Abraham Maslow: Motivation) Dan Motivasi Perkembangan (Growth Motivation)
Abraham Maslow: Motivation) Dan Motivasi Perkembangan (Growth Motivation)
4. Kebutuhan Penghargaan
Maslow menemukan bahwa setiap orang yang memiliki dua
kategori mengenai kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan yang
lebih rendah dan lebih tinggi. Kebutuhan yang rendah adalah
kebutuhan untuk menghormati orang lain, kebutuhan akan status,
ketenaran, kemuliaan, pengakuan, perhatian, reputasi, apresiasi,
martabat, bahkan dominasi. Kebutuhan yang tinggi adalah
kebutuhan akan harga diri termasuk perasaan, keyakinan,
kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian dan kebebasan.
Sekali manusia dapat memenuhi kebutuhan untuk dihargai, mereka
sudah siap untuk memasuki gerbang aktualisasi diri, kebutuhan
tertinggi yang ditemukan Maslow.
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar
pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu :
(1) kebutuhan fisiologikal (physiologicalneeds), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan
sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi
juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs);
(4)kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam
berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti
tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat
dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
3. Middle-of-the-Road (5, 5)
Ini pada dasarnya adalah gaya mengorbankan dimana pemimpin
mencoba untuk menjaga keseimbangan antara tujuan perusahaan dan
kebutuhan manusianya. Pemimpin tidak mendorong batas-batas
pencapaian menghasilkan kinerja rata-rata untuk organisasi. Pada titik ini
kebutuhan karyawan dan produksi sepenuhnya tidak terpenuhi.
Rensis Linkert
1. Sistem Pertama: Sistem yang penuh tekanan dan otoriter dimana segala
sesuatu diperintahkan dengan tangan besi dan tidak memerlukan umpan
balik. Atasan tidak memiliki kepercayaan terhadap bawahan dan bawahan
tidak memiliki kewenangan untuk mendiskusikan pekerjaannya dengan
atasan. Akibat dari konsep ini adalah ketakutan, ancaman dan hukuman jika
tidak selesai. Proses komunikasi lebih banyak dari atas kebawah.
2. Sistem Kedua: Sistem yang lebih lunak dan otoriter dimana manajer lebih
sensitif terhadap kebutuhan karyawan. Manajemen berkenan untuk percaya
pada bawahan dalam hubungan atasan dan bawahan, keputusan ada di atas
namun ada kesempatan bagi bawahan untuk turut memberikan masukan
atas keputusan itu.
Fiedler
Pendekatan kontingensi menggambarkan bahwa gaya kepemimpinan yang
digunakan tergantung pada faktor - faktor seperti situasi, karyawan, tugas,
dan variable -variabel organisasi yang lain.
- Fiedler menyatakan bahwa kepemimpinan efektif tergantung pada
karakteristik pemimpin dan faktor situasional.
- Faktor situasional yang diidentifikasikan adalah:
a. Hubungan pemimpin & bawahan
Seberapa besar bawahan percaya pada atasannya.
b. Struktur tugas
Seberapa jelas tugas yang diberikan pada bawahan.
c. Posisi kekuasaan atasan
Mengukur tingkat kekuasaan pemimpin (legitimate, reward & coersive
power)