Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pendamping:
dr. Agustina Rusmawati
Disusun Oleh:
dr. Endang Murtini
PUSKESMAS KAJEN I
KABUPATEN PEKALONGAN
2014
LAPORAN KEGIATAN UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
PEMANTAUAN DAN PENANGANAN GIZI BURUK(F4)
DESA NYAMOK KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN
A. Nama Kegiatan
Pemantauan dan penanganan gizi buruk di Desa Nyamok Kecamatan Kajen
Kabupaten Pekalongan.
B. Latar Belakang
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau nutrisinya
di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian, yakni gizi buruk
karena kekurangan protein (disebut kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau kalori
(disebut marasmus), dan kekurangan kedua-duanya. Gizi buruk ini biasanya terjadi pada
anak balita (bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh membusungnya perut (busung lapar).
Gizi buruk yang dialami oleh seorang anak mampu menurunkan kualitas hidup anak
tersebut.Hal ini terjadi karena system imun anak yang juga menurun sehingga anak
mudah menderita penyakit. Selain itu, perkembangan tubuh anak menjadi tidak optimal,
kemampuan motorik rendah, produktivitas rendah, dan kemampuan daya saing pun akan
menurun. Hal ini amat merugikan bagi anak tersebut dalam menghadapi masa depannya.
Penyebab gizi buruk pada balita sangat kompleks. Penyebab langsung anak tidak
mendapat gizi seimbang, yaitu Air Susu Ibu (ASI) saat umur 0-6 bulan, dan Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) yang memenuhi syarat saat umur 6-24 bulan. Penyebab
langsung lain adalah infeksi, terutama diare, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dan
campak. Kedua sebab langsung ini saling memperkuat, didorong oleh faktor kemiskinan,
kurangnya pendidikan, lingkungan tidak bersih, dan banyaknya anak dengan jarak
kelahiran terlalu dekat. Faktor ini dapat menyebabkan anak tidak diasuh dengan
semestinya, seperti tidak diberi ASI, tidak dapat menyediakan MP-ASI yang baik, dan
tidak dibawa ke posyandu atau pelayanan kesehatan (Martianto, 2006).
Secara nasional, penduduk Indonesia yang mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan
minimal (kurang dari dari 70 persen dari angka kecukupan energi bagi orang Indonesia)
adalah sebanyak 40,7 persen (Riskesdas, 2010). Prevalensi berat kurang balita pada
tahun 2010 secara nasional adalah 17,9 persen yang terdiri dari 4,9 persen gizi buruk dan
13,0 gizi kurang.
Kementerian kesehatan telah menetapkan kebijakan yang komprehensif dalam upaya
mengatasi masalah gizi buruk dan gizi kurang pada balita, meliputi pencegahan,
promosi/edukasi dan penanggulangan balita gizi buruk. Upaya pencegahan dilaksanakan
melalui pemantauan pertumbuhan di posyandu. Penanggulangan balita gizi kurang
dilakukan dengan pemberian makanan tambahan (PMT) sedangkan balita gizi buruk
harus mendapatkan perawatan sesuai Tatalaksana Balita Gizi Buruk yang ada. Untuk
meningkatkan kualitas pelayanan gizi dalam penanganan anak gizi buruk dilakukan
melalui pelatihan Tatalaksana Gizi Buruk bagi tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan
(Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Balita penderita gizi buruk sangat memerlukan program kunjungan kasus karena
terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi perbaikan gizi dari si penderita,
diantaranya adalah pengetahuan ibu tentang nutrisi dan cara mengolah makanan, perilaku
hidup bersih dan sehat, keadaan sosial ekonomi, keadaan lingkungan tempat tinggal dan
faktor lain yang tidak dapat diketahui jika hanya dilihat dari status kesehatan penderita
saat berkunjung ke puskesmas.
