Anda di halaman 1dari 6

Definisi

Varises tungkai adalah dilatasi, pemanjangan dan berkelok-keloknya sistem

vena yang disertai gangguan sirkulasi darah didalamnya (Sjamsuhidayat 1997).

Varises ( vena varikosa ) adalah pelebaran dari vena superfisial yang


menonjol dan berliku-liku pada ekstremitas bawah, sering pada distribusi
anatomis dari vena safena magna dan parva (Grace, 2006).
Varises (varices) adalah pembuluh darah balik (vena) yang melebar dan
berkelok-kelok akibat gangguan (hambatan) aliran darah

Etiologi

Menurut Yuwono 2006, Etiologi dari insufisiensi vena kronis dapat dibagi
3 kategori yaitu, kongenital, primer dan sekunder.
1 Penyebab insufisiensi vena kronis yang kongenital adalah pada kelainan
dimana katup yang seharusnya terbentuk di suatu segmen ternyata tidak
terbentuk sama sekali (aplasia, avalvulia), atau pembentukannya tidak
sempurna (displasia), berbagai malformasi vena, dan kelainan lainnya
yang baru diketahui setelah penderitanya berumur.
2 Penyebab insufisiensi vena kronis yang primer adalah kelemahan intrinsik
dari dinding katup, yaitu terjadi lembaran atau daun katup yang terlau
panjang (elongasi) atau daun katup menyebabkan dinding vena menjadi
terlalu lentur tanpa sebab-sebab yang diketahui. Keadaan daun katup yang
panjang melambai (floppy, rebundant) sehingga penutupan tidak sempurna
(daun-daun katup tidak dapat terkatup sempurna) yang mengakibatkan
terjadinya katup tidak dapat menahan aliran balik, sehingga aliran
retrograd atau refluks. Keadaan tersebut dapat diatasi hanya dengan
melakukan perbaikan katup (valve repair) dengan operasi untuk
mengembalikan katup menjadi berfungsi baik kembali.
3 Penyebab insufisiensi vena kronis sekunder (insufisiensi vena sekunder)
disebabkan oleh keadaan patologik yang didapat (acquired), yaitu akibat
adanya penyumbatan trombosis vena dalam yang menimbulkan gangguan
kronis pada katup vena dalam. Pada keadaan dimana terjadi komplikasi
sumbatan trombus beberapa bulan atau tahun paska kejadian trombosis
vena dalam, maka keadaan tersebut disebut sindroma post-trombotic. Pada
sindroma tersebut terjadi pembentukan jaringan parut akibat inflamasi,
trombosis kronis dan rekanalisasi yang akan menimbulkan fibrosis, dan
juga akan menimbulkan pemendekan daun katup (pengerutan daun katup),
perforasi kecil-kecil (perforasi mikro), dan adhesi katup, sehingga
akhirnya akan menimbulkan penyempitan lumen. Kerusakan yang terjadi
pada daun katup telah sangat parah tidak memungkinkan upaya perbaikan.
Kejadian insufisiensi vena kronis yang primer, dan yang sekunder (akibat
trombosis vena dalam, dan komplikasi post-trombotic), dapat terjadi pada
satu penderita yang sama.

klasifikasi
Varises tungkai terdiri dari varises primer dan sekunder. Varises primer

terjadi jika katup sistem vena superfisialis (vena Saphena magma, vena Saphena

parva dan venae .perforantes) gagal untuk menutup sebagaimana mestinya,

sehingga akan terjadi refluks kearah bawah dan terjadi dilatasi vena yang kronis,

sedangkan sistem vena Profunda masih normal. Varises sekunder terjadi akibat

sistem vena Profunda mengalami trombosis / tromboflebitis atau adanya fistula

arterovenosa, semula keadaan katupnya normal selanjutnya terjadi kompensasi

pelebaran pada vena superfisialis (Falco, 1991; Faria, 1992)


Secara klinis varises tungkai dikelompokan berdasarkan jenisnya, yaitu :

1 Varises trunkal

Merupakan varises v.saphena magna dan v.saphena parva, diameter lebih dari 8

mm, warna biru-biru kehijauan.

2 Varises retikular

Varises yang mengenai cabang v.saphena magna atau v.saphena parva yang

umumnya kecil dan berkelok-kelok, diameter 2-8 mm, warna biru-biru

kehijauan.

3 Varises kapiler

Merupakan vena subkutis yang tampak sebagai kelompok serabut halus dari

pembuluh darah, diameter 0,1 - 1 mm, warna merah atao sianotik (jarang)

( Basuki, 1990; Falco, 1991).

Sesuai dengan berat ringannya, varises dibagi atas empat stadium

(Jong,2005)

Stadium I

Keluhan samar (tidak khas)

Stadium II

Mula tampak pelebaran vena, palpabel dan menonjol

Stadium III

Varises tampak jelas, memanjang, berkelok-kelok pada paha atau tungkai bawah
Stadium IV

Kelainan kulit dan tukak karena sindrom insufisiensi vena menahun

5 Faktor Risiko
Menurut Yuwono (2010), faktor risiko dari penyakit vena kronis adalah
termasuk :
1 Sejarah varises dalam keluarga (keturunan, herediter),
2 Umur,
3 Jenis kelamin perempuan (pada usia dekade ke-3 dan 4 : dijumpai 5-6 kali
lebih sering dari laki-laki),
4 Kegemukan atau obesitas, terutama pada perempuan,
5 Kehamilan lebih dari dua kali,
6 Pengguna pil atau suntikan hormon dalam program keluarga berencana,
7 Terbiasa bekerja dalam posisi berdiri tegak selama lebih dari 6 jam sehari.

Patofisiologi

Pada keadaan normal katup vena bekerja satu arah dalam mengalirkan darah vena

naik keatas dan masuk kedalam. Pertama darah dikumpulkan dalam kapiler vena

superfisialis kemudian dialirkan ke pembuluh vena yang lebih besar, akhirnya melewati

katup vena ke vena profunda yang kemudian ke sirkulasi sentral menuju jantung dan

paru. Vena superfisial terletak suprafasial, sedangkan vena vena profunda terletak di

dalam fasia dan otot. Vena perforata mengijinkan adanya aliran darah dari vena

superfisial ke vena profunda (Beale, 2005).

Di dalam kompartemen otot, vena profunda akan mengalirkan darah naik keatas

melawan gravitasi dibantu oleh adanya kontraksi otot yang menghasikan suatu

mekanisme pompa otot. Pompa ini akan meningkatkan tekanan dalam vena profunda

sekitar 5 atm. Tekanan sebesar 5 atm tidak akan menimbulkan distensi pada vena

profunda dan selain itu karena vena profunda terletak di dalam fasia yang mencegah

distensi berlebihan. Tekanan dalam vena superfisial normalnya sangat rendah, apabila

mendapat paparan tekanan tinggi yang berlebihan akan menyebabkan distensi dan

perubahan bentuk menjadi berkelok-kelok.

DAFTAR PUSTAKA
1 Sjamsuhidajat, R., De Jong Wim. Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. 2005.
2 Campbell, Bruce. Varicose Veins And Their Management. BMJ. 2006;333;287-292.
3 Domers, Pamela dan Michiil Kaarnapen. The Histophatology of Varicose Vein Angiology;
2006; 57:546.
4 Tim FK-UI. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III jilid 2. Jakarta. Media Aesculapius.
5 UniversitasGrace, Pierge A., 2006. At A Glance Ilmu Bedah. Jakarta: Erlangga.
6 Yuwono, Hendro S., 2010. Ilmu Bedah Vaskular. Bandung : Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai