Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1.1. pendahuluan
Kita telah membahas rangkaian listrik dengan sumbernya searah, dimana untuk
selang waktu dari nol sampai tak hingga nilainya akan selalu tetap atau konstan,
sedangkan pada pembahasan ini akan dibahas rangkaian listrik dengan sumbernya
adalah bolak-balik, dimana untuk waktu tertentu akan didapatkan nilai yang berbeda-
beda. Dengan sumber DC (Direct Current) komponen L dan C akan menjadi rangkaian
hubung singkat atau terbuka tetapi dengan sumber AC (Alternating Current) komponen
impedansi dan admitansi serta nilai rata-rata dan efektif suatu gelombang bolak balik.
1.2. Penyajian
1.2.1. Bentuk Gelombang
Sebelum membahas masalah AC secara mendalam alangkah baiknya kita
Salah satu sifat khusus dari gelombang AC adalah dia mempunyai sifat periodik atau
berulang dengan selang waktu tertentu atau lebih sering disebut dengan perioda,
integer 0,1,2, dengan T = perioda. Gelombang arus bolak balik dapat berbentuk
sinusoidal, pulsa, gergaji, sinusoidal yang disearahkan dll. seperti terlihat pada gambar
1.1.
1
Gambar 1.1. Bentuk-bentuk gelombang AC
Contoh :
2
pada gambar 1.2.
Arus yang mengalir dalam elemen R,L,C jikadiberi tegangan sinusoidal seperti
Tabel 1.1. arus yang mengalir dalam elemen jika diberi tegangan sinusoidal
Elemen V t V =Vmcos(t )
V =Vmsin )
R V Vm Vm
iR = iR = sin ( t ) iR = cos ( t )
R R R
3
L 1 Vm Vm
L
iL
Vdt iL = (cos ( t ) ) iL = sin ( t )
L L
C dv ic=CVmcos(t ) sin ( t )
ic=C
dt ic=CVm
Tegangan yang muncul dalam elemen R,L,C jikadiairi arus sinusoidal seperti terlihat
Tabel 1.2. Tegangan yang muncul dalam elemen jika dialiri arus sinusoidal
L di VL=LImcos(t) VL=Lim(-sin(t))
VL=L
dt
C VC= cos ( t )
VC= sin ( t )
1 C
VC =
C
idt
C
i. Sudut Phasa
Sudut phasa adalah perbedaan sudut antara suatu gelombang dengan gelombang
orisionalnya (gelombang yang berangkat dari titik (0,0) pada sumbu x,y. misanya
apakah sudut phasa mendahului (leading) atau terlambat (Leaging) jika bernilai positif
berarti gelombang leading terhadap gelombang original dan jika negetif berarti
gelombang leaging. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti gambar 1.3.
V V=Vmsint
V=Vm sin(t-)
4
gambar 1.3. gelombang original dan gelombang leaging terhadapnya.
Elemen-elemen yang dialiri arus bolak balik akan menyebabkan tegangan dan arus
a. Elemen Resistor
Jika dialiri arus i I m sint I I mmaka tegangan pada R adalah
VR RI m sin t VR RI m0 o (1.9)
Terlihat antara tegangan dan arus phasanya..sama
5
1 j 1
Zc= 90 = = (1.11)
C C jC
perbandingan tegangan dan arus menurut hukum Ohm. Pengertian impedansi dapat meliputi
VR RIm 0
ZR= = =R
I 0 (1.12)
b. Induktor
jika L dialiri arus i I m sint I I m maka tegangan VL = Vm sin(t+90o)
VL = LIm90o VL = Vm90o, sehingga impedansi inductor adalah;
V lim 90
Z = L= ZL = L 900 = j L
I 0
(1.13)
c. Kapasitor
Jika arus yang mengalir pada kapasitor I = Im00 dan tegangan VC =
90
90 0
maka impedansi kapasitor Vc C
C Z= =
I 0
6
1 j 1
Zc= 90 = = (1.14)
C C jC
2. Impedansi kompleks
Impedansi kompleks terjadi jika beberapa elemen di rangkai dalam sebuah rangkaian
Jika rangkaian RL seri dihubungkan dengn sumber AC, maka; impedansi total Z = Z R + ZL
V Vm Vm
I=
= = 1 A (1.17)
Z Z1 Z
rangkaian;
V Vm Vm
I=
= = +1
Z Z1 Z
7
Gambar 1.8. Rangkaian RC seri
Untuk tiga elemen yang disusun seri maka impedansi totalnya dapat
dicari;
V = V1 + V 2 + V 3
V = IZ1 + IZ2 + IZ3 = I(Z1 + Z2 + Z3 )
Zeq = Z1 + Z2 + Z3
(1.18)
dicari;
I = I1 + I2 + I3
V V V V
= + +
Zeq Z 1 Z 2 Z 3
1 1 1 1
= + +
Zeq Z 1 Z 2 Z 3
(1.19)
8
Gambar 1.10. Tiga impedansi disusun paralel
3. Admitansi
Admitansi adalah kebalikan dari impedansi. Y = 1/Z
1
=G
Untuk resistansi R, YR= ZR (konduktansi)
1 1 j
= = = jB
Untuk reaktansi induktif XL YL = ZL j L L (suseptansi induktif)
1
= jC= jB
Untuk reaktansi Kapasitif XC YC = ZC (Suseptnsi Kapasitif)
1 1 1 1
= + +
Zt Z 1 Z 2 Z 3
1 1 1 1 1 1
= + + = j + jC
Zt R j L j R L
C
1 1 1
= + j( C )
Zt R L
1
(C )
Yt = G JB B = L
Y = 1/Z Y G jB (1.20)
dimana :
9
Z = Impedansi
R = Resistansi
X = Reaktansi
jx = reaktansi induktif
-jx = reaktansi kapasitif
Y = Admitansi
G = Konduktansi
B = Suseptansi
jB = suseptansi kapasitif
-jB = suseptansi induktif
keseleuruhan perioda dibagi dengan selang waktu periodanya. Fungsi umum y (t)
t
1 2
Y rms =
T 0
( y ( t )) dt
t
1 2
V rms = (V ( t )) dt
T 0
10
t
1 2
I rms =
T 0
(i ( t ) ) dt
VPP = mak{v(t)}-min{i(t)}
Contoh latihan :
Jawab;
- Harga rata-rata :
t
1
Y ave = y ( t ) dt
T 0
2
Y ave =
1
20 |
Asin td t= A2 cost 20
=0
11
t
1 2
Y rms =
T 0
( y ( t )) dt
2 2
1 A2 1cos 2t
Y rms =
2 0
2
( Asin t) dt =
2 0 ( 2 )
dt
A
= 2
4. Diketahui impednsi resistor 5 ohm, inductor j5 ohm, kapasitor j3 ohm.
Jawab;
a. Zt = ZR + ZL + ZC
= 5 + j5 j3 = 5 + j(5-30 = 5 + j2= 5,3821,80
1 1 1 1
= + +
b. Zt Z 1 Z 2 Z 3
1 1 1
+ + =0,2 j 0,2+ j 0,33=0,2+ j0,13
= 5 j5 j3
1 1
=4,3533 0
Zt = 0,2+ j 0,13 = 0,2333
Soal- soal :
12
3.jika Z1 = 845; Z2 = 530 tentukan;
a. Z1 + Z2
b. Z1.Z2
c. Z1 Z2
13
BAB II
2.1. Pendahuluan
Respon frekuensi merupakan hubungan atau relasi frekuensi tak bebas pada
kedua besaran magnitude dan phasa diantara input sinusoidal steady state dan output
sinusoidal steady state. Untuk menganalisa hubungan masukan dan keluaran sinusoidal
dapat dilakukan dengan fungsi transfer sinusoidal teredam (fungsi (S)) dan fungsi
transfer domein frekuensi. Hubungan input dan output sinyal akan memperlihatkan
2.2. Pembahasan
14
V(t) = Vmetcos(t) (2.1)
Pada persamaan tersebut muncul suatu konstanta peredam e t, dimana adalah bernilai
negatif atau nol yang disebut dengan faktor peredam/frekuensi Neper dengan satuan
Np/s.
