A. PERSYARATAN-PERSYARATAN ADMINISTRASI
BAB I
UMUM
Pasal 1 : Pendahuluan
1. Pemilik Bangunan
Pemilik bangunan dalam hal ini adalah Dinas Perhubungan Pemerintah Aceh.
2. Lokasi Pekerjaan
Lokasi pekerjaan adalah di Desa saney, lhong Aceh Besar.
3. Jenis Pekerjaan
Pembangunan Fasilitas Dermaga yang meliputi kegiatan antara lain :
- DED
- Pekerjaan Persiapan
- Pekerjaan Dermaga
4. Sumber Dana
Pembiayaan untuk pelaksanaan pekerjaan ini adalah berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2009.
5. Kontrak Pekerjaan
Kontrak Pelaksanaan Pekerjaan adalah berpedoman pada KEPPRES No. 80 Tahun 2003 beserta
lampiran-lampirannya dan dilaksanakn dengan biaya yang telah ditetapkan untuk pekerjaan tersebut.
2. Peserta pelelangan dianggap telah menguasai sepenuhnya hal ikhwal yang dimaksud dalam
dokumen pelelangan setelah diadakan penjelasan pekerjaan (aanwijzing).
3. Peserta pelelangan harus memeriksa dan meneliti lokasi pekerjaan tersebut dan harus mengetahui
serta menguasai sepenuhnya kondisi fisik medan, luas dan macam pekerjaan, bahan-bahan yang
diperlukan dan perlengkapan yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
4. Peserta lelang harus mengetahui tentang perizinan yang diperlukan bagi pelaksanaan pekerjaan.
5. Apabila terdapat perbedaan ukuran-ukuran diantara gambar dan buku-buku persyaratan/ bestek,
maka yang dianggap berlaku adalah penjelasan/ keputusan-keputusan di dalam penjelasan
pekerjaan/ aanwijzing atau keputusan pengawasan pekerjaan/ direksi.
6. Gambar-gambar detail pokok disediakan oleh perencana/ Pemberi Tugas, tetapi di dalam
pelaksanaan pekerjaan bila diperlukan, maka pemborong wajib membuat gambar-gambar konstruksi
untuk melengkapi gambar yang sudah ada, agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilaksanakan dengan
sempura dan senantiasa harus mendapat persetujuan tertulis dari Direksi sebelum dilaksanakan.
2. Waktu dan tempat penjelasan pekerjaan (aanwijzing) akan dicantumkan di dalam surat undangan
dan terdiri dari aanwijzing di kantor dan peninjauan lapangan setempat (lokasi pekerjaan).
3. Peninjauan untuk mengikuti penjelasan di lapangan adalah menjadi tanggung jawab dan atas biaya
peserta pelelangan sendiri.
4. Pemborong bersama-sama Direksi akan mengadakan perhitungan volume dari setiap jenis pekerjaan
(bill of quantity) yang akan menjadi dasar penawaran masing-masing pemborong. Waktunya akan
ditentukan pada saat aanwijzing.
5. Penjelasan-penjelasan yang diberikan pada waktu aanwijzing akan dicatat di dalam risalah
aanwijzing yang ditandatangani oleh panitia dan 2 (dua) orang wakil-wakil dari peserta lelang dan
masing-masing peserta lelang akan menerima 1 (satu) set tindasan/ copynya.
Hari : .
Tanggal : .
Jam : .
Tempat : .
2. Prosedur dan tata tertib pelelangan mengikuti KEPPES No. 80 Tahun 2003 beserta lampiran-
lampirannya, berikut prosedur/ ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Pasal 6 : Surat Penawaran Harga
1. Para peserta pelelangan pekerjaan harus membuat surat penawaran sesuai contoh terlampir dengan
rangkap 5 (lima) dimana aslinya diberi materai tempel Rp. 6.000,- (enam ribu rupiah).
3. Di dalam surat penawarannya, penawar harus menyatakan bahwa penawar telah mempelajari,
memahami dan menerima syarat-syarat dalam dokumen pelelangan beserta lampirannya.
6. Surat penawaran harga harus dibuat dalam rangkap 5 (lima) dan masing masing set harus dijilid
dengan baik dan kemudian bersama sama dimasukan dalam amplop tertutup berwarna coklat yang
dilak di 5 (lima) tempat. Amplop harus dari tulisan tulisan kecuali kata kata :
Kepada Yth,
Panitia Pelelangan
.
Jl. Mayjend. T. Hamzah Bendahara No. 52 Banda Aceh
7. Surat penawaran harga kemudian di masukkan ke dalam kotak tertutup dan disegel yang
disediakan oleh panitia pada :
Hari :
Tanggal :
Jam :
Tempat :
8. Pada jam yang telah ditentukan semua sampul penawaran akan dibuka dan selanjutnya dilakukan
penelitian terhadap isinya yang dituangkan dalam Berita Acara yang ditanda tangani oleh Panitia
Pelelangan dan paling sedikit 2 (dua) orang wakil dari peserta pelelangan yang hadir
9. Surat surat penawaran tidak berlaku / tidak sah bila :
a. Tidak dimasukkan dalam sampul tertutup dan atau terdapat tanda tanda identitas penawar
pada sampul luar
b. Surat penawaran tidak ditanda tangani oleh penawar
c. Penawaran dalam angka angka tidak sesuai dengan yang tertulis dengan huruf
d. Penawar tidak menyatakan dengan jelas bahwa ia menerima syarat syarat Pemborongan
pekerjaan
e. Surat jaminan penawaran tidak ada/tidak dilampirkan
f. Surat penawaran yang asli tidak bermaterai
g. Materai tidak bertanggal dan tidak terkena tandatangan dan cap perusahaan
Satu dan lain hal keabsahan surat penawaran harga harus mengikuti ketentuan ketentuan dalam
KEPPRES No. 80 tahun 2003 beserta lampiran lampirannya.
BAB II
ADMINISTRASI PELAKSANAAN
2. Surat perjanjian tersebut akan dibundel bersama sama dengan dokumen pelelangan kemudian
bundel dilak di sebelah luar pada 3 (tiga) tempat
3. Biaya materai pembuatan surat perjanjian Pemborongan sebesar 1 (satu permil) adalah menjadi
tanggungan Pemborong
2. Untuk keperluan pengawasan maka sebelum pekerjaan dimulai Pemborong harus menunjukan
rencana kerja dan jadwal waktu yang terperinci dan jelas. Dapat dilakukan dengan cara Network
Planning atau cukup dengan Barchart.
