Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Pelahiran caesar adalah kelahiran janin melalui insisi pada dinding

abdomen dan dinding uterus. Tidak mencakup pengangkatan janin dari organ

abdomen pada kasus ruptur uterus atau pada kasus kehamilan abdominal. 1

Suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus

melalui dinding depan perut, seksio sesarea juga didefinisikan sebagai suatu

histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim. 2,3

2.2 Istilah 3

1. seksio sesarea primer (efektif)


sejak semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara seksio

sesarea, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul

sempit (Conjugata vera kurang dari 8 cm)


2. Seksio sesarea sekunder
Kita mencoba menunggu kelahiran biasa (partus percobaan). Jika tidak ada

kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal, baru dilakukan seksio

sesarea.
3. Seksio sesarea ulang
Ibu pada kehamilan yang lalu menjalani seksio sesarea dan pada

kehamilan selanjutnya juga dilakukan seksio sesarea ulang.


4. Seksio sesarea histerektomi

2
Suatu operasi yang meliputi pelahiran janin dengan seksio sesarea yang

secara langsung diikuti histerektomi karena ada indikasi.


5. Operasi porro
Suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (tentunya janin

sudah mati) dan langsung dilakukan histerektomi, misalnya pada keadaan

infeksi rahim yang berat.

2.3 Indikasi Seksio Sesarea

Indikasi ibu1,3

1. Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior)


Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi oada tempat

abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian

atau seluruh pembukaan jalan lahir. Plasenta previa sentralis, bila

pembukaan 4-5 cm teraba plasenta menutupi seluruh ostium. Plasenta

previa lateralis, bila pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan ditutupi oleh

plasenta.
2. Panggul sempit
Holmer mengambil batas terendah untuk melahirkan janin vias naturalis

ialah CV=8 cm. Panggul dengan CV < 8cm dipastikan tidak bisa

melahirkan janin secara normal, harus diselesaikan secara seksio sesarea

sekunder.
3. Disproporsi sefalopelfik
Adalah ketidakseimbangan antara ukuran kepala dan ukuran panggul.
4. Ruptur uteri mengancam
5. Partus lama
6. Partus tak maju
7. Distosia servik
8. Preklamsi dan hipertensi

3
9. Panggul sempit absolut
10. Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
11. Stenosis serviks/vagina

Indikasi Janin1,3
1. Gawat janin
2. Malpresentasi janin

Letak lintang : Greenhill dan eastman berpendapat bahwa jika panggul

terlalu sempit seksiso sesarea adalah cara terbaik dengan semua kasus letsk

lintang dengan janin hidup atau ukuran normal. Semua prmigravida dengan

janin letak lintang harus ditolong dengan seksio sesarea walaupun tidak ada

perkiraan panggul sempit. Multipara dengan janin letak lintang dapat ditolong

dengan cara-cara lain

Letak bokong :Seksio sesarea dianjurkan pada presentasi letak bokong

pada kasus panggul sempit, primigravida, janin besar.

Presentasi dahi dan muka presentasi rangkap jika reposisi tidak berhasil.

Presentasi rangkap jika reposisi tidak berhasil : Gemeli, menurut

Eastman seksio sesarea dianjurkan jika janin pertama letak lintang atau

presentasi bahu, jika terlihat interlok,pada kasus distosia karena tumor,

pada gawat janin.

2.4 Jenis-jenis Operasi Seksio Sesarea1,3

4
Abdomen (seksio sesarea abdominalis)1

1. Seksio sesarea transperitoneal:

Seperti seksio sesarea klasik atau korporal dengan insisi memanjang

pada korpus uteri. seksio sesarea ismika atau profunda dengan insisi pada

segmen bawah rahim. Seksio sesarea ekstraperitonealis yaitu seksio sesarea

tanpa membuka peritoneum parietale dengan demikian tidak terbuka kavum

abdominalis

2. Vagina (seksio sesarea vaginalis)

Menurut arah sayatan pada rahim, seksio sesarea dilakukan sebagai

berikut: Sayatan memanjang (longitudinal) menurut kronig, Sayatan melintang

transversal menurut Kerr, Sayatan huruf T.

