Anda di halaman 1dari 14

Diagnosis dan Penatalaksanaan pada Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini

Manik dengan Gejala Psikotik


Yussi Septiana
102014079 D1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Terusan Arjuna No. 6, Jakarta Barat 11510
E-mail: yussi.2014fk079@civitas.ukrida.ac.id

Pendahuluan

Gangguan bipolar adalah gangguan otak yang menyebabkan pergeseran yang tidak biasa dalam
suasana hati, energi, tingkat aktivitas, dan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas sehari-
hari. Gejala Kekacauan Bipolar dapat mengakibatkan hubungan sosial rusak, pekerjaan
terganggu atau kinerja sekolah, dan bahkan bunuh diri. Tetapi gangguan bipolar dapat diobati,
dan orang-orang dengan penyakit ini dapat hidup normal dan produktif.
Gangguan suasana perasaan (gangguan mood [afektif]) merupakan sekelompok penyakit yang
biasanya mengarah ke depresi atau elasi (suasana perasaan yang meningkat). Pasien dengan
mood yang meninggi menunjukkan sikap meluap-luap, gagasan yang meloncat-loncat,
penurunan kebutuhan tidur, peninggian harga diri dan gagasan kebesaran. Pasien dengan mood
yang terdepresi merasakan hilangnya energi dan minat, perasaan bersalah, kesulitan
berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, pikiran tentang kematian dan bunuh diri.
Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh
gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta dapat
berlangsung seumur hidup. Setiap episode dipisahkan sekurangnya dua bulan tanpa gejala
penting mania atau hipomania. Tetapi pada beberapa individu, gejala depresi dan mania dapat
bergantian secara cepat, yang dikenal dengan rapid cycling. Episode mania yang ekstrim dapat
menunjukkan gejala-gejala psikotik seperti waham dan halusinasi.
Tanda dan gejala lain dari gangguan susana perasaan adalah perubahan tingkat aktivitas,
kemampuan kognitif, pembicaraan dan fungsi vegetatif (seperti tidur, nafsu makan, aktivitas
seksual dan irama biologis lainnya). Perubahan tersebut mempengaruhi berbagai aspek dari
keadaan pasien, mulai dari status mental, status fisik dan lainnya.

Anamnesis

1
Anamnesis merupakan wawancara medis yang merupakan tahap awal dari rangkaian
pemeriksaan pasien, baik secara langsung pada pasien atau secara tidak langsung. Tujuan dari
anamnesis adalah mendapatkan informasi menyeluruh dari pasien yang bersangkutan. Informasi
yang dimaksud adalah data medis organobiologis, psikososial, dan lingkungan pasien, selain itu
tujuan yang tidak kalah penting adalah membina hubungan dokter pasien yang profesional dan
optimal.
Hal-hal yang perlu diketahui seorang dokter dalam melakukan anamnesis pada pasien antara
lain:
1. Identitas pasien seperti nama, alamat, umur, dan pekerjaan.
2. Keluhan utama pasien, hal utama yang membuat pasien datang menemui dokter. Dalam
beberapa kasus yang berat ada kalanya kita tidak dapat menanyakan pada pasien karena
pasien telah dalam keadaan gangguan kejiwaan yang berat, untuk itu kita juga dapat
menanyakan hal ini kepada keluarganya (alloanamnesis).
3. Setelah itu tanyakan bagaimana penyakit itu bermula, bagaimana awal mula gangguan
kejiwaan itu terjadi, sejak kapan, dan bagaimana keberlangsungannya, ini bermakna
karena kebanyakan penyakit psikiatrik mengalami beberapa fase sebelum menjadi
semakin parah.
4. Riwayat penyakit terdahulu, apakah pasien pernah mengalami penyakit yang dapat
memicu terjadinya gangguan kejiwaan seperti demam tinggi, riwayat trauma kepala,
mengkonsumsi obat-obatan Parkinson, obat anti-hipertensi dan kotikosteroid dalam
jangka waktu lama.
5. Riwayat pribadi mencakup mengenai riwayat kelahiran pasien, apakah dia cukup bulan
atau tidak, proses dilahirkan melalui Caesar atau normal, dan apakah ada masalah saat
dia dalam kandungan. Jika pasien telah menikah, tanyakan mengenai pernikahannya.
Intinya pada segmen ini kita harus menggali mengenai pribadi pasien.
6. Riwayat keluarga, tanyakan apakah di dalam keluarganya ada yang mengalami gangguan
jiwa atau tidak.
Wawancara Psikiatri

