Anda di halaman 1dari 14

Suci Siti Aisah R.

GD4206- Rekayasa Sistem Infomasi TUGAS


(15113088) Geografis KE-1

KRITERIA FUNGSI KAWASAN


SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/Um/11/1980 dan No. : 683/Kpts/Um/8/1981
tentang kriteria dan tata cara penetapan hutan lindung dan hutan produksi

Dalam modul ini akan dilakukan analisis untuk mengetahui kriteria fungsi kawasan
berdasarkan kelerengan, jenis tanah, dan intensitas hujan. Analisis akan dilakukan
menggunakan skor yang telah ditetapkan sebelumnya.
Data yang ada memiliki format raster dan dua data berformat vektor. Namun, pada modul ini
analisis akan dilakukan dalam format raster, sehingga data-data yang memiliki format vektor
akan diubah terlebih dahulu ke dalam format raster.
A. Langkah Kerja
1. Buka semua data yang terdapat pada data awal > fungsi_kawasan.gdb (dalam
geodatabase)

2. Akan dilakukan analisis pada data raster, terlebih dahulu cek resolusinya apakah
sudah 30X30 meter atau belum. Untuk nantinya disamakan dengan data yang lain.
Cek resolusi pada Properties dengan cara klik kanan pada layer

1
Suci Siti Aisah R. GD4206- Rekayasa Sistem Infomasi TUGAS
(15113088) Geografis KE-1

3. Satuan yang terdapat di Properties belum dalam meter. Untuk memudahkan kita
untuk melihat resolusi dalam satuan meter, maka transformasikan koordinat ke UTM
menggunakan project raster

2
Suci Siti Aisah R. GD4206- Rekayasa Sistem Infomasi TUGAS
(15113088) Geografis KE-1

4. Simpan output di folder hasil akhir, di dalam geodatabase. Sebelumnya perlu dibuat
Geodatabase

5. Setelah semua terisi, lalu klik oke dan tunggu hingga proses selesai seperti pada
gambar dibawah ini,

3
Suci Siti Aisah R. GD4206- Rekayasa Sistem Infomasi TUGAS
(15113088) Geografis KE-1

6. Dicek kembali di properties, apakah satuannya sudah meter atau belum

7. Satuan sudah meter, namun kita butuh resolusi 30X30 sehingga kita akan resample
data, karena kita hanya membutuhkan 30x30 meter data dari seluruh data

Simpan output pada geodatabase yang telah dibuat sebelumnya,

4
Suci Siti Aisah R. GD4206- Rekayasa Sistem Infomasi TUGAS
(15113088) Geografis KE-1

8. Setelah resample berhasil dilakukan, cek kembali di properties apakah sudah sesuai
atau belum

5
Suci Siti Aisah R. GD4206- Rekayasa Sistem Infomasi TUGAS
(15113088) Geografis KE-1

Data jenis tanah


9. Siapkan data jenis tanah, dan lihat tabel atribut-nya

10. Kita akan ubah data ke raster berdasarkan skor-nya, menggunakan polygon to raster

6
Suci Siti Aisah R. GD4206- Rekayasa Sistem Infomasi TUGAS
(15113088) Geografis KE-1

11. Simpat output dalam geodatabase yang sama dengan data lereng yang telah di
resample,

12. Vektor akan diubah ke dalam raster menggunakan skor skor_jt dengan metode
CELL_CENTER dan cellsize 30 agar sama dengan ukuran data sebelumnya, yaitu
kelerengan

