Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Luka bakar merupakan salah satu kondisi yang memiliki pengaruh yang katastropik
terhadap penderita dalam hal penderitaannya, kehidupan sosialnya, keterbatasan yang
ditimbulkan dan perihal keuangan yang dikeluarkan untuk pengobatannya. Aspek
medikolegal menuntut seorang dokter untuk melakukan pemeriksaan terhadap seseorang
yang mengalami luka bakar baik yang masih hidup ataupun yang telah mati. Disamping
itu, ada banyak kejadian dimana luka bakar terjadi pada korban kekerasan.
Pasien luka bakar di Amerika Serikat sekitar 2,7 juta orang setiap tahunnya dan
sekitar 12.000 pasien meninggal setiap tahunnya. Anak kecil dan orang tua merupakan
kelompok beresiko tinggi mengalami luka bakar. Pada kelompok remaja laki-laki dan
wanita juga lebih sering menderita luka bakar. Di Indonesia belum ada laporan tertulis.
Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta pada tahun 1998 melaporkan sebanyak 107
kasus luka bakar dirawat, dengan angka kematian 37,38%, sedangkan di Rumah Sakit Dr.
Soetomo Surabaya terdapat 106 kasus luka bakar dengan menjalani instalasi rawat inap
tahun 2000, dengan angka kematian 26,41%. Selanjutnya di RS Pusat Pertamina pada
tahun 2007, terdapat pasien luka bakar rata-rata sebanyak 40 penderita pertahun yang di
rawat di unit luka bakar. Dari jumlah tersebut yang termasuk luka bakar berat sekitar 21%
dengan angka kematian sekitar 40-50% (Majid A & Agus S, 2013).
Penyembuahan luka merupakan suatu hubungan yang kompleks antara aksi seluler
dan biokimia yang akan mengawali proses pemulihan integritas struktural dan fungsional
dengan menumbuhkan kembali kekuatan pada jaringan yang terluka tersebut meliputi
interaksi sel-sel berkelanjutan dan sel-sel matriks yang menyebabkan terjadinya proses
inflamasi, kontraksi luka, reepitelisasi, remodeling jaringan, dan pembentukan jaringan
granulasi dengan angiogenesis. Normalnya perkembangan fase-fase penyembuhan luka
dapat diprediksi, sesuai dengan waktu yang diharapkan (Thakur, et al, 2011)
Madu adalah cairan kental manis yang dihasilkan oleh lebah. Bahan ini telah lama
digunakan sebagai obat, dan penelitian yang dilakukan pada dekade terakhir telah
menunjukkan manfaat yang besar dari madu, dimana dunia kedokteran modern saat ini
telah banyak membuktikan madu sebagai obat yang unggul (Suranto, 2007). Sebuah
laporan menunjukkan luka yang dibalut dengan madu menutup pada 90% kasus. Pada
luka bakar derajat ringan, penyembuhan dengan olesan madu berlangsung lebih cepat.
Pasien yang luka bakar berat yang harus ditransplantasi kulit dipercepat penyembuhannya
dengan madu (Subrahmanyam, 1991). Selain memiliki efek anti mikroba, madu juga
memiliki efek anti inflamasi dan meningkatkan proses pembentukan fibroblas serta
angioblas. Analisis mengenai kandungan madu menyebutkan bahwa unsur terbesar
komponen madu adalah glukosa dengan kadar fruktosa paling besar (76,8%) disamping
mineral dan vitamin. (Aljady et al., 2004).
Madu memiliki manfaat dari zat dan sifat madu yang sangat efektif dan ekonomis
untuk perawatan luka. Hal ini sangat potensial dikembangkan di Indonesia yang memiliki
beragam jenis madu. Di beberapa rumah sakit di Indonesia, madu telah digunakan sebagai
terapi topikal, tetapi sampai saat ini belum ada hasil penelitian secara klinis dan
laboratorium yang melaporkan bahwa madu Indonesia efektif untuk perawatan luka.
Untuk menyikapi hal tersebut, kami berinisiatif untuk memberikan gagasan bahwa madu
sebagai alternatif untuk mempercepat pertumbuhan jaringan kulit pada luka setelah
operasi dan luka bakar. Dengan adanya gagasan ini diharapkan dapat memberikan
pengaruh bagi ilmu kesehatan sehingga masyarakat luas dapat memanfaatkannya.
Nantinya, gagasan ini dapat digunakan masyarakat luas khususnya dalam penyembuhan
luka pada kulit.

