Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tuhan adalah sebagai asal mula segala sesuatu, adanya


Tuhan adalah mutlak sebagai pengatur alam.

Sila ke-I, Ketuhanan Yang Maha Esa ini menjadi sumber


utama nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia, yang menjiwai
dan mendasari serta membimbing perwujudan dari Sila II
sampai dengan Sila V. Hal ini berdasarkan pada hakikatnya
bahwa pendukung pokok negara adalah manusia, karena
negara adalah sebagai lembaga hidup bersama sebagai
lembaga kemanusiaan dan manusia adalah sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa, sehingga adanya manusia sebagai
akibat adanya Tuhan Yang Maha Esa.

Oleh karena itu, segala hal yang berkaitan dengan


pelaksanaan dan penyelenggaraan negara bahkan moral
negara, moral penyelenggaraan negara, politik negara,
pemerintahan negara hukum dan perundang-undangan
negara, kebebasan dan hak asasi warga negara harus dijiwai
nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.

Nilai ketuhanan ini berhubungan dengan kepercayaan


dan keyakinan atau agama. Agama adalah unsur yang sangat
penting bagi manusia dalam menjalani kehidupan dimuka
bumi ini. Agama menjadi dasar dan patokan setiap insan
dalam bertindak agar selaras dengan apa yang seharusnya
dilakukan oleh seorang manusia.
Sejak zaman dahulu Indonesia adalah negara yang
menganut banyak agama dan keyakinan. Mulai dari agama
Islam, Kristen, Hindu, Budha, Tionghoa dan masih banyak
agama dan keyakinan lainnya yang dianut oleh masyarakat
Indonesia.

Berdasarkan latar belakang perbedaan keyakinan


tersebut maka dalam Pancasila dimuatlah asas dan nilai
mengenai kebebasan beragama bagi seluruh masyarakat
Indonesia yang terdapat pada sila pertama yakni Ketuhanan
Yang Maha Esa.

Dengan adanya sila pertama itu diharapkan agar setiap


warga negara Indonesia saling bertoleransi dan saling
menghargai satu sama lain antar umat beragama. Dan
diharapkan pula agar saling bekerjasama dalam bidang
sosial, ekonomi, politik maupun pemerintahan yang dapat
mewujudkan kesejahteraan bersama demi menumbuhkan
kemajuan negara Indonesia. Selain itu, untuk menjaga dan
mewujudkan hubungan baik antar umat beragama juga perlu
diutamakan. Sikap saling menghormati dan mengasihi sangat
diperlukan supaya dapat selalu hidup berdampingan tanpa
adanya tekanan dan diskriminasi agama.

Pancasila adalah kumpulan nilai atau norma yang


meliputi sila-sila Pancasila sebagaimana yang tercantum
dalam pembukaan UUD 1945, alinea IV yang telah ditetapkan
pada tanggal 18 Agustus 1945. Pada hakikatnya pengertian
Pancasila dapat dikembalikan kepada dua pengertian, yakni
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dan
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia.
Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia,
Pancasila dalam pengertian ini sering disebut juga way of life,
Weltanschauung, Wereldberschouwing, Wereld en Levens
beschouwing (pandangan dunia, pandangan hidup, pegangan
hidup, pedoman hidup, petunjuk hidup). Dalam hal ini
Pancasila dipergunakan sebagai petunjuk hidup sehari-hari.
Dengan kata lain digunakan sebagai pancaran dari sila
pancasila karena Pancasila sebagai Weltanschauung
merupakan kesatuan, tidak bisa dipisah-pisahkan;
keseluruhan sila dalam pancasila merupakan satu kesatuan
organis. Pancasila sebagai norma fundamental sehingga
berfungsi sebagai cita-cita atau ide. Semestinya ia selalu
diusahakan untuk dicapai oleh tiap manusia Indonesia
sehingga cita-cita itu bisa terwujud menjadi kenyataan.

Oleh karena itu, dapat dikemukakan bahwa pancasila


sebagai pegangan hidup yang merupakan pandangan hidup
bangsa, penjelmaan falsafah hidup bangsa, dalam
pelaksanaan hidup sehari-hari tidak boleh bertentangan
dengan norma-norma agama, norma-norma kesusilaan,
norma-norma sopan santun, dan tidak bertentangan dengan
norma-norma hukum yang berlaku.

B. RUMUASAN MASALH

1. Apa yang di maksud dengan makna nilai-nilai pancasila ?

2. Apa yang di maksud dengan penerapan nilai-nilai


pancasila?
C. TUJUAN

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan makna nilai-nilai


pancasila?

2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan penerapan nilai-


nilai pancasila?

