Anda di halaman 1dari 4

Media konvensional

Majalah tempo ditilik dari sudut pandang media konvensional

Observasi objek media konvensional.

Pada paper kali ini akan dibahas mengenai majalah, yang memiliki segmentasi pasar yang
khusus dan eksklusif dibandingkan media konvensional lainnya. Media konvensional ini cenderung
memiliki pembaca yang lebih sedikit dibandingkan media cetak lainnya seperti Surat Kabar. Tetapi
karena segmentasinya khusus, efek yang sampai dapat lebih mendalam dan sampai ke khalayak
secara lebih efektif. Karena jarang sekali orang membeli majalah hanya karena iseng dan hanya
dibaca sekedarnya. Seringkali mereka benar-benar ingin mengetahui dan membaca majalah
tersebut, atau bahkan pelanggan setia dari majalah tersebut.

Dari sisi ekonomi majalah memiliki iklan yang khusus yang bayarannya tidak murah, karena
meskipun pasar yang diserap sedikit, tetapi pasar tersebut merupakan pasar golongan ekonomi
tinggi yang dapat mengeluarkan uang dengan jumlah sangat banyak. Iklan yang sering di majalah
adalah iklan fashion, asuransi, apartemen, otomotif, kesehatan, dan banyak lagi yang merupakan
kebutuhan sekunder bahkan teriser.

2.1 Konsep media

Positioning

Selaku majalah yang membahas isu-isu sosial terkini secara mingguan, TEMPO memiliki
saingan lain seperti GATRA, Tempo juga bersaing dengan koran-koran sehari-hari yang lebih
uptodate, bahkan bersaing dengan situs-situs online yang bahkan dapat melakukan update dalam
hitungan jam, bahkan menit seperti detik.com, belum lagi dengan adanya berita yang melalui twitter
yang mampu update per detik. Tentu sulit bagi TEMPO untuk bisa bersaing baik dari segi waktu
maupun banyaknya berita dengan bentuk media-media lain yang memiliki konten dan isu

Tetapi secara eksklusif TEMPO memiliki penggemar setia yaitu kalangan orang-orang yang
awas terhadap isu-isu terkini terutama dari bagian politis dan hukum. Meskipun, semakin kesini
TEMPO berubah dari majalah kiri dan skeptis menuju majalah yang lebih netral agar mampu
menarik pembaca dari berbagai kalangan yang lebih luas.

Salah satu fungsi dari media dan jurnalistik adalah sebagai fourth estate.TEMPO selalu
memosisikan diri sebagai fourth estate dimana mereka selalu mengkritikisi kinerja pemerintah
siappaun itu, mengangkat isu-isu sosial, ekonomi, politik dan berbagai isu lain. Ini adalah salah satu
nilai jual TEMPO karena mereka sebisa mungkin bersikap netral dan tidak mendukung salah satu
pihak.

USP

Unique selling proposition adalah konsep marketing yang juga dipakai dalam bisnis media,
ini adalah ciri unik dari suatu media yang membedakan dari media-media sejenis. Hal unik ini bisa
berupa konten, cara pemasaran, bentuk pesan, dan berbagai hal lain.
Majalah TEMPO sendiri memiliki berbagai keunikan yang menjadi ciri khasnya. Ciri khas yang
dimiliki majalah TEMPO bukan berarti tidak dimiliki oleh majalah, koran ataupun bentuk media
lainnya, tetapi TEMPO adalah berbagai pionir dan berbagai ciri khasnya lebih dahulu dikenal oleh
masyarakat luasini adalah berbagai Unique selling proposition dari majalah TEMPO:

- Diterbitkan di hari senin : Tempo selalu menerbitkan majalahnya d hari senin, fresh di
pagi hari ketika orang-orang mau berangkat kerja majalah TEMPO diedarkan ke publik.
Terbit di hari senin memang bukanlah hal yang unik, tapi pada masa awal dimana
majalah berbau isu sosial dan politik yang biasanya terbit bulanan dan di hari lain agar
tidak terlalu terdeteksi oleh pemerintah orde baru, TEMPO merupakan gebrakan baru
dimana dia secara terang-terangan menerbitkannya di hari senin dimana populasi
masyarakat sedang haus akan berita dan infomasi.
- Cover berbentuk Ilustrasi karikatur : Pada zaman dahulu seringkali cover sebuah
majalah berisikan model, atau mengikuti majalah TIME dengan menaruh cover
tentang sosok yang sedang in. Majalah TEMPO malah membuat karikatur ataupun
ilustrasi dari permasalahan yang sedang in.
- Pembuat opini: Berbeda dari majalah berita lainnya, TEMPO cenderung untuk
berisikan opini, baik itu opini dari wartawan, narasumber, maupun dari berbagai
sumber tulisan lainnya. Setiap berita selalu disangkutkan dengan opini yang dapat
dibilang cenderung provokatif dan sekptis.
- Catatan Pinggir Goenawan Muhammad: Catatan pinggir yang ditulis oleh
Goenawan Muhammad adalah ciri khas majalah TEMPO yang sampai saat ini
tidak bisa disaingi oleh media lainnya. Goenawan Muhammad sebagai opinion
leader dan penulis yang hebat selalu dapat memunculkan tulisan yang menarik
setiap minggunya. Bahkan saya yang telah berlangganan TEMPO sejak saya kecil
pun masih terperangah dengan tulisan beliau.
- Isu sangat mendalam: Suatu isu dibahas sangat mendalam, sehingga selain
komprehensif memberikan pengetahuan baru bagi pembacanya.

Kebijakan konten

Majalah TEMPO sejak dahulu kala selalu berisi isu-isu terkini dalam satu minggu terakhir.
Baik itu politik, sosial, ekonomi, militer, dan berbagai macam isu yang terjadi selama satu minggu
terakhir. Isu yang paling panas biasanya dijadikan cover depan majalah TEMPO.

Bagian pertama majalah berisi daftar isi, invoasi teknologi dan peristiwa yang terjadi di
minggu ini. Bagian ini seperti menjadi bagian pembuka yang ringan sebelum masuk kedalam konten
yang cukup bereat.

Bagian kedua majalah berisi karikatur, isu utama, dan berbagai isu yang isinya cenderung
bersifat skeptis dan provokatif. Mengapa provokatif? Penggunaan tagline dan bahasa yang agresif
membuat pembaca ikut terbawa emosi ketika membaca bagian kedua ini.

Bagian ketiga biasanya berisi informasi mendalam dan cukup berat mengenai berbagai
literatur, baik itu sastra, kesehatan, teknologi, sejarah, dan lain-lain sebagainya. Literatur ini sangat
mendalam dan bahkan menurut saya yang sudah langganan TEMPO sejak kecil tetap merasa
mendapatkan berbagai pengetahuan baru setiap kali membaca bagian ini.

Bagian keempat adalah kolom penulis. Kolom penulis merupakan ciri khas tempo dimana
berbagai narasumber dapat menyampaikan opini tentang berbagai macam hal secara bebas. Ini
merupakan kolom yang asik karena kita tidak akan pernah tahu apa yang akan dibahas, ayah saya
juga setelah pensiun dari kegiatan jurnalistik sering menjadi penulis lepas di kolom penulis TEMPO.

Bagian ke 5 adalah bagian ringan, biasanya berisi review film, buku, kuliner, wisata, dan
lainnya. Ini merupakan bagian yang diperuntukkan bagi keluarga dan bacaan ringan, karena sejatinya
TEMPO merupakan salah satu majalah yang juga diperuntukkan untuk keluarga.

Bagiian ke 6 adalah mengenai isu ekonomi, moneter, dan luar negeri. Bagian ini secara
khusus ditujukan bagi pemilik usaha, pemain saham, pemain valas, dan pengusaha yang harus
memerhatikan berbagai sisi ekonomi negara ini, nilai tukar rupiah, bursa saham, dan isu luar negeri
yang dapat memengaruhi kegiatan usaha mereka.

Bagian terakhir berisi publik figur, bisa artis, pejabat, tokoh, sastrawan, jurnalis dan berbagai
opini singkat yang unik mengenai berbagai masalah. Bagian terakhir juga selalu beris i Catatan
pinggir Goenawan Muhammad yang selalu menutup setiap edisi majalah TEMPO.

2.2 Potensi khalayak

Potensi khalayak bagi majalah TEMPO sebenarnya tidak terlalu luas, karena mereka
hanya membatasi dirinya secara eksklusif dengan membahas isu secara benar-benar
mendalam, dengan bahasa yang cukup berat dan menurut saya pribadi sulit untuk dimengerti
khalayak yang pemahamannya mengenai suatu isu atau suatu materi tidak terlalu luas dan
dalam. Tetapi mengapa majalah TEMPO masih eksis hingga hari ini bila khalayaknya
terbatas dan sedikit?
Jawabannya adalah karena majalah TEMPO tidak pernah kekurangan pelanggan,
pebisnis, pekerja, mahasiswa, akademisi. Orang-orang ini akan selalu ada dan cenderung
bertambah seiring dengan berkembangnya suatu negara menjadi lebih maju. Masyarakat yang
lebih cerdas akan membutuhkan informasi yang lebih beragam daripada masyarakat yang
masih rendah pendidikannya, yang hanya membutuhkan informasi yang berhubungan
dengan hidupnya sehari-hari.