3. Jangka waktu pemeliharaan ditetapkan selama 30 (tiga puluh) hari kalender, terhitung dari
penyerahan pertama. Pemborong harus memperbaiki segala kekurangan atau kerusakan yang terjadi
dalam masa pemeliharaan karena tidak sempurnanya bahan atau pelaksanaan, hingga memuaskan
Direksi.
4. Apabila Pemborong dalam jangka waktu yang ditetapkan belum melakukan perbaikan yang
diperlukan maka Direksi berhak melakukan perbaikan pekerjaan tersebut sendiri dan akan menunjuk
pihak lain atas biaya yang dibebankan kepada Pemborong.
5. Setelah jangka waktu pemeliharaan berakhir pekerjaan diserahkan untuk kedua kalinya yang
dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima Kedua.
4. Perintah perintah/perubahan perubahan di lapangan yang menyimpang dari syarat bestek akan
diberikan oleh Direksi secara tertulis.
5. Setiap penyimpangan terhadap RKS ini, yang dilakukan oleh Pemborong akan diberikan teguran
tertulis oleh Direksi. Pemborong harus segera melaksanakan teguran tersebut dalam jangka waktu 3
x 24 jam. Setiap kali Pemborong lalai melaksanakan teguran tersebut, Pemborong akan dikenakan
denda Rp. 1 0/00 (Satu Per Mil) dari Nilai Kontrak dan isi teguran tersebut tetap
dilaksanakan.
2. Wakil Kepala pelaksana harus seorang ahli teknik sipil, minimal seorang tenaga menengah teknik
sipil dengan pengalaman kerja 7 (tujuh) tahun.
3. Tenaga pelaksana dibantu oleh staf yang memadai bagi pekerjaan yang dilaksanakan.
4. Persyaratan keahlian dan pengalaman harus dapat dibuktikan dengan Curriculum Vitae yang
bersangkutan.
5. Direksi berhak menolak atau memerintah penggantian personil lapangan bila Pemborong dianggap
tidak cakap/mampu yang dapat menghambat pelaksanaan pekerjaan.
6. Kepala Pelaksana lapangan harus dapat berdiri sendiri dan bertanggungjawab penuh atas
pekerjaannya demi kelancaran pekerjaan tersebut dan dapat mengambil keputusan keputusan
yang dianggap perlu di lapangan.
2. Setiap akhir pekan Pemborong harus menyampaikan Laporan Mingguan kepada Direksi tentang
kemajuan pekerjaan dalam minggu yang bersangkutan, meliputi persiapan bahan di tempat proyek,
penambahan, pengurangan atau perubahan pekerjaan, jumlah. Macam dan harga satuan bahan
bahan yang masuk, kejadian kejadian penting lainnya yang terjadi dalam proyek yang
mempengaruhi pelaksanaan proyek.
3. Jumlah pekerja setiap hari dicatat menurut golongan dan upah. Daftar pekerjaan ini setiap waktu
dapat diperiksa oleh pengawas/Direksi dan Direksi berhak mengadakan penelitian penelitian
tentang produktivitas pekerjaan tersebut.
4. Di dalam laporan harian harus tercantum keadaan cuaca, bahan yang masuk, jumlah
pekerja/pegawai/karyawan, catatan catatan tentang perintah perintah dari Direksi atau wakilnya
dan hal hal lain yang dianggap perlu.
5. Setiap akhir bulan atau paling lambat tanggal 30 (tiga puluh) Pemborong harus melaporkan
kemajuan pekerjaan secara terperinci dan besarnya prosentase pekerjaan terhadap
keseluruhan/bagian. Dokumentasi foto berwarna postcard yang menunjukan pekerjaan beserta
peralatan yang dipakai dan lain lain, foto tentang kejadian kejadian penting. Semua foto ditempel
dalam album dengan keterangan tanggal pengambilan.
2. Dalam melaksanakan pekerjaan dan pengangkutan bahan bahan keperluan pekerjaan, Pemborong
harus teliti dan hati hati sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu dan menimbulkan kerusakan
terhadap jalan jalan yang telah ada dan prasarana umum lainnya seperti jaringan air minum,
jaringan listrik, jaringan telepon dan lain sebagainya.
3. Pemborong harus melaporkan kepada Direksi apabila terjadi kerusakan dikarenakan kelalaiannya
dan mengganti ongkos perbaikannya kepada instansi yang bersangkutan.
4. Pemborong melakukan segala cara untuk mencegah pengotoran jalan umum oleh kendaraan
kendaraan yang digunakan dalam pekerjaan, baik pengotoran yang disebabkan oleh bahan bahan
yang diangkut maupun oleh lumpur/kotoran tanah yang melekat pada ban kenderaan.
5. Bilamana terjadi kerusakan kerusakan pada benda benda di sekitar daerah kerja yang
disebabkan oleh kesalahan/kelalaian dalam pelaksanaan, Pemborong wajib memperbaikinya atas
biaya sendiri.
2. Apabila terjadi kecelakaan, Pemborong harus mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan si
korban dengan segala biaya ditanggung oleh Pemborong.
3. Pemborong bertanggungjawab atas kecelakaan kecelakaan yang terjadi pada waktu pelaksanaan
dan wajib menanggung perawatan si korban.
4. Jika ada kejadian tersebut diatas, Pemborong harus secepat mungkin melaporkan kepada Direksi
dan keluarga si korban.
5. Obat P3K harus tersusun menurut persyaratan, tersedia dalam peti di tiga tempat, di tempat
pekerjaan dan di setiap kali dipergunakan harus segera dilengkapi lagi.
2. Apabila diperlukan, Pemborong harus memasang pagar kerja baik untuk tanda batas maupun
pengamanan terhadap bahan bahan bangunan dan peralatan di tempat pekerjaan.
3. Bangunan kantor, gudang dan peralatan/perabotan akan menjadi milik Direksi setelah pekerjaan
selesai. Pemborong diwajibkan untuk membongkar/memindahkan ke tempat yang akan ditentukan
Direksi.
2. Bilamana diperlukan Pemborong harus dapat memberikan contoh contoh (sampel) bahan
bangunan yang akan dipakai pada pekerjaan yang akan dilaksanakan, untuk mendapatkan
persetujuan dari Direksi sebelum bahan bahan tersebut di datangkan.
3. Semua contoh contoh yang telah disetujui Direksi akan disimpan untuk dijadikan standard dalam
pelaksanaan pekerjaan.
