Anda di halaman 1dari 4

ATRIBUSI

PENGERTIAN ATRIBUSI

Menurut Kelly (1967) Atribusi adalah proses mempersepsikan sifat-sifat


dispositional (yang sudah ada) pada satuan-satuan (entities) di dalam suatu
lingkungan (environment).sedangkan menurut Myers (1996) Atribusi adalah
memperkirakan apa yang menyebabkan orang lain itu berperilaku tertentu.
Menurut Myers, kecenderungan memberi atribusi disebabkan oleh
kecenderungan manusia untuk menjelaskan segala sesuatu, termasuk apa yang
ada dibalik perilaku orang lain.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa atribusi adalah proses


persepsi yang mempengaruhi sikap perilaku seseorang . Suatu persepsi yang
dapat diartikan sebagai suatu proses bagaimana seseorang mencari kejelasan
terhadap sebab akibat dari perilaku orang lain.

Ada 2 golongan yang menjelaskan suatu perilaku, yaitu:

a. berasal dari orang yang bersangkutan (atribusi internal).

b. dan yang berasal dari lingkungan atau luar diri orang yang bersangkutan
(atribusi eksternal).

DIMENSI-DIMENSI ATRIBUSI

a. Penyebab-penyebab personal (internal) vs penyebab-penyebab di lingkungan


(eksternal) : penyebab dari dalam diri individu atau diluar diri
b. Stabilitas : sifat mudah atau tidaknya faktor penyebab berubah
c. Controll ability : terkendali, berarti penyebab suatu kejadian berada di dalam
kendali individu sendiri. Tidak terkendali, berarti faktor penyebab berasal dari
luar diri individu.

KESALAHAN DALAM ATRIBUSI

Dalam pemberian atribusi, bisa terjadi kesalahan. Kesalahan itu menurut Baron
& Byrne (1994) dapat bersumber pada beberapa hal:

1. Kesalahan atribusi yang mendasar (fundamental error)


Ini adalah kecenderungan untuk melebih-lebihkan pengaruh disposisi pada
perilaku orang lain. Anda cenderung untuk menganggap bahwa perilaku
orang lain disebabkan oleh sikap, kepribadian, perasaan, emosi,
kemampuan, kesehatan, keinginan, niat, kesukaan, dan usaha. Anda kurang
memperhatikan situasi dimana perilaku itu timbul. kecenderungan untuk
selalu memberi atribusi internal pada orang lain.
2. Efek Pelaku-Pengamat
Kecenderungan si pengamat untuk selalu memberi atribut internal pada
orang lain dan sebagai pelaku cenderung memberikan atribut eksternal.
Pada contoh mobil yang mengebel diatas, kita selalu memberi atribusi
internal pada dia (pemarah, tidak sabar, dll), sedangkan setelah kita tanya,
dia membela diri dengan alasan bermacam-macam, mungkin dengan alasan
dia terburu-buru karena dia sedang membawa istrinya yang sedang hamil
ke RS, dll (atribusi eksternal).
3. Pengutamaan Diri Sendiri
Setiap orang cenderung untuk membenarkan diri sendiri dan menyalahkan
orang lain. Saya pribadi, kadang melakukan hal yang sama dengan
memencet klakson bila kendaraan didepan lajunya lambat sekali padahal
lampu lalu lintas sudah berubah jadi hijau. Kita sering menyalahkan orang
lain, tapi kadang kita tidak sadar bahwa kita pernah bahkan sering
melakukan hal yang sama dengan orang yang kita salahkan.
4. Menyalahkan diri (self-blame)
Menyalahkan diri (self blame) adalah kecenderungan seseorang untuk
secara berlebihan menyalahkan diri sendiri, terutama bila mengalami
kegagalan. Mungkin Anda sering menemui orang seperti ini. Apapun
kejadiannya, selalu diri sendiri disalahkan. Ada teman sedih, menyalahkan
diri sendiri tidak mampu menyenangkan hati sang teman. Suami gagal
dalam usahanya, menyalahkan diri sendiri tidak cukup banyak
membantunya.
5. Efek relevansi dengan keuntungan pribadi (hedonic relevance)
Ini adalah kecenderungan seseorang untuk menilai lebih positif perilaku
orang lain yang menguntungkan dirinya pribadi, dan menilai lebih negatif
perilaku yang merugikan dirinya. Misalnya teman Anda mencuri buah di
kebun tetangga. Jika Anda mendapat bagian buah curian (positif bagi Anda),
maka Anda cenderung menganggapnya melakukan pencurian hanya untuk
senang-senang saja. Sebaliknya jika Anda tidak mendapat bagian (negatif
bagi Anda), maka Anda menganggap teman Anda berjiwa maling.
6. Bias egosentrisme
Ini adalah kecenderungan seseorang untuk menilai orang dengan
menggunakan diri sendiri sebagai referensi, alias beranggapan orang lain
juga melakukan hal yang sama. Misalnya Anda membaca buku karena
mengisi waktu luang. Maka Anda menganggap orang lain membaca buku
juga untuk mengisi waktu luang. Padahal boleh jadi tugasnya menuntut
untuk membaca buku.

