Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi industri farmasi sangat berperan aktif dalam
peningkatan kualitas produksi obat-obatan. Hal ini ditunjukkan dengan
banyaknya sediaan obat-obatan yang disesuaikan dengan karakteristik zat
aktif obat dan kondisi pasien sehingga dapat meminimalkan efek samping
obat tanpa harus mengurangi atau mengganggu efek farmakologis zat aktif
obat. Sediaan oral yang cepat diabsorpsi adalah sediaan cair, salah satunya
suspensi (Yeyen et al. 2015).
Menurut FI IV, suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel
padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Menurut Formularium
Nasional Edisi II, suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat,
tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa atau
sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan atau tanpa
zat tambahan yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang
ditetapkan. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap,
dan bila dikocok perlahanlahan endapan harus terdispersi kembali. Dapat
ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi
kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah dikocok dan dituang.
Suspensi dalam farmasi digunakan dalam berbagai cara, antara lain
injeksi intramuskuler, tetes mata, oral, dan rektal. Suspensi oral dapat
didefinisikan sebagai preparat yang mengandung partikel obat yang terbagi
secara halus disebarkan secara merata dalam pembawa dimana obat
menunjukan kelarutan yang sangat minimum (Ansel, 1989).
Dalam pembuatan suspensi harus diperhatikan beberapa faktor antara lain
sifat partikel terdispersi (derajat pembasahan partikel), zat pembasah, medium
pendispersi serta komponenkomponen formulasi seperti pewarna,
pengaroma, pemberi rasa dan pengawet yang digunakan. Suspensi harus
1
dikemas dalam wadah yang memadai di atas cairan sehigga dapat dikocok
dan mudah dituang. Pada etiket harus tertera Kocok dahulu dan disimpan

Mata Kuliah Stabilitas Obat Genap 2017


dalam wadah tertutup baik dan disimpan di tempat yang sejuk.
Suatu suspensi dari mulai diolah sampai menjadi produk yang akhirnya
sampai ke pasien membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu,
sediaan tersebut harus tetap stabil, baik dalam penyimpanan maupun dalam
penggunaan. Hal ini dimaksudkan agar obat dalam bentuk, bau dan rasanya
dapat diterima pasien dalam keadaan baik. Faktor yang mempengaruhi
stabilitas fisik suspensi adalah volume sedimentasi, sifat alir dan ukuran
partikel.
Ada 2 macam bentuk suspensi yang beredar dipasaran yaitu suspensi siap
pakai dan suspensi yang terlebih dahulu dilarutkan ke dalam pembawanya.
Suatu obat diformulasikan ke dalam sediaan suspensi karena obat tersebut
mempunyai kelarutan yang rendah dalam air namun diperlukan dalam bentuk
cairan agar lebih mudah diterima oleh pasien yang sulit menelan dan dapat
mengurangi rasa pahit. Adapun keuntungan lain dari sediaan suspensi ini
yaitu suspensi dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam
air (Singh, Mishra dan Maurya, 2014).
Pembuatan sediaan farmasi dalam bentuk suspensi mempunyai beberapa
alasan diantaranya karena obat tersebut tidak larut dalam air. Salah satu
problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara
memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari pertikel.
Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas
suspensi.

.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar pembaca,


khususnya mahasiswa dapat memahami pengaruh bentuk sediaan suspensi
terhadap stabilitas obat dan mengetahui bagaimana menjaga stabilitas sediaan
suspensi serta memahami stabilitas senyawa obat dalam sediaan suspensi.
Selain itu makalah ini juga dibuat untuk memenuhi tugas yang diberikan pada
2 mata kuliah Stabilitas Obat di Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka
Jakarta program studi Farmasi.

Mata Kuliah Stabilitas Obat Genap 2017


3

Mata Kuliah Stabilitas Obat Genap 2017

Anda mungkin juga menyukai