan penduduk perkotaan yang cepat
mobilisasi penduduk karena membaiknya sarana dan prasarana
transportasi terganggu
melemahnya pengendalian populasi sehingga memungkin
terjadinya KLB.
Kemiskinan yang mengakibatkan orang tidak mempunyai
kemampuan untuk menyediakan rumah yang layak dan sehat
pasokan air minum dan pembuangan sampah yang benar
yang biasa bepergian.
pendidikan dan pekerjaan masyarakat, jarak antar rumah,
keberadaan tempat penampungan air, keberadaan tanaman hias
dan pekarangan serta mobilisai penduduk;
sedangkan tata letak rumah dan keberadaan jentik tidak menjadi
faktor risiko
Subjective Keluhan
(Hasil Demam dengue: demam tinggi, mendadak, sepanjang hari,
Anamnesis) berlangsung 2-7 hari dengan pola deman kadang kadang bifasik
disertai 2 atau lebih gejala penyerta seperti sakit kepala, nyeri retro
orbital, mialgia, atralgia, ruam, mual, muntah.
Faktor Risiko
Tinggal di daerah endemis dan padat penduduknya.
Curah hujan yang mengakibatkan banyak genangan air
Sanitasi lingkungan yang buruk ( ban,botol,kaleng bekas yg
berserakan dll)
Tempat penampungan air didalam maupun diluar rumah (bak
mandi,drum, alas dispenser, alas vas bunga,tempat minum burung
dll)
Perubahan iklim yang ditandai dengan kenaikan temperatur (28-32
0
C) dan kelembaban tinggi berpengaruh terhadap
perkembangbiakan vector nyamuk DBD.
Pemeriksaan Penunjang
Leukosit: leukopenia (lekosit< 5000/mm3)
Trombosit: trombositopenia untuk demam dengue trombosit
<150.000/mm3, sedang untuk demam berdarah dengue trombosit
<100.000/mm3 )
Peningkatan Hematokrit:
pada demam dengue 5-10% sebagai akibat dehidrasi.
Sedangkan pada demam berdarah peningkatan >20%
dibandingkan dengan data baseline saat pasien belum sakit atau
sudah sembuh atau adanya efusi pleura,asites, atau .
hipoproteinemia ( hipoalbuminemia)
Pemeriksaan serologi dengue positif
1) klinis
a. Demam tinggi mendadak berlangsung selama 2-7 hari
b. Terdapat manifestasi / tanda tanda perdarahan ditandai dengan
:
- Uji bendung positif
- Petekie, ekimosis, purpura
- Perdarahan mukosa , epistaksis,perdarahan gusi
- Hematemesis dan atau melena
c. Pembesaran hati
d. Syok ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi
<20mmhg, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan
pasien tampak gelisah
2) Laboratorium
Klasifikasi
Derajat DBD diklasifikasikan dalam 4 derajat
Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya
manifestasi perdarahan ialah uji bendung
Derajat II : seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit
(petekie), perdarahan gusi, epistaksis, atau perdarahan lain
( menstruasi berlebihan, perdarahan saluran cerna)
Derajat III: Derajat I dan II disertai kegagalan sirkulasi, yaitu nadi
cepat dan lambat, tekanan nadi menurun (20mmHg atau kurang)
atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembab,
anak tampak gelisah
Derajat IV : Seperti derajat III disertai syok berat, nadi tak teraba,
tekanan darah tak terukur.
Diagnosis Banding
Demam karena infeksi virus ( influenza , chikungunya, dan lain-
lain)
Demam tifoid
Komplikasi
Dengue Shock Syndrome (DSS)
Expanded dengue syndrome ( pasien dengan kerusakan berat pada
berbagai organ seperti liver, ginjal,otak, jantung, kejadian ini mungkin
berkaitan berhubungan dg koinfeksi, komorbiditis atau komplikasi dari
prolonged shock.
Plan/ Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
komprehensif Tirah baring selama demam
Terapi simptomatik dengan antipiretik Parasetamol 3 x 500 mg
untuk dewasa, 10-15/kg BB/kali untuk anak
Kompres hangat
Pemberian cairan dan elektrolit peroral: susu, jus buah, oralit,
cairan elektrolit isotonic, air tajin dll
Pemberian cairan intravena diperlukan apabila:
1. Anak terus menerus muntah, tidak mau minum, demam
tinggi, sehingga dikhawatirkan terjadi dehidrasi
2. Nilai hematokrit cenderung meningkat pada pemeriksaan
berkala, jumlah cairan yang diberikan tergantung derajat
dehidrasi dan kehilangan elektrollit ikuti alur dibawah ini
Kriteria rujukan
Letargi
Penurunan kesadaran
Badan dingin dan lembab terutama pada tangan dan kaki, capillary
refill time > 2detik
Muntah terus menerus
Kejang
Perdarahan berupa mimisan, hematemesis, melena
Tanda2 kebocoran plasma ( asites dan efusi pleura)
Tidak BAK dlm 4-6 jam terahir
Nyeri abdomen.
Sumber :
Kemenkes RI. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue. Jakarta.
Kemenkes RI. Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue.Jakarta. 2011
Aspirator Vol. 2 No. 2 Tahun 2010 : 110 119. Dengue Hemorrhagic Fever:
Epidemiology, Pathogenesis, and Its Transmission Risk Factors
Aspirator Vol. 2 No. 2 Tahun 2010 : 110 119. Dengue Hemorrhagic Fever:
Epidemiology, Pathogenesis, and Its Transmission Risk Factors
Sumber :
Kemenkes RI. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue. Jakarta.
Kemenkes RI. Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue.Jakarta. 2011
Sumber :
Kemenkes RI. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue. Jakarta.
Kemenkes RI. Modul Pengendalian Demam Berdarah
Dengue.Jakarta. 2011
17.Apa penatalaksaan dari skenario? (kapan dirawat inap dan kapan tidak
dirawat inap)