Anda di halaman 1dari 12

Skizofrenia Paranoid 201

BAB I
PENDAHULUAN

Skizofrenia merupakan gangguan mental klasifikasi berat dan kronik


(psikotik). Secara umum ditandai oleh distorsi pikiran, persepsi yang khas, dan
gangguan afek yang tidak wajar. Schizophrenia disebabkan oleh hal yang
multikompleks, seperti ketidakseimbangan neurotransmitter di otak, faktor edukasi
dan perkembangan mental sejak masa anak-anak, stressor psikososial berat yang
menumpuk, dengan sifat perjalanan penyakit yang progresif, cenderung menahun,
(kronik), eksaserbasi (kumat-kumatan), sehingga terkesan penderita tidak bisa
disembuhkan seumur hidup. Tiga per empat dari jumlah pasien skizofrenia umumnya
dimulai pada usia 16 sampai 25 tahun pada laki-laki. Pada kaum perempuan,
skizofrenia biasanya mulai diidap pada usia 25 hingga 30 tahun. Penyakit yang satu ini
cenderung menyebar di antara anggota keluarga sedarah.1,2

Dalam skizofrenia terdapat beberapa tipe yaitu tipe tak terorganisasi, tipe
katatonik dan tipe paranoid (DSM-IV-TR; APA, 2000). Simptom utama dari
skizofrenia paranoid adalah delusi persecusion dan grandeur, di mana individu merasa
dikejar-kejar. Hal tersebut terjadi karena segala sesuatu ditanggapi secara sensitif dan
egosentris seolah-olah orang lain akan berbuat buruk kepadanya. Oleh karena itu,
sikapnya terhadap orang lain agresif. Delusi tersebut diperkuat oleh halusinasi
penglihatan dan pendengaran. Hal-hal tersebut juga bisa mendorong penderita untuk
membunuh orang lain atau sebaliknya bunuh diri, sebagai usahanya untuk
menghindari delusi persecusion.1

Ilmu Penyakit Jiwa 1


Skizofrenia Paranoid 201
4

BAB II
PEMBAHASAN

1. DEFINISI
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang bersifat kronis atau kambuh
ditandai dengan terdapatnya perpecahan (schism) antara pikiran, emosi dan
perilaku pasien yang terkena. Perpecahan pada pasien digambarkan dengan
adanya gejala fundamental (atau primer) spesifik, yaitu gangguan pikiran yang
ditandai dengan gangguan asosiasi, khususnya kelonggaran asosiasi. Gejala
fundamental lainnya adalah gangguan afektif, autisme, dan ambivalensi.
Sedangkan gejala sekundernya adalah waham dan halusinasi 2
Berdasarkan DSM-IV, skizofrenia merupakan gangguan yang terjadi dalam
durasi paling sedikit selama 6 bulan, dengan 1 bulan fase aktif gejala (atau lebih)
yang diikuti munculnya delusi, halusinasi, pembicaraan yang tidak terorganisir,
dan adanya perilaku yang katatonik serta adanya gejala negatif.2
Skozofrenia paranoid adalah salah satu sub tipe skizofrenia, dimana dalam
DSM IV disebutkan bahwa tipe ini ditandai oleh preokupasi (keasyikan) pada satu
atau lebih waham atau halusinasi dengar yang sering dan tidak ada prilaku lain
yang mengarahkan kepada terdisorganisasi ataupun katatonik.2

2. ETIOLOGI
Teori tentang penyebab skizofrenia, yaitu 1,2
a. Diatesis-Stres Model
Teori ini menggabungkan antara faktor biologis, psikososial, dan lingkungan
yang secara khusus mempengaruhi diri seseorang sehingga dapat
menyebabkan berkembangnya gejala skizofrenia. Dimana ketiga faktor
tersebut saling berpengaruh secara dinamis.