3. Seksio Sesarea Klasik (Korporal)

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri

kira-kira sepanjang 10 cm. Kelebihan dari seksio sesarea klasik adalah

pengeluaran janin lebih cepat, tidak mengakibatkan komplikasi tertariknya

kandung kemih, sayatan dapat diperpanjang atau distal. Kekurangan seksio

sesarea adalah infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena

tidak ada reperitonealisasi yang baik, pada persalinan berikutnya lebih

mudah terjadi ruptur uteri spontan. Saat ini teknik tersebut sudah jarang

dipergunakan karena banyak kekurangannya, namun pada kasus tertentu

5
seperti pada kasus operasi berulang yang memiliki banyak perlengketan

organ , seksio sesarea klasik ini dapat dipertimbangkan.

4. Seksio Sesarea Ismika (profunda)

Dilakuakan dengan membuat sayatan melintang-konkaf pada

segmen bawah rahim kira-kira sepanjang 10 cm. Kelebihan dari seksio

sesarea ismika adalah penjahitan luka lebih mudah, penutupan luka dengan

reperitonealisasi yang baik, tumpang tindih peritoneal flap sangat baik

untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum, perdarahan

kurang, kemungkinan ruptur uteru spontan kecil. Kekurangan dari seksio

sesarea ismika adalah luka dapat melebar ke kiri, kanan, sampai bawah

sehingga dapat menyebabkan putursnya arteri uterina yang menyebabkan

perdarahan dalam jumlah banyak, tingginya keluhan pada kandung kemih

setelah pembedahan.

6
Gambar Jenis-Jenis Operasi Seksio Sesarea.4

2.5 Komplikasi

1. Infeksi puerperal (nifas)3


Ringan, dengan kenaikan suhu beberapa derajat saja. Sedang, dengan

kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut sedikit

kembung. Berat, dengan peritonitis, sepsis, ileus, paralitik. Infeksi berat

sering kita jumpai pada partus terlantar sebelum timbul infeksi nifas, telah

terjadi infeksi intrapartum karena ketuban yang telah pecah teralu lama.

Penanganannya adalah dengan pemberian cairan, eletrolit dan antibiotik

yang adekuat dan tepat.


2. Perdarahan
Perdarahan karena banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka,

atonia uteri, perdarahan pada placental bed


3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila

reperitonialisasi terlalu tinggi


4. Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang

2.6 Prognosis

Angka kematian ibu pada rumah sakit yang memiliki fasilitas operasi yang

cekatan adalah kurang dari 2 per 1000. Nasib janin yang ditolong secara seksiso

sesarea sangat bergantung pada keadaan janin sebelum dilakukan operasi.

Menurut data dari negara dengan pengawasan antenatal baik dan fasilitas neonatal

yang sempurna, angka kematian perinatal sekitar 4-7%.3

2.6 Riwayat Pelahiran Caesar

7
Percobaan Persallinan (Vaginal Birth After Caesarean: VBAC) versus

Pelahiran Caesar Berulang (Elective Repeated Sectio Caesarean:ERCS)

Resiko Pada Janin

Ruptur uterus dan komplikasi yang berkaitan dengannya meningkat pada

percoabaan persalinan. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Maternal Fetal

Medicine Units Network menyebutkan bahwa resiko terjadinya ruptur uteri lebih

tinggi pad wanita yang menjalani percobaan persalinan yaitu 7 per 1000 dan tidak

terjadi ruptur uteri pada kelompok sesarea elektif. Angka lahir mati dan hypoxic

ischemic encephalopathy lebih besar pada kelompok percobaan persalinan. Resiko

absolut ruptur uterus akibat percobaan persalianan menyebabkan kematian janin

yaitu 1 per 1000. Penelitian lain, Smith dkk, menyebutkan bahwa resiko kematian

perinatal akbat pelahiran adalah 1,3 per 1000 di antara 15.515 wanita

yang menjalani VBAC. 2

8
Tabel Komplikasi pada wanita dengan riwayat pelahiran sesarea di NICHD

Maternal FetalMedicine Units Network, 1999-2002.