TEORI ATRIBUSI

1. Teori Penyimpulan terkait (Jones dan Davis)


perilaku orang lain merupakan sumber informasi yang kaya. Jadi
kalau kita mengamati prilaku orang lain dengan cermat, kita dapat
mengambil berbagai kesimpulan. Misal orang tersenyum tentunya sedang
senang hati atau ramah.
Jones dan Davis (1965) dan Jones danMcGillis (1976)
mengemukakan hal-hal khusus yang harus diamati untuk lebih
menjelaskan Atribusi sebagai berikut:
a. Perilaku yang timbul karena kemauan orang itu sendiri.
b. Perilaku yang membuahkan hasil yang tidak lazim akan lebih
mencerminkan Atribusi pelaku dari pada yang hasilnya berlaku umum.
c. Memunculkan sifat yang tidak umum.
2. Teori Sumber Perhatian Dalam Kesadaran
Teori ini lebih menekankan proses yang terjadi pada kognisi orang yang
melakukan persepsi. Gillbert mengemukakan bahwa atribusi harus
melewati kognisi dan dalm kognisi terjadi tiga tahap:
a. Kategorisasi : Dalam tahap ini pengamat menggolongkan dulu
perilaku orang yang diamati dalam jenis atau golongan tertentu sesuai
dengan bagan atau skema yang telah terekam.
b. Karakterisasi : Pengamat memberi atribusi kepada pelaku berdasarkan
kategorisasi tersebut.
c. Koreksi : mengubah atau memperbaiki kesimpulan yang ada pada
pengamat tentang pelaku.
3. Teori Atribusi internal dan Eksternal dari Kelley(1972; Kelley dan Michela)
Ada 3 hal untuk melihat apakah itu suatu prilaku beratribusi internal atau
eksternal:
a. Konsensus : apakah perilaku cenderung dilakukan oleh semua orang
pada situasi yang sama.makin banyak yang melakukan makin tinggi
konsensus dan sebaliknya.
b. Konsistensi : Apakah pelaku yang bersangkutan cenderung melakukan
prilaku yang sama dimasa lalu dalam situasi yang sama.kalau ya
konsistensinya tinggi dan sebaliknya.
c. Distingsi atau kekhususan : Apakah pelaku yang bersangkutan
cenderung melakukan prilaku yang sama dimasa lalu dalam situasi
yang berbeda.kalauya Distingsinya tinggi dan sebaliknya.

Contoh : seseorang membenci mantan, bisajadi mantan tersebut emang


patut dibenci (factor dari luar), atau memang karena dirinya dalam
keadaan badmood sehingga ia membenci mantan.

Daftar rujukan

http://blogwahyustatistika.blogspot.co.id/2013/02/pengertian-atribusi-
psikologi.html

Nama : faidatul fauziyah

NIM : 15410029

Anda mungkin juga menyukai