BABA II

PEMBAHASAN

A. MAKNA NILAI-NILAI PANCASILA

1. Makna Sila Pertama

Makna sila ini adalah:

a. Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai


dengan agama dan kepercayaannya masing-masing
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

b. Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara


pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan
yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
c. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing

d. Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya


kepada orang lain.

e. Frasa Ketahuan Yang Maha Esa bukan berarti warga


Indonesia harus memiliki agama monoteis namun frasa
ini menekankanke-esaan dalam beragama.

f. Mengandung makna adanya Causa Prima (sebab


pertama) yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

g. Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-


masing dan beribadah menurut agamanya.

h. Negara memberi fasilitas bagi tumbuh kembangnya


agama dan iman warga negara dan mediator ketika
terjadi konflik agama.

i. Bertoleransi dalam beragama, dalam hal ini toleransi


ditekankan dalam beribadah menurut agama masing-
masing.

Manusia sebagai makhluk yang ada di dunia ini seperti


halnya makhluk lain diciptakan oleh penciptaannya.
Pencipta itu adalah Causa Prima yang mempunyai
hubungan dengan yang diciptakannya. Manusia sebagai
makhluk yang dicipta wajib menjalankan perintah Tuhan
dan menjauhi larangannya. Dalam konteks bernegara,
maka dalam masyarakat yang berdasarkan Pancasila,
dengan sendirinya dijamin kebebasan memeluk agama
masing-masing. Sehubungan dengan agama itu perintah
dari Tuhan dan merupakan sesuatu yang harus
dilaksanakan oleh manusia sebagai makhluk yang
diciptakan oleh Tuhan, maka untuk menjamin kebebasan
tersebut di dalam alam Pancasila seperti kita alami
sekarang ini tidak ada pemaksaan beragama, atau orang
memeluk agama dalam suasana yang bebas, yang mandiri.
Oleh karena itu dalam masyarakat Pancasila dengan
sendirinya agama dijamin berkembang dan tumbuh subur
dan konsekuensinya diwajibkan adanya toleransi
beragama.

Jika ditilik secara historis, memang pemahaman


kekuatan yang ada di luar diri manusia dan di luar alam
yang ada ini atau adanya sesuatu yang bersifat adikodrati
(di atas / di luar yang kodrat) dan yang transeden (yang
mengatasi segala sesuatu) sudah dipahami oleh bangsa
Indonesia sejak dahulu. Sejak zaman nenek moyang sudah
dikenal paham animisme, dinamisme, sampai paham
politheisme. Kekuatan ini terus saja berkembang di dunia
sampai masuknya agama-agama Hindu, Budha, Islam,
Nasrani ke Indonesia, sehingga kesadaran akan
monotheisme di masyarakat Indonesia semakin kuat. Oleh
karena itu tepatlah jika rumusan sila pertama Pancasila
adalah Ketahuan Yang Maha Esa.

Keberadaan Tuhan tidaklah disebabkan oleh


keberadaban daripada makhluk hidup dan siapapun,
sedangkan sebaliknya keberadaan dari makhluk dan
siapapun justru disebabkan oleh adanya kehendak Tuhan.
Karena itu Tuhan adalah Prima Causa yaitu sebagai
penyebab pertama dan utama atas timbulnya sebab-sebab
yang lain. Dengan demikian Ketahuan Yang Maha Esa
mengandung makna adanya keyakinan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa Tunggal, yang menciptakan alam semesta
beserta isinya. Dan diantara makhluk ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa yang berkaitan dengan sila ini adalah manusia.
Sebagai Maha Pencipta, kekuasaan Tuhan tidaklah terbatas,
sedangkan selainNya adalah terbatas.

Negara Indonesia didirikan atas landasan moral


luhur, yaitu berdasarkan Ketahuan Yang Maha Esa yang
sebagai konsekuensinya, maka negara menjamin kepada
warga negara dan penduduknya untuk memeluk dan untuk
beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya,
seperti pengertiannya terkandung dalam:

1) Pembukaan UUD 1945 alinea ketiga, yang antara lain


berbunyi:

Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa.


dari bunyi kalimat ini membuktikan bahwa negara
Indonesia bukan negara agama, yaitu negara yang
didirikan atas landasan agama tertentu, melainkan
sebagai negara yang didirikan atas landasan Pancasila
atau negara Pancasila.

2) Pasal 29 UUD 1945

a) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa

b) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk


untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya

Oleh karena itu di dalam negara Indonesia tidak


boleh ada pertentangan dalam hal Ketuhanan Yang
Maha Esa, dan sikap atau perbuatan yang anti terhadap
Ketuhanan Yang Maha Esa, anti agama. Sedangkan
sebaliknya dengan paham Ketuhanan Yang Maha Esa ini
hendaknya diwujudkan kerukunan hidup beragama,
kehidupan yang penuh toleransi dalam batas-batas
yang diizinkan oleh atau menurut tuntutan agama
masing-masing, agar terwujud ketentraman dan
kesejukan di dalam kehidupan beragama .