Resiko Pada Ibu

Penelitian Landon, dkk (2004) menyebutkan bahwa angka

mortalitasmaternal tidak berbeda secara bermakna antara wanita yang menjalani

9
persalinan percobaan dibandingkan dengan wanita yang menjalani sesarea elektif

berulang. Secara spesifik, angka kematian maternal untuk wanita yang menjalani

sesarea elektif berulang adalah 5,6 per 100.000 dibandingkan dengan 1,6 per

100.000 untuk menjalani percobaan persalianan. Penelitian Rossi dan DAddrio

(2008) juga melaporkan peningkatan insiden komplikasi maternal keseluruhan

yaitu wanita dengan VBAC yang gagal sebesar 17% dibandingkan dengan VBAC

yang berhasil 3%.2

Wanita yang mempertimbangkan pilihan untuk melahirkan setelah caesar

sebelumnya sebaiknya diinformasikan bahwa VBAC yang direncanakan memiliki

resiko ruptur uterina sebesar 22-74/10.000. Tidak ada resiko ruptur uterina pada

wanita dengan ERCS. 4

Ruptur uterina pada uterina tanpa skar sangat jarang sekitar 0.52.0/10,000

kelahiran, resiko ini terutama pada wanita kelahiran multipara. Studi NICHD

melaporkan bahwa resiko untuk ruptur uterina simptomatik saat aterm sebesar

74/10,000 VBAC yang direncanakan.Terdapat tanpa resiko pada wanita dengan

ERCS. Studi dengan design metodologi berbeda melaporkan perkiraan resiko

ruptur uterina yang sama padaVBAC yang direncanakan. Pada review sistematik

dan non-sistematik sebesar 39,43, dan 62/10.000, studi retrospektif 22, 33, 35 dan