V = Re (Vmeje(+j)t = Re (Vmejest)
V(S) = Vmej = Vm (2.2)
Dimana; S = + j
Impedansi pada frekuensi kompleks merupakan perbadingan tegangan dan arus
sinusoidal dalam domein S;
V ( S)
Z ( S )= (2.3)
I (S )
Respon frekuensi merupakan hubungan frekuensi tak bebas pada kedua besaran
magnitude dan phasa diantara input sinusoidal steady state dan output sinusoidal steady
sinusoidal X ( j ) atau yang lebih dikenal dengan fungsi transfer dalam domain j :
15
Y (J) |Y ( j)|
H ( J )= , Dimana; |H ( j)|=
X (J ) | X ( j)|
(2.4)
Dan sudut phasaanatar input dan output;
Y (J )
H ( J )= =Y ( j )X ( j) (2.5)
X (J )
Misalkan :
Rangkaian RL seri dengan resistor sebagai output seperti pada gambar 2.1.
Vout ( S) R 1
H ( S )= = =
Vin(S ) R+ SL 1+ SL/ R
Vout( j) 1
H ( j )= =
Vin( j) 1+ j L/ R
16
1
H ( j )
L 2
1 ( )
R
(2.6)
Sudut antara input dan output;
L
H ( J )=tg -1 ( )
(2.7)
R
=0 |H ( j)|=1
= |H ( j)| =0
1
= R/L |H ( j)| = frekuensi cut-off (2.8)
2
saat :
=0 H ( j)= 00
= H ( j)= -900
= R/L H ( j )=45 0
frekuensi cut-off
17
Gambar 2.3. Respon sudut phasa RL
Fungsi transfer dalam domain s pada RL seri dimana L sebagi output seperti terlihat
Vout ( S) SL 1
H ( S )= = = (2.9)
Vin(S ) SL+ R 1+ R /SL
1
H ( j )
R 2
1 ( )
L
(2.10)
Sudut phasa antara input dan output;
18
R
H ( J )=tg -1 ( )
L
=0 |H ( j)|=0
= |H ( j)| =1
1
= R/L |H ( j)| = frekuensi cut-off
2
=0 H ( j)= 900
= H ( j)= 00
= R/L H ( j )=45 0
frekuensi cut-off
19
Gambar 2.6. Respon sudut phasa RL dengan L sebagai output.
Vout ( S) R 1
H ( S )= = =
Vin(S ) R+1 /SC 1+1/SRC
(2.11)
Vout( j) 1 1
H ( j )= = =
Vin( j) 1+1/ j RC 1 j/ RC
1
H ( j )
1 2
1 ( )
RC
(2.12)
1
H ( J )=tg -1 ( )
RC
saat :
20
=0 |H ( j)|=0
= |H ( j)| =1
1
= R/L |H ( j)| = frekuensi cut-off
2
=0 H ( j)= 900
= H ( j)= 00
= R/L H ( j )=45 0
frekuensi cut-off
21
Gambar 2.9. respon sudut phasa RC seri dengan R sebagai output
Vout ( S) 1 /sC 1
H ( S )= = =
Vin(S ) 1 / sC+ R 1+ sRC
(2.13)
Vout ( j) 1 1
H ( j )= = =
Vin( j) 1+ j RC 1+ j RC
1
H ( j )
1 2
1 ( )
RC
(2.14)
22
1
H ( J )=tg -1 ( )
RC
saat :
=0 |H ( j)|=1
= |H ( j)| =0
1
= R/L |H ( j)| = frekuensi cut-off
2
=0 H ( j)= 00
= H ( j )=9 00
= R/L H ( j )=45 0
frekuensi cut-off
23
Gambar 2.12. respon sudeut phasa RC dimana C sebagai output
Vout ( S) R 1
H ( S )= = =
Vin(S ) R+ sL+1/ sC sL
1+ +1/sRC
R
(2.15)
Vout( j) 1 1 1
H ( j )= = = =
Vin( j) jL jL 1
1+ +1/ J RC 1+ j/ RC 1+ j/ R( j L )
R R C
1
H ( j )
L 1 / C 2
1 ( )
R
(2.16)
24
L1/C
H ( J )=tg -1 ( )
R
saat :
=0 |H ( j)|=0
= |H ( j)| =0
j
H =1
1
=
LC
(2.17)
saat :
=0 H ( j)= 900
= H ( j )=9 00
= R/L H ( j )=0 0
25
R R 2+4 L/C
= |H ( j)| = 450 frekuensi cut-off (2.18)
2L
Vout ( S) sL+1/ sC 1
H ( S )= = =
Vin(S ) R+ sL+1/ sC 1
1+ R/( sL+ )
sRC
26
(2.19)
Vout( j) 1 1
H ( j )= = =
Vin( j) 1 1
1+ R/( j L+ ) 1 jR /(L )
j RC RC
1
H ( j )
R
1 ( )2
L 1 / C
(2.20)
R
H ( J )=tg -1 ( )
L1/C
saat :
=0 |H ( j)|=1
= |H ( j)| =1
j
H =0
1
=
LC
27
Gambar 2.17. respon frekuensi RLC dengan LC sebagai output
saat :
=0 H ( j)= 00
= H ( j )= 00
= R/L H ( j )=90 0
frekuensi cut-off
R R 2+4 L/C
= |H ( j)| = 450 frekuensi cut-off
2L
28
2.2.7. Resonansi
Suatu rangkaian dikatakan beresonansi ketika tegangan terpasang V dan arus yang
Misalkan :
V = Vm
I = Im
V Vm Vm Vm Vm
Z= = = 0 0
I = (2.21)
Terlihat bahwa ketika V dan I satu phasa, impedansi yang dihasilkan seluruhnya
komponen riil atau impedansi kompleks hanya terdiri dari komponen resistor murni
(R). Dengan kata lain konsep resonansi adalah menghilangkan komponen imaginer /
29
saat resonansi :
L- 1/C = 0 L= 1/C
1 1
=
2 = LC LC
1
fo=
2 LC frekuensi resonansi (2.23)
1 1 1 1 1 j
Ytot al= = + + = + jC
Z total R jL 1 R L
jC
1 1 1
Ytotal= = + j(C )
Z total R L
saat resonansi :
1 1
C =0 C=
L L
1 1
=
2 = LC LC
30
1
fo=
2 LC frekuensi resonansi (2.24)
Admitansi total :
Rangkaian parallel dua cabang (seri parallel) seperti pada gambar 2.22.