4. Bahan bahan yang ditolak Direksi karena tidak sesuai dengan contoh yang disetujui harus segera
dikeluarkan dari lapangan pekerjaan selambat- lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam dan harus diganti
dengan bahan bahan yang sesuai dengan contoh yang telah disetujui oleh Direksi.
5. Apabila bahan bahan yang telah ditolak oleh Direksi ternyata masih digunakan maka Direksi
berhak memerintahkan kepada pemborong untuk membongkarnya atau oleh Direksi dikeluarkan dari
lapangan dan segala kerugian sebagai akibatnya menjadi tanggungan Pemborong.
7. Direksi berhak memerintahkan Pemborong untuk mengganti atau menambah peralatan yang
disediakan Pemborong bilamana dipandang bahwa peralatan tersebut tidak mampu memenuhi
persyaratan mutu, kelancaran dan waktu yang ditetapkan. Dan segala biaya
penggantian/penambahan peralatan ini menjadi tanggungan Pemborong.
2. Bilamana terjadi pekerjaan tambah kurang di luar lingkup pekerjaan yang telah ditetapkan maka hal
tersebut hanya dapat dibenarkan bila ada perintah tertulis dari Direksi dan untuk itu harus dibuat
berita acara.
3. Segera setelah adanya pekerjaan tambah kurang, Pemborong harus mengajukan anggaran biaya
tambah kurang sesuai dengan satuan upah dan bahan serta harga satuan bagian pekerjaan yang
telah diajukan Pemborong dalam penawarannya.
2. Bila dipandang pelu Pemborong harus dapat bekerja lebih dari satu shift kerja untuk hal hal yang
khusus dan bilamana perlu Pemborong dapat diperintah oleh Direksi untuk bekerja lembur.
2. Setiap bagian pekerjaan atau seluruh pekerjaan hanya dianggap selesai jika sudah ada
pemeriksaan dan persetujuan dari Pengawas/Direksi, sesudah itu dibuat Berita Acara.
3. Setelah penandatanganan Berita Acara tentang penyerahan kedua, Pemborong harus segera
membongkar kantor lapangan dan gudang gudang sesuai petunjuk Direksi, membersihkan semua
pekerjaan dan memperbaiki bagian bagian yang rusak atau terganggu pada waktu pelaksanaan
pekerjaan.
3. Bila dipandang perlu, termyn pembayaran ini dapat dirubah sesuai dengan kebutuhan dan
Direksi/Pemilik dapat pula menyediakan uang muka maksimum 20 % (dua puluh persen) dari harga
kontrak, hal ini akan dituangkan dalam Surat Perjanjian Pemborongan.
2. Kelambatan pekerjaan yang disebabkan oleh keadaan Force Majeure tidak dikenakan denda.
2. Untuk kejadian tersebut pada ayat 1 diatas, paling lambat 24 jam setelah kejadian Pemborong
harus melaporkan kejadian tersebut kepada Pengawas/Direksi dan mengadakan tindakan tindakan
yang diperlukan sebatas kemampuannya. Pemborong dapat mengajukan permohonan tertulis
kepada Pengawas/Direksi selambat lambatnya dalam waktu 14 hari setelah kejadian musibah
untuk mendapatkan perpanjangan waktu pelaksanaan pekerjaan.
3. Direksi dan Pemberi Tugas akan mempertimbangkan dan menanggapi permohonan tersebut
secara tertulis dalam waktu 7 hari dan bilamana waktu 10 hari tersebut belum ditanggapi berarti
permohonan disetujui.
2. Apabila ketentuan ayat 1 diatas dilanggar, maka kepada Pemborong akan dikenakan sanksi
sanksi yang diatur lebih lanjut dalam Surat Perjanjian Pemborongan.
3. Pekerjaan Sub Pemborong sepenuhnya merupakan tanggung jawab Pemborong (Pihak Kedua).
4. Rekanan yang tidak termasuk ekonomi lemah, maka dalam Surat Perjanjian (Kontrak) ditetapkan
kewajiban Pemborong/rekanan tersebut untuk :
a.Bekerja sama dengan Pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah setempat antara lain dengan
Sub Pemborong atau Leveransir barang, bahan dan jasa.
b.Membuat laporan periodik mengenai pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam point
(a), untuk disampaikan kepada Pemberi Tugas yang bersangkutan.
5. Apabila Pemborong atau rekanan yang bersangkutan tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat 4, maka disamping kontrak akan batal, maka Pemborong/rekanan yang
bersangkutan akan dikenakan sanksi tidak akan diikutkan dalam pelelangan pekerjaan sejenis pada
tahun tahun anggaran berikutnya.
Pasal 29 : Perselisihan
1. Perselisihan antara Direksi dan Pemborong sedapat mungkin diselesaikan dengan musyawarah.
2. Perselisihan antara Pemberi Tugas dan Pemborong yang tidak dapat diselesaikan dengan cara
musyawarah akan diputuskan mengikuti Pasal 65 dari A.V. ayat 3,4,5,6,dan 8.
3. Bila perselisihan harus diselesaikan di pengadilan, maka pihak Pemborong dan Pemberi Tugas
akan memilih Pengadilan Negeri di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
BAB I
SYARAT SYARAT TEHNIS
2. Pengukuran untuk penentuan posisi dilakukan dengan peralatan yang mempunyai presesi tinggi
dengan metode Trangulasi dan hasilnya disampaikan ke Direksi untuk mendapatkan persetujuan.
3. Dalam hal terdapat perbedaan rencana dalam gambar dan hasil pengukuran yang dilaksanakan
Pemborong dengan kenyataan yang ada dilapangan, maka sebelum melanjutkan pekerjaan yang
mungkin dipengaruhi perbedaan tersebut, Pemborong harus melaporkan hal ini kepada Direksi untuk
mendapatkan keputusan dan dinyatakan dalam Berita Acara.
4. Keputusan akan hasil pengukuran oleh Pemborong akan didasarkan atas keamanan konstruksi
dan kelancaran operasional penggunaan bangunan tersebut.
2. Semua batas ketinggian (elevasi) dinyatakan dalam satuan matrik terhadap Low Water Spring (LWS).
Sedangkan ukuran ukurannya dinyatakan dalam satuan matrik, kecuali bila dinyatakan lain.
3. Pemborong harus atau wajib membuat Bouwplank dan memasang patok patok pembantu sebagai
pedoman pelaksanaan pekerjaan untuk menjamin ketelitian bentuk, posisi, arah elevasi dan lain
lain, yang harus dipelihara keutuhan letak dan ketinggiannya selama pekerjaan berlangsung.