Wawancara psikitari merupakan komunikasi 2 arah terapis pada klien. Sebagai terapis hal-hal
yang harus diketahui yakni: tidak mengadili/menghakimi, bukan interogasi, bersikap empati,
memahami apa yang terjadi, menerima klien apa adanya, sikap berada di sampingnya, sikap
menunjukkan perhatian, kontak mata sikap hangat dan sentuhan fisik, mampu menjadi

2
pendengar yang baik, memberikan kesempatan berbicara kepada klien. Tujuannya untuk
mendapat diagnosis yang dapat tepat dan mengenai faktor-faktor seperti biologik-genetik,
tempramen, psikologik, perkembangan, pendidikan, dan sosial-budaya.1

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan terdiri dari pemeriksaan status mental, status neurologis,
dan status internus.

Status Mental
Hal-hal yang harus diketahui saat pemeriksaan status mental pasien yakni:
1. Penampilan saat pasien datang, dari penampilan dapat memberikan ciri khas pada
beberapa penyakit psikiatrik, contohnya pada pasien mania biasanya mereka berpakaian
dan berdandan berlebihan tidak sesuai dengan tempatnya. Contohnya mereka ke dokter
seperti akan ke acara pernikahan.
2. Cara bicara, perhatikan pasien saat bicara. Biasanya pada pasien depresi mereka
cenderung tertutup dan kurang member informasi, sedangkan pada pasien mania, mereka
berbicara terus-menerus tiada henti.
3. Mood atau suasana hati.
4. Pikiran seperti bagaimana perhatian pasien, daya memorinya, apakah dia dapat
menentukan sikap, serta cara berbahasa.
5. Persepsi, tanyakan apakah pasien merasa ada yang berbisik, atau melihat sesuatu yang
tidak dilihat oleh dokter untuk mengetahui apakah pasien mengalami halusinasi.
6. Sensorium dimana pasien sering merasa kesemutan

Psikodinamik formulasi adalah mekanisme pertahanan yang dilakukan oleh pasien. Seperti
penolakan (deny), pada saat disalahkan dia akan menyalahkan orang lain, menggunakan orang
lain untuk mencapai tujuannya.
Clinical Interview adalah cara yang dilakukan pemeriksa dalam menggali informasi
kepada pasien agar pasien mau bercerita kepada dokter dengan leluasa. Hal ini dapat dicapai
dengan menimbulkan kedekatan (rapport), kepercayaan (trust), penjaminan (reassurance), dan
memberikan respon emosional yang positif

Status Neurologis

3
Meliputi pemeriksaan kesadaran, pemeriksaan pupil dan gerakan mata, pemeriksaan tanda
rangsang meningeal, pemeriksaan saraf cranial, pemeriksaan motorik (gerakan pasif dan aktif),
pemeriksaan refleks patologis (babinski dan klonus kaki), pemeriksaan koordinasi.

Status Internus

Meliputi pemeriksaan abdomen, thorax, jantung, agar dapat memastikan bahwa gangguan mania
tersebut tidak disebabkan oleh adanya akibat dari penyakit dalam (interna) yang diderita pasien.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah uji psikologi, elektroensefalografi (EEG),
dan CT-scan.

Uji Psikologi
Tes psikologi bertujuan untuk mengetahui perbedaan kepribadian dan kemampuan tiap orang.
Pengertian tes psikologi adalah suatu ujian (test) untuk menguji mental dan dilakukan untuk
menyeleksi serta menetapkan psikis khusus individu.

Elektroensefalografi (EEG)
Elektro Ensefalo Grafi (EEG) adalah suatu alat yang mempelajari gambar dari rekaman aktivitas
listrik di otak, termasuk teknik perekaman EEG dan interpretasinya. Neuron-neuron di korteks
otak mengeluarkan gelombang-gelombang listrik dengan voltase yang sangat kecil (mV), yang
kemudian dialirkan ke mesin EEG untuk diamplifikasi sehingga terekamlah elektroenselogram
yang ukurannya cukup untuk dapat ditangkap oleh mata pembaca EEG sebagai gelombang
delta,alpha, beta, theta, gamma dsb. Saat terbaik perekaman adalah pada saat bebas obat
sehingga Gelombang Otak (Brainwave) yang didapat adalah Gelombang Otak (Brainwave) yang
bebas dari pengaruh obat. Lama perekaman minimal 15-20 menit pada penderita sadar.