7
Suci Siti Aisah R. GD4206- Rekayasa Sistem Infomasi TUGAS
(15113088) Geografis KE-1

Data curah hujan


13. Ubah juga data curah hujan yang memiliki tipe vektor menjadi raster, dengan cara
yang sama seperti data jenis tanah

8
Suci Siti Aisah R. GD4206- Rekayasa Sistem Infomasi TUGAS
(15113088) Geografis KE-1

14. Setelah semua data sudah disiapkan, maka tahap selanjutnya adalah melakukan
analisis dengan raster calculator

9
Suci Siti Aisah R. GD4206- Rekayasa Sistem Infomasi TUGAS
(15113088) Geografis KE-1

15. Data hasil perhitungan kemudian akan dilakukan reklasifikasi dengan menggunakan
tool Recllasify. Kita akan mengklasifikasikan menjadi tiga kelas dengan rentan
seperti yang terdapat pada gambar di bawah

16. Setelah selesai lalu klik OK

10
Suci Siti Aisah R. GD4206- Rekayasa Sistem Infomasi TUGAS
(15113088) Geografis KE-1

17. Hasil akhir analisis untuk mendapatkan kriteria fungsi kawasan

11
Suci Siti Aisah R. GD4206- Rekayasa Sistem Infomasi TUGAS
(15113088) Geografis KE-1

B. Analisis
Model data vektor umumnya untuk menyajikan feature peta. Masing-masing feature
menggunakan satu set koordinat untuk mendefinisikan objek yang dikehendaki dan
data atribut terkait dengan feature, bukan pixel. Sedangkan model data raster terdiri
dari sekumpulan grid/sel seperti peta hasil scanning maupun gambar/image. Masing-
masing grid/sel atau pixel memiliki brightness value atau digital number (DN) yang
bergantung pada bagaimana image tersebut digambarkan. Model data ini biasanya
untuk data citra penginderaan jauh atau hasil scanning dan sudah siap dibaca
computer (machine readable data), atau dapat dikatakan pada sebuah image hasil
penginderaan jarak jauh dari sebuah satelit, masing-masing pixel direpresentasikan
sebagai panjang gelombang cahaya yang dipantulkan dari posisi permukaan bumi dan
diterima oleh satellit dalam satuan luas tertentu yang disebut pixel.

Rasterisasi adalah proses pengubahan data vektor menjadi data raster. Dengan kata
lain, mengubah data yang merupakan satu rangkaian poin-poin ke dalam bentuk data
yang merupakan satu rangkaian sel terpisah dengan nilainya masing-masing.
Rasterisasi berguna dalam hal SIG, khususnya dalam hal pemetaan, yaitu saat ingin
mengetahui koordinat suatu titik di suatu daerah, rasterisasi juga memudahkan dalam
operasi overlay.

Hasil analisis berdasarkan tipe data raster akan sama jika memakai nilai skor dengan
menggunakan tipe data vektor. Kecuali jika kita menggunakan data raster dari awal
dan tidak menggunkan nilai skor, kemungkinan hasilnya akan berbeda.

Nilai koordinat yang ditransformasi, diubah hanya untuk membantu melihat resolusi
dalam satuan meter. Untuk wilayah besar bagusnya menggunakan koordinat
geografik.

Perbedaan menggunakan cell center, combine area, dan maximum area:

1. Metoda Cell center


Jika tidak ada prioritas yang ditentukan:
Pusat sel jatuh hanya dalam satu fitur, maka atribut fitur yang ditugaskan ke sel.
jika Pusat sel memiliki lebih dari satu fitur, maka fitur dengan FID terkecil yang
dipilih.
Jika prioritas yang ditentukan, dan:
Pusat sel jatuh hanya pada satu fitur, maka atribut fitur yang ditugaskan ke sel.
Pusat sel termasuk dalam lebih dari satu fitur, dan:
Nilai-nilai prioritas yang berbeda, maka prioritas tertinggi yang dipilih.
Prioritas adalah sama, maka FID terkecil dipilih.
Batas fitur bertepatan dengan batas sel, maka aturan batas berlaku.

2. Metoda Maximum area


Jika tidak ada spesifikasi yang ditentukan, dan:
jika hanya satu fitur overlay dengan sel, setidaknya harus 50 persen overlay untuk
dipilih.