Untuk senantiasa memelihara dan mewujudkan 3 model


hidup yang meliputi:

Kerukunan hidup antar umat seagama

Kerukunan hidup antar umat beragama

Kerukunan hidup antar umat beragama dan


Pemerintah

Tri kerukunan hidup tersebut merupakan salah satu


faktor perekat kesatuan bangsa.

Di dalam memahami sila 1 Ketuhanan Yang Maha Esa,


hendaknya para pemuka agama senantiasa berperan di
depan dalam menganjurkan kepada pemeluk agama
masing-masing untuk menaati norma-norma kehidupan
beragama yang dianutnya.

Sila ke 1 Ketuhanan Yang Maha Esa ini menjadi sumber


utama nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia, yang
menjiwai dan mendasari serta membimbing perwujudan
dan Sila II sampai dengan Sila V.

2. Makna Sila Kedua


Sebagai suatu dasar filsafat negara, maka sila-sila
Pancasila merupakan suatu sistem nilai. Oleh karena itu,
sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu
kesatuan. Meskipun dalam setiap sila terkandung nilai-nilai
yang memiliki perbedaan antara satu dengan lainnya,
namun kesemuanya itu tidak lain merupakan suatu
kesatuan yang sistematis.

Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab secara


sistematis didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang
Maha Esa, serta mendasari dan menjiwai ketiga sila
berikutnya. Sila kemanusiaan sebagai dasar fundamental
dalam kehidupan kenegaraan, kebangsaan, dan
kemasyarakatan. Nilai kemanusiaan ini bersumber pada
dasar filosofis antropologis bahwa hakikat manusia adalah
susunan kodrat rohani (jiwa) dan raga, sifat kodrat individu
dan makhluk sosial, kedudukan kodrat makhluk pribadi
berdiri sendiri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah


mengandung nilai suatu kesadaran sikap moral dan
tingkah laku manusia yang didasarkan pada potensi budi
nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan
kebudayaan pada umumnya baik terhadap diri sendiri,
terhadap sesama manusia maupun terhadap
lingkungannya.

Dalam kehidupan kenegaraan harus senantiasa


dilandasi oleh moral kemanusiaan antara lain dalam
kehidupan pemerintahan negara, politik, ekonomi, hukum,
sosial, budaya, pertahanan dan keamanan serta dalam
kehidupan keagamaan. Oleh karena itu, dalam kehidupan
bersama dalam negara harus dijiwai oleh moral
kemanusiaan untuk saling menghargai sekalipun terdapat
suatu perbedaan karena hal itu merupakan suatu bawaan
kodrat manusia untuk saling menjaga keharmonisan dalam
kehidupan bersama.

Nilai kemanusiaan yang adil mengandung suatu


makna bahwa hakikat manusia sebagai makhluk yang
berbudaya dan beradab harus berkodrat adil. Hal ini
mengandung suatu pengertian bahwa hakikat manusia
harus adil dalam hubungan dengan diri sendiri, adil
terhadap manusia lain, adil terhadap masyarakat bangsa
dan negara, adil terhadap lingkungannya serta adil
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Konsekuensinya nilai yang terkandung dalam


Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah menjunjung
tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi hak-hak asasi
manusia, menghargai atas kesamaan hak dan derajat
tanpa membedakan suku, ras, keturunan, status sosial
maupun agama. Mengembangkan sikap saling mencintai
sesama manusia, tenggang rasa, tidak semena-mena
terhadap manusia, menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan (Darmodihardjo, 1996).

Nilai dasar dari sila kedua mencakup peningkatan


martabat, hak, dan kewajiban asasi warga negara,
penghapusan penjajahan, kesengsaraan dan ketidak adilan
dari muka bumi. Harkat dan martabat manusia sebagai
mahluk Tuhan Yang Maha Esa. Tidak semena-mena
terhadap orang lain. Menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusian. Gemar melakukan kegiatan kemanusian.
Berani membela kebenaran dan keadilan hormat
menghormati dan bekerjasama dengan bangsa 2 lain.

c. Makna Sila Ketiga

Peri bahasa ini menggambarkan kekuatan dari


persatuan . bahwa satu lidi mudah dipatahkan,tetapi seikat
lidi jauh lebih sulit untuk dipatahkan