CT-Scan
Computed Tomography Scanning (CT Scan) adalah suatu peralatan radiologi yang dapat
digunakan untuk menampilkan dan mengalokasikan suatu objek yang akan di diagnosis
keadaannya dengan cara menggunakan teknik pemeriksaan tomografi untuk menghasilkan
gambaran-gambaran objek yang berupa potongan-potongan tubuh secara axial dengan

4
menggunakan prinsip kerja tomografi yang dilengkapi sistem komputer sebagai media
pengolahan data-data software dan recontruksi gambar objek. Pada umumnya radiasi dari sinar X
yang dihasilkan dalam pemeriksaan CT Scan adalah aman dengan indikasi medis yang sesuai.2

Macam-macam gangguan bipolar

Bipolar dengan Episode Kini Manik dengan Gejala Psikotik

Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat daripada keadaan yang digambarkan.
Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi waham dan
iritabilitas serta kecurigaan menjadi waham kejar. Pada kasus berat, waham kebesaran atau
religius tentang identitas atau peranan mungkin mencolok, dan gagasan yang takabur dan
percepatan berbicaranya mengakibatkan individu tidak dapat dipahami lagi. Aktivitas dan
eksitasi fisik yang hebat dan terus menerus dapat menjurus kepada agresi dan kekerasan;
pengabaian makan, minum, dan kesehatan pribadi dapat berakibat keadaan dehidrasi dan
kelalaian diri yang berbahaya.
Jika diperlukan, waham dan halusinasi dapat diperbedakan sebagai yang serasi atau tidak
serasi dengan suasana perasaan (mood). Tidak serasi hendaknya diartikan meliputi waham dan
halusinasi yang afektif netral. Misalnya waham rujukan tanpa makna bersalah atau menuduh,
atau suara-suara yang berbicara dengan individu tentang peristiwa yang tidak mengandung arti
emosional khusus.
Pedoman diagnosis dari ICD-10 Classification of Mental and Behavioral Disorders:
Diagnostic Criteria for Research, disebutkan episode mania dengan gejala psikotik:

1. Suasana perasaan meningkat dengan jelas, ekspansif, atau iritabel, dan abnormal bagi
pribadi yang bersangkutan. Perubahan suasana perasaan harus nyata dan menetap
sekurangnya selama 1 minggu (kecuali jika cukup berat dan membutuhkan perawatan
rumah sakit).
2. Setidaknya ada 3 tanda yang harus menyertai (4 bila afeknya hanya iritabel): (a)
Peningkatan aktivitas atau kegelisahan fisik, (b) Suka bicara (ada dorongan untuk bicara
terus), (c) Flight of ideas atau alur pikirnya seperti berpacu, (d) Hilangnya larangan sosial
normal, menyebabkan perilaku yang tidak sesuai kepada keadaan, (e) Kebutuhan tidur
berkurang, (f) Meningkatnya harga diri atau grandiositas, (g) Distraktibilitas atau

5
perubahan terus-menerus dalam aktivitas dan rencana, (h) Perilaku sembrono atau
membabibuta dengan resiko yang tidak diketahui, (i) Kecerobohan seksual.

3. Episode tidak dihubungkan dengan penggunaan zat psikoaktif atau gangguan mental
organik lain.

4. Episode tidak bertumpang tindih dengan kriteria skizofrenia atau gangguan skizoafektif
tipe mania.

5. Waham atau halusinasi muncul.2

Dari Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III, pedoman diagnosis
untuk Mania dengan Gangguan Psikotik:3
1. Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari F30.1 (Mania tanpa
gejala psikotik).
2. Harga diri yang membubung dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi waham
kebesaran (delusion of grandeur), iritabilitas, dan kecurigaan menjadi waham kejar
(delusion of persecution). Waham dan halusinasi sesuai dengan keadaan afek tersebut
(mood congruent).