Penjaringan dan intervensi dengan pemberian makanan tambahan dan edukasi adalah
salah satu program yang dilaksanakan di Puskesmas Kajen 1 Pekalongan dalam
penanganan gizi buruk dan atau gizi kurang. Program ini memberikan hasil yang cukup
baik, dapat dilihat dari jumlah balita gizi buruk dan atau gizi kurang pada tahun 2013
sebanyak 10 anak dan tahun 2014 sebanyak 7 anak. Dengan demikian program ini sangat
perlu untuk dilanjutkan untuk menangani masalah gizi khususnya di wilayah Kajen.
C. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
Mencegah dan mengurangi angka penderita gizi buruk.
2. Tujuan Khusus
a) Memberi pengetahuan kepada ibu yang memiliki balita dengan gizi buruk di
desa Nyamok.
b) Memberi penyuluhan tentang keadaan balitanya kepada ibu yang memiliki
balita dengan gizi buruk di desa Nyamok.
c) Mengukur tingkat pengetahuan tentang gizi balita, serta memberi penyuluhan
tentang pentingnya gizi balita kepada ibu yang memiliki balita dengan gizi
buruk di desa Nyamok.
D. Bentuk Kegiatan
a) Mendatangi dan melakukan pelacakan pada penderita yang diduga gizi buruk
berdasarkan BB, TB, Umur.
b) Memberikan edukasi mengenai makanan sehat kepada ibu yang memiliki balita
dengan gizi buruk.
c) Memberikan bantuan pemberian makanan tambahan.
E. Waktu Kegiatan
Kegiatan telah dilaksanakan pada tanggal 25 Oktober 2014, 25 November 2014, 25
Desember 2014.
F. Tempat Kegiatan
Di desa Nyamok, Kecamatan Kajen.
G. Pelaksana Kegiatan
dr. Endang murtini
H. Peserta Kegiatan
Nama : An. Nadiv
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 3 Februari 2014
Jumlah saudara : 2 (Dua)
Nama ayah : Tn.Nuryadi
Pekerjaan : Swasta (Sopir Pribadi)
Nama ibu : Ny.Siti Asiyah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status ekonomi keluarga : Menengah Kebawah
No Indikator Bulan
I II III
1. Umur 9 bulan 10 bulan 11 bulan
2. Berat Badan 5,4 kg 4,9 kg 5,8 Kg
3. Tinggi Badan 61 cm 61 cm 63 cm
4. BB/U <-3 SD (Gizi <-3 SD (Gizi <-3 SD (Gizi
Buruk) Buruk) Buruk)
5. PB/U <-3SD (Sangat <-3SD (Sangat <-3SD (Sangat
Pendek) Pendek) Pendek)
2. Riwayat persalinan
Ibu bersalin pada usia kehamilan + 38 minggu. Saat akan melahirkan keluarga
membawa ibu pasien ke tempat bidan dekat rumah. Saat melahirkan ibu tidak
merasa ada hambatan, anak lahir dengan berat 3,3 gr dan hanya terdengar
merintih, pasien lahir tidak menangis keras serta terlihat kebiruan, lalu pasien
dibawa ke rumah sakit kajen,selama empat hari pasien dirawat dirumah sakit,oleh
dokter spesialis anak di rumah sakit kajen pasien didiagnosa sebagai anak dengan
sindrom down.
b. Leher :
retraksi supra sterna (-)
pembesaran kelenjar limfe tidak ditemukan
kelemahan otot leher (+)
c. Toraks
Pulmo : simetris, gerak dada kanan dan kiri sama, retraksi intercostals
(-/-), retraksi epigastrik (-), SD bronkovesikuler, Wheezing : -/- ,
Rhonki: -/-
Jantung : Bunyi jantung I-II regular, bising jantung tidak ditemukan.
d. Abdomen :
Datar, BU (+) normal, supel, timpani, pembesaran hepar (-), pembesaran
lien (-)
e. Ekstremitas :
Tangan terlihat pendek dan lebar dengan jari jari tangan pendek.
Tangan serta Kaki telihat lunglai.
Diagnose = Gizi Buruk dengan Sindrom Down.
J. Hasil
Dalam kegiatan pemantauan dan penanganan anak dengan gizi buruk ini diambil
sampel An. Nadiv berusia 11 bulan. Selama 3 bulan dilakukan pemantauan berat badan
dan tinggi badan serta perkembangan pola makan anak. Dari penimbangan berat badan
dan pengukuran tinggi badan berkala selama 3 bulan didapatkan peningkatan berat badan
anak saat usia 10 bulan hingga 11 bulan berkisar 0,1 Kg 0,9 Kg, dan penambahan 2 cm
Namun, pada kunjungan kedua saat usia 10 bulan anak sempat sakit dan dirawat di
rumah sakit kajen, selama 3 hari pasien dirawat dirumah sakit dengan disentri, oleh
karena kondisi tersebut, berat badan pasien sempat turun yang awalnya 5,4 kg menjadi
4,9 kg. Sebelumnya ibu pasien juga mengalami keluhan yang sama yakni disentri namun
ibu pesien sudah membaik dengan meminum obat dari puskesmas. Dengan menurunnya
berat badan pasien, ibu pasien pun tidak patah semangat untuk memperhatikan kondisi
anaknya, lalu saat usia 11 bulan saat ditimbang berat badan anak naik menjadi 5,8 kg
tinggi badan naik 2 cm.
No Indikator Bulan
I II III
1. Umur 9 bulan 10 bulan 11 bulan
2. Berat Badan 5,4 kg 4,9 kg 5,8 Kg
3. Tinggi Badan 61 cm 61 cm 63cm
4. BB/U <-3 SD (Gizi <-3 SD (Gizi <-3 SD (Gizi
Buruk) Buruk) Buruk)
5. PB/U <-3SD (Sangat <-3SD (Sangat <-3SD (Sangat
Pendek) Pendek) Pendek)
Pemberian PMT untuk pemulihan gizi buruk dilakukan satu kali dalam sebulan. Adapun
jenis PMT yang diberikan untuk pemulihan gizi buruk antara lain:
K. Evaluasi
1. Kendala
a. Keadaan rumah tempat tinggal belum layak, lantai rumah masih berupa tanah
merah dengan beberapa hewan ternak seperti ayam, terkadang masuk ke dalam
rumah. Kebersihan yang kurang baik sehingga lebih memudahkan anak tertular
penyakit.
b. Tingkat pendidikan ibu masih rendah.
c. Pengetahuan ibu tentang pentingnya makanan bergizi yang cukup dan seimbang
sangat kurang.
d. Ibu kurang telaten dalam memperhatikan kesehatan anak dan memberikan
makanan pada anak. Ibu tidak mau mencoba memberikan makanan dengan
komposisi berbeda dengan porsi yang lebih besar.
e. Anak tersebut mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
f. Sosial ekonomi keluarga yang merupakan golongan menengah ke bawah
sehingga sulit memberikan makanan cukup dan sehat kepada balita.
2. Kegiatan pemantauan dan penanganan gizi buruk ini dilakukan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan balita, dikarenakan balita dengan gizi buruk akan
sangat rentan terhadap penyakit dan mengalami perkembangan yang kurang optimal.
Dari penimbangan berkala didapatkan peningkatan berat badan balita dari usia 10
bulan hingga 11 bulan yakni 0,1 kg 0,9 kg, tinggi badan naik 2 cm namun, berat
badan saat usia 9 bulan hingga 10 bulan sempat turun dari 5,4 kg menjadi 4,9 kg oleh
karena sakit disentri, dimana sebelumnya ibu pasien juga mengalami hal yang sama
yakni disentri. kondisi lingkungan yang kurang bersih menjadi salah satu penyebab
penyakit disentri pada pasien, serta kurangnya pengetahuan ibu, sehingga kondisi
sakit tersebut membuat berat badan anak turun. Dan setelah sembuh dari sakit, berat
badan anak naik 0,9 kg serta tinggi badan naik 2 cm namun, kondisi status gizi anak
tetap gizi buruk.