Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN KEHAMILAN LETAK SUNGSANG

A. PENGERTIAN

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang


dengan kepala difundus uteri dan bokong berada dibagian bawa kavum uteri
(Prawirohardjo, 2002; 606)
Letak sungsang merupakan letak membujur dengan kepala di fundus uteri
(IBG, Manuaba, 2001; 237)

B. ETIOLOGI
1. Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada, misalnya pada

panggul sempit, hidrosefalus, plasenta previa, tumor tumor pelvis dan lain

lain.
2. Janin mudah bergerak,seperti pada hidramnion, multipara, janin kecil

(prematur).
3. Gemeli (kehamilan ganda)
4. Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus ; bikornis, mioma uteri.
5. Janin sedah lama mati.
6. Sebab yang tidak diketahui.

C. KLASIFIKASI
1. Letak bokong (Frank Breech) Letak bokong dengan kedua tungkai terangkat

keatas ( 75 % )
2. Letak sungsang sempurna (Complete Breech) Letak bokong dimana kedua kaki

ada disamping bokong (letak bokong kaki sempurna / lipat kejang )


3. Letak Sungsang tidak sempurna (incomplete Breech) adalah letak sungsang

dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki dan lutut, terdiri dari :
a. Kedua kaki : Letak kaki sempurna
Satu kaki : Letak kaki tidak sempurna
b. Kedua lutut : Letak lutut sempurna
Satu lutut : Letak lutut tidak sempurna
Posisi bokong ditentukan oleh sakrum, ada 4 posisi :
1) Left sacrum anterior (sakrum kiri depan)
2) Right sacrum anterior (sakrum kanan depan)
3) Left sacrum posterior (sakrum kiri belakang)
4) Right sacrum posterior (sakrum kanan belakang)

D. PATOFISIOLOGI

Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air
ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan
leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala,
letak sungsang atau letak lintang. Pada kehamilan trimester III janin tumbuh
dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan
kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk
menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada
ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat
dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang
lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar
ditemukan dalam presentasi kepala. Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu.
Sebagian dari mereka berada dalam posisi sungsang.
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah pusat dan ibu

sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.


2. Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri.
3. Punggung anak dapat teraba pada salat satu sisi perut dan bagian-bagian kecil

pada pihak yang berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian yang kurang budar

dan lunak.
4. Bunyi jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi pusat.
F. PENATALAKSANAAN
1. USG
2. Beri cairan infus RL
3. Pemantauan ketat frekuensi DJJ
4. Menggunakan metode pelahiran seperti
a. Cara Bracht
Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam secara bracht ( kedua ibu jari
penolong sejajar dengan paha, jari-jari yang lain memegang daerah panggul )
b. Cara klasik
Pengeluaran bahu dan tangan secara klasik dilakukan jika dengan bracht
bahu dan tangan tidak bisa lahir
c. Cara muller
Pengeluaran bahu dan tangan secara muller dilakukan jika dengan bracht
bahu dan tangan tidak bisa lahir
d. Cara lovset
Dilakukan bila ada lengan bayi yang terjungkit dibelakang kepala/ nuchal
arm
e. Ekstrasi kaki
Dilakukan bila kala II tak maju atau tampak gejala kegawatan ibu bayi.
Keadaan janin/ ibu yang mengharuskan bayi segera dilakukan
f. Teknik ekstrasi bokong
Dikerjakan jika presentasi bokong murni dan bokong sudah turun di dasar
panggul, bila kala II tidak maju atau tampak keadaan janin/ ibu yang
mengharuskan bayi segera dilahirkan.
g. Cara mauriceau
Dilakukan bila bayi dilahirkan secara manual aid/ bila dengan bracht kepala
belum lahir
5. Sexsio sesaria

G. KOMPLIKASI

1. Komplikasi pada ibu


Perdarahan, robekan jalan lahir & infeksi
2. Bayi
a. Asfiksia bayi
Disebakan :
- Kematian persalinan kepala
- Perdarahan atau edema jaringan otak
- Kerusakan medula oblongata
- Kerusakan persendian tulang leher
- Kematian bayi karena asfiksia berat
b. Trauma persalinan
- Dislokasi : fraktura persendian, tulang extermitas
- Kerusakan alat vital : hati paru-paru & jantung
- Dislokasi fraktur persendian tulang leher
- Fraktura dasar kepala : fraktur tulang kepala, kerusakan pada mata
hidung atau telinga, kerusakan pada jaringan otak.
c. Infeksi dapat terjadi :
- Persalinan beralangsung lama
- Ketuban pecah pada pembukaan kecil
- Manipulasi dengan pemeriksaan dalam
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dalam melakukan asuhan keperawatan secara
keseluruhan. Pengkajian terdiri dari tiga tahapan yaitu ; pengumpulan data,
pengelompakan data atau analisa data dan perumusan diagnose keperawatan
(Depkes RI, 1991 ).
1. Pengumpulan Data. Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun
imformasi (data-data) dari klien.
2. Keluhan Utama
Adanya kelainan letak janin yang bisa diketahui dari pemeriksaan
3. Riwayat Reproduksi
a. Haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir,
b. Hamil dan Persalinan
1) Kehamilan pertama kali atau sering.
2) Jumlah kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi psikologi klien dan
keluarga .
3. Data Psikologi. Pengetahuan klien tentang dampak yang akan terjadi sangat
perlu persiapan psikologi klien.
4. Status Respiratori Respirasi bisa meningkat atau menurun . Pernafasan yang
ribut dapat terdengar tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh
kebelakang atau akibat terdapat secret. Suara paru yang kasar merupakan gejala
terdapat secret pada saluran nafas . Usaha batuk dan bernafas dalam
dilaksanakan segera pada klien yang memakai anaestesi general.
5. Tingkat Kesadaran Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan
sederhana yang harus dijawab oleh klien atau di suruh untuk melakukan
perintah. Variasi tingkat kesadaran dimulai dari siuman sampai ngantuk , harus
di observasi dan penurunan tingkat kesadaran merupakan gejala syok.
6. Status Urinari Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan
ginekologi, klien yang hidrasinya baik biasanya baik biasanya kencing setelah 6
sampai 8 jam setelah pembedahan. Jumlah autput urine yang sedikit akibat
kehilangan cairan tubuh saat operasi, muntah akibat anestesi.
7. Status Gastrointestinal Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam
setelah pembedahan, tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan
intestinal. Ambulatori dan kompres hangat perlu diberikan untuk
menghilangkan gas dalam usus.
Pengelompokan Data
Analisa data adalah mengkaitkan, menghubungkan data yang telah diperoleh
dengan teori, prinsip yang relevan guna mengetahui masalah keperawatan klien
(Depkes RI 1991 ; 14 )