Bipolar Episode Kini Manik tanpa Psikotik

Suasana perasaan (mood) meninggi tidak sepadan dengan keadaan individu, dan dapat bervariasi
antara keriangan (seolah-olah bebas dari masalah apapun) sampai keadaan eksitasi yang hampir
tak terkendali. Eliasi (suasana perasaan yang meningkat) itu disertai dengan energi yang
meningkat, sehingga terjadi aktivitas berlebihan, percepatan dan kebanyakan bicara, dan
berkurangnya kebutuhan tidur. Pengendalian yang normal dalam kelakuan sosial terlepas,
perhatian yang terpusat tak dapat dipertahankan, dan seringkali perhatian sangat mudah
dialihkan. Harga diri membumbung, dan pemikiran yang serba hebat dan terlalu optimistis
dinyatakan dengan bebas.
Mungkin terjadi gangguan persepsi, seperti apresiasi warna terutama yang menyala atau
amat cerah (dan biasanya indah), keasyikan (mengikat perhatian) pada perincian sehalus-
halusnya mengenai permukaan dan penampilan barang, dan hiperakusis subjektif. Individu itu
mungkin mulai dengan pelbagai rencana yang tidak praktis dan boros, membelanjakan uang

6
secara serampangan, atau menjadi agresif, bersifat cinta kasih, atau berkelakar dalam situasi
yang tidak tepat. Suasana perasaan (mood) yang tampil pada beberapa episode manik lebih
banyak mudah tersingggung dan curiga, dripada elasi. Serangan pertama paling banyak muncul
pada usia antara 15-30 tahun, namun dapat terjadi pada setiap usia antara akhir masa kanak
sampai dasawarsa ketujuh atau kedelapan.2
Pedoman diagnosis berdasarkan pedoman diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ-III), mania
tanpa gejala psikotik:
1. Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu, dan cukup berat sampai
mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial yang biasa
dilakukan.
2. Perubahan afek harus disertai dengan energi yang bertambah sehingga terjadi aktivitas
yang berlebihan, percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang berkurang, ide-
ide perihal kebesaran/ grandiose ideas dan terlalu optimistik.
3. Ditambah dengan paling sedikit 4 gejala berikut ini: (a) Peningkatan aktivitas (ditempat
kerja, dalam hubungan sosial atau seksual), atau ketidak-tenangan fisik, (b) Lebih banyak
berbicara dari lazimnya atau adanya dorongan untuk berbicara terus menerus, (c) Lompat
gagasan (flight of ideas) atau penghayatan subjektif bahwa pikirannya sedang berlomba
(mania dengan gejala psikotik), (d) Rasa harga diri yang melambung tinggi (grandiositas,
yang dapat bertaraf sampai waham/delusi), (f) Berkurangnya kebutuhan tidur, (g) Mudah
teralih perhatian, yaitu perhatiannya terlalu cepat tertarik kepada stimulus luar yang tidak
penting atau yang tak berarti, (h) Keterlibatan berlebih dalam aktivitas-aktivitas yang
mengandung kemungkinan resiko tinggi dengan akibat yang merugikan apabila tidak
diperhitungkan secara bijaksana, misalnya berbelanja berlebihan, tingkah laku seksual
secara terbuka, penanaman modal secara bodoh, mengemudi kendaraan (mengebut)
secara tidak bertangguang jawab dan tanpa perhitungan.3

Kriteria ICD10 untuk episode mania (World Health Organization, 1992) tanpa gejala psikotik:
1. Elevasi mood atau perasaan dan iritabilitas.
2. Peningkatan energi dan overaktivitas.
3. Berbicara terus menerus.
4. Jangka waktu tidur menjadi pendek.
5. Disinhibisi sosial.
6. Perhatiannya mudah teralih.
7. Grandiositas.
8. Gemar menghambur-hamburkan uang atau hidup foya-foya.