Dalam Pembukaan UUD 1945 alinea II disebutkan


bahwa perjuangan pergerakan Indonesia telah sampailah
pada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa
menghantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang
kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur . Berdasarkan pernyataan
yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 tersebut
maka pengertian Persatuan Indonesia dalam
perjuangan kemerdekaan Indonesia merupakan faktor yang
penting dan sangat menentukan keberhasilan perjuangan
rakyat Indonesia. Persatuan merupakan suatu syarat yang
mutlak untuk terwujud suatu negara dan bangsa dalam
mencapai tujuan bersama. Setelah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia peranan persatuan Indonesia
masih tetap memegang kunci pokok demi terwujudnya
tujuan bangsa dan negara Indonesia. Oleh kerena itu
pengertian Persatuan Indonesia sebagai hasil yaitu dalam
wujud persatuan wilayah, bangsa, dan susunan negara,
namun juga bersifat dinamis yaitu harus senantiasa
dipelihara, dipupuk, dan dikembangkan.
Jadi makna Persatuan Indonesia adalah bahwa sifat
dan keadaan negara Indonesia harus sesuai dengan
hakikat satu. Sifat dan keadaan negara Indonesia yang
sesuai dengan hakikat satu berarti mutlak tidak dapat
dibagi, sehingga bangsa dan negara Indonesia yang
menempati suatu wilayah tertentu merupakan suatu
negara yang berdiri sendiri memiliki sifat dan keadaannya
sendiri yang terpisah dari negara lain di dunia ini. Sehingga
negara Indonesia merupakan suatu diri pribadi yang
memiliki ciri khas, sifat dan karakter sendiri yang berarti
memiliki suatu kesatuan dan tidak terbagi-bagi. Makna
Persatuan Indonesia dibentuk dalam proses sejarah yang
cukup panjang sehingga seluruh bangsa Indonesia memiliki
suatu persamaan nasib, satu kesatuan kebudayaan,
kesatuan wilayah serta satu kesatuan asas kerokhanian
Pancasila yang terwujud dalam persatuan bangsa, wilayah,
dan susunan negara.

Kalau kita melihat Sumpah Pemuda yang


mengatakan Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa,
Indonesia. Ada tiga aspek dari Persatuan Indonesia yaitu:

a. Aspek Satu Nusa: yaitu aspek wilayah, nusa berarti


pulau, jadi wilayah yang dilambangkan untuk disatukan
adalah wilayah pulau-pulau yang tadinya bernama
Hindia Belanda yang pada saat itu dijajah oleh Belanda.
Ini untuk pertama kali secara tegas para pejuang
kemerdekaan meng-klaim wikayah yang akan dijadikan
wilayah Indonesia merdeka.

b. Aspek Satu Bangsa: yaitu nama baru dari suku-suku


bangsa yang berada diwilayah yang tadinya bernama
Hindia Belanda yang tadinya dijajah oleh Belanda
memproklamirkan satu nama baru sebagai bangsa
Indonesia. Ini adalah awal mula dari rasa nasionalisme
sebagai kesatuan bangsa yang berada dari wilayah
Sabang sampai Merauke yang kalau merdeka akan
menjadi bangsa baru yang bernama bangsa Indonesia.

c. Aspek Satu Bahasa: agar wilayah dan bangsa baru yang


terdiri dari berbagai suku dan bahasa bisa
berkomunkasi dengan baik disediakan sarana bahasa
Indonesia yang ditarik dari bahasa Melayu dengan
pembaharuan yang bernuansakan pergerakan kearah
Indonesia yang Merdeka. Untuk pertama kali para
pejuang kemerdekaan memproklamirkan bahasa yang
akan dipakai negara Indonesia merdeka yaitu bahasa
Indonesia

d. Makna Sila Keempat

Dibawah ini adalah arti dan makna Sila ke 4 yang akan kita
bahas sebagai berikut :

a) Hakikat sila ini adalah demokrasi. Demokrasi dalam arti


umum yaitu pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat.
Secara sederhana, demokrasi yang melibatkan segenap
bangsa dalam pemerintahan baik yang tergabung
dalam pemerintahan dan kemudian adalah peran rakyat
yang diutamakan.

b) Pemusyawaratan. Artinya mengusahakan putusan


secara bulat, dan sesudah itu diadakan tindakan
bersama. Disini terjadi simpul yang penting yaitu
mengusahakan keputusan secara bulat. Bulat yang
dimaksud adalah hasil yang mufakat, artinya keputusan
itu diambil dengan kesepakatan bersama. Dengan
demikian berarti bahwa penentu demokrasi yang
berdasarkan pancasila adalah kebulatan mufakat
sebagai hasil kebikjasanaan.Oleh karena itu kita ingin
memperoleh hasil yang sebaik-baiknya didalam
kehidupan bermasyarakat, maka hasil kebikjasanaan itu
harus merupakan suatu nilai yang ditempatkan lebih
dahulu.

c) Dalam melaksanakan keputusan diperlukan kejujuran


bersama. Dalam hal ini perlu diingat bahwa keputusan
bersama dilakukan secara bulat sehingga membawa
konsekuensi adanya kejujuran bersama.Perbedaan
secara umum demokrasi di barat dan di Indonesia yaitu
terletak pada permusyawaratan.Permusyawaratan
diusahakan agar dapat menghasilkan keputusan-
keputusan yang diambil secara bulat.