b. Faktor Biologis

Ilmu Penyakit Jiwa 2


Skizofrenia Paranoid 201
4
Dari faktor biologis dikenal suatu hipotesis dopamin yang menyatakan bahwa
skizofrenia disebabkan oleh aktivitas dopaminergik yang berlebihan di bagian
kortikal otak, dan berkaitan dengan gejala positif dari skizofrenia. Penelitian
terbaru juga menunjukkan pentingnya neurotransmiter lain termasuk serotonin,
norepinefrin, glutamat dan GABA. Selain perubahan yang sifatnya
neurokimiawi, penelitian menggunakan CT Scan ternyata ditemukan
perubahan anatomi otak seperti pelebaran lateral ventrikel, atropi koteks atau
atropi otak kecil (cerebellum), terutama pada penderita kronis skizofrenia.
c. Genetika
Faktor genetika telah dibuktikan secara meyakinkan. Resiko masyarakat umum
1%, pada orang tua resiko 5%, pada saudara kandung 8% dan pada anak 12%
apabila salah satu orang tua menderita skizofrenia, walaupun anak telah
dipisahkan dari orang tua sejak lahir, anak dari kedua orang tua skizofrenia
40%. Pada kembar monozigot 47%, sedangkan untuk kembar dizigot sebesar
12% .
d. Faktor Psikososial
Pada faktor ini menandakan adanya tekanan psikososial yang
terjadi pada orang tertentu yang bisa memicu terjadinya
skizofrenia, seperti permasalahan keluarga, hubungan
intrapersonal, konflik dan frustasi dalam lingkungan.

3. KLASIFIKASI
Beberapa subtype Skizofrenia yang diidentifkasi berdasarkan variable klinik 1,2,3
Skizofrenia Paranoid
Skizofrenia hebefrenik
Skizofrenia katatonik
Skizofrenia tak terinci
Skizofrenia residual
Skizofrenia simplek
Depresi pasca Skizofrenia
4. PERJALANAN GANGGUAN SKIZOFRENIA

Ilmu Penyakit Jiwa 3


Skizofrenia Paranoid 201
4
Perjalanan berkembangnya skizofrenia sangatlah beragam pada
setiap kasus. Namun, secara umum melewati tiga fase utama,
yaitu1,5:
a. Fase Prodromal
Fase prodromal ditandai dengan deteriorasi yang jelas
dalam fungsi kehidupan, sebelum fase aktif gejala gangguan,
dan tidak disebabkan oleh gangguan afek atau akibat
gangguan penggunaan zat, serta mencakup paling sedikit dua
gejala dari kriteria A pada criteria diagnosis skizofrenia. Awal
munculnya skizofrenia dapat terjadi setelah melewati suatu
periode yang sangat panjang, yaitu ketika seorang individu
mulai menarik diri secara sosial dari lingkungannya.
Individu yang mengalami fase prodromal dapat
berlangsung selama beberapa minggu hingga bertahun-tahun,
sebelum gejala lain yang memenuhi kriteria untuk
menegakkan diagnosis skizorenia muncul. Individu dengan
fase prodromal singkat, perkembangan gejala gangguannya
lebih jelas terlihat daripada individu yang mengalami fase
prodromal panjang.
b. Fase Aktif Gejala
Fase aktif gejala ditandai dengan munculnya gejala-
gejala skizofrenia secara jelas. Sebagian besar penderita
gangguan skizofrenia memiliki kelainan pada kemampuannya
untuk melihat realitas dan kesulitan dalam mencapai insight.
Sebagai akibatnya episode psikosis dapat ditandai oleh
adanya kesenjangan yang semakin besar antara individu
dengan lingkungan sosialnya.
c. Fase Residual

Ilmu Penyakit Jiwa 4


Skizofrenia Paranoid 201
4
Fase residual terjadi setelah fase aktif gejala paling
sedikit terdapat dua gejala dari kriteria A pada kriteria
diagnosis skizofrenia yang bersifat mentap dan tidak
disebabkan oleh gangguan afek atau gangguan penggunaan
zat. Dalam perjalanan gangguannya, beberapa pasien
skizofrenia mengalami kekambuhan hingga lebih dari lima kali.
Oleh karena itu, tantangan terapi saat ini adalah untuk
mengurangi dan mencegah terjadinya kekambuhan.

5. DIAGNOSA
PEDOMAN DIAGNOSTIK SKIZOFRENIA MENURUT PPDGJ III 4
a. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
Thought echo
Isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya
(tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isi sama, namun kualitasnya
berbeda; atau
Thought insertion or withdrawal
Isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau
isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal);
dan
Thought broadcasting
Isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya;
Delusion of control
Waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari
luar; atau
Delusion of influence
Waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari
luar; atau
Delusion of passivity
Waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan
tertentu dari luar; (tentang dirinya = secara jelas merujuk ke pergerakan

Ilmu Penyakit Jiwa 5


Skizofrenia Paranoid 201
4
tubuh atau anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan
khusus)
Delusional perception
Pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna, sangat khas bagi
dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;