4. Sebelum pekerjaan dimulai, patok patok pembantu dan bouwplank harus disetujui Direksi. Patok
patok dan referensi lainnya tidak boleh disingkirkan sebelum diperintahkan oleh Direksi.
3. Bangunan Sementara
Untuk menjamin keamanan bahan dan perlengkapan lain yang dianggap perlu, Pemborong harus
menyediakan gudang penyimpanan yang tertutup kuat dan aman dari resiko hilang atau rusak dan
Pemborong juga diwajibkan menyediakan barak barak untuk pekerja.
- Ruang Direksi 9 m2
- Ruang Teknis/Rapat 12 m2
- Ruang Mandi, WC & Dapur 5 m2
- Ruang Pemborong 10 m2
- Ruang Lab. Lapangan 5 m2
Konstruksi kantor bersifat sementara, lantai dari ruang ruang dibuat dari beton rabat, dinding
dari papan. Pemborong juga harus menyediakan kantor sementara dengan luas dan kualitas
minimum sama dengan kantor Direksi.
b.Pemborong juga harus menyediakan listrik dan air secukupnya yang diperlukan kantor Direksi.
c. Perlengkapan kantor :
-
Kursi dan meja tamu : secukupnya
-
Kursi dan meja rapat : secukupnya
-
Kursi dan meja tulis : secukupnya
-
Kotak P3K : secukupnya
-
Papan tulis : 1 (satu) buah
-
Lemari kayu : 1 (satu) buah
-
Mesin tik portable : 1 (satu) buah/lokasi
-
AC split : 1 (satu) unit
-
Meja gambar : 1 (satu) buah
-
Komputer : 1 (satu) unit
-
dan lain lain yang menurut Direksi diperlukan
Pemborong wajib menyediakan alat komunikasi agar hubungan antara Direksi Keet
Pemborong dan site dapat berjalan lancar.
d.Pemborong bertanggung jawab atas perawatan kantor dan perlengkapan kantor Direksi.
e.Setelah pekerjaan selesai, seluruh kantor dan peralatannya harus dipindahkan, Pemborong
berkewajiban untuk membongkar dan memindahkan bila diminta Direksi.
Tata letak yang meliputi jalan masuk, lokasi penyimpanan bahan bangunan dan jalur pengangkutan
material dibuat oleh Pemborong dengan persetujuan Direksi.
Pasal 6 : Material
1. Material yang dipakai dalam pekerjaanpekerjaan ini diutmakan produksi dalam negeri yang
memenuhi persyaratan teknis yang ditentukan.
2. Jika Pemborong mengajukan bahan lain yang akan digunakan selain yang diisyaratkan, maka
mutunya minimal harus sama dengan yang diisyaratkan dalam Dokumen Tender, sebelum
pemesanan bahan harus diberitahukan pada Direksi yang meliputi teknis, kualitas dan kuantitas
bahan yang dipesan untuk mendapatkan persetujuan.
Pasal 9 : Cuaca
Pekerjaan harus dihentikan apabila cuaca tidak mengijinkan yang mengakibatkan penurunan mutu suatu
pekerjaan.
operator dari peralatan tersebut dan setelah pekerjaan selesai seluruh peralatan tersebut akan
dikembalikan kepada Pemborong.
-
2 (dua) buah Theodolit Wild T1 atau yang sejenis.
-
1 (satu) buah Level Wild NA2 atau yang sejenis.
-
2 (dua) buah Leveling Rods, panjang 3 dan 5 m dibuat dari aluminium atau kayu.
-
2 (dua) buah Staff Buble Adjustable Types.
-
1 (satu) buah Optical Square (Prism) 2 way.
-
1 (satu) buah 300 m Tag Line, 6 mm diameter Polypropylene dan 1 m Reel.
-
1 (satu) buah 50 m Sounding & Lead Weight.
Pemborong harus menyediakan perahu (motor boat) untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan (survey),
Pemborong bertanggungjawab atas semua peralatan survey tersebut terhadap perawatan,
kerusakan/kehilangan.
2. Luas daerah yang harus dilakukan pengukuran Hidrografi hanya sekitar dermaga meliputi panjang
250 m lebar 300 m atau 7,5 ha.
3. Pekerjaan pengukuran Hidrografi harus menggunakan peralatan Echosounder serta kertas sebagai
alat pencatat sebagai alat pembantu Pemborong menyediakan juga alatalat seperti Sextant,
Theodolit, Waterpass dan lainlain peralatan yang dianggap perlu oleh Direksi untuk mendapatkan
hasil yang teliti.
4. Posisi sounding ditetapkan dengan cara Snellius atau cara lain yang dianggap memenuhi syarat
oleh Direksi dan semua kedalaman atau ketinggian di ukur dari LWS (Low Water Spring).
5. Jarak interval lajur sounding minimum 15 cm yang dimaksud untuk mendapatkan ketelitian hasil
sounding. Pelaksanaan sounding dilakukan dengan metode pulang pergi dari lajur lajur sounding
diusahakan tegak lurus garis pantai.
7. Berdasarkan hasil sounding, Pemborong harus membuat peta yang menyajikan keadaan penting
antara lain :
-
Garis kedalaman dan ketinggian terhadap 0,00 m LWS
-
Daerahdaerah dangkal
-
Daerahdaerah karang yang tenggelam/timbul
-
Rintanganrintangan navigasi
-
Rencana titik Boring & Sondir
-
Pleaning Struktur pendukung lainnya untuk kebutuhan Fasilitas Dermaga
lainnya.
9. Sebelum pekerjaan pengukuran hidrografi dimulai, Pemborong harus mengajukan rencana kerja dan
peralatan kerja yang akan dipakai untuk diperiksa dan disetujui Direksi. Kapal untuk penyelidikan
Hidrografi dan seluruh peralatan penyelidikan memerlukan persetujuan dari Direksi sebelum dibawa
kelokasi. Semua peralatan harus siap dioperasikan sedikitnya 2 hari sebelum operasi penyelidikan
dan tetap beroperasi sampai penyelidikan selesai serta gambar telah disetujui oleh Direksi.
10. Seluruh data mengenai pencatatan kedalaman dan pasang surut menjadi hak Pemberi Tugas/Direksi
setelah penyelidikan dan gambar selesai.
-
1 (satu) buah timbangan neraca
-
3 (tiga) set alat pembuat kubus beton
-
2 (dua) alat percobaan Slump Test
BAB II
PERSYARATAN BAHAN BAHAN
Pasal 15 : Umum
1. Semua bahanbahan yang akan dipakai dalam pekerjaan ini harus memenuhi ketentuan
ketentuan umum yang akan berlaku di Indonesia, mengenai bahan bangunan serta persyaratannya
akan dicantumkan dibawah ini.
2. Bilamana akibat satu dan lain hal bahan yang diisyaratkan tidak dapat diperoleh, Pemborong boleh
mengajukan usul perubahan kepada Direksi sepanjang mutunya paling tidak sama atau lebih tinggi
dari apa yang diisyaratkan.
3. Direksi akan menilai dan memberikan persetujuannya secara tertulis sepanjang memenuhi
persyaratan teknis dan Pemborong diwajibkan untuk sejauh mungkin mempergunakan bahan-bahan
produksi Dalam Negeri.
Susunan pembagian butir harus memenuhi persyratan seperti pada tabel berikut :
Tabel Prosentase Lewat Saringan
Saringan (mm)
Ukuran 10 5 2.5 1.2 0.6 0.3 0.15
% 100 90-100 80-100 50-90 25-65 10-35 2-1
2. Prosentase berat fraksi butiran yang lebih halus dari 0.063 mm, kotoran atau lumpur tidak boleh
lebih dari 5 % terhadap berat keseluruhan, kecuali ketentuan diatas, semua ketentuan mengenai
agregat halus beton (pasir) pada PBI 1971 harus dipenuhi.
3. Agregat kasar adalah batu pecah (split) dengan ukuran maksimum 3 cm yang mempunyai bidang
pecah minimal 4 buah dan mempunyai bentuk lebih kurang seperti kubus.
4. Batu pecah diperoleh dari batu yang keras sesuai dengan persyaratan PBI, bersih serta bebas dari
kotorankotoran yang dapat mengurangi kekuatan dan mutu beton maupun baja.
Saringan (mm)
Ukuran 30 25 20 15 10 5 2.5
% 100 95-100 - 30-70 - 0-10 0-5
2. Untuk baja tulangan dengan diameter lebih besar dari atau sama dengan 16 mm, harus dari jenis
baja ulir (Deformed Bar) sedangkan diameter yang lebih kecil dapat dipakai baja polos.
3. Setiap pengiriman sejumlah besi tulangan ke proyek harus dalam keadaan baru dan disertai
dengan sertifikat dari pabrik pembuat dan bila Direksi memandang perlu, contoh akan diuji ke
laboratorium atas beban Pemborong. Jumlahnya akan ditentukan kemudian sesuai kebutuhan.
4. Penyimpanan atau penumpukan harus sedemikian sehingga baja tulangan terhindar dari
pengotoran pengotoran minyak, udara lembab lingkungan yang dapat mengakibatkan baja berkarat
dan lainlain pengaruh luar yang mempengaruhi mutunya, sebaiknya baja terlindung atau ditutup
dengan terpalterpal sebelum dan setelah pembengkokan. Baja tulangan ditumpuk diatas balok
balok kayu agar tidak langsung berhubungan dengan tanah.
Pasal 18 : Semen
1. Jenis semen yang akan dipakai untuk beton dan adukan pekerjaan ini adalah Portland Semen type
I yang memenuhi ketentuan dan syaratsyarat dalam SII-0013-81.
2. Semen yang didatangkan ke proyek harus dalam keadaan utuh dan baru, kantongkantong
pembungkus harus utuh dan tidak ada sobekansobekan.
3. Penyimpanan semen harus dilakukan didalam gudang tertutup dan terlindung dari pengaruh hujan
dan lembab udara. Semen ditumpuk di dalamnya di atas lantai panggung minimal 30 cm di atas
tanah. Tinggi penumpukan maksimum adalah 15 lapis, semen yang kantongnya pecah tidak boleh
dipakai dan harus disingkirkan keluar proyek.
4. Semen yang dipakai harus selalu diperiksa oleh Direksi sebelumnya. Semen yang mulai mengeras
harus segera dikeluarkan dari proyek. Urutan pemakaian semen harus mengikuti urutan tibanya
semen tersebut di lapangan sehingga untuk itu Pemborong diharuskan menumpuk semen
berkelompok menurut urutannya tiba di lapangan.
5. Semen yang umurnya lebih dari tiga bulan sejak keluarnya dari pabrik tidak diperkenankan dipakai
untuk pekerjaanpekerjaan yang sifatnya struktural.
6. Bilamana Direksi memandang perlu, Pemborong harus melakukan pemeriksaan laboratorium untuk
memeriksa dan melihat apakah mutu semen memenuhi syarat atas biaya Pemborong.
2. Air yang akan dipakai untuk pekerjaan beton, membilas membasahi dan lainlain harus mendapat
persetujuan dari Direksi sebelum dipakai.
4. Untuk memenuhi kebutuhan air kerja, apabila dipandang perlu Pemborong diperbolehkan membuat
sumur bersih didalam daerah kerja pelabuhan, sepanjang memenuhi persyaratan, atas beban biaya
pihak Pemborong.
3. Untuk angker baut harus digunakan angker baut dari bahan tahan karat (stainless steal) yang
ukurannya sesuai gambar kerja atau standar yang diharuskan dari pabrik pembuat fender karet yang
bersangkutan.
2. Sebelum pemasangan, kontraktor terlebih dahulu harus mengajukan gambar dari Boolard kap yang
dimaksud kepada Direksi untuk disetujui.
Pasal 22 : Bekisting
3. Kayu yang dipakai untuk cetakan beton adalah kayu mutu klas II menurut ketentuan PPKI 1970
atau kayu lapis (plywood) ataupun kayu lokal yang memenuhi persyaratan.
4. Ukuran tebal papan bekisting minimal 3 cm dan toleransi perbedaan tebal minimal adalah 2 mm.
Bila untuk papan bekisting dipakai plywood tebal minimum adalah 16 mm. Papan bekisting harus
kering udara agar tidak menyusut pada waktu dipakai.
5. Apabila kayu yang akan dipergunakan sesuai gambar, jenis dan ukurannya tidak dapat diperoleh
dipasaran, maka Pemborong boleh mengajukan usul perubahan kepada Direksi dengan jenis dan
ukuran kayu yang berbeda namun mutunya minimal sama atau lebih tinggi dari yang diisyaratkan.
Direksi akan menilai dan memberikan persetujuan secara tertulis.