Hal ini tidak menjadi kebiasaan bangsa Indonesia,


bagi kita apabila pengambilan keputusan secara bulat itu
tidak bisa tercapai dengan mudah, baru diadakan
pemungutan suara. Kebijaksanaan ini merupakan suatu
prinsip bahwa yang diputuskan itu memang bermanfaat
bagi kepentingan rakyat banyak.Jika demokrasi diartikan
sebagai kekuatan, maka dari pengamatan sejarah bahwa
kekuatan itu memang di Indonesia berada pada tangan
rakyat atau masyarakat.

Secara sederhana, pembahasan sila ke 4 adalah


demokrasi. Demokrasi yang mana dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan. Pemimpin yang hikmat adalah pemimpin
yang berakal sehat, rasional, cerdas, terampil, dan
seterusnya pada hal-hal yang bersifat fisik/jasmaniah;
sementara kebijaksanaan adalah pemimpin yang
berhatinurani, arif, bijaksana, jujur, adil, dan seterusnya
pada hal-hal yang bersifat psikis/rohaniah. Jadi, pemimpin
yang hikmat-kebijaksanaan itu lebih mengarah pada
pemimpin yang profesional (hikmat) dan juga dewasa
(bijaksana). Itu semua negara demokratis yang dipimpin
oleh orang yang dewasa profesional dilakukan melalui
tatanan dan tuntunan
permusyawaratan/perwakilan.Tegasnya, sila keempat
menunjuk pada NKRI sebagai Negara demokrasi-perwakilan
yang dipimpin oleh orang profesional-dewasa melalui
sistem musyawarah. Sebuah kesadaran bertanggung jawab
terhadap Tuhan Yang Maha Besar menurut keyakinan
beragama masing-masing, dan menghormati nilai-nilai
kemanusiaan ke atas harkat dan martabat manusia, serta
memperhatikan penguatan dan pelestarian kesatuan
nasional menuju keadilan sosial.

e. Makna Sila Kelima

Sila ke-5 berbunyi Keadilan sosial bagi seluruh


rakyat Indonesia memiliki Lambang Padi dan kapas.

Pada umumnya nilai pancasila digali oleh nilai nilai


luhur nenek moyang bangsa Indonesia termasuk nilai
keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Karena digali
oleh nilai nilai luhur bangsa Indonesia pancasila
mempunyai kekhasan dan kelebihan, sedangkan Prinsip
keadilan yaitu berisi keharusan/tuntutan untuk bersesuaian
dengan hakikat adil (Sunarjo Wreksosuharjo,2000:35).
Dengan sila ke lima ini, manusia menyadari hak dan
kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial
dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

B. PENERAPAN NILAI-NILAI PANCASILA

Di dalam mewujudkan pancasila sebagai falsafah bangsa


sebagai cita-cita kehidupan, maka terbentuknya Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang kokoh kuat menjadi syarat.
Untuk membangun NKRI ini kita harus ingat bahwa persatuan
dan kesatuan bangsa itu tidak akan terjadi dengan sendirinya
(spontan), akan tetapi harus diusahakan dengan kesadaran
kita. (Djohar.2006:83)

Untuk itu diperlukan pendidikan karakter untuk


menumbuhkan kesadaran mengenai rasa kesatuan dan
persatuan berbangsa, juga memperbaiki nilai-nilai yang telah
menyimpang dan mengembalikannya ke nilai-nilai yang
sesuai demi kesatuan Negara Indonesia. Dan mengamalkan
nilai-nilai pancasila dalam kehidupan melalui pendidikan
karakter bagi para generasi bangsa.

a. Pengertian Nilai

Nilai adalah ukuran, patokan-patokan, anggapan-


anggapan keyakinan-keyakinan yang ada di dalam
masyarakat. Nilai digunakan sebagai patokan seseorang
berperilaku dalam masyarakat. Selain itu, nilai memberi
arah bagi tindakan seseorang. Nilai dianut oleh banyak
orang dalam suatu masyarakat mengenai sesuatu yang
benar, pantas, luhur, dan baik untuk dilakukan. Menurut
Laning Dwi Vina dan Wismulyani Endar (2009), fungsi nilai :

1) Nilai sebagai pembentuk cara berfikir dan berprilaku


yang ideal dalam masyarakat.

2) Nilai dapat menciptakan semangat pada manusia


untuk mencapai sesuatu yang diinginkannya.

3) Nilai dapat digunakan sebagai alat pengawas prilaku


seseorang dalam masyarakat.

4) Nilai dapat mendorong, menuntun, dan menekan


orang untuk berbuat baik.

5) Nilai dapat berfungsi sebagai alat solideritas di


antara anggota masyarakat.