7
9. Agresif.2

Etiologi

Faktor Biologi
Herediter
Didapatkan fakta bahwa gangguan alam perasaan (mood) tipe bipolar (adanya episode
manik dan depresi) memiliki kecenderungan menurun kepada generasinya, berdasar
etiologi biologik. 50% pasien bipolar memiliki satu orangtua dengan gangguan alam
perasaan/gangguan afektif, yang tersering unipolar (depresi saja). Jika seorang orang tua
mengidap gangguan bipolar maka 27% anaknya memiliki resiko mengidap gangguan
alam perasaan. Bila kedua orangtua mengidap gangguan bipolar maka 75% anaknya
memiliki resiko mengidap gangguan alam perasaan. Keturunan pertama dari seseorang
yang menderita gangguan bipolar berisiko menderita gangguan serupa sebesar 7 kali.
Bahkan risiko pada anak kembar sangat tinggi terutama pada kembar monozigot (40-
80%), sedangkan kembar dizigot lebih rendah, yakni 10-20%.2
Genetik
Beberapa studi berhasil membuktikan keterkaitan antara gangguan bipolar dengan
kromosom 18 dan 22, namun masih belum dapat diselidiki lokus mana dari kromosom
tersebut yang benar-benar terlibat. Yang menarik dari studi kromosom ini, ternyata
penderita sindrom Down (trisomi 21) berisiko rendah menderita gangguan bipolar.2
Neurotransmiter
Sejak ditemukannya beberapa obat yang berhasil meringankan gejala bipolar, peneliti
mulai menduga adanya hubungan neurotransmiter dengan gangguan bipolar.
Neurotransmiter tersebut adalah dopamine, serotonin, dan noradrenalin. Gen-gen yang
berhubungan dengan neurotransmiter tersebut pun mulai diteliti seperti gen yang
mengkode monoamine oksidase A (MAOA), tirosin hidroksilase, catechol-
Ometiltransferase (COMT), dan serotonin transporter (5HTT).2
Kelainan Otak
Kelainan pada otak juga dianggap dapat menjadi penyebab penyakit ini. Terdapat
perbedaan gambaran otak antara kelompok sehat dengan penderita bipolar. Melalui
pencitraan magnetic resonance imaging (MRI) dan positron-emission tomography (PET),

8
didapatkan jumlah substansia nigra dan aliran darah yang berkurang pada korteks
prefrontal subgenual. Selain itu ditemukan volume yang kecil pada amygdala dan
hipokampus. Korteks prefrontal, amygdala dan hipokampus merupakan bagian dari otak
yang terlibat dalam respon emosi (mood dan afek).2

Faktor Psikososial
Peristiwa Kehidupan dan Stres Lingkungan
Satu pengamatan klinis yang telah lama yang telah direplikasi adalah bahwa peristiwa
kehidupan yang menyebabkan stress lebih sering mendahului episode pertama gangguan
suasana perasaan daripada episode selanjutnya. Hubungan tersebut telah dilaporkan untuk
pasien gangguan depresif berat dan gangguan bipolar I.5
Teori Kognitif
Menurut teori kognitif, interpretasi yang keliru (misinterpretation) kognitif yang sering
adalah melibatkan distorsi negatif, pengalaman hidup, penilaian diri yang negatif,
pesimisme, dan keputusasaan. Pandangan negatif yang dipelajari tersebut selanjutnya
menyebabkan perasaan depresi. Seorang ahli terapi kognitif berusaha untuk
mengidentifikasi hal yang negatif dengan menggunakan tugas perilaku, seperti mencatat
dan secara sadar memodifikasi pikiran pasien.5

Epidemiologi

Dapat dikatakan insiden gangguan bipolar tidak tinggi, berkisar antara 0,3-1,5%. Namun, angka
itu belum termasuk yang misdiagnosis. Risiko kematian terus membayangi penderita bipolar.
Biasanya kematian itu dikarenakan mereka mengambil jalan pintas yaitu bunuh diri. Risiko
bunuh diri meningkat pada penderita bipolar yang tidak diterapi yaitu 5,5 per 1000 pasien.
Sementara yang diterapi hanya 1,3 per 1000 pasien. Gangguan pada lelaki dan perempuan
sama, umumnya timbul di usia remaja atau dewasa. Hal ini paling sering dimulai sewaktu
seseorang baru menginjak dewasa, tetapi kasus-kasus gangguan bipolar telah didiagnosis pada
remaja dan bahkan anak-anak3.

Manifestasi Klinik

9
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar dibedakan menjadi
2 yaitu gangguan bipolar I dan II. Perbedaannya adalah pada gangguan bipolar I memiliki
episode manik sedangkan pada gangguan bipolar II mempunyai episode hipomanik. Beberapa
ahli menambahkan adanya bipolar III dan bipolar IV namun sementara ini yang 2 terakhir belum
dijelaskan.