6. Untuk kostruksi gelagar/rusukrusuk penguat dipakai kayu sejenis atau kayukayu yang lebih baik
dengan ukuran yang memadai sesuai perhitungan. Bilamana akan dipergunakan dolken, diamater
minimal harus 12 cm, lurus, tidak banyak cacat dan diameter terkecil pada salah satu ujungnya harus
lebih besar dari 10 cm.
Pasal 23 : Urugan
1. Material urugan yang boleh digunakan adalah material yang memenuhi syarat besar butir ratarata
dari 20 % lewat saringan no. 200. Untuk material urugan tersebut harus memenuhi batasbatas
gradasi (Grain Size Distribution) sebagai berikut :
2. Material urugan harus bersih dan tidak dibolehkan mengandung bahanbahan organik, seperti sisa
tanaman, dan lainlain.
3. Butiran material urugan harus cukup keras dan tidak mudah pecah, serta mempunyai berat jenis
minimal 1.7 sampai 2.4.
2. Material sirtu harus bersih dan tidak dibolehkan mengandung bahan-bahan organik, seperti sisa
sisa tanaman, dan lainlain.
3. Butiran material urugan harus cukup keras dan tidak mudah pecah, serta mempunyai berat jenis
minimal 1.7 sampai 2.4.
2. Pemborong diwajibkan mengambil beberapa sample dan memeriksa grain size distribution dan
mutu bahan urugan dan sirtu tersebut untuk diajukan kepada Direksi.
3. Bila material urugan dan sirtu tidak tersedia secara cukup di satu lokasi, maka Direksi dapat
menyetujui penggunaan material campuran dari beberapa lokasi. Dalam hal ini materialmaterial
tersebut harus dicampur terlebih dahulu untuk memenuhi persyaratan diatas sebelum dipakai.
Pasal 26 : Batu
1. Batu yang akan dipakai untuk berbagai keperluan dalam pekerjaan haruslah batu pecah (belah)
yang ukurannya disesuaikan dengan keperluan atau gambar kerja.
2. Batu yang diperlukan untuk konstruksi talud, batu pelindung (Armour Rock) harus dari batu yang
bersifat keras, spesifik gravitynya (GS) minimum 2,5 ton/m 3, tidak menunjukkan tanda lapuk, bentuk
persegi panjang tidak beraturan, bergradasi baik dengan ukuran yang sesuai persyaratan, berupa
belah yang berasal dari batu kali atau batu gunung. Batu yang tidak bersudut sama sekali tidak
diperbolehkan untuk dipakai.
3. Untuk konstruksi pasangan batu kosong, bentuk batu sedemikian rupa, mengingat pasangannya
tidak menggunakan perekat sehingga celahcelah yang kosong dapat dan harus diisi dengan yang
berukuran lebih kecil dan disesuaikan dengan gambar desain atau gambar kerja.
BAB III
PEKERJAAN BETON BERTULANG
2. Pekerjaan yang disebutkan berikut ini akan berlaku secara umum dan meliputi semua pekerjaan
beton bertulang seperti balok, lantai, poer dan lainlain sebagainya, kecuali untuk pekerjaan
pekerjaan yang diisyaratkan secara khusus.
2. Bekisting untuk pekerjaan pengecoran beton pada lantai, balok lantai, poer dan lain sebagainya
dapat memakai kayu atau plat baja besi.
3. Pekerjaan bekisting harus sedemikian rupa sehingga hubunganhubungan antara papan bekisting
terjamin rapat dan adukan tidak merembes ke luar.
4. Konstruksi dari bekisting, seperti sokongansokongan perancah dan lainlain yang memerlukan
perhitungan harus diajukan ke Direksi untuk disetujui. Diameter minimum dolken adalah 15 cm dan
jarak antara balok pendukung papan bekisting maksimum 40 cm.
5. Sebelum pengecoran dimulai, bagian dalam dari bekisting harus bersih dari kotoran dan kering dari
air, agar mendapatkan mutu beton yang diharapkan sebagai jaminan bahwa bagian dalam bekisting
bersih dan tidak ada genangan air digunakan kompresor.
6. Finishing beton bertulang dalam arti penambalanpenambalan sejauh mungkin dihindari dan
perataan permukaan bila terpaksa harus dilakukan sesuai petunjuk Direksi.
7. Pembongkaran bekisting beton tidak boleh dilakukan sebelum waktu pengerasan menurut PBI
1971 dipenuhi dan pembongkarannya dilakukan hatihati dan tidak merusak beton yang sudah
mengeras, dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan Direksi.
8. Bekisting balok yang dicor setempat tidak boleh dibuka, sampai lantai diatasnya sudah selesai
dicor dan telah mengeras.
Semua detail harus memenuhi persyaratan seperti yang dicantumkan dalam gambar kerja dan
syaratsyarat yang harus diikuti menurut PBI 1971, NI.2.
2. Diameterdiameter pengenal harus sama seperti persyaratan dalam gambar kerja dan jika
diameter tersebut akan diganti, maka jumlah luas penampang bersatuan lebar beton harus minimal
sama dengan luas penampang rencana, sebelum melakukan perubahanperubahan harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari Direksi.
4. Tulangan harus ditempatkan dengan teliti pada posisi sesuai rencana, dan harus dijaga jarak
antara tulangan dengan bekisting untuk mendapatkan tebal selimut beton (beton deking) minimal 7,5
cm, untuk bagian yang langsung berhubungan dengan air laut ataupun yang berhadapan dengan
air/hawa laut, sedangkan bagian lainnya minimum 5 cm.
Untuk itu Pemborong harus mempergunakan penyekat (Spacer), dudukan (Chairs) dari blokblok,
maka mutu beton harus minimal sama dengan beton yang bersangkutan. Semua tulangan harus
diikat dengan baik dan kokoh sehingga dijamin tidak bergeser pada waktu pengecoran.
5. Sebelum melakukan pengecoran, semua tulangan harus terlebih dahulu diperiksa untuk
memastikan penelitian penempatannya, kebersihan dan untuk mendapatkan perbaikan bilamana
perlu. Tulangan yang berkarat harus segera dibersihkan atau diganti bilamamna dianggap Direksi
akan melemahkan konstruksi.
6. Khusus untuk tebal selimut beton, dudukan harus cukup kuat dan jaraknya sedemikian sehingga
tulangan tidak melengkung dan beon penutup tidak kurang dari yang diisyaratkan. Toleransi yang
diperkenankan untuk penyimpangan terhdap bidang horizontalnya adalah 5 mm.