Makna Dan Nilai-Nilai Yang Terkandung dalam Pancasila


Pancasila yang merupakan dasar Negara Republik
Indonesia memiliki makna dan nilai-nilai luhur dalam setiap
sila-silanya, karena setiap butir pancasila itu dirumuskan
dari nilai-nilai yang sudah ada sejak zaman dulu dalam
kehidupan pribadi bangsa Indonesia. Adapun makna dan
nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila-sila itu adalah
sebagai berikut:

a) Ketuhanan (Religiusitas)

Nilai religius adalah nilai yang berkaitan dengan


keterkaitan individu dengan sesuatu yang dianggapnya
memiliki kekuatan sakral, suci, agung dan mulia.
Memahami Ketuhanan sebagai pandangan hidup adalah
mewujudkan masyarakat yang beketuhanan, yakni
membangun masyarakat Indonesia yang memiliki jiwa
maupun semangat untuk mencapai ridlo Tuhan dalam
setiap perbuatan baik yang dilakukannya. Dari sudut
pandang etis keagamaan, negara berdasar Ketuhanan
Yang Maha Esa itu adalah negara yang menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk memeluk
agama dan beribadat menurut agama dan kepercayaan
masing-masing. Dari dasar ini pula, bahwa suatu
keharusan bagi masyarakat warga Indonesia menjadi
masyarakat yang beriman kepada Tuhan, dan
masyarakat yang beragama, apapun agama dan
keyakinan mereka.

b) Kemanusiaan (Moralitas)

Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah


pembentukan suatu kesadaran tentang keteraturan,
sebagai asas kehidupan, sebab setiap manusia
mempunyai potensi untuk menjadi manusia sempurna,
yaitu manusia yang beradab. Manusia yang maju
peradabannya tentu lebih mudah menerima kebenaran
dengan tulus, lebih mungkin untuk mengikuti tata cara
dan pola kehidupan masyarakat yang teratur, dan
mengenal hukum universal. Kesadaran inilah yang
menjadi semangat membangun kehidupan masyarakat
dan alam semesta untuk mencapai kebahagiaan dengan
usaha gigih, serta dapat diimplementasikan dalam
bentuk sikap hidup yang harmoni penuh toleransi dan
damai.

c) Persatuan Indonesia (Kebangsaan)


Persatuan adalah gabungan yang terdiri atas
beberapa bagian, kehadiran Indonesia dan bangsanya di
muka bumi ini bukan untuk bersengketa. Bangsa
Indonesia hadir untuk mewujudkan kasih sayang kepada
segenap suku bangsa dari Sabang sampai Marauke.
Persatuan Indonesia, bukan sebuah sikap maupun
pandangan dogmatik dan sempit, namun harus menjadi
upaya untuk melihat diri sendiri secara lebih objektif dari
dunia luar. Negara Kesatuan Republik Indonesia
terbentuk dalam proses sejarah perjuangan panjang dan
terdiri dari bermacam-macam kelompok suku bangsa,
namun perbedaan tersebut tidak untuk dipertentangkan
tetapi justru dijadikan persatuan Indonesia.

d) Permusyawaratan dan Perwakilan

Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan


hidup berdampingan dengan orang lain, dalam interaksi
itu biasanya terjadi kesepakatan, dan saling menghargai
satu sama lain atas dasar tujuan dan kepentingan
bersama. Prinsip-prinsip kerakyatan yang menjadi cita-
cita utama untuk membangkitkan bangsa Indonesia,
mengerahkan potensi mereka dalam dunia modern,
yakni kerakyatan yang mampu mengendalikan diri,
tabah menguasai diri, walau berada dalam kancah
pergolakan hebat untuk menciptakan perubahan dan
pembaharuan. Hikmah kebijaksanaan adalah kondisi
sosial yang menampilkan rakyat berpikir dalam tahap
yang lebih tinggi sebagai bangsa, dan membebaskan diri
dari belenggu pemikiran berazaskan kelompok dan aliran
tertentu yang sempit.
e) Keadilan Sosial Nilai

keadilan adalah nilai yang menjunjung norma


berdasarkan ketidak berpihakkan, keseimbangan, serta
pemerataan terhadap suatu hal. Mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan cita-cita
bernegara dan berbangsa. Itu semua bermakna
mewujudkan keadaan masyarakat yang bersatu secara
organik, dimana setiap anggotanya mempunyai
kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang
serta belajar hidup pada kemampuan aslinya. Segala
usaha diarahkan kepada potensi rakyat, memupuk
perwatakan dan peningkatan kualitas rakyat, sehingga
kesejahteraan tercapai secara merata. Dari uraian nilai-
nilai kelima butir Pancasila itu kita dapat melihat betapa
apik dan luhur nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
Sehingga sangat disayangkan apabila nilai-nilai itu hanya
menjadi wacana belaka dan tidak terealisasikan
sebagaimana mestinya dalam kehidupan sehari-hari
karena kurangnya kesadaraan dan sikap menjiwai
Pancasila yang kurang. Nilai-nilai tersebut mungkin bisa
lebih merasuk kedalam hati dan jiwa setiap rakyat
Indonesia apabilai nilai-nilai itu telah tertanam dalam
setiap individu dalam hidup ditengah keluarga,
bersekolah, dan berada ditengah-tengah masyarakat.

b. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan


sistematis dalam mengembangkan potensi siswa (Puskur,
2010: 4).
Pengertian karakter Karakter adalah watak, tabiat,
akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari
hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini
dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang,
berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas
sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani
bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain
(Puskur, 2010 : 5).