1.2 Rumusan masalah

1. Mengetahui manfaat kandungan madu


2. Mengetahui hubungan terapi madu terhadap penyembuhan luka bakar derajat III

1.3 Tujuan
1. Memberikan informasi mengenai kandungan madu terhadap penyembuhan luka bakar
derajat III
2. Mengetahui tingkat kesembuhan luka bakar deraja III dengan terapi madu
1.2 Manfaat
1. Dapat mengetahui pengaruh pemberian terapi madu terhadap penyembuhan luka
bakar derajat III
2. Menambah wawasan peneliti tentang terapi madu yang dapat digunakan untuk
pengobatan luka bakar.

3. Dapat memberikan informasi bagi masyarakat tentang pemanfaatan madu dalam


penyembuhan luka bakar.
4. Memberikan alternatif pengobatan dengan menggunakan madu dalam penyembuhan
luka bakar yang lebih ekonomis dan mudah dijangkau oleh masyarakat.
5. Memberikan informasi serta sebagai tambahan kepustakaan yang dapat digunakan
untuk penelitian selanjutnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Definisi Luka Bakar


Luka bakar menempati urutan ketiga penyebab kematian akibat kecelakaan, setelah
kecelakaan kendaraan bermotor dan senjata api (Yayasan Luka Bakar, 2009). Biaya yang
dibutuhkan untuk penanganan luka bakarpun cukup tinggi. Penyebab luka bakar selain
terbakar api langsung atau tidak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik,
maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api, misalnya
tersiram air panas, banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga (Sjamsuhidajat, 2004;
DEPKES RI, 2007).

2.2 Definisi Madu

Madu adalah campuran dari gula yang disiapkan oleh lebah madu dari solusi gula
alami disebut nektar yang diperoleh dari bunga atau sekresi tanaman lainnya. Dengan
membalik sukrosa di nektar, lebah meningkatkan dan dicapai inti dari produk akhir, dengan
demikian meningkatkan efisiensi proses dalam hal kepadatan kalori. Dengan penambahan
enzim dan penguapan air yang terkandung di dalamnya, mengubahnya menjadi cairan manis,
Madu baik unifloral atau multifloral, tergantung apakah madu yang dikumpulkan dari sumber
tanaman yang sama atau dari sumber tanaman dari berbagai jenis. Warna dan ketebalan madu
tergantung pada sumber sehingga madu dapat gelap-coklat, hitam, dll Isi semua madu kurang
lebih sama: gula, misalnya sukrosa, fruktosa, minerals, dan vitamin selain berbagai enzim
seperti katalase, invertase, dan diastase.

Ada dua jenis utama dari madu, madu perlebahan dan madu hutan. Honeys
dihasilkan oleh lebah sarang India, Apis cerana indica, dan lebah Eropa, Apis millifera, di
apiaries dan dikumpulkan dengan metode ekstraksi yang modern disebut madu perlebahan.
Ini adalah transparan dan bebas dari bahan asing. Honeys dihasilkan oleh lebah rock, Apis
dorsata, atau dari sarang liar Apis indica cerana di hutan dan dikumpulkan dengan metode
mentah memeras sisir dikenal sebagai madu hutan.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Judul:
Pemberian terapi madu pada penyembuhan luka bakar derajat III

Desain:
True experimental: pretest-posttest control grup design.
Alasan : Desain ini cocok untuk menerapkan terapi madu dala penyembuhan luka bakar

Analisa data:
T-test dan Chi-Square (X2).

Sampel:
50 pasien luka bakar derajat I yang terbagi dalam 30 orang kelompok eksperimen dan 20
orang kelompok kontrol.
Alasan : dengan responden sedemikian maka akan mempunyai hasil yang signifikan.

Teknik sampling: Simpel random sampling.


Alasan : dengan teknik sampling ini mempermudah mengacak anggota populasi untuk
menjadikan homogen.

Instrumen
Lembar observasi, alat pengkajian luka bakar, terapi madu
DAFTAR PUSTAKA

White JW, Doner LW (1980) Honey composition and properties: Beekeeping in the United
States. Agric Handbook 335: 82-91.
L Kaman,dkk. Topical Application of Honey in The Treatment of Wound Healing: A
Metaanalysis. Journal of Medical Education & Research is now also under Indexing
Coverage With medline locatorplus, indexcopernicus International -IC Value 4.75
(2007).

Dunford CCR, Molan P, White R: The use of honey in wound management. Nursing Standard
2000, 15:63-68.
Molan PC. The evidence supporting the use of honey as a wound dressing. Int J Low Extrem
Wounds 2006; 5: 4054.
Bansal V, Medhi B, Pandhi P. Honey a remedy rediscovered and its therapeutic utility.
Kathmandu Univ Med J 2005 ; 3(3): 305-09.

Anda mungkin juga menyukai