Selain itu, kualitas dari pelanggan TEMPO merupakan kalangan menengah ke atas,
dimana dia dapat menyisihkan uangnya untuk membeli majalah senilai 33 ribu rupiah. Angka
ini rasanya sangat berat untuk kalangan menengah ke bawah yang pendapatannya berada di
kisaran 1- 4 juta per bulan, masih banyak kebutuhan lain yang harus dipriroitaskan oleh
mereka, Maka iklan yang muncul di majalah TEMPO biasanya adalah iklan asuransi, bank,
apartemen, mobil, .kesehatan dan kebutuhan sekunder ataupun tersier lainnya. Iklan ini
biayanya sangat mahal dan meskipun kuantitasnya tak banyak tetapi dari segi materi setiap
produk yang diiklankan memiliki nilai yang cukup mahal.

Tempo sebenarnya mulai berubah menjadi lebih netral dan menambah berbagai
halaman yang berisi informasi dan intermezzo. Agak mirip seperti majalah Intisari atau
Reader Digest yang berisi intermezzo mengenai berbagai hal. Hal ini karena TEMPO
seringkali juga dibaca oleh keluarga, karyawan di perkantoran, dan banyak pembaca
sekunder yang sekedar iseng ataupun hanya membunuh waktu.

2.3 Strategi media untuk menjaga target khalayaknya

Tempo berawal sebagai majalah yang revolusioner, ingin mengikuti surat kabar
Pravda di Uni Soviet, yang berhasil meruntuhkan kekaisaran Tsar Rusia dan menggantinya
menjadi negara republik yang bebas. Majalah TEMPO pun berusaha menjadi media terdepan
untuk bisa mengkritisi dan akhirnya menggulingkan rezim orde baru. Pada awalnya sebagai
majalah yang kritis terhadap pemerintah, majalah TEMPO sering diancam, dibredel dan
diboikot oleh pemerintah rezim orde baru. Hal ini membuat image TEMPO berubah menjadi
revolusioner dan dibaca oleh mahasiswa, aktivis politik, maupun masyarakat yang sudah
muak dengan rezim orde baru.Meskipun karena konten dan kepemimpinnya terlalu kiri,
beberapa karyawan indah ke majalah Prospek yang akhirnya menjadi majalah GATRA yang
lebih netral dan cenderung kanan.

Setelah reformasi TEMPO tetap kepada jalurnya untuk tetap sebagai fourth estate dan
tetap mengkritisi pemerintahan. Hal ini termasuk hal yang aneh karena berbagai majalah dan media
lainnya cenderung berubah menjadi mengelu-elukan pemerintahan reeformasi dan menjelek-
jelekkan orde baru. TEMPO tidak lantas menjadi kendaraan bagi pemerintah reformasi, meskipun
mereka secara gencar mendukung reformasi. Kenetralan ini hampir membuat TEMPO bangkrut dan
kalah oleh euforia reformasi pada akhir tahun 90-an dan 2000 awal.

Secara perlahan TEMPO beralih dari isu-isu politis menjadi isu korupsi dan pidana pada
pertengahan 2000an. Hal ini dilakukan karena khalayak mengaggap isu politis merupakan isu yang
terlalu sensitif dan dapat memicu pertengkaran maupun keributan sosial di Indonesia yang
cenderung lebih bersatu dan damai sejak reformasi. TEMPO berubah menjadi media utama yang
mengangkat isu HAM, KKN, dan tindak pidana lainnya. Hal ini mendorong TEMPO sehingga seringkali
dijadikan narsumber ataupun topik yang diangkat ketika stasiun televisi khusus berita (metro tv dan
TV one) bermunculan.

Tempo pun tidak berhenti sampai disitu, tetapi secara perlahan menambah konten-konten
informatif dan intermezzo agar bisa dibaca oleh keluarga kelas menengah ke atas. Kontennya pun
lebih ramah dan tidak seporovokatif dulu.

Tempo telah berubah dari majalah sosialis kiri menjadi majalah yang sedikit kapitalis
meskipun masih sangat menjunjung tinggi idealisme jurnalistik.

Anda mungkin juga menyukai