1) Mutu Beton
Untuk beton bertulang kekuatan yang diisyaratkan dalam pekerjaan ini adalah berdasarkan kekuatan
karakteristik (K).
Kekuatan karakteristik beton 300 kg/cm 2 dengan pemakaian PC minimum 400 kg untuk tiap 1 m 3
beton, factor air semen maksimum 0.45 dan slump beton maksimum 7 cm, untuk ini Pemborong
harus membuat Mixed Design dengan persetujuan Direksi.
Semen = s takaran
Kerikil = k takaran
Pasir = p takaran
Air = a takaran
Percobaan ini dilakukan sampai mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan karakteristik yang
sudah ditentukan yaitu :
K > K syarat (K - 300)
Pekerja Konstruksi pengecoran/beton boleh dilaksanakan, tetapi kalau :
K > K syarat (K - 300), maka harus dilakukan percobaan dengan komposisi lain, sampai
mendapatkan mutu beton yang diisyaratkan.
Bila kekuatan karakteristik telah tercapai dengan komposisi agregat tersebut diatas dan telah
disetujui oleh Direksi, maka boleh digunakan pemakaian selanjutnya.
Segala perubahan dalam masa pelaksanaan terhadap campuran dan agregat yang telah disetujui
harus mendapat persetujuan Direksi.
Jumlah sample harus disediakan oleh Pemborong untuk tiap seri pengetesan atau percobaan adalah
20 (dua puluh) buah dan laboratorium tempat percobaan akan ditentukan Direksi atau dengan
persetujuan Direksi.
2. Untuk mendapatkan campuran beton yang baik dan merata Pemborong harus memakai mesin
pengaduk. Mesin pengaduk harus mempunyai kapasitas yang cukup untuk melayani volume
pekerjaan yang direncanakan. Mesin pengaduk harus dibersihkan dengan air dan dihindarkan dari
minyak sebelum dipakai. Setiap campuran beton harus diaduk sehingga merata/homogen dan waktu
pengadukan minimum adalah 2 menit untuk tiap kali mencampur.
4. Sebelum pengecoran dimulai, semua peralatan material serta tenaga yang diperlukan sudah siap
dan cukup untuk suatu tahap pengecoran sesuai dengan rencana yang sebelumnya disetujui Direksi.
Tulangan jarak, bekisting dan lainlain, harus dijaga dengan baik sebelum dan selama pelaksanaan
pengecoran.
5. Segera setelah beton dituangkan kedalam bekisting, adukan harus dipadatkan dengan Concrete
Vibrator yang jumlahnya harus mencukupi. Penggetaran dengan Concrete Vibrator dapat dibantu
dengan penyodokan, apabila dengan Concrete Vibrator tidak mungkin dilakukan dan harus
mendapatkan persetujuan dari Direksi terlebih dahulu.
6. Pengecoran harus menerus dan hanya boleh berhenti ditempattempat yang diperhitungkan aman
dan telah direncanakan terlebih dahulu dan sebelumnya mendapatkan persetujuan dari Direksi.
Penghentian maksimum 2 jam. Untuk menyambung suatu pengecoran, sebelumnya harus
dibersihkan permukaannya dan dibuat kasar dengan sikat baja agar sempurna sambungannya dan
sebelum adukan beton dituangkan, permukaan yang akan disambung harus disiram dengan air
semen dengan campuran 1 PC : 0,45 air.
7. Selama waktu pengerasan, beton harus dilindungi dengan air bersih atau ditutup dengan karung
karung yang senantiasa dibasahi dengan air, terus menerus selama paling tidak 10 hari setelah
pengecoran.
8. Apabila cuaca diragukan, sedangkan pengawas atau Direksi menghendaki agar pengecoran tetap
harus berlangsung, maka pihak Pemborong harus menyediakan alat pelindung/terpal yang cukup
untuk melindungi tempat yang sudah/akan dicor. Pengecoran tidak diijinkan selama hujan lebat atau
ketika suhu udara naik diatas 32 derajat celcius.
9. Untuk setiap 5 m3 pengecoran, Pemborong diwajibkan mengambil contoh (sample) untuk
pemeriksaan kekuatan tekan kubus, pemeriksaan slump test, dengan prosedur sebagaimana
ditentukan dalam PBI 1971.
Slump yang diperkenankan dalam pelaksanaan adalah antara 7 cm dan faktor air semen maksimum
0,45. Pengambilanpengambilan contoh diatas sesuai petunjuk Direksi. Kubuskubus dijaga agar
dapat mengeras dengan baik.
10. Kubus beton yang diambil selama pengecoran harus diuji kekuatan tekan karakteristiknya di
laboratorium yang dapat disetujui Direksi dan hasilnya dilaporkan secara tertulis kepada Direksi untuk
dievaluasi. Bilamana hasil pengujian menunjukkan mutu beton kurang dari K yang diisyaratkan (K -
300) maka Pemborong diwajibkan untuk mengajukan rencana dan mengadakan
perkuatan/penyempurnaan konstruksi dengan biaya Pemborong.
11. Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa mutu beton kurang dari nilai yang diisyaratkan
Pemborong harus mengambil core-sample dari bagianbagian konstruksi yang diragukan. Jumlah
core-sample untuk tiap pemeriksaan adalah 3 buah, dan selanjutnya akan diperiksa di laboratorium
dengan petunjuk Direksi.
12. Hasil akan dievaluasi Direksi dan bila nilai yang diperoleh membahayakan konstruksi, harus
dilakukan perbaikan konstruksi tersebut atas biaya Pemborong.
13. Seluruh pekerjaan beton bertulang ditambahkan bahan campuran beton serat polypropylene murni
yang dapat mengontrol retak yang disebabkan oleh muai dan susut karena panas, meningkatkan
daya tahan terhadap kejut, mengurangi permeabilitas dan menambah daya tahan beton.
Sifat sifat polypropylene murni harus memenuhi syarat sebagai berikut :
Penyerapan : nol
Berat jenis : 0,9
Panjang serat : 19,0 mm
Titik leleh : 160 - 170 0C
Titik bakar : 570 0C
Daya hantar panas : rendah
Ketahanan terhadap asam, garam dan alkali : tinggi
Kekuatan tarik : 5600 -7700 kg/cm2
Pemborong harus mengajukan rencana konstruksi bekisting kepada Direksi untuk diperiksa dan disetujui.
Ukuran penopang jadi dari beton tidak kurang dari apa yang diisyaratkan dalam gambar kerja dan
penyimpangan tidak boleh lebih dari 1 % dari ukuran yang bersangkutan.