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diagnose Keperawatan a. Gangguan Rasa nyaman (nyeri ) berhubungan dengan
kerusakan jaringan otot dan system saraf yang di tandai dengan keluhan nyeri,
ekpresi wajah menyeringai.
a. Gangguan eleminasi miksi (retensi urine ) berhubungan dengantrauma
mekanik , manipulasi pembedahan adanya edema pada jaringan sekitar dan
hematom, kelemahan pada saraf sensorik dan motorik.
b. Kurang pengetahuan tentang efek pembedahan dan perawatan selanjutnya
berhubungan dengansalah dalam menafsirkan imformasi dan sumber imformasi
yang kurang benar.

C. PERENCANAAN
Perencanaan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan akan dilaksanakan
untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah di
tentukan dengan tujuan, criteria hasil, rencana tindakan atau intervensi dan
rasional tindakan (Depkes RI 1991 ; 20 ).
Intervensi keperawatan pada diagnose Gangguan rasa nyaman (nyeri)
berhubungan dengan kerusakan jaringan otot dan system saraf. :
1) Kaji tingkat rasa tidak nyaman sesuai dengan tingkatan nyeri.
2) Beri posisi fowler atau posisi datar atau miring kesalah satu sisi
3) Ajarkan teknik releksasi seperti menarik nafas dalam, bimbing untuk
membayangkan sesuatu.Kaji tanda vital : tachicardi,hipertensi, pernafasan
cepat.
4) Motivasi klien untuk mobilisasi didni setelah pembedahan bila sudah
diperbolehkan.
5) Laksanakan pengobatan sesuai indikasi seperti analgesik intravena.
6) Observasi efek analgetik (narkotik )
7) Obervasi tanda vital : nadi ,tensi,pernafasan. Intervensi keperawatan pada
Diagnose keperawatan gangguan eleminasi miksi (retensi urine ) berhubungan
dengantrauma mekanis, manipulasipembedahan, oedema jaringan setempat,
hemaloma, kelemahan sensori dan kelumpuhan saraf.
1) Catat poal miksi dan minitor pengeluaran urine
2) Lakukan palpasi pada kandung kemih , observasi adanya ketidaknyamanan dan
rasa nyeri.
3) Lakukan tindakan agar klien dapat miksi dengan pemberian air hangat,
mengatur posisi, mengalirkan air keran.
4) Jika memakai kateter, perhatikan apakah posisi selang kateter dalam keadaan
baik, monitor intake autput, bersihkan daerah pemasangan kateter satu kali
dalamsehari, periksa keadaan selang kateter (kekakuan,tertekuk )
5) Perhatikan kateter urine : warna, kejernihan dan bau.
6) Kolaborasi dalam pemberian dalam pemberian cairan perperental dan obat
obat untuk melancarkan urine.
7) Ukur dan catat urine yang keluar dan volume residual urine 750 cc perlu
pemasangan kateter tetap sampai tonus otot kandung kemih kuat kembali.
Intervensi keperawatan pada diagnose keperawatan Kurangnya pengetahuan
tentang perawatan luka operasi, tanda-tanda komplikasi, batasan aktivitas, dan
perawatan selanjutnya berhubungan dengan terbatasnya imformasi.
1) Jelaskan bahwa tindakan seksio sesarea mempunyi kontraindikasi yang sedikit
tapi membutuhkan waktu yang lama untuk pulih, mengguanakan anatesi yang
banyak dan memberikan rasa nyeri yang sangat setelah operasi.
2) Jelaskan dan ajarkan cara perawatan luka bekas operasi yang tepat
3) Motivasi klien melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
4) Jelaskan aktivitas yang tidak boleh dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba. Ida, 2003,Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi, EGC:
Jakarta
Williams, 2005, Obstetri, EGC : Jakarta
Prawirohardjono. Sarwono, 2009, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, PT. Bina Pustaka : Jakarta
Manuaba. Ida, 2001, Kapita Selekta Penatalaksanaan Obstetri Ginekologi dan KB,
EGC : Jakrta

Anda mungkin juga menyukai