65/10.000.4

Walaupun jarang, ruptur uterina berhubungan dengan morbiditas maternal

dan perinatal serta mortalitas perinatal. Terdapat bukti dari satu studi kasus-

kontrol bahwa wanita yang mengalami demam intrapartum dan postpartum pada

10
kelahiran caesar sebelumnya mengalami peningkatan resiko ruptur uterina pada

persalinan VBAC direncanakan selanjutnya (OR 4.02, 95% CI 1.0415.5). 3

Wanita yang mempertimbangkan pilihan untuk melahirkan setelah caesar

sebelumnya sebaiknya diinformasikan bahwa VBAC direncanakan dibandingkan

dengan ERCS memiliki tambahan resiko 1 % transfusi darah atau endometritis.4

Wanita yang mengalami VBAC yang direncanakan dibandingkan dengan

ERCS memiliki resiko membutuhkan transfusi darah lebih besar (170/10,000 vs

100/10,000) dan endometritis (289/10,000 vs 180/10,000).3

Tidak ada perbedaan signifikan secara statistik antara VBAC yang

direncanakan dan ERCS dalam hubungannya dengan histerektomi (23/10,000 vs

30/10,000), penyakit tromboembolik (4/10,000 vs 6/10,000) atau kematian

maternal (17/100,000 vs 44/100,000). Mayoritas kasus kematian maternal pada

wanita dengan seksio cesarea sebelumnya akibat penyakit medis (seperti

tromboembolisme, embolisme cairan amnion, preeklampsia dan komplikasi

operasi). Kematian maternal dari ruptur uterina pada VBAC yang direncanakan

terjadi pada kurang dari 1/100.000 kasus di negara berkembang, perkiraan ini

berdasarkan informasi dari laporan kasus. Wanita yang mengalami VBAC yang

direncanakan sebaiknya diinformasikan bahwa keputusan ini menyebabkan

tambahan resiko kematian perinatal yang berhubungan dengan kelahiran sebesar

23/10,000 dibandingkan ERCS. 4

Pada studi di large centre didapatkan VBAC yang direncanakan

berhubungan dengan resiko stillbirth antepartum di atas kehamilan 39 minggu

11
sebesar 10/10,000 dan 4/10,000 resiko kelahiran berhubungan dengan kematian

perinatal. Resiko ini bisa dikurangi dengan ERCS saat awal minggu ke-39. 4

Wanita yang mempertimbangkan pilihan kelahiran setelah cesarea

sebelumnya sebaiknya diinformasikan bahwa VBAC yang direncanakan memiliki

resiko bayi mengalami hypoxic ischaemic encephalopathy sebesar 8/10.000. 4

Wanita yang mempertimbangkan untuk melahirkan setelah seksio cesarea

sebelumnya sebaiknya diinformasikan bahwa resiko komplikasi anestesi sangat

rendah. Komplikasi yang berhubungan dengan prosedur anestesi sangat jarang.

Dari wanita yang mengalami seksio cesarea (darurat dan elektif) pada studi

NICHD, 93 % mendapat anestesi regional dan hanya 3 % prosedur regional gagal.

Terdapat 1 kematian maternal (2.7/100,000) akibat masalah anestesi (intubasi

gagal).4

Wanita yang mempertimbangkan untuk melahirkan setelah cesarea

sebelumnya sebaiknya diinformasikan bahwa ERCS meningkatkan resiko

komplikasi serius pada kehamilan selanjutnya.4

Resiko yang meningkat dengan bertambahnya jumlah kelahiran caesar

yang berulang seperti plasenta akreta, jejas ke kandung kemih, usus atau ureter,

ileus, perlunya ventilasi post-operasi, ICU admission, histerektomi, transfusi

darah membutuhkan 4 atau lebih unit dan durasi waktu operasi dan perawatan

RS.3

Pada studi NICHD, plasenta akreta terjadi pada 0.24%, 0.31%, 0.57%,

2.13%, 2.33% dan 6.74% wanita yang mengalami kelahiran caesar pertama,

12
kedua, ketiga, keempat, kelima dan keenam. Histerektomi dibutuhkan pada

0.65%, 0.42%, 0.90%, 2.41%, 3.49% dan 8.99% wanita yang mengalami

kelahiran caesar pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima dan keenam. Pada

wanita dengan plasenta previa, resiko plasenta akreta sebesar 3%, 11%, 40%,61%,

dan 67% untuk kelahiran caesar pertama, kedua, ketiga, keempat dan kelima atau

lebih. Sebuah studi retrospektif di Saudi Arabia juga menunjukkan peningkatan

resiko jejas kandung kemih (0.3%, 0.8%, 2.4%), histerektomi (0.1%, 0.7%, 1.2%)

dan membutuhkan transfusi (7.2%, 7.9%, 14.1%) dengan riwayat 2, 3 dan 5

kelahiran caesar. 4

13
Bagan perencanaan VBAC atau ERCS.3

National Institutes of Health. dalam NIH Consensus Development Conference:

vaginal birth after cesarean: new insights tahun 2010 menjelaskan berdasarkan

14
hasil penelitian terbaru tentang kelebihan dan kekurangan VBAC/TOLAC

dibandingkan ERSC. 4

Manfaat jangka pendek

o High grade evidence: mortalitas maternal lebih rendah

o Moderate Grade of Evidence: Rasio histerektomi sama dengan ERSC

o Low grade evidence : Lama perawatan lebih sedikit dibandingkan ERSC

Kerugian jangka pendek

o High grade evidence: tidak ada

o Moderate Grade of Evidence: Risiko Ruptur uteri lebih besar dibandingkan

ERSC

Keuntungan jangka panjang

o High grade evidence: tidak ada

o Moderate Grade of Evidence: berkurangnya risiko malposisi dan malformasi

plasenta pada kehamilan berikutnya,

o Low grade evidence : tidak ada

15
Kerugian Jangka Panjang

o High grade evidence: tidak ada

o Moderate Grade of Evidence: tidak ada

o Low grade evidence : tidak ada

Pengaruh TOLAC pada bayi

o High grade evidence: tidak ada

o Moderate Grade of Evidence: Mortalitas perinatal meningkat bila dibandingkan

dengan ERSC

Low grade evidence : Mortalitas janin dalam kandungan meningkat pada TOLAC

bila dibandingkan ERSC, risiko terjadinya Hypoxic ischemic encephalopathy juga

meningkat pada TOLAC

16
Skema penatalaksanaan VBAC

Menurut Scott et al, manajemen VBAC dapat dilihat di bawah ini12:4

Kandidat untuk percobaan persalinan

Beberapa faktor pertimbangan seleksi kandidat untuk VBAC yaitu:

1. satu kali riwayat seksio sesaria dengan insisi segmen bawah rahim
2. Panggul adekuat secara klinis
3. Tidak ada parut uterus lain atau ruptur sebelumnya
4. dokter mudah dihubungi selama persalinan aktif, dapat memantau

persalinan dan
5. melakukan seksio sesaria emergensi
6. Tersedianya anestesi dan sarana untuk seksio sesaria emergensi

17
Kontraindikasi VBAC

Beberapa faktor untuk dilakuakan VBAC antara lain:

1. Riwayat seksio sesaria jenis klasik atau adanya parut uterus berbentuk T

terbalik.
2. Riwayat histerotomi atau miomektomi yang masuk ke cavum uteri.
3. Riwayat ruptur uterus.
4. Adanya kontraindikasi persalinan pervaginam seperti plasenta previa atau

malpresentasi.
5. Ibu yang menolak VBAC dan permintaan ERCS
Satu satunya sistem skoring yang memiliki nilai ketepatan yang cukup

baik adalah sistem skoring oleh Flamm yang merupakan hasil penelitian

prospektif multisenter.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan TOLAC 4

Meningkatnya kemungkinan kesuksesan

- Kelahiran pervaginam sebelumnya

- Kelahiran spontan

Menurunkan kemungkinan kesuksesan

- Umur kehamilan lebih dari 40 minggu

- Bertambah tua umur ibu 15

- Semakin besar berat janin

18
- Obesitas ibu

- Ras selain putih

- Preeklampsia

- Indikasi berulangnya seksio sesaria

- Pendeknya jarak antar kehamilan

SOGC Canada pada tahun 2005 mengeluarkan rekomendasi terhadap VBAC:4

1) Apabila tidak ditemukan adanya kontraindikasi, wanita dengan 1 kali sesarea

dengan irisan transversa segemen bawah harus diberikan pilihan untuk

dilakukannya partus percobaan, disertai dengan penjelasan menyeluruh terhadap

keuntungan dan kerugiannya. Proses ini harus didokumentasikan disertai dengan

inforrmed consent dari pasien.

2) Tujuan wanita melakukan partus percobaan setelah sesaria harus dengan jelas

tertulis, dan jenis parut uterus pada sesar sebelumnya harus terdokumentasikan.

3) Untuk keselamatan saat persalinan , TOLAC harus dilakukan di rumah sakit

yang memiliki kemampuan melakukan operasi sesar, memiliki dokter obstetric,

anastesi, pediatric dan staf operasi.

4) Setiap rumah sakit harus memiliki peraturan tertulis menyangkut

pemberitahuan dan/atau konsultasi dengan dokter yang bertanggung jawab

melakukan operasi sesarea sito.

19
5) Pada tindakan TOLAC, rentang waktu yang direkomendasikan untuk

melakukan laparotomi adalah 30 menit.

6) Pengawasan janin terus menerus menggunakan Continuous electronic fetal

monitoring pada wanita dengan partus percobaan sangat direkomendasikan.

7) Kecurigaan ruptur uteri membutuhkan perhatian lebih dan laparotomi

eksplorasi untuk menurunkan tingkat morbiditas dan mortalitas.

8) Penggunaan oksitosin pada wanita dengan TOLAC tidak merupakan

kontraindikasi.

9) Induksi dengan oksitosin selama persalinan meningkatkan risiko rupture uteri

dan harus dilakukan dengan hati-hati .

10) Induksi Persalinan dengan menggunakan Prostaglandin E2 (dinoprostone)

dihubungkn dengan peningkatan risiko rupture uteri, dan tidak dianjurkan

digunakan kecuali pada beberapa kondisi tertentu dan dengan konseling yang

cukup.

11) Prostaglandin E1 (misoprostol) berhubungan erat dengan risiko tinggi rupture

uteri dan tidak boleh digunakan dalam TOLAC.

12) Foley kateter secara aman dapat digunakan untuk mematangkan serviks dalam

proses TOLAC.

20
13) Data yang tersedia saat ini menunjukkan pada pasien TOLAC dengan seksio

sesarea lebih 1 kali memiliki tingkat keberhasilan yang baik, tetapi berhubungan

langsung dengan meningkatnya risiko rupture uteri.

14) Hamil kembar tidak direkomendasikan menjalani TOLAC

15) Diabetes mellitus bukan merupakan kontraindikasi TOLAC

16) Kecurigaan janin makrosomia bukan merupakan kontraindikasi TOLAC

17) Wanita yang akan melahirkan dalam jangka waktu 18-24 bulan pasca seksio

sesarea harus melalui diskusi dengan dokter yang akan menangani wanita tersebut

mngenai peningkatan risiko rupture uteri

18) Post date bukan merupakan kontraindikasi TOLAC

19) Diusahakan untuk mendapatkan laporan operasi sesar sebelumnya untuk

menentukan jenis irisan yang dipakai. Jika informasi tentang irisan sulit didapat,

alasan seksio sesarea sebelumnya mungkin dapat membantu menentukan jenis

irisan yang dipakai. Jika kemungkinan penggunaan irisan transversal segmen

bawah rahim pada sesar sebelumnyabesar, pilihan untuk melaksanakan TOLAC

dapat diberikan pada ibu.

Pematangan serviks dan stimulasi persalinan

Oksitosin

Induksi atau augmentasi persalinan dengan oksitosin telah dihubungkan

dengan peningkatan angka kejadian ruptur uteri pada wanita yang menjalani

21
VBAC. Dalam penelitian MFMU Network yang dilaporkan oleh Landon,

dkk(2004), ruptur uteri lebih sering terjadi pada wanita yang diinduksi oksitosin

saja yaitu 1,1% dibandingkan dengan wanita yang bersalin secara spontan yaitu

0,4%. Augmentasi dengan oksitosin tidak dikontraindikasikan pada wanita yang

menjalani TOLAC. Perlu pengawasan yang ketat jika memang sangat

dibutuhkan.2,4

Misoprostol

Prostaglandin E1 (misoprostol) berhubungan dnegan tingginya risiko ruptur uterus

dan tidak boleh dipakai pada TOLAC.4

Dinoprostone

Induksi menggunakan prostaglandin ES (dinoprostone) berhubungan dengan

meningkatnya risiko ruptur uterus dan seharusnya tidak dipakai kecuali pada

keadaan yang sangat jarang dan pemberian konseling yang baik sebelumnya.4

Kateter foley

Kateter foley dapat dipakai secara aman untuk mematangkan serviks pada wanita

dengan TOLAC. 4

Keadaan-Keadaan Khusus 4

Riwayat Seksio Sesaria Lebih Dari 1 Kali

22
Pasien dengan riwayat seksio sesaria lebih dari 1 kali mempunyai risiko

ruptur uterus yang lebih tinggi. Pasien dengan riwayat seksio sesaria 2 kali

mempunyai risiko ruptur uterus sekitar 1,8%-3,7%. Pada penelitian lain

didapatkan pasien dengan riwayat seksio sesaria 2 kali mempunyai risiko ruptur

uterus lima kali lebih besai dibanding pasien dengan riwayat seksio sesaria 1 kali.

ACOG menyarankan VBAC pada pasien dengan riwayat seksio sesaria 2 kali

hanya dilakukan apabila pasien sudah pernah persalinan pervaginam sebelumnya.

Makrosomia

Wanita yang menjalani TOLAC dengan janin makrosomia (lebih dari 4000

gr- 4500gr) mempunyai kemungkinan sukses VBAC lebih rendah dibanding janin

nonmakrosomia. Wanita dengan riwayat seksio sesaria karena distosia juga

mempunyai kemungkinan sukses VBAC lebih rendah apabila berat janin yang

sekarang lebih besar dibanding yang terdahulu.Terdapat bukti terbatas bahwa

risiko ruptur uterus lebih besar pada wanita yang tidak pernah persalinan

pervaginam sebelumnya dan menjalani TOLAC dengan janin makrosomia.

Hal ini penting untuk diingat karena data ini bergantung pada berat janin

sebenarnya, bukan perkiraan, yang membatasi keputusan klinik antenatal.

Walaupun taksiran berat janin harus dipertimbangkan saat membuat keputusan,

suspek makrosomia saja bukan kontraindikasi untuk TOLAC.

Kehamilan Kembar

Penelitian menunjukkan bahwa VBAC pada kehamilan kembar terbukti

aman dengan angka kesuksesan 69%-84% tanpa peningkatan morbiditas dan

23
mortalitas ibu dan janin. Dengan demikian, kehamilan kembar bukan

kontraindikasi TOLAC.2

Indikasi Seksio Sesaria Sebelumnya

Indikasi pada seksio sesaria yang sebelumnya menentukan tingkat

kesuksesan VBAC. Pada indikasi presentasi bokong, angka kesuksesan mencapai

91%. Pada indikasi gawat janin, angka kesuksesan 84%. Sedangkan pada indikasi

distosia, angka VBAC yang bisa dicapai adalah 68%.1

Jarak Antar Kelahiran (Inter Delivery Time)

Secara logis dapat kita simpulkan bahwa risiko ruptur uterus akan semakin

tinggi apabila waktu penyembuhan belum cukup. Shipp dan para koleganya pada

tahun 2001 secara retrospektif meneliti hubungan antara jarak kelahiran dengan

ruptur uterus pada 2409 wanita dengan riwayat seksio sesaria 1 kali. Terdapat 29

(1,4%) kasus ruptur uterus. Mereka menemukan bahwa jarak antar kelahiran 18

bulan atau kurang berhubungan dengan peningkatan risiko ruptur uterus tiga kali

lipat dibanding dengan mereka yang jarak antar kelahirannya lebih dari 18 bulan.

Komplikasi 2,4

- Ruptur uteri

- Kematian janin

24
Untuk itu, informed consent harus dibuat secara tertulis, yaitu menyangkut

berbagai kemungkinan yang akan terjadi dengan segala risikonya, termasuk risiko

untuk dilakukan seksio sesarea kembali.

BAB III

KESIMPULAN

25
1. Pelahiran caesar adalah kelahiran janin melalui insisi pada dinding

abdomen dan dinding uterus. Tidak mencakup pengangkatan janin dari

organ abdomen pada kasus ruptur uterus atau pada kasus kehamilan

abdominal
2. Seksio sesarea sekunder adalah Kita mencoba menunggu kelahiran

biasa (partus percobaan). Jika tidak ada kemajuan persalinan atau

partus percobaan gagal, baru dilakukan seksio sesarea. Seksio sesarea

ulang adalah Ibu pada kehamilan yang lalu menjalani seksio sesarea

dan pada kehamilan selanjutnya juga dilakukan seksio sesarea ulang.


3. Komplikasi seksio sesarea : Infeksi puerperal (nifas), Perdarahan,luka

kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila

reperitonialisasi terlalu tinggi, Kemungkinan ruptur uteri spontan pada

kehamilan mendatang
4. Komplikasi riwayat pelahiran seksio sesarea Ruptur uteri dan

Kematian janin Untuk itu, informed consent harus dibuat secara

tertulis, yaitu menyangkut berbagai kemungkinan yang akan terjadi

dengan segala risikonya, termasuk risiko untuk dilakukan seksio

sesarea kembali.

26

Anda mungkin juga menyukai