12
Suci Siti Aisah R. GD4206- Rekayasa Sistem Infomasi TUGAS
(15113088) Geografis KE-1

Beberapa fitur overlay, daerah yang tumpang tindih terbesar harus lebih besar
dari daerah dalam sel yang tidak tercakup oleh fitur atau sel akan diberi nilai
nodata.
fitur yang memiliki daerah terbesar, maka dipilih.
Lebih dari satu fitur memiliki luas area yang sama, maka yang memiliki FID
paling kecil yang dipilih.

Jika prioritas ditentukan:


Fitur dengan prioritas positif terbesar selalu dipilih untuk konversi terlepas dari
ukuran wilayah yang tumpang tindih.
Fitur yang memiliki tumpang tindih sel dengan kurang dari 50%, dan:
Prioritas lebih besar dari nol, maka dianggap.
Prioritas adalah sama dengan nol, maka fitur tersebut tidak dianggap.
fitur yang memiliki daerah terbesar yang dipilih.
Lebih dari satu fitur memiliki wilayah terbesar yang sama, dan:
prioritas mereka berbeda, maka satu dengan prioritas tertinggi yang dipilih.
Prioritas mereka adalah sama, maka satu dengan FID terkecil yang dipilih.
Batas fitur bertepatan dengan batas sel, maka aturan batas berlaku.

3. Metode Maximum combined area


Untuk penjelasan ini, fitur gabungan dianggap menjadi fitur tunggal dengan FID
sama dengan nilai terendah dari fitur gabungan dan prioritas sama dengan nilai
tertinggi dari fitur gabungan.

Jika ada prioritas ditentukan dan:


Hanya satu yang fitur tumpang tindih sel, harus tumpang tindih oleh setidaknya
50 persen untuk dipilih.
fitur memiliki daerah terbesar yang dipilih.
Lebih dari satu fitur memiliki luas area yang sama, maka satu dengan FID
terendah yang dipilih.

Jika prioritas ditentukan:


Fitur dengan prioritas positif terbesar selalu dipilih untuk konversi terlepas dari
ukuran wilayah yang tumpang tindih.
Fitur tersebut tumpang tindih sel dengan kurang dari 50 persen, dan:
Prioritas lebih besar dari nol, maka fitur tersebut dianggap.
Prioritas adalah sama dengan nol, maka fitur tersebut tidak dianggap.
Hanya satu fitur yang memiliki daerah terbesar yang dipilih.
Lebih dari satu fitur memiliki wilayah terbesar yang sama, dan:
prioritas mereka berbeda, maka satu dengan prioritas tertinggi dipilih.
Prioritas mereka adalah sama, maka satu dengan FID terkecil dipilih.
Batas fitur bertepatan dengan batas sel, maka aturan batas berlaku.

Ilustrasi yang menunjukan perbedaan dari ketiga metode:

13
Suci Siti Aisah R. GD4206- Rekayasa Sistem Infomasi TUGAS
(15113088) Geografis KE-1

Selanjutnya dilakukan perbandingan luas antara tipe data vektor dengan luas hasil
rasterisasi menggunakan tiga metode yang berbeda. Saat tipe data berupa vektor luas
area sebesar 1296011035 meter2 sementara luas hasil rasterisasi dengan menggunakan
tiga metode yang berbeda masing-masing adalah 1296020700 meter2 ( Cell Center),
1296016200 meter2 (Max Area), dan 1296015300 meter2 (Maximum Combined Area).
Maka dapat disimpulkan untuk data ini metode yang paling cocok digunakan adalah
Maximum Combined Area karena yang paling mendekati luas sebelum dirasterisasi.

Referensi:
Suwarno, D.M. (2006). Konversi Data Vektor Ke Data Raster (rasterisation). (Undergraduate
thesis, Duta Wacana Christian University, 2006). Retrieved from http://sinta.ukdw.ac.id
ArcGIS Desktop Help

14

Anda mungkin juga menyukai