Selimut beton yang diisyaratkan untuk pekerjaan konstruksi yang berhubungan langsung dengan air laut
harus memakai selimut beton setebal 7,5 cm, sedang konstruksi yang tidak berhubungan langsung dengan
air laut cukup setebal 5 cm.
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini Pemborong harus mengikuti persyaratan persyaratan sesuai pekerjaan
beton bertulang dan ketentuanketentuan lain dalam PBI NI.2.
Kansteen beton dilaksanakan setelah pengecoran lantai beton dilaksanakan (cash in site) di tempat,
dengan ukuran 15 cm, yang selanjutnya di finishing dan dicat dengan warna selang seling kuning hitam.
BAB IV
PEKERJAAN TIANG PANCANG
-
Tiang pancang terdiri atas 1 segmen yang disambung pada tempat yang
sudah disediakan pabrik pembuatnya.
2. Pemborong harus menyerahkan sertifikat pabrik kepada Direksi yang mengandung atau berisi
keterangan keterangan, termasuk kapan diproduksi, segala sesuatu yang perlu mengenai pipa
beton tersebut dan menjamim bahwa telah sesuai dengan spesifikasi untuk tiap kali pemasukan pipa
beton kelapangan. Apabila Direksi menilai tiang tersebut tidak memenuhi syarat, Pemborong harus
menyingkirkannya keluar proyek dan menggantikannya yang baru.
3. Panjang tiang pancang, termasuk bagian kepala tiang yang nantinya setelah pemancangan masuk
kedalam poer, bagian yang dikupas untuk menyalurkan gaya dari tulangan dan bagian yang mungkin
dipotong sesuaikan dengan kondisi lapangan.
2. Tiang pancang agar ditumpuk diatas bantalan kayu sehingga tidak langsung berhubungan dengan
tanah, berlapislapis dengan tinggi maksimum tiga lapis.
3. Bilamana kondisi lapangan sangat korosif, Pemborong wajib melindungi tiang pancang tersebut
dengan terpal atau plastik yang memadai.
2. Sebelum dilapisi Denso Tape permukaan sambungan harus dibersihkan dan dikeringkan, lalu
dioleskan dengan Denso Paste S-105 dengan takaran 1 kg untuk 4 m 2.
Kemudian sebagai lapisan inner (lapisan dalam) dibalut Densyl Tape di permukaannya disekeliling
sambungan tiang.
Bilamana lebar tape tidak mencukupi, dengan cara yang sama dipasang tape yang baru sejajar
dengan tape sebelumnya dengan overlap 20 % atau lebih, lalu ratakan sebelumnya sekali lagi
dengan tangan atau dengan alat khusus.
3. Setelah pembalut selesai, seluruh permukaannya diratakan untuk meyakinkan bahwa semua
overlaps telah benarbenar tertutup lalu dipasang Densol sebagai outer (lapisan luar) untuk
melindungi Densyl tape dari beban mekanik atau kekuatan lainnya, dengan cara dibalutkan
disekeliling permukaan yang telah dilapisi Densyl Tape tersebut.
2. Hasil pengelasan harus ditest secara visual dengan menggunakan metode Liquid Penetrant dan
Contrast sesuai dengan prosedur AWS.
3. Hasil pengelasan dilaporkan secara tertulis kepada Direksi dalam waktu paling lama 24 jam untuk
dievaluasi dan mendapatkan persetujuan. Kerusakan dan atau hasil yang tidak memenuhi
persyaratan yang ditentukan harus diperbaiki atau dipotong dan dilas lagi sesuai petunjuk Direksi.
2. Toleransi maksimum yang diijinkan terhadap hasil pemancangan adalah 10 cm penyimpangan dari
posisi yang benar. Inklinasi maksimum yang diijinkan untuk tiang miring dan tiang vertikal adalah 2,5
cm dan untuk pemotongan tiang sebesar 5 cm.
3. Bila toleransi dilampaui maka tiang harus diperbaiki/diperkuat dengan konstruksi tertentu, dicabut
atau lain sebagainya sesuai dengan keputusan Direksi dengan biaya Pemborong.
2. Mesin pancang atau hammer harus jenis Diesel Hammer, Steam Hammer (single atau double
acting).
Mesin pancang Drop Hammer tidak diperkenankan. Bila dipakai Diesel atau Steam Hammer maka
berat ram minimum 2,5 ton.
3. Hammer harus dapat melakukan pemancangan secara kontinue sampai kedalaman yang
direncanakan. Penghentian pemancangan sebelum mencapai setting atau kedalam rencana harus
mendapat persetujuan Direksi.
2. Apabila final set telah dicapai sebelum panjang tiang/kedalaman rencana, maka bagian
tiang terlebih (di atas cut off level) harus dipotong, pemotongan kelebihan ini harus mendapat
persetujuan Direksi
3. Apabila seluruh panjang tiang rencana telah terpancang, tetapi final set belum terpenuhi,
maka tiang pancang tersebut harus disambung. Penyambungan kekurangan panjang tiang ini harus
mendapat persetujuan Direksi.
4. Harga tiang pancang yang panjangnya tidak sesuai dengan gambar akan diperhitungkan
dengan harga satuan panjang seperti pada penawaran.
a. Tiangtiang harus dipotong pada elevasi yang tepat sesuai dengan gambar dan untuk
menghindari keretakan pada kepala tiang, pemotongan harus dilakukan dengan alat (gergaji
besi/las).
b. Bagian ujung tiang pancang akan tertanam pada poer (pile cap) minimal 30 cm.
c. Tulang yang dipakai pada ujung tiang pancang harus dijadikan tulangan penyaluran dan
akan tertanam dalam poer. Pembengkokkan pembengkokkan tulangan yang dipergunakan
harus dengan hatihati agar tidak merusak beton yang ada.
2. Diatas tiaptiap tiang pancang akan dibuatkan poer untuk menyalurkan gaya dari balok ke tiang
pancang yang ukuranukuran dan penulangannya seperti ditunjukkan dalam gambar kerja.
3. Sebelum melakukan pengecoran adukan semua tulangan harus sudah terpasang dengan baik
bersih dari kotoran dan pelaksanaan pengecoran harus diperhitungkan waktunya sedemikian rupa
sehingga adukan yang sudah dituangkan tidak terganggu oleh pasang surut sebelum beton
mencapai umur 3 jam.
4. Apabila terdapat besibesi bekas angker bekisting atau baja tