KEBANGKITAN NASIONAL
DISUSUN OLEH :
-SUHARDI
-RATIH AYUMEISARI
-RENI ANDRIANI
DAFTAR ISI
1
A. DAFTAR ISI.............................................................................................................. 2
BAB I
PENDAHULUAN
B. Latar Belakang....................................................................................................................... 3
C. Rumusan Masalah.................................................................................................................. 4
D. Tujuan Penulisan...................................................................................................................5
BAB II
E. PEMBAHASAN..................................................................................................................... 5
BAB III
F. PENUTUP..............................................................................................................................18
G. DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20
KEBANGKITAN NASIONAL
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.1 Latar Belakang
Dan Faktor yang datang dari luar negeri adalah kemenangan Jepang
atas Rusia tahun 1905, adalah salah satu pendorong yang
menimbulkan semangat bahwa bangsa kulit kuning, bangsa Asia dapat
mengalahkan bangsa kulit putih (Eropa). setelah berdirinya Budi Utomo
maka bermunculanlah perkumpulan-perkumpulan dan pergerakan
yang bersifat luas antara lain, Serikat Dagang Islam tahun 1909,
Indische Party tahun 1913. Muhammadiyah tahun 1912, Nahdatul
Ulama tahun 1926, dan berdiri perkumpulan pemuda diluar Jawa pada
tahun 1918 dan menamakan diri Young Java,Young Sumatra,Young
Ambon,Young Pasundan,Young Batak,Pemuda Betawa dll. Para pemuda
inilah yang mengadakan kongres pemuda pertama tahun 1926 yang
menghasilkan perlunya mencanangkan suatu organisasi pemuda
tingkat Nasional. Dan atas usul perhimpunan pelajar-pelajar Indonesia
(PPPI) sebagai organisasi kemahasiswaan pertama pada tanggal 26-28
Oktober 1928 diadakan kongres pemuda ke dua. Setelah mereka
mengadakan pembahasan, mereka sampai pada satu kesimpulan,
bahwa jika bangsa Indonesia ingin merdeka, bangsa Indonesia harus
bersatu. Untuk itu mereka bersumpah yang terkenal dengan nama
SUMPAH PEMUDA yang diikrarkan pada akhir kongres yaitu pada
tanggal 28 Oktober 1928.
3
Kedua peristiwa ini memang sangat mempengaruhi kebangkitan
nasional di indonesia sehingga sangat bagus jika kita mengetahui latar
belakang kejadian ini dan lebih memahami lagi makna dari
kebangkitan nasional itu sendiri.
1.2RumusanMasalah
BAB II
PEMBAHASAN
Momen semangat kebangkitan ditandai denga bermuculanya berbagai
Organisasi yang di bentuk oleh mahasiswa dan tokoh Indonesia ,
bahwa mereka mengakui bahwa jika bangsa Indonesia ingin merdeka,
bangsa Indonesia harus bersatu.
4
Pada tahun 1925, Indonesische Vereeniging berganti nama menjadi
Perhimpunan Indonesia(PI).
Tokoh PI antara lain Mohammad Hatta, Ali Sastroamijoyo, Abdulmajid
Joyoadiningrat, Sastro Mulyono, dan Sartono.
PI bergabung dengan liga antiimperialisme dan penindasan kolonial.
Dalam kongres liga pada tahun 1926 di Prancis, Hatta secara tegas
menyuarakan tuntutan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1927, PI
keluar dari liga, setelah kaum komunis mendominasi liga tersebut.
Pada tanggal 10 Juni 1926, Mohammad Hatta, Ali Sastroamijoyo,
Abdulmajid Joyoadiningrat, dan Nazir Pamuncak ditangkap, dengan
tuduhan menghasut pemberontakan melawan pemerintah. Sebelum
sidang pengadilan setahun kemudian , keempatnya dibebaskan. Sejak
saat itu, gerak-gerik PI diawasi dengan ketat
5
kemiskinan, kebodohan dan ketidak-adilan sebagai bagian tak
terpisahkan dari penetrasi sistem kolonialisme Barat yang berbasis
pada merkantilisme.
Budi Utomo mengalami fase perkembangan penting saat
kepemimpinan Pangeran Noto Dirodjo. Saat itu, Douwes Dekker,
seorang Indo-Belanda yang sangat properjuangan bangsa Indonesia,
dengan terus terang mewujudkan kata politik ke dalam tindakan
yang nyata. Berkat pengaruhnyalah pengertian mengenai tanah air
Indonesia makin lama makin bisa diterima dan masuk ke dalam
pemahaman orang Jawa. Maka muncullah Indische Partij yang sudah
lama dipersiapkan oleh Douwes Dekker melalui aksi persnya.
Perkumpulan ini bersifat politik dan terbuka bagi semua orang
Indonesia tanpa terkecuali. Baginya tanah air (Indonesia) adalah di
atas segala-galanya.Pada masa itu pula muncul Sarekat Islam, yang
pada awalnya dimaksudkan sebagai suatu perhimpunan bagi para
pedagang besar maupun kecil di Solo dengan nama Sarekat Dagang
Islam, untuk saling memberi bantuan dan dukungan. Tidak berapa
lama, nama itu diubah oleh, antara lain, Tjokroaminoto, menjadi
Sarekat Islam, yang bertujuan untuk mempersatukan semua orang
Indonesia yang hidupnya tertindas oleh penjajahan. Sudah pasti
keberadaan perkumpulan ini ditakuti orang Belanda. Munculnya
gerakan yang bersifat politik semacam itu rupanya yang menyebabkan
Budi Utomo agak terdesak ke belakang. Kepemimpinan perjuangan
orang Indonesia diambil alih oleh Sarekat Islam dan Indische Partij
karena dalam arena politik Budi Utomo memang belum
berpengalaman.Karena gerakan politik perkumpulan-perkumpulan
tersebut, makna nasionalisme makin dimengerti oleh kalangan luas.
Ada beberapa kasus yang memperkuat makna tersebut. Ketika
Pemerintah Hindia Belanda hendak merayakan ulang tahun
kemerdekaan negerinya, dengan menggunakan uang orang Indonesia
sebagai bantuan kepada pemerintah yang dipungut melalui penjabat
pangreh praja pribumi, misalnya, rakyat menjadi sangat marah.
Kemarahan itu mendorong Soewardi Suryaningrat (yang kemudian
bernama Ki Hadjar Dewantara) untuk menulis sebuah artikel Als ik
Nederlander was (Seandainya Saya Seorang Belanda), yang
dimaksudkan sebagai suatu sindiran yang sangat pedas terhadap
pihak Belanda. Tulisan itu pula yang menjebloskan dirinya bersama
dua teman dan pembelanya, yaitu Douwes Dekker dan Tjipto
Mangoenkoesoemo ke penjara oleh Pemerintah Hindia Belanda .
Namun, sejak itu Budi Utomo tampil sebagai motor politik di dalam
pergerakan orang-orang pribumi. Agak berbeda dengan Goenawan
Mangoenkoesoemo yang lebih mengutamakan kebudayaan dari
6
pendidikan, Soewardi menyatakan bahwa Budi Utomo adalah
manifestasi dari perjuangan nasionalisme. Menurut Soewardi, orang-
orang Indonesia mengajarkan kepada bangsanya bahwa nasionalisme
Indonesia tidaklah bersifat kultural, tetapi murni bersifat politik.
Dengan demikian, nasionalisme terdapat pada orang Sumatera
maupun Jawa, Sulawesi maupun Maluku.
Pendapat tersebut bertentangan dengan beberapa pendapat yang
mengatakan bahwa Budi Utomo hanya mengenal nasionalisme Jawa
sebagai alat untuk mempersatukan orang Jawa dengan menolak suku
bangsa lain. Demikian pula Sarekat Islam juga tidak mengenal
pengertian nasionalisme, tetapi hanya mempersyaratkan agama Islam
agar seseorang bisa menjadi anggota.Namun, Soewardi tetap
mengatakan bahwa pada hakikatnya akan segera tampak bahwa
dalam perhimpunan Budi Utomo maupun Sarekat Islam, nasionalisme
Indonesia ada dan merupakan unsur yang paling penting.
Kelahiran Boedi Oetomo telah menjadi tonggak yang menumbuhkan
semangat perjuangan, sekaligus menjadi inspirasi bagi berdirinya
berbagai organisasi di seluruh pelosok tanah air, baik yang bersifat
kedaerahan, politik, serikat pekerja, keagamaan, kewanitaan, maupun
kepemu-daan. Pada gelombang berikutnya, muncul sejumlah
organisasi seperti Sarekat islam, dan berbagai organisasi lainnya. Hal
ini mewarnai awal kebangkitan nasional, dan mencapai puncaknya
pada tahun 1928, dengan bersatunya berbagai kelompok organisasi
khususnya organisasi kepemudaanuntuk mewujudkan suatu gerakan
kebang-saan yang sejati, melalui Sumpah Pemuda : satu tanah air,
satu bangsa, dan satu bahasa Indonesia!
Gerakan kaum muda tahun 1908 dan tahun 1928, menandai tonggak-
tonggak awal gerakan kebangkitan nasional Indonesia. Sejak itu,
nasionalisme Indonesia terus berkembang, terus menjalar, dan terus
berkobar di seluruh penjuru tanah air.
7
Abdul Moeis, dan Suryopranoto,
Sejak tahun1917, terjadi perpecahan di tubuh SI, dengan adanya SI
Putih yang tetap setia kepada garis organisasi SI dan SI Merah yang
cenderung ke arah sosialis-komunis. Akhirnya, pada tahun 1921, Si
Merah memisahkan diri menjadi Partai Komunis Indonesia.
Indische Partij (IP) didirikan pada tahun 1912 di kota Bandung oleh tiga
serangkai, yaitu E.F.E Douwes Dekker, Cipto Mangunkusumo, dan
Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara).
IP bertujuan menyatukan semua golongan masyarakat Indonesia, yaitu
Indonesia asli, keturunan Cina, dan arab, dalam semangat
Nasionalisme menuju Indonesia merdeka. Dengan tujuannya itu IP
menempatkan diri sebagai organisasi politik pertama di Indonesia.
Pada tahun 1913, Ip dinyatakan sebagai partai terlarang. Larangan
tersebut turut dilatarbelakangi oleh tulisan Suwardi Suryaningrat
berjudul Als Ik een Nederlander was (jika saya seorang Belanda)
sebagai reaksi terhadap peringatan 100 tahun kemerdekaan Belanda
dari penjajahan Prancis. Secara tajam tulisan itu menyindir tindakan
pemerintah kolonial mewajibkan bangsa Indonesia merayakan
kemerdekaan bangsa yang menjajahnya.
Sebagai tindak lanjut pelarangan IP, tiga serangkai ditangkap dan
diasingkan ke Belanda.
2.5. MUHAMMADIYAH
8
Komintern (Komunis Internasional). Sesuai dengan kebikjakan
Komintern, PKI menyusup ke dalam partai lain, terutama Sarekat Islam.
Akibat ulah PKI, SI terpecah menjadi dua kubu. SI Merah (julukan untuk
SI Prokomunis) dan SI Putih (julukan untuk SI Nonkomunis). Akhirnya
aturan disiplin SI, mengharuskan SI Merah keluar dari SI. Peristiwa
pada tahun 1921 itu menandai berdirinya PKI sebagai organisasi politik
yang berdiri sendiri.
Untuk membentuk organisasi massa yang kuat, PKI melakukan
propaganda terhadap kalangan bawah, terutama kaum buruh. Dengan
sifat revolusionernya, PKI mamapu memperoleh dukungan dalam
waktu cepat.
Kemajuan pesat itu terrnyata membuat PKI lupa diri karena membawa
PKI pada keputusan untuk menggalang pemberontakan terhadap
pemerintah kolonial
Pada tanggal 13 November 1926, pemberontakan PKI meletus.
Pemberontakan berupa pemogokan dan kerusuhan di Batavia, Jawa
Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, tetapi pemberontakan tersebut
dapat ditumpas dalam waktu singkat.
PNI didirikan pada tanggal 4 Juli 1927 di Bandung di bawah pimpinan Ir.
Soekarno.
PNI bertujuan mencapai Indonesia merdeka dengan usaha sendiri.
Ideologi PNI disebut Marhaenisme.
Dalam propogandanya, PNI langsung menyoroti berbagai bentuk
9
ketidakadilan dan penindasan akibat kolonialisme Belanda.
PNI juga mengadakan kegiatan konkret untuk membangun
kesejahteraan rakyat di bidang ekonomi, sosial, dan politik.
Khawatir akan perkembangan nasionalisme di kalangan rakyat,
pemerintah kolonial menangkap para tokoh PNI seperti Soekarno,
Maskoen, Gatot Mangkupraja, dan Supriadinata. Mereka dituduh
menyulut kekacauan dan pemberontakan.
Akhirnya sidang pengadilan Kolonial (Landraad) menjatuhkan hukuman
penjara kepada para pemimpin PNI.
10
organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI).Rapat pertama,
Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond
(KJB), Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng). Dalam
sambutannya, ketua PPI Sugondo Djojopuspito berharap kongres ini
dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda.
Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Yamin tentang arti dan
hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor
yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa,
hukum adat, pendidikan, dan kemauan
Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop,
membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan
dan Sarmidi Mangoensarkoro, berpendapat bahwa anak harus
mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan
antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik
secara demokratis.
Rapat ketiga atau rapat penutup, di gedung Indonesische Clubgebouw
di Jalan Kramat Raya 106, Sunario menjelaskan pentingnya
nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Sedangkan
Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan
dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik
anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam
perjuangan.
Rapat ini beranggotakan pelajar dari seluruh wilayah Indonesia.
Kongres tersebut dihadiri oleh berbagai wakil organisasi kepemudaan
yaitu Jong Java, Jong Batak, Jong, Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong
Islamieten Bond, Jong Ambon, dsb serta pengamat dari pemuda tiong
hoa seperti Kwee Thiam Hong, John Lauw Tjoan Hok, Oey Kay Siang
dan Tjoi Djien Kwie.
Isi Dari Sumpah Pemuda Hasil Kongres Pemuda Kedua :
12
BAB III
PENUTUP
13
Dan sekarang semangat untuk merdeka tidak pernah padam dan
malah bertambah subur berkat sumpah pemuda itu.
Pada gilirannya kelak mereka-mereka inilah yang memberi nafas, jiwa
dan semangat untuk mencetuskan proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945 tampak mewarnai kehidupan sosial, badaya, politik dan
bahkan ekonomi bangsa Indonesia. Sehingga pada periode reformasi
sekarang ini diharapkan nafas, jiwa dan semangat para pendahulu kita
itu juga turut memberi corak pada tata kehidupan kita sebagai bangsa
yang berdaulat. Yang kita hadapi sekarang bukan lagi kolonial Belanda,
ataupun Jepang tetapi tantangan kelanjutan dari pembangunan
Nasional menuju masyarakat adil dan sejahtera yang memerlukan
watak Nasionalisme dan patriotisme juga guna memperkuat keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Serta mampu menciptakan
bangsa Indonesia yang benar benar bangkit dari keterpurukan moral,
ekonomi, sosial serta budaya pada saat sekarang ini.
Daftar Pustaka
14
http://www.gudangmateri.com/2010/04/boedi-utomo-dan-kebangkitan-
nasional.html
http://organisasi.org/komunitas dan perpustakaan online Indonesia
@ hostemple.com
ARIANDA TANJUNG,WASPADA ONLINE. Thursday, 29 October 2009
04:04
www.wikipedia.com
Marwati Djoened Poesponegoro, dkk. 1984. Sejarah Nasional Indonesia,
Jilid
15