Bila dua pengertian tadi digabung, akan menjadi


pendidikan yang mengkarakterkan siswa. Lebih lanjut,
pengertian pendidikan karakter adalah pendidikan yang
mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
pada diri siswa sehingga mereka memiliki nilai dan
karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai
tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota
masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis,
produktif dan kreatif (Puskur, 2010 : 4).

c. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter

Adapun pendidikan karakter memiliki fungsi dan tujuan


dalam penerapannya agar kelak dapat merubah karakter-
karakter bangsa sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
dan demi kesatuan NKRI.

1) Fungsi pendidikan karakter

a) Pengembangan: pengembangan potensi siswa untuk


menjadi pribadi berperilaku baik, ini bagi siswa yang
telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan
budaya dan karakter bangsa.

b) Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional


untuk bertanggung jawab dalam pengembangan
potensi siswa yang lebih bermartabat.

c) Penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri


dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang
bermartabat. (Puskur, 2010 : 7)

2) Sedangkan tujuan pendidikan karakter adalah:

a) Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif siswa


sebagai manusia dan warga negara yang memiliki
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.

b) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku siswa yang


terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan
tradisi budaya bangsa yang religious.

c) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung


jawab siswa sebagai generasi penerus bangsa.

d) Mengembangkan kemampuan siswa menjadi


manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan
kebangsaan.

e) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah


sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh
kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa
Kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan
(dignity). (Puskur, 2010 : 7)
Penerapan Nilai-Nilai Pancasila dalam Pendidikan
Karakter Kebanyakan orang menyepelekan makna yang
terkandung dalam pancasila itu sendiri. Penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi sebenernya merupakan
berawal dari tidak menerapkan nilai-nilai yang terkandung
dalam pancasila pada karakter. Oleh karena itu, memaknai
kandungan nilai-nilai dalam pancasila seperti nilai ketuhan,
kemanusiaan,persatuan,kemasyarakatan serta sebuah
keadilan merupakan suatu hal yang perlu diterapkan
melalui pendidikan karakter agar bangsa Indonesia menjadi
manusia yang taat beragama, berkemanusiaan, adil dan
berguna bagi dirinya, oranglain, bangsa dan negara.
Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan
mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang lebih
baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan,
kemauan, dan menerapkan nilai nilai Pancasila dalam
kehidupannya sebagai warga negara (Puskur, 2010 : 8).

d. Nilai Pendidikan Karakter

1. Religius : Sikap dan perilaku yang patuh


dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran
terhadap pelaksanaan ibadah
agama lain, dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur : Perilaku yang didasarkan pada


upaya menjadikan diri sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya
dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
3. Toleransi : Sikap dan tindakan yang
menghargai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, sikap, dan
tindakan orang lain yang berbeda
dari diri.

4. Disiplin : Tindakan yang menunjukkan


perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Kerja keras : Perilaku yang menunjukkan upaya


sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan
belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan
sebaik-baiknya.

6. Kreatif : Berpikir dan melakukan sesuatu


untuk menghasilkan cara atau
hasil baru dari sesuatu yang telah
dimiliki

7. Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak


mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas
sendiri.

8. Demokratis : Cara berfikir, bersikap, dan


bertindak yang menilai sama hak
dan kewajiban dirinya dan orang
lain.
9. Rasa ingin tahu : Sikap dan tindakan yang selalu
berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari
sesuatu yang dipelajarinya, dilihat,
dan didengar.

10. Cinta tanah air : Cara berfikir, bersikap, dan


berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap
bahasa, lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, dan politik
bangsa.

11. Bersahabat : Tindakan yang memperlihatkan


rasa senang berbicara,bergaul,
dan bekerja sama dengan orang
lain.

12. Cinta damai : Sikap, perkataan, dan tindakan


yang menyebabkan orang lain
merasa senang dan aman atas
kehadiran diri.

13. Peduli sosial : Sikap dan tindakan yang selalu


ingin memberi bantuan pada
orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.

14. Semangat kebangsaan : Cara berpikir,


bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan
bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.

15. Menghargai prestasi : Sikap dan tindakan


yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain.

16. Peduli lingkungan : Sikap dan tindakan yang selalu


berupaya mencegah kerusakan
pada lingkungan alam di
sekitarnya, dan mengembangkan
upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah
terjadi.