Halusinasi auditorik:
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau
Jenis suara halusinasi lain yang berasla dari salah satu bagian tubuh
Wahamwaham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan
makhluk asing dari dunia lain).

b. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide ide berlebihan
(over loaded ideas) yang menetap, atau yang apabila terjadi setiap hari
selama berminggu minggu atau berbulan bulan terus menerus;
Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan atau neologisme;
Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme dan
stupor;
Gejalagejala negatif, seperti sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja

Ilmu Penyakit Jiwa 6


Skizofrenia Paranoid 201
4
sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau medikasi neuroleptika.

c. Adanya gejala gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodormal);
d. Harus ada suatu perbuatan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.

Diagnosis Skizofrenia Paranoid


a. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
b. Sebagai tambahan :

Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
Suara suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi
perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi
pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing);
Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau
lain lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol;
Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (deusion of influence), atau
passivity (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar kejar
beraneka ragam, adalah yang paling khas;

Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.4

6. DIAGNOSA BANDING
Gangguan waham menetap
Gangguan akibat pemakaian zat psikoadiktif
Gangguan mood
Gangguan kepribadian
7. PENATALAKSANAAN

Ilmu Penyakit Jiwa 7


Skizofrenia Paranoid 201
4
Skizofrenia diyakini merupakan interaksi dari tiga factor (biogenik-psikogenik-
sosiogenik) maka pengobatan gangguan skizofrenia juga diarahkan pada ketiga
faktor tersebut yaitu somatoterapi, psikoterapi, dan sosioterapi. Dengan kata lain,
tidak ada pengobatan tunggal yang dapat memperbaiki keanekaragaman gejala
dan disabilitas berkaitan dengan skizofrenia, tetapi harus dilakukan secara
komprehensif.3
a. Somatoterapi
Sasaran utama somatoterapi adalah tubuh manusia dengan harapan
pasien akan sembuh melalui reaksi holistik. Somatoterapi yang umum
dilakukan adalah psikofarmaka dan ECT (Electroconvulsive Therapy).
Psikofarmaka atau disebut obat neuroleptika/antipsikotika dibedakan menjadi
dua golongan tipikal (konvensional) dan golongan atipikal (generasi kedua).
Dasar pemilihan suatu jenis psikofarmaka adalah atas pertimbangan manfaat
dan resiko secara individual yang mencakup farmakokinetik dan
farmakodinamik. Semua antipsikotik yang saat ini tersedia (tipikal maupun
atipikal) adalah bersifat antagonis reseptor dopamni D2 dalam mesokortikal.
Blokader reseptor D2 ini cenderung menyebabkan symptom ekstrapiramidal
walaupun secara umum golongan atipikal mempunyai resiko efek samping
neurologik yang lebih rendah (dibandingkan antipsikotik tipikal).3
Antipsikotik golongan atipikal dengan efek samping neuromotorik
relatif sedikit tersebut merupakan suatu kemauan terapi terhadap skizofrenia.
Meskipun demikian tetap harus dipertimbangkan bahwa efek samping lain
yang tidak diinginkan dari golongan atipikal tersebut yaitu peningkatan berat
badan, hiperprolaktinemia, hiperglikemia, dan dislipidemia. Akibat kurang
baik lainnya seperti dislipidemia, ketoasidosis diabetika, diabetes melitus, dan
perubahan elektrokardiografi (EKG) serta resiko kanker payudara akibat
hiperprolaktinemia juga telah dicatat pada penggunaan antipsikotik atipikal.3

Antipsikotik dibedakan atas: 5


Antipsikotik tipikal (antipsikotik generasi pertama)
Klorpromazin

Ilmu Penyakit Jiwa 8


Skizofrenia Paranoid 201
4
Flufenazin
Tioridazin
Haloperidol
Antipsikotik atipikal (antipsikotik generasi kedua)
Klozapin
Olanzapin
Risperidon
Quetapin
Aripiprazol
Pemakaian antipsikotik dalam menanggulangi skizofrenia telah
mengalami pergeseran. Bila mulanya menggunakan antipsikotik tipikal, kini
pilihan beralih ke antipsikotik atipikal, yang dinyatakan lebih superior dalam
menanggulangi simtom negatif dan kemunduran kognitif. Adanya perbedaan
efek samping yang nyata antara antipsikotik atipikal dan antipsikotik tipikal.
Antipsikotik atipikal:
Menimbulkan lebih sedikit efek samping neurologis.
Lebih besar kemungkinan dalam menimbulkan efek samping metabolik,
misalnya pertambahan berat badan, diabetes mellitus, atau sindroma
metabolik.
Penanggulangan memakai antipsikotik diusahakan sesegera mungkin,
bila memungkinkan secara klinik, karena eksaserbasi psikotik akut melibatkan
distres emosional, perilaku individu membahayakan diri sendiri, orang lain,
dan merusak sekitar. Individu terlebih dahulu menjalani pemeriksaan kondisi
fisik, vital signs, dan pemeriksaan laboratorium dasar, sebelum memperoleh
antipsikotik.3

Jenis intervensi somatogenik selain psikofarmaka adalah ECT.


Bagaimana sebenarnya cara kerja ECT sehingga dapat menyembuhkan
penderita gangguan jiwa sampai sekarang belum diketahui pasti walaupun

Ilmu Penyakit Jiwa 9


Skizofrenia Paranoid 201
4
beberapa teori telah diajukan dimana ada yang berorientasi secara organik
tetapi ada juga yang tidak berorientasi organik.

b. Psikoterapi
Terapi psikososial dimaksudkan agar pasien skizofrenia mampu kembali
beradaptasi dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu merawat diri,
mandiri, serta tidak menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat). Termasuk
dalam terapi psikososial adalah terapi perilaku, terapi berorientasi keluarga,
terapi kelompok, dan psikoterapi individual.3

8. PROGNOSA
Penegakan prognosis dapat menghasilkan dua kemungkinan, yaitu
a.
prognosis positif, apabila didukung oleh beberapa aspek berikut, seperti: onset
terjadi pada usia yang lebih lanjut, faktor pencetusnya jelas, adanya kehidupan
yang relatif baik sebelum terjadinya gangguan dalam bidang sosial, pekerjaan,
dan seksual, fase prodromal terjadi secara singkat, munculnya gejala gangguan
mood, adanya gejala positif, sudah menikah, dan adanya sistem pendukung
yang baik.
b.
prognosis negatif, dapat ditegakkan apabila muncul beberapa keadaan seperti
berikut: onset gangguan lebih awal, factor pencetus tidak jelas, riwayat
kehidupan sebelum terjadinya gangguan kurang baik, fase prodromal terjadi
cukup lama, adanya perilaku yang autistik, melakukan penarikan diri,
statusnya lajang, bercerai, atau pasangannya telah meninggal, adanya riwayat
keluarga yang mengidap skizofrenia, munculnya gejala negatif, sering kambuh
secara berulang, dan tidak adanya sistem pendukung yang baik.3

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Ilmu Penyakit Jiwa 10


Skizofrenia Paranoid 201
4
Skizofrenia paranoid adalah salah satu sub tipe skizofrenia, dimana dalam
DSM IV disebutkan bahwa tipe ini ditandai oleh preokupasi (keasyikan) pada satu
atau lebih waham atau halusinasi dengar yang sering dan tidak ada prilaku lain yang
mengarahkan kepada terdisorganisasi ataupun katatonik. Simptom utama dari
skizofrenia paranoid adalah delusi persecusion dan grandeur, di mana individu merasa
dikejar-kejar. Skizofrenia merupakan gangguan yang bersifat kronis, berangsur-angsur
menjadi semakin menarik diri dan tidak berfungsi selama bertahun-tahun. Beberapa
penelitian menemukan lebih dari periode waktu 5 sampai 10 tahun setelah perawatan
pertama kali dirumah sakit, hanya 10 sampai 20% memiliki hasil yang baik. Lebih dari
50% memiliki hasil buruk.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan HI, Saddock BC, Roan WM. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Widya
Medika, Jakarta. 1998: 407-412

Ilmu Penyakit Jiwa 11


Skizofrenia Paranoid 201
4
2. Kaplan HI, Saddock BC, Grebb JA. Sipnosis Psikiatri. Jilid I.Edisi VII.
Binarupa Aksara Jakarta. 1997: 699-743
3. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta, 2001: 170-196
4. Maslim, Rusdi. 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas
dari PPDGJ III. Jakarta: Nuh Jaya.
5. Maslim, Rusdi. 2002. Panduan Praktis Penggunaan Obat Klinis Psikotropik.
Edisi III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.

Ilmu Penyakit Jiwa 12

Anda mungkin juga menyukai