Z 1=RL+ jL
j
Z 2=RC
C
31
1 1 1 1 1
= + = +
Zt Z 1 Z 2 RL+ jL j
RC
c
Selanjutnya dicari frekuensi resonansi ketika reaktansi (jx) = 0. Dan didapat ferkuensi
resonansi;
1
RL2
1 LC
fo= (2.26)
2 LC 2 1
RC
LC
Pada Komponen RL
Misalkan : i= Imsin t
di
L =ImLcost
Pada L : VL(t) = dt
t t
32
WL (t) = Im2 sint Lcost dt = Im2L sin2t (2.28)
WR(t) =
RIm
2
t
1
2 (
sin 2 t ) T= (t 21 sin 2 t ) = 1/f
RIm2
Energy yang disipasi percycle = .1/f
2
(2.30)
2L L
Q=2 =2 f L
RIm 2
R = R
.1/ f
2
oL
Q= (2.31)
R
Pada Komponen RC
V C =V C sin t
Misalkan :
Pada C :
33
dVc
i ( t )= =CVmcos t
dt
Energi :
t
Pc ( t ) dt= Vc ( t ) i(t )dt
0
t
Wc ( t )=
0
(2.32)
Pada R :
t
Pr ( t ) dt= Vr ( t ) ic(t)dt t
Energi :
0
t = R(CVm) 2 cos 2
tdt
Wc (t )= 0
W= R(CVm) 2
1/f , sehingga : (2.33)
2
1/2 CVm 1 1
Qc=2 2
=2 f 2 =
1/2 R (CVm) 1/ f RC RC
34
1
Qc= (2.34)
oRC
Dapat diambil kesimpulan bahwa faktor kualitas (Q) untuk rangkaian seri :
Xs
Qs=
Rs
oL
Qs=
R (2.35)
1
Qs=
oRC (2.36)
1 1
2 = L=
LC C
oL 1
Q=
R = oRC (2.37)
Faktor kualitas atau Q pada rangkaian paralel agak berbeda dengan Q pada rangkaian
35
1 Rp
Qp= atauQp= (2.38)
Qs Xp
Pada Komponen RL
R
Q= (2.39)
oL
Pada Komponen RC
Q=oRC (2.40)
R
Q= =oRC (2.41)
oL
36
Gambar 2.27. rangkaian RLC parallel
Lebar pita pada saat terjadi level dayanya adalah dari daya maksimum
Vout ( j) R 1
= =
Vin( j) 1 L 1 (2.42)
R+ j( L ) 1+ j( )
C R RC
37
Jika rangkaian diatas mempunyai faktor kualitas rangkaian seri RLC dimana
dinyatakan dengan :
oL L Q
Q= = (2.43)
R R o
1 1
Q= =Q o (2.44)
oRC RC
Vout ( j ) 1
=
Vin ( j ) L 1
(
1+ j
R RC )
1 1
=
Q 1 o
1+ j( Q o) 1+ jQ ( ) (2.45)
o o
1
H ( j )
o 2
1 Q2 ( )
o
(2.46)
saat level dayanya adalah setengah dari daya maksimum atau respon frekuensi
1
magnitudenya sebesar 2 , maka:
1
H ( j ) 1/ 2
o 2
1 Q ( 2
)
o
o 2
Q2 ( )
o
=1
38
o
o Q
= 1/
Sehingga didapat;
o
2 o 2 0
Q
(2.47)
1 2 o
o 1 ( )
2Q 2Q
Dengan rumusABC dan dengan mengambil : akan
didapat;
1 2 o
1 o 1 ( )
2Q 2Q
(2.48)
1 2 o
2 o 1 ( )
2Q 2Q
(2.49)
BW co2 co1 2 1
(2.50)
o
BW
Q
(2.51)
Atau :
BW BW
1 o 2 o
2 2
; dan
(2.52)
terhadap bandwidth.
39
fo fo
Q
f 2 f 1 BW
(2.53)
fo f1f 2
(2.54)
Contoh latihan :
1. Suatu rangkaian seri RLC dengan R = 50, L = 0,05H,C = 20F terpasang pada V =
1000o dengan frekuensi variabel. Pada frekuensi berapa tegangan inductor mencapai
Jawaban :
Tegangan induktor maksimum jika arus maksimum, arus maksimum jika Z minimum, Z
Jawab;
1
fo= =159,1 Hz
2 0,05 x 20. 106
VLmaks = Imaks x ZL
Soal-soal
40
2. Suatu rangkaian seri RLC dengan R = 50, L = 0,05H,C = 20F terpasang pada
BAB III
3.1. Pendahuluan
Rangakaian kutub empat (K-4) adalah suatu rangkaian yang memiliki sepasang
terminal pada sisi input dan sepasang terminal pada sisi output (transistor, op amp,
Adapun teori rangkaian kutub empat (K-4) ini banyak dipergunakan pada jaringan (network)
yang dipergunakan dalam sistem komunikasi, sistem kontrol, system daya (power system) dan
rangkaian elektronik ( model-model transistor). Pada rangkaian kutub empat ini diperlukan
41
hubungan antara V1, V2 , I1 dan I2 yang saling independent, dimana berbagai macam hubungan
antara tegangan dan arus disebut sebagai parameter. Selanjutnya juga akan diperlihatkan
hubungan antara parameter-parameter dan bagaimana pula hubungan antara kutub empat (seri,
3.2. Penyajian
Parameter impedansi z ini pada umumnya banyak dipergunakan dalam sintesa filter, dan juga
dalam penganalisaan jaringan impedance matching dan juga pada distribusi sistem tenaga.
Rangkaian kutub empat ada dengan sumber-sumber tegangan ataupun sumber- sumber arus.
(a)
(b)
V1 z11I1 z12I 2
V2 z 21I1 z 22 I 2
42
[ ][
V 1 = Z 11 Z 12 I 1
V2 Z 21 Z 22 I 2 ][ ] (3.1)
Adapun z disebut sebagai parameter impedansi atau sering juga disebut dengan parameter
z yang satuannya dalam ohm. Untuk menentukan harga-harga dari parameter z ini dapat
dan z22 hubungkan tegangan V2 (ataupun sumber arus I 2) pada terminal 2 dengan terminal 1
V1
Z 12= |I =0
I2 1 (3.2)
V2
Z 22= |I =0
I2 1 (3.3)
Sehingga :
Untuk mendapatkan z11 dan z21, pasangkan tegangan V1 (ataupun sumber arus I1) pada
V1
Z 11= |I =0
I1 2 (3.4)
43
V2
Z 21= |I =0
I1 2 (3.5)
Sehingga :
Karena parameter z diperoleh dengan membuka (open) terminal input ataupun output
z11 = disebut impedansi input rangkaian terbuka (open circuit input impedance)
z22 = disebut impedansi output rangkaian terbuka (open circuit output impedance)
Terkadang z11 dan z22 disebut juga sebagai driving point impedances, sedangkan z21 dan z12
disebut juga transfer impedances. Suatu driving point impedance adalah impedansi input
dari suatu terminal peralatan, sehingga z 11 adalah input driving point impedance dengan
terminal output terbuka, sedangakan z22 adalah output driving point impedance dengan
terminal input terbuka. Bilamana z 11 = z22, maka rangkaian kutub empat (K-4) disebut
simetris, selanjutnya bilamana rangkaian kutub empat adalah linier dan tidak memiliki
sumber dependent maka impedansi transfer adalah sama (z 12 = z21), maka rangkaian kutub
empat disebut resiprokal (reciprocal) dan ini berarti bilamana titik (terminal) eksitas dan
respons saling dipertukarkan maka transfer impedansi akan tetap sama. Sebagai ilustrasi
Selanjutnya suatu rangkaian kutub empat yang bersifat resiprokal dapat digantikan dengan
44
Gambar 3.5 Rangkaian ekivalen parameter z yang bersifat resiprokal
Pada beberapa rangkaian terkadang tidak dapat dicari parameter z dari rangkaian
kutub empat-nya, hal ini disebabkan tidak dapat dibuat persamaan rangkaian kutub
V1 V2
Adapun persamaan kutub empat untuk rangkaian transformator ideal Gambar 3.7,
adalah :
45
1
V 1= V 2 (3.6)
n
I1 = - n I 2 (3.7)
maka terlihat tidak mungkin mengekspresikan tegangan bila ditinjau dari arus dan
demikian pula sebaliknya, sehingga untuk kutub empat transformator ideal parameter z
tidak ada.