Gangguan bipolar I dibagi lagi menjadi beberapa bagian menurut perjalanan longitudinal
gangguannya. Namun hal yang pokok adalah paling tidak terdapat 1 episode manik di sana.
Walaupun hanya terdapat 1 episode manik tanpa episode depresi lengkap maka tetap dikatakan
gangguan bipolar I. Adapun episode-episode yang lain dapat berupa episode depresi lengkap
maupun episode campuran, dan episode tersebut bisa mendahului ataupun didahului oleh episode
manik. Gangguan bipolar II mempunyai ciri adanya episode hipomanik. Gangguan bipolar II
dibagi menjadi 2 yaitu tipe hipomanik, bila sebelumnya didahului oleh episode depresi mayor
dan disebut tipe depresi bila sebelum episode depresi tersebut didahului oleh episode hipomanik

Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III, gangguan ini
bersifat episode berulang yang menunjukkan suasana perasaan pasien dan tingkat aktivitasnya
jelas terganggu, dan gangguan ini pada waktu tertentu terdiri dari peninggian suasana perasaan
serta peningkatan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa
penurunan suasana perasaan serta pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah
terdapat penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba
dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, sedangkan depresi cenderung berlangsung
lebih lama., rata-rata 6 bulan. Episode pertama bisa timbul pada setiap usia dari masa kanak-
kanak sampai tua. kebanyakan kasus terjadi pada dewasa muda berusia 20-30 tahun. Semakin
dini seseorang menderita bipolar maka risiko penyakit akan lebih berat, kronik bahkan refrakter.

Episode manik dibagi menjadi 3 menurut derajat keparahannya yaitu hipomanik, manik tanpa
gejala psikotik, dan manik dengan gejala psikotik. Hipomanik dapat diidentikkan dengan seorang
perempuan yang sedang dalam masa ovulasi (estrus) atau seorang laki-laki yang dimabuk cinta.
Perasaan senang, sangat bersemangat untuk beraktivitas, dan dorongan seksual yang meningkat
adalah beberapa contoh gejala hipomanik. Derajat hipomanik lebih ringan daripada manik karena
gejalagejala tersebut tidak mengakibatkan disfungsi sosial. Pada manik, gejala-gejalanya sudah
cukup berat hingga mengacaukan hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial. Harga diri

10
membumbung tinggi dan terlalu optimis. Perasaan mudah tersinggung dan curiga lebih banyak
daripada elasi. Tanda manik lainnya dapat berupa hiperaktifitas motorik berupa kerja yang tak
kenal lelah melebihi batas wajar dan cenderung non-produktif, euphoria hingga logorrhea
(banyak berbicara, dari yang isi bicara wajar hingga menceracau dengan 'word salad'), dan
biasanya disertai dengan waham kebesaran, waham kebesaran ini bisa sistematik dalam artian
berperilaku sesuai wahamnya, atau tidak sistematik, berperilaku tidak sesuai dengan wahamnya.
Bila gejala tersebut sudah berkembang menjadi waham maka diagnosis mania dengan gejala
psikotik perlu ditegakkan3,4,5.

Terapi

Terapi farmakologis.
Pengobatan yang tepat tergantung pada stadium gangguan bipolar yang dialami penderita.
Pilihan obat tergantung pada gejala yang tampak, seperti gejala psikotik, agitasi, agresi, dan
gangguan tidur. Antipsikosis atipikal semakin sering digunakan untuk episode manik akut dan
sebagai mood stabilizer. Antidepresan dan ECT juga dapat digunakan untuk episode depresi akut
(contoh, depresi berat). Selanjutnya, terapi pemeliharaan/maintenance dan pencegahan juga
harus diberikan.

Tabel 1. FDA-Approved Bipolar Treatment Regimens

Nama Generik Nama Mani Mixe Maintenanc Depres


Dagang k d e i
Valproate Depakote X
Carbamazepine extended release Equestro X X
Lamotrigine Lamictal X
Lithium X X
Aripiprazole Abilify X X X
Ziprasidone Geodon X X
Risperidone Risperdal X X
Quetiapine Seroquel X X
Chlorpromazine Thorazine X
Olanzapine Zyprexa X X X
Olanzapine/fluoxetine Symbyax X
Combination