17. Tanggung jawab : Sikap dan perilaku seseorang


untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya
dia lakukan terhadap diri
sendiri,masyarakat, lingkungan
(alam,sosial dan budaya), negara
dan Tuhan Yang Maha Esa.

Penerapan atau penanaman nilai-nilai setiap butiran


pancasila yang harus diajarkan agar individu memiliki sikap
dan prilaku yang sesuai dengan karakter luhur bangsa dan
tidak menyimpang dari nilai pancasila yang sesuai dengan
sila-sila dalam pancasila adalah sebagai berikut:

1) Ketuhanan Yang Maha Esa


a) Selalu tertib dalam menjalankan ibadah.

b) Tidak berbohong kepada guru maupun teman.

c) Bersyukur kepada Tuhan karena memiliki keluarga


yang menyayanginya.

d) Tidak meniru jawaban teman (menyontek) ketika


ulangan ataupun mengerjakan tugas di kelas.

e) Tidak mengganggu teman yang berlainan agama


dalam beribadah.

f) Menceritakan suatu kejadian berdasarkan sesuatu


yang diketahuinya, tidak ditambah-tambah ataupun
dikurangi.

g) Tidak meniru pekerjaan temannya dalam mengerjakan


tugas di rumah.

h) Percaya pada kemampuan sendiri dalam melakukan


apapun , karena Allah sudah memberian kelebihan dan
kekurangan kepada setiap manusia.

2) Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

a) Menolong teman yang sedang kesusahan.

b) Tidak membeda-bedakan dalam memilih teman.

c) Berbagi makanan dengan teman lain jika sedang


makan didepan teman lain.

d) Mau mengajari teman yang belum paham dengan


pelajaran tertentu.
e) Memberikan tempat duduk kepada orang tua, ibu
hamil, atau orang yang lebih membutuhkan saat ada
di kendaraan umum.

f) Tidak memaki-maki teman bersalah kepada kita.

g) Meminta maaf atau memaafkan apabila melakukan


kesalahan.

h) Hormat dan patuh kepada guru, tidak membentak-


bentaknya.

i) Hormat dan patuh kepada orang tua.

3) Persatuan Indonesia

a) Mengikuti upacara bendera dengan tertib.

b) Bergotong royong membersihkan lingkungan sekolah.

c) Tidak berkelahi sesama teman maupun dengan orang


lain. Memakai produk-produk dalam negeri.

d) Menghormati setiap teman yang berbeda ras dan


budayanya.

e) Bangga menjadi warga negara Indonesia.

f) Tidak sombong dan membangga-banggakan diri


sendiri.

g) Mengagumi keunggulan geografis dan kesuburan


tanah wilayah Indonesia.

4) Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan


dalam Permusyawaratan Perwakilan.
a) Membiasakan diri bermusyawarah dengan teman-
teman dalam menyelesaikan masalah. Memberikan
suara dalam pemilihan.

b) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.

c) Menerima kekalahan dengan ikhlas apabila kalah


bersaing dengan teman lain.

d) Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab


menerima dan melaksanakan hasil keputusan
musyawarah.

e) Berani mengkritik teman, ketua maupun guru yang


bertindak semena- mena.

f) Berani mengemukakan pendapat di depan umum.

g) Melaksanakan segala aturan dan keputusan bersam


dengan ikhlas dan bertanggung jawab.

5) Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

a) Berlaku adil kepada siapapun.

b) Berbagi makanan kepada teman lain dengan sama


rata.

c) Seorang ketua memberikan tugas yang merata dan


sesuai dengan kemampuan anggotanya.

d) Seorang guru memberikan pujian kepada siswa yang


rajin dan memberi nasihat kepada siswa yang malas.

e) Tidak pilih-pilih dalam berteman.


f) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan
dengan atau merugikan kepentingan umum.

g) suka bekerja keras

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpula

Pancasila memiliki nilai-nilai luhur yang dapat dijadikan


pedoman hidup dalam berbangsa dan bernegara. Penanaman
dan penerapan nilai-nilai Pancasila sangat penting dan
diperlukan dalam membentuk kepribadian generasi bangsa
yang berkarakter dan bermoral serta mampu bersaing dalam
segala bidang. Nilai dasar yaitu berupa hakikat, esensi,
intisari atau makna yang dalam dari nilai-nilai tersebut. Nilai
dasar bersifat universal karena menyangkut kenyataan obyek
dari segala sesuatu.

B. Saran

Diharapkan agar semua lapisan masyarakat dapat


menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila
tidak hanya sebatas mengetaui saja namun
melaksanakannya dalam kehidupan. Dan penerapan
pendidikan karakter harus ditanamkan sejak dini agar kelak
nilai pancasila akan melekat dalam karakter dan kepribadian
tiap individu dalam bermasyarakat agar senantiasa tercipta
bangsa Indonesia yang damai.

Anda mungkin juga menyukai