Contoh :
Jawab :
Untuk mendapatkan z11 dan z21, maka pasangkan sumber tegangan V1 pada
V1
Z 11= |I =0
I1 2
( R 1+ R 3 ) I 1
Z 11= =R 1+ R 3=20+40=60
I1
V2
Z 21= |I =0
I1 2
46
R3I 1
Z 21= =40
I1
Untuk mencari z12 dan z22, maka V1 dibuka dan sumber tegangan V2 dipasangkan pada
V1
Z 12= |I =0
I2 1
R3I 2
Z 12= =R 3=40
I2
V2
Z 22= |I =0
I2 1
( R 2+ R 3 ) I 2
Z 22= =R 2+ R 3=30+40=70
I2
Catatan : Terlihat hasil perhitungan z12 = z21, maka kutub empat di atas adalah simetris.
Parameter admitansi y juga pada umumnya banyak dipergunakan dalam sitesa filter,
I1 y11V1 y12 V2
47
I 2 y 21V1 y 22 V2
maka y11 ; y12 ; y21 ; y22 inilah yang disebut sebagai parameter-parameter admitansi
y dari kutub empat suatu rangkaian yang satuannya siemen [S], dan kalau disusun
[ ][
I 1 = Y 11 Y 12 V 1
I 2 Y 21 Y 22 V 2 ][ ] (3.8)
= 0 ataupun V2 = 0. Untuk mendapatkan y11 dan y21 pasang sumber arus I1 pada
I1
Y 11= |V =0
V1 2 (3.9)
I2
Y
21= |V =0
V1 2 (3.10)
Untuk mendapatkan y12 dan y22, terminal input dihubung singkat (V1 = 0)
48
I1
Y 12= |V =0
V2 1 (3.11)
I2
Y 22= |V 1=0 (3.12)
V2
Karena parameter y ini diperoleh dengan melakukan hubung singkat pada terminal
input maupun pada terminal output, maka parameter ini sering juga disebut dengan
parameters), dimana : y11 = disebut sebagai admitansi input rangkaian hubung singkat.
(short circuit input admitance) y12 = disebut sebagai transfer admitansi rangkaian
hubung singkat dari terminal 2 ke terminal 1.(short circuit transfer admitance from port
2 to port 1) y21 = disebut sebagai transfer admitansi rangkaian hubung singkat dari
terminal 1 ke terminal 2.(short circuit transfer admitance from port 1 to port 2) y22 =
disebut sebagai admitansi output rangkaian hubung singkat (short circuit output
admitance) Selanjutnya y11 dan y22 sering juga disebut sebagai driving point
admittance sedangkan y12 dan y21 disebut sebagai transfer admitance. Suatu driving
point admittance adalah admitansi input suatu terminal peralatan, sehingga y11 adalah
admitansi input dengan terminal output terhubung singkat, dan y22 adalah admitansi
output dengan terminal input terhubung singkat. Untuk rangkaian kutub empat yang
admitansi y12 = y21, dan dalam kondisi ini disebut rangkaian adalah resiprokal (lihat
parameter z). Untuk kutub empat parameter y yang resiprokal, maka rangkaian
Contoh :
49
Jawab :
Untuk mencari y11 dan y21 maka hubung singkat terminal output dan pasangkan sumber
R1 R2 4 x 2 8 4
R p 1= = = =
R1+ R 2 4+2 6 3
Maka ;
V1 = I1Rp = 4/3 I1
I1
Y 11= |V =0
V1 2
I1 I1 3
Y 11= = = (mho)
V 1 4 /3 I 1 4
R1 4 2 2
I 2= xI 1= = I 1 I 2= I1
R 1+ R 2 4 +2 3 3
50
I2
Y
21= |V =0
V1 2
2
3 I 1 1
21= = mho .
Y 4 2
3I1
Untuk mendapatkan y12 dan y22 maka hubung singkat terminal input dan pasangkan
R2 R3 2 x8 8
R p 2= = =
R 2+ R 3 2+ 8 5
Maka;
V2 = I2Rp2 =8/5 I2
I2
Y 22= |V 1=0
V2
I2 I2 5
Y 22= = = mho
V2 8 8
I2
5
R3 8 4 4
I 1= xI 2= xI 2= I 2 I 1= I2
R 2+ R 3 2+8 5 5
51
I1
Y 12= |V =0
V2 1
4
I 1 5 I 2 1
Y 12= = = mho.
V2 8 2
5I2
3.2.3. Parameter h
sistem parameter h ini tegangan input dan arus output dinyatakan/ditinjau dari arus
input dan tegangan output. Adapun bentuk persamaan dari parameter h ini adalah :
V1 h11I1 h12V2
I 2 h 21I1 h 22V2
52
[ ][
V 1 = h11 h12 I 1
I2 h 21 h22 V 2 ][ ] (3.13)
Untuk mendapatkan h11 dan h21 hubungkan sumber arus/tegangan pada input
V1
h 11= |V =0
I1 2 (3.14)
I2
h 21= |V =0
I1 2 (3.15)
Selanjutnya untuk mendapatkan h12 dan h22 hubungkan sumber arus/tegangan pada
V1
h 12= |I 1=0 (3.16)
V2
53
I2
h 22= |I 1=0 (3.17)
V2
h11 = disebut sebagai impedansi input hubung singkat. (short circuit input impedance)
h12 = disebut sebagai penguat tegangan balik rangkaian terbuka. (open circuit reverse
voltage gain)
h21 = disebut penguat arus maju rangkaian hubung singkat (short circuit forward current
gain)
h22 = disebut sebagai admitansi output rangkaian terbuka (short circuit output admitance)
dan apabila h12 = -h21 maka rangkaian kutub empat disebut sebagai rangkaian kutub empat
3.2.4. Parameter g
dimana dalam parameter g ini, arus input dan tegangan output dinyatakan /ditinjau dari
tegangan input dan arus output. Adapun bentuk persamaan parameter g ini adalah:
I1 g11V1 g12I 2
V2 g21V1 g22I 2
[ ][
I 1 = g11 g 12 V 1
v2 g 21 g 22 I 2 ][ ] (3.18)
54
Untuk mendapatkan g11 dan g21 buka terminal output dan pasangkan sumber tegangan V1
I1
g 11= |I 2=0 (3.19)
V1
V2
g 21= |I =0
V1 2 (3.20)
Selanjutnya untuk mendapatkan g12 dan g22, hubung singkat terminal input dan
hubungkan sumber arus I2 pada terminal output seperti terlihat pada gambar di bawah
ini :
I1
g 12= |V =0
I2 1 (3.21)
V2
g 22= V 2=0
I2
(3.22)
55
Pada parameter g ini selalu disebut:
g12 = penguat arus balik rangkaian hubung singkat (short-circuit reverse current gain)
g21 = penguat tegangan maju rangkaian terbuka (open-circuit forward voltage gain)
g22 = impedansi output rangkaian hubung singkat (short- circuit output impedance)
Adapun rangkaian ekivalen untuk parameter g ini diperlihatkan seperti pada Gambar
soal :
Parameter ini sering juga disebut sebagai parameter transmisi (transmission parameters).