11
Terapi Non Farmakologi
Konsultasi
Suatu konsultasi dengan seorang psikiater atau psikofarmakologis selalu sesuai bila penderita
tidak menunjukkan respon terhadap terapi konvensional dan medikasi.
Diet
Terkecuali pada penderita dengan monoamine oxidase inhibitors (MAOIs), tidak ada diet khusus
yang dianjurkan. Penderita dianjurkan untuk tidak merubah asupan garam, karena peningkatan
asupan garam membuat kadar litium serum menurun dan menurunkan efikasinya, sedangkan
mengurangi asupan garam dapat meningkatkan kadar litium serum dan menyebabkan toksisitas.
Aktivitas
Penderita dengan fase depresi harus didukung untuk melakukan olahraga/aktivitas fisik. Jadwal
aktivitas fisik yang reguler harus dibuat. Baik aktivitas fisik dan jadwal yang reguler meupakan
kunci untuk bertahan dari penyakit ini. Namun, bila aktivitas fisik ini berlebihan dengan
peningkatan respirasi dapat meningkatkan kadar litium serum dan menyebabkan toksisitas
litium.
Edukasi
Terapi pada penderita gangguan bipolar melibatkan edukasi awal dan lanjutan. Tujuan edukasi
harus diarahkan tidak hanya langsung pada penderita, namun juga melalui keluarga dan sistem
disekitarnya. Fakta menunjukkan edukasi tidak hanya meningkatkan ketahanan dan pengetahuan
mereka tentang penyakit, namun juga kualitas hidupnya.

Komorbid

Sebagian besar penderita bipolar tidak hanya menderita bipolar saja tetapi juga menderita
gangguan jiwa yang lain (komorbid). Penelitian oleh Goldstein BI dkk, seperti dilansir dari Am
J Psychiatry 2006, menyebutkan bahwa dari 84 penderita bipolar berusia diatas 65 tahun ternyata
sebanyak 38,1% terlibat dalam penyalahgunaan alkohol, 15,5% distimia, 20,5% gangguan cemas
menyeluruh, dan 19% gangguan panik5.

Prognosis

12
Pasien dengan gangguan bipolar I mempunyai prognosis lebih buruk. Di dalam 2 tahun pertama
setelah peristiwa awal, 40-50% tentang pasien mengalami serangan manik lain.

Hanya 50-60% pasien dengan gangguan bipolar I yang dapat diatasi gejalanya dengan lithium.
7% pasien ini, gejala tidak terulang. 45% Persen pasien mengalami lebih dari sekali kekambuhan
dan lebih dari 40% mempunyai suatu gejala yang menetap.

KESIMPULAN

Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada
fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana 2 perasaan, dan proses
berfikir. Disebut Bipolar karena penyakit kejiwaan ini didominasi adanya fluktuasi periodik dua
kutub, yakni kondisi manik (bergairah tinggi yang tidak terkendali) dan depresi. Berdasarkan
Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar dibedakan menjadi 2 yaitu
gangguan bipolar I dan II. Perbedaannya adalah pada gangguan bipolar I memiliki episode manik
sedangkan pada gangguan bipolar II mempunyai episode hipomanik. Episode manik dibagi
menjadi 3 menurut derajat keparahannya yaitu hipomanik, manik tanpa gejala psikotik, dan
manik dengan gejala psikotik. Derajat hipomanik lebih ringan daripada manik karena gejala
gejala tersebut tidak mengakibatkan disfungsi sosial. Untuk pengobatannya secara farmakologis
dapat digunakan antipsikotik dan antidepresan, setelah itu dapat juga ditambah psikoterapi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Oegondo S. Penuntun anamnesis dan pemeriksaan fisis. Jakarta: Pusat Penerbit


Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2005.h.35-7.
2. Sadock, Benjamin J, Virgina A. Kaplan & Sadock's synopsis of psychiatry: behavioral
sciences/clinical psychiatry.10th Edition. New York : Lippincott Williams &
Wilkins.2007.p.777-857.

13
3. Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas PPDGJ III, pedoman diagnostik
F30-39 : gangguan suasana perasaan/mood (gangguan afektif). Jakarta, Bagian Ilmu
Kedokteran jiwa FK Unika Atmajaya.2013.h.58-69.
4. Kaplan, Harold I, Benjamin J. Sadock, ahli bahasa Wicaksana M.Ilmu kedokteran jiwa
darurat. Jakarta : Binarupa Aksara.2002.h.73-8.
5. Ingram, Timbury, Mowbray, Editor Peter A.Catatan kuliah psikiatri. Edisi ke-6.

14

Anda mungkin juga menyukai