Pada sistem parameter ini, tegangan dan arus input dinyatakan / ditinjau dari arus dan
V1 AV2 BI2
56
I1 CV2 DI2
[ ][
V1 = A
I2 C ][ ]
B V2
D I 2
(3.23)
ABCD= T = A B
C D [ ]
yang disebut sebagai determinan dari parameter ABCD, dimana dalam keadaan
resiprokal berlaku :
AD BC = 1 (3.24)
bagaimana suatu rangkaian memberikan tegangan dan arus dari suatu sumber ke beban
yang digunakan dalam analisa pada jaringan transmisi (kabel dan fiber) karena parameter-
parameter ini mengekspresikan variable-variabel pada sisi pengirim (V 1 dan I1) yang
dipandang dari veriabel-variabel sisi penerima (V 2 dan -I2). Oleh karena hal ini parameter
ABCD sering juga disebut sebagai parameter transmisi yang banyak dipergunakan dalam
perencanaan sistem telepon, microwave dan radar. Persamaan (3.23) dan (3.24)
output (V2 dan -I2), maka sewaktu menghitung parameter-parameter ABCD lebih baik
menggunakan tanda aljabar -I2 daripada I2, hal ini disebabkan karena arus I2 yang
I1 - I2
57
+ +
V1 V2
- -
Untuk menetukan A dan C, maka buka terminal output dan pasangkan sumber tegangan V 1
pada terminal input seperti tergambar pada Gambar 3.16. di bawah ini :
I1 I2
V1
A= |I 2=0
V2
+
- I1
C
|I =0
V2 2
Sehingga :
V1
A= |I 2=0 (3.25)
V2
I1
C
|I =0
V2 2
(3.26)
pasangakan sumber tegangan V1 pada terminal input seperti terlihat pada Gambar 6.22.
58
Gambar 3.16 Rangkaian untuk menentukan B dan D pada parameter ABCD
V 1
B= |V 2=0 (3.27)
I2
I1
D
|V =0
I2 2 (3.28)
dimana parameter-parameter :
Contoh :
Jawab :
Untuk menghitung A dan C, pasangkan sumber tegangan V 1 pada terminal input sedangkan
59
R1 = 0,5 , R3 = 0,5
R 2+ R 3 1+0,5
IR 1= I 1= I 1=0,75 I 1
R 1+ R 2+ R 3 0,5+1+0,5
R1 0,5
IR 3= I 1= I 1=0,25 I 1
R 1+ R 2+ R 3 0,5+1+0,5
Sehingga;
V1 = R1xIR1= 0,375 I1
Dengan demikian
V1
A= |I 2=0
V2
V 1 0,375 I 1
A= = =3
V 2 0,125 I 1
I1
C= |I 2=0
V2
V2
I 1 0,125
C= = =8 mho
V2 V2
60
maka :
sehingga :
V 1
B= |V 2=0
I2
V 1 I 2
B= = =1
I2 I2
V 1 V1 V 1 V1
I 1= + = + =3 V 1 = - 3 I2
R 1 R 2 0,5 1
Sehingga;
I1
D
|V =0
I2 2
3 I 2
=3
D I2
Soal soal :
1. Tentukan parameter Z !
61
2. Tentukan parameter Y dalam j !
BAB IV
4.1. Pendahuluan
Bilamana dua buah rangkaian atau lebih yang terhubung secara langsung atau tidak satu sama
lainnya, akan tetapi mempunyai pangaruh antara satu sama lainnya secara magnetik,
62
diakibatkan adanya medan magnet disalah satu rangkaian tersebut, maka rangkaian tersebut
dikatakan rangkaian gandeng magnetik ( magnetically couple). Pada beberapa peralatan listrik
yang dibuat berdasarkan prinsip di atas, misalnya seperti transformator yang dipergunakan pada
sistem tenaga listrik yang fungsinya untuk mentransfer energi listrik dari suatu loop ke loop
yang lainnya pada frekuensi tetap. Transformator ini ada yang disebut sebagai transformator
penaik tegangan (step up) atau sebagai penurun tegangan (step down), dan selain itu
4.2. Penyajian
Apabila dua buah induktor / kumparan / koil (N 1 dan N2) yang berdekatan satu sama lainnya,
dan bilamana salah satu kumparan dialiri oleh arus (misalnya N 1) tersebut akan timbul fluksi
magnetik, dimana fluksi ini ada yang merambat ke kumparan N2, yang mana fluksi yang
sebagai tegangan induksi), maka fenomena di atas dikenal dengan induksi timbal balik (mutual
Gambar 4.1 Fluksi magnetik yang dibangkitkan pada kumparan dengan N belitan.
Gambar di atas memperlihatkan sebuah kumparan dengan banyak belitan N. Bilamana arus i
mengalir melalui kumparan tersebut, maka disekeliling kumparan akan timbul fluksi magnetik
, dan berdasarkan hukum Faraday, pada kumparan akan terjadi tegangan induksi sebesar v
yang sebanding dengan perkalian jumlah belitan N dengan perubahan fluksi perwaktu, atau
63
dq
V =N (4.1)
dt
akan tetapi karena fluksi yang dihasilkan oleh arus I, maka dapat dikatakan perubahan
dqdi
V =N (4.2)
didt
Sebagaimana diketahui bilamana sebuah induktor dialiri arus, maka akan terjadi tegangan pada
di
VL=L (4.3)
dt
dq
L=N (4.4)
di
dimana L adalah persamaan (4.4) dikenal dengan induktansi diri (self-indutance). Selanjutnya
apabila dua buah kumparan dengan induktansi L1 dan L2 dimana jumlah belitan masing-masing
kumparan adalah N1 dan N2 saling didekatkan satu sama lainnya yang digambarkan sebagai
berikut :
64
Gambar 4.2 Induktansi timbal balik dari kumparan N2 terhadap kumparan N1
Untuk penyederhanaan, maka diasumsikan kumparan N 2 tidak dialiri arus. Oleh karena
kumparan N1 dialiri oleh arus, maka pada kumparan N 1 ini timbul fluksi 1, dimana fluksi ini
terbagi menjadi dua bagian yaitu 11 dan 12. Fluksi 11 ini adalah fluksi yang hanya
melingkupi N1, sedangkan fluksi 12 adalah fluksi yang berasal dari kumparan N 1 yang
melingkupi kumparan N2. Sehingga dengan demikian besar fluksi yang timbul pada kumparan
N1 akibat adanya arus yang mengalir pada kumparan ini dapat dituliskan dengan :
1 = 11 + 12 (4.5)
maka walaupun kedua kumparan ini secara fisik terpisah, akan tetapi mereka dikatakan
terhubung secara magnetik. Karena adanya 1, maka pada kumparan N1 terjadi tegangan
induksi sebesar :
dQ1
V 1= (4.6)
dt
Selanjutnya karena adanya 12, maka pada kumparan N2 akan timbul juga tegangan induksi
sebesar :
dQ12
V 1= (4.7)
dt
Adapun fluksi-fluksi yang ada pada kumparan N 1, disebabkan oleh karena adanya arus i 1 yang
mengalir pada kumparan N1, yang mana fluksi ini akan menimbulkan tegangan induksi v 1 pada
kumparan N1 seperti yang diperlihatkan oleh Persamaan (4.6). Oleh karena itu Persamaan (4.6)
di1
V 1=L1 (4.8)
dt
Dimana;
dQ 1
L1=N 1 (4.9)
dt
65
disebut sebagai induktansi diri (self-indutance) dari kumparan N 1. Demikian pula halnya degan
dQ 12 di 1
V 2=N 2
di 1 dt
(4.10)
bila dimisalkan :
dQ 12
M 12=N 2 (4.11)
di 1
di1
V 2=M 12
dt
(4.12)
dimana M21 ini disebut sebgai induktansi timbal balik dari kumparan N 2 akibatnya 12 dari
kumparan N1, dimana subskrit 21 mengindikasikan hubungan tegangan induksi pada kumparan
N2 dengan arus pada kumparan N 1. Selanjutnya apabila arus i2 yang mengalir pada kumparan
Gambar 4.3 Induktansi timbal balik M12 pada kumparan N1 yang diakibatkan
kumparan N2
Apabila kumparan N2 dialiri arus i2, maka pada kumparan N2 ini timbul fluksi 2, dimana fluksi
66
ini terbagi menjadi dua bagian yaitu 22 dan 21. Fluksi 22 adalah fluksi yang hanya
melingkupi N2 sedangkan fluksi 21 adalah fluksi yang bersasal dari kumparan N 2 yang
melingkupi kumparan N1. Sehingga dengan demikian besar fluksi 2 yang timbul pada
kumparan N2 akibat adanya arus i2 yang mengalir pada kumparan ini dapat dituliskan dengan :
2 = 22 + 21 (4.13)
dQ2
V 1= (4.14)
dt
selanjutnya karena adanya21 pada kumparan N1, maka pada kumparan N1 akan timbul juga
dQ 21
V 1=N 1
dt
(4.15)
Adapun fluksi-fluksi yang ada pada kumparan N 2, disebabkan oleh karena adanya arus i 2 yang
mengalir pada kumparan N2, yang mana fluksi ini akan menimbulkan tegangan induksi v 2 pada
kumparan N2 seperti yang diperlihatkan oleh Persamaan (4.15), oleh karena itu Persamaan
dQ 2 di 2 di2
V 2=N 2 =L 2
di 2dt dt
(4.16)
Dimana;
dQ 2
L2=N 2
di2
(4.17)
disebut sebagai induktansi diri (self-indutance) dari kumparan N2. Karena pada kumparan N 1,
67
hanya ada 21 , dimana fluksi ini timbul karena adanya arus i 2 yang mengalir pada kumparan
dQ 21 di2 di2
V 1=N 1 =M 12
di2 dt dt
(4.18)
Dimana;
dQ 21
M 12=N 1
di 2
(4.19)
M12 disebut sebagai induktansi timbal balik (mutual-indutance) dari kumparan N1 akibat
adanya fluksi21 dari kumparan N2. Dari penganalisaan M21 dan M12, maka dapat disimpulkan
bahwa induktansi timbal balik terjadi karena adanya tegangan induksi pada suatu rangkaian,
akibat adanya perubahan arus perwaktu pada rangkaian lainnya. Hal ini merupakan sifat
induktor, dimana pada suatu induktor akan terjadi tegangan induksi akibat adanya arus yang
merupakan fungsi waktu yang mengalir pada induktor lain yang dekat dengannya, sehingga
dapat dikatakan :
Induktansi timbal balik M yang satuannya dalam henry [H] adalah ukuran kemampuan suatu
induktor untuk menginduksikan tegangan pada induktor lain yang berdekatan dengannya.
Walaupun induktansi timbal balik M selalu merupakan besaran positif, akan tetapi tegangan
timbal balik M di/dt bisa berharga positif atau negatif. Adapun salah satu cara untuk menentukan
tanda aljabar dari M di/dt bila arah belitan terlihat dengan jelas adalah dengan hukum tangan
Apabila konduktor diletakkan pada telapak tangan, dan ibu jari-jari tangan menggenggam
kumparan searah dengan arah belitan kumparan maka jari telunjuk menunjukkan arah arus,
68
(a)
(b)
Gambar 4.4 Aturan tangan kanan (a) untuk tanda M positif (b) untuk tanda M negatif
Selain aturan dari tangan kanan Lenz untuk menentukan tanda aljabar dari M di/dt masih ada yang
1. Bilamana kedua arus dalam rangkaian gandeng magnetik sama-sama menuju tanda dot
atau sama-sama meninggalkan tanda dot, maka tanda aljabar dari M di/dt adalah positif.
69
(a) (b)
Gambar 4.5 Aturan dot untuk arus sama-sama menuju atau meninggalkan tanda dot
(a) Sama-sama menuju tanda dot (b) Sama-sama meninggalkan tanda dot
2. Apabila salah satu arus menuju tanda dot, sedangkan yang lain meninggalkan tanda dot,
Gambar 4.6 Arus menuju tanda dot dan yang lain meninggalkan tanda dot
Catatan;
Adapun yang dimaksud dengan arus menuju tanda dot adalah bilamana tanda panah arus
lebih dahulu mengenai tanda dot baru kemudian tanda kumparan. Sedangkan yang dimaksud
arus meninggalkan tanda dot adalah apabila tanda panah arus lebih dahulu mengenai tanda
70
Gambar 4.7 Menentukan arus menuju atau meninggalkan tanda dot
Sebagaimana diketahui bahwa energi yang tersimpan pada suatu inductor adalah :
1 2
W = L I Joule (4.20)
2
maka untuk menentukan energi yang tersimpan pada suatu rangkaian gandeng magnetik,
Adapun pada reangkaian gandeng di atas, diasumsikan bahwa arus-arus i 1 dan i2 awalnya
adalah nol, sehingga energi yang tersimpan (energy stored) dalam setiap kumparan adala nol.
Kemudian arus i1 dinaikkan/ diperbesar dari nol sampai I 1 sedangkan i2 tetap nol, maka daya
71
di1
P1 ( t )=V 1 I 1=i 1 L1
dt
(4.21)
selanjutnya harga i1 = I1 dipertahankan tetap, maka kemudian arus i 2 dinaikkan dari nol sampao
I2, maka tegangan induksi timbal balik pada kumparan L 1 adalah M12 di2/dt sedangkan
tegangan induksi bersama pada kumparan L 2 adalah nol (karena i1 tidak berubah dengan
perubahan waktu).
Maka total energi yang tersimpan pada kedua kumparan, bilamana arus i 1 dan i2
1 1
L1 I 1 2+ M 12 I 1 I 2+ L2 I 2 2 Joule
W = W1 + W2 = 2 2
(4.23)
Seandainya peninjauan dibalik, yaitu arus i 2 terlebih dahulu dinaikkan dari nol
sampai I2 dan kemudian barulah i1 dinaikkan dari nol sampai I1, maka total energi yang
1 1
W=
L1 I 1 2+ M 12 I 1 I 2+ L2 I 2 2 Joule (.24)
2 2
terlihat bahwa energi total yang tersimpan pada kedua kumparan pada Persamaan (4.23)
72
dan (4.24) adalah sama, dan bilamana kedua persamaan ini disamakan, akan diperoleh :
M12 = M21 = M
1 1
L1 I 1 2+ L2 I 2 2 M 12 I 1 I 2
W= 2 2
(4.25)
Pada Persamaan (4.28) tanda aljabar M diambil positif sesuai dengan Gambar 4.8, dimana
kedua arus i1 dan i2 sama-sama menuju tanda dot, akan tetapi seandainya Gambar 4.8, seperti
berikut :
rangkaian gandeng
1 1
W=
L1 I 1 2+ L2 I 2 2 - MI 1 I 2
2 2
(4.26)
1 1
L1 I 1 2+ L2 I 2 2 MI 1 I 2
W= 2 2
(4.27)
73
Catatan; ditentukan oleh aturan dot.
Adapun energi yang tersimpan pada rangkaian gandeng (kumparan) tidak pernah berharga
negatif. Hal ini kaena induktor adalah merupakan kmponen pasif. Ini berarti bahwa besaran
pada sisi kanan Persamaan (4.27) ini tidak akan pernah negatif (lebih besar atau sama
dengan nol) :
1 1
L1 I 1 2+ L2 I 2 2 - MI 1 I 2 0
2 2
(4.28)
Bilamana Persamaan (4.28) ini ditarik akarnya, dan kemudian kedua sisinya ditambahkan
L1 L2 -M0
(4.29)
M L1 L2
maka dari Persamaan (4.29) ini terlihat bahwa harga induktansi timbal balik M tidak akan
pernah lebih besar dari induktansi diri L 1 dan L2, dan adapun batas limit / harga yang paling
M
K=
L1 L2
(4.30)
M =K L 1 L2
74
yang harganya adalah 0 k 1 atau ekivalen dengan 0 k L1 L2 . Koefisien
gandeng ini adalah perbandingan antara fluksi yang merambat ke suatu kumparan dengan
fluksi total dari kumparan itu sendiri, sehingga dapat dituliskan dengan:
Q 12 Q 12
K= =
Q 1 Q 22+Q21
(4.31)
Q 21 Q 12
K= =
Q 2 Q 22+Q21
(4.32)
dua kumparan. 0 k 1
Contoh :
Carilah bentuk persamaan tegangan pada rangkaian gandeng di atas dalam wawasan
Jawab :
75
Rangkaian sperti di atas adalah rangkaian dalam wawasan waktu, maka manurut
Loop 1 :
di 1 di2
V 1=R 1i 1+ L 1 +M
dt dt
Loop 2;
di2 di1
V 2=R 2i 2+ L2 +M
dt dt
Contoh :
Hitunglah berapa besar arus phasor I1 dan I2 pada rangkaian di bawah ini :
76
Jawab :
I1 = 13,029-49,630 A
I2 = 2,8913,890 A
Contoh :
77
Carilah harga k dan energi yang tersimpan dalam rangkaian gandeng ini selama 1 detik.
Jawab :
M 2,5
K= K= =0,56
L1 L2 5 x 4
Untuk mencari energi yang tersimpan dalam rangkaian gandeng ini, maka semua
Disini = 4 rad/det
Wawasan Waktu Wawasan Frekuensi
o o
78
Persamaan Loop 1 :
V = (R + jL1).I1 + jM.I2
Persamaan Loop 2 :
sehingga :
79
1 1
L1 I 1 2+ L2 I 2 2 + MI 1 I 2
W= 2 2
1 1
W= 2 (5)( 3,386)2 + 2 (4)(2,824) + (2,5)( 3,386)(2,824)
W = 20,706 J
Transformator adalah suatu peralatan listrik yang menggunakan fenomena dari induktansi
timbal balik, dimana pada umumnya transformator memiliki empat terminal yang terdiri
dari dua atau lebih kumparan, sebagai ilustrasi perhatikan rangkaian di bawah ini :
pada material magnet yang linier (material yang memiliki permebilitas magnet yang
konstan, misalnya udara, bakelit, kayu, plastik dan lainnya). Transformator linier ini juga
sering disebut dengan transformator dengan inti udara (air-core transformers), yang
banyak dipergunakan pada pesawat televisi dan radio. Perlu dicari impedansi input [Z in]
80
yang dilihat dari sisi sumber, karena impedansi input ini mempengaruhi sifat dari rangkaian
primer. Selanjutnya perhatikan Gambar 7.10, maka menurut hukum tegangan Khirchhoff
dapat dituliskan :
2 2
V ( M
Zin= = R+ jL1 ) +
I1 ( R2 + j L2+ Z L )
(4.33)
Terlihat dari Persamaan (4.33) terbagi menjadi dua bagian, dimana bagian (1)
merupakan impedansi primer, sedangkan bagian (2) menyatakan adanya kopling antara
belitan primer dan sekunder dan ini menyatakan seolah-olah impedansi ini direpleksikan
ke sisi primer, sehingga impedansi ini sering disebut dengan impedansi refleksi (relected
impedance) ZR :
2 M 2
Z R=
( R 2+ j L2 + Z L )
(4.34)
Terlihat dari Persamaan (4.33) dan (4.34) bahwa penempatan tanda dot tidak
berpengaruh pada suatu transformator, karena hasilnya akan sama dengan menempatkan
M ataupun M.
81
Ada saatnya diperlukan rangkaian ekivalen yang menggantikan gandeng secara
magnetik dengan rangkaian yang terhubung langsung (non magnetik), yang dapat dibuat
Gambar 4.11 Transformator linier (a) Rangkaian ekivalen ; (b) Hubungan T ; (c) Hubungan
Dari Gambar 4.11a, adalah rangkaian tergandeng secara magnetik, dan dapat
V1 = jL1I1 + jMI2
V2 = jMI1 + jL2I2
Atau;
82
[ ][
V 1 = jL 1
V2 jM ][ ]
jM I 1
jL 2 I 2
(4.35)
Dan;
L2
j(L1 L2M 2)
M
j(L1 L2M 2)
L1 L 2M 2
(4.36)
j [ ]
V 1 M
V2
[ ]
I1
I2
=
[ ][
V 1 = j( La+ Lb)
V2 jM
jM
][ ]
I1
j( Lb+ Lc) I 2 (4.37)
T, bilamana persamaan (4.36) identik dengan persamaan (4.37), hal ini hanya bisa
83
terpenuhi apabila harga-harga :
La = L1 M
Lc = M
Lb = L2 M
sebagai berikut :
(lihat Gambar 4.11c). Dengan menggunakan metode tegangan simpul maka diperoleh :
[ ][ ]
1 1 1
(+ ) ( )
[ ]
I 1 = jLA jLc
I2
(
1
) (
1
jLc
+
1
)
V1
V2
jLc jLB jLc
(4.38)
Maka dengan menyamakan matrik admitansi dari Persamaan (4.37) dan (4.38),
maka diperoleh :
L1 L M 2
L A= 2
L2 M
L1 L M 2
LB = 2
L1M
L1 L M 2
LC = 2
Contoh :
Dari rangkaian dibawah ini carilah besar impedansi input dan arus I 1
84
Jawab :
V ( 2 M 2
Zin= = R+ jL1 ) +
I1 ( R2 + j L2+ Z L )
V 50 60
I= = I = 0,5113,070 A
Zin 99,8653,07
Contoh :
linear
85
dibawah ini :
Jawab :
La = L1 M = 10 2 = 8H
Lc = M = 2H
Lb = L2 M = 4 2 = 2H
Contoh :
linear
dibawah ini :
Jawab :
86
L1 L M 2
10 x 222
L A= 2
= = 18H
L2 M 42
L1 L M 2
10 x 222
LB = 2
= =4,5 H
L1M 102
L1 L M 2
10 x 222
LC = 2
= = 18H
M 42
Soal soal :
87
2. Tentukan arus I1 dan I2 !
BAB V
RANGKAIAN TRANSIENT
5.1. Pendahuluan
Biasanya suatu system mengalami dua keadaan (kondisi) yaitu keadaan peralihan atau
Keadaan transien yaitu keadaan perubahan suatu system karena kondisi tertentu
misalnya saat akan dioperasikan atau saat akan dimatikan. Keadaan tetap atau mantap
88
Untuk system yang mengandung elemen-elemen inductor dan kapasitor, keadan
transient membutuhkan waktu yang cukup lama untuk kembali ke keadaan mantap,
5.2. Penyajian
Dalam analisa rangkaian transient perlu dibedakan tiga daerah waktu yaitu:
1. Sesaat sebelum dilakukan perubahan pada rangkaian yang dilambangkan dengan t (0-).
Keadaan awal dan keadaan setelah terjadi perubahan sangat diperlukan agar konstanta
sembarang yang muncul dalam penyelesaian umum dari persamaan diferensial dapat
orde satu akan berisikan satu konstanta sembarang dan untuk persamaan diferensial orde
dua akan berisikan dua buah konstanta sembarang. Sifat komponen R, L dan C pada
Kondisi awal dan setelah perubahan seperti terlihat pada gambar berikut.
89
Ganmbar 5.1. sifat-sifat komponen R,L,C pada kondisi awal dan kondisi sesudah
Transient
dijelaskan sbb;
S
R
L
V
Mula-mula rangkaian dalam keadan terbuka, kemudian pada saat t =0, S ditutup maka
di
V =Ri ( t ) + L (5.1)
dt
di R
V L di = dt
=i ( t )+ V L
R R dt i (t)
R
90
Di integral;
di R
V
=
L
dt
i ( t )
R
( VR )= RL t+ K
ln i
R R
V V
( ) ( )
t +K t
i =e L
i =e K e L
jika eK = K maka
R R
R
V
( )
t
L
i =K ' e
R
R
V L
t
i ( t )= + K ' e , untuk t = 0 maka didapat i(0) = 0 sehingga K = -V/R jadi;
R
V
Persamaan diatas memperlihatkan dua keadaan yaitu kedaan steadi state R ) dan
R
V L
t
keadan transient ( e respon arus dapat digambarkan sebagai berikut;
R
I ( A)
91
V/R Isst
R
t
1e L
I(t)=Isst + I(t) = V )
R
0 1 2 3 4 5 t (dtk)
keadaan transient sudah berahir dan system dalam keadaan steady state.
R R
V
R
( t
1e L R=V (1e ) L
t
)
(5.3)
V R=I . R=
Tegangan (V)
VR
VL
0 1 2 3 4 5 T (dtk)
92
Daya dalam RL seri pada saat transient untuk elemen R adalah;
R R
PR =V R I V2
= R 12 e ( L
t
+2 e
2
L
t
) (5.5)
Untuk menganalisa arus/ tegangan transient yang terjadi dalam rangkaian R-C seri seperti
S
R
V
C
Mula-mula rangkaian dalam keadaan terbuka, kemudian pada saat t = 0 S ditutup, dan
jika kapasitor belum bermuatan(Q0 =0) maka menurut hukum Kirchoof berlaku
1
V =Ri ( t ) + i ( t ) dt (5.7)
C
Deferensial;
di i ( t ) di 1
R + =0 = dt
dt C i RC
Di integralkan;
93
di 1
= dt
i RC
t
ln i ( t )= +K
RC
Atau;
t
+K
RC
i ( t )=e
t
K
jika dialmbil e
K
i ( t )=e e RC = K, maka;
t
i ( t )=K ' e RC
1
V =Ri ( 0 )+ i(0 )d 0 i(0) = V/R sehingga K = V/R. jadi persamaan arus transient
C
I (A)
V/R
t
V
i ( t )= e RC
R
0 1 2 3 4 5 t (dtk)
94
Gambar 5.5. Respon transient RC seri
konstanta waktu (time constant) transient pada rangkaian RC adalah TC = RC. sesudah
5 TC, keadaan transient sudah berahir dan system dalam keadaan steady state.
(5.9)
t
1
VR e RC dt
t
VC = i ( t ) dt = = V (1- e RC )
C
(5.10)
Tegangan (V)
Vc = V(1-e-t/RC
VR = Ve-t/RC
t (dtk)
V2 2
t
RC
PR =VRxi(t) = R e
(5.11)
95
e
2 2 t
V
PC = VCi(t) = ( t e RC ) (512)
R RC
V2 t
PT = R e RC
(5.13)
Untuk menentukan arus transient dalam rangkaian RLC seri seperti pada gambar
S
R L
V C
V = VR + VL + Vc
di 1
L i ( t ) dt
V = Ri(t) + dt + C
(5.14)
Dideferensialkan;
d2i i(t )
0 = Rdi/dt +L dt 2 + C
96
d2i i(t )
dt
2 + R/L di/dt + LC , jika d/dt = , maka
yaitu;
b b 24 ac
12=
2a
se h ingga ;
i ( t ) = i1 + i2 =c1 e 1t
+c2 e 2t
(5.15)
Untuk menentukan nilai konstanta c1 dan c2, dilakukan dengan
i1=e /2t
; i2=t e /2t
se h ingga ;
97
Untuk menentukan nilai konstanta c1 dan c2, dilakukan dengan
5.2.3.1. Rangkaian RL
S R
V
L
t +
di
Ri ( t ) +L =Vm sin
dt
98
Dengan menggunakan persamaan differensial orde satu tak homogen, maka diperoleh
[ )]
R
L Vm L
Vm
(
t
i ( t )=e L
sin tg1 + 2 2 2 sin ( t +tg1 )
R + L
2 2 2 R R + L R
(5.18)
R
t
L
Bagian pertama mengandung e yang nilainya akan menjadi nol dalam
Vm L
i ( t )= sin ( t +tg1 )
R + L
2 2 2 R (5.19)
S R
V
C
t +
1
Ri ( t ) + i ( t ) dt=Vm sin
C
Dengan mendifferensialkan;
99
di 1 Vm
+ i= cos ( t +)
dt RC R
Dengan menggunakan persamaan differensiel orde satu tak homogen didapat arus transient
[ ]
1
Vm Vm 1 Vm 1
( ) ( )
t
i ( t )=e RC sin sin +tg 1 + sin t+ +tg1
R CR CR
2 2
2 1 2 1
R +( ) R +( )
c c
(5.20)
5.2.3.3.Rangkaian RLC
S R L
V
C
t+
di 1 (5.21)
Ri ( t ) + L + i ( t ) dt =Vm sin
dt C
Dengan mendifferensialkan akan terbentuk persamaan differensial orde dua tak homogen.
Sehingga untuk menentukan arus transient dalam rangkaian RLC seri dengan sumber AC
d 2 i R di 1 Vm
2
+ + i= cos ( t+ )
dt L dt LC L
100
Penyelesaian persamaan differensial orde dua di atas akan menghasilkan solusi penyeleaian
homogeny (ih) dan penyelesaian particular (i p) sehingga persamaan arus transient untuk
Contoh latihan :
1. Jika rangkaian tersebut pada saat t = 0 berada dalam kondisi steady state, cari VC
untuk t > 0 !
Jawab;
Pada saat t = 0 atau keadaan switch ditutup dalam keadaan steady state (mantap)
5
Vc ( o )= x 40=25 V
5+ 3
Pada saat switch dibuka atau t > 0, maka rangkaiannya seperti berikut;
101
1
Vc ( t )=Vo e RC
t
5 x1
Vc ( t )=25 e 10
=25 e
2 t volt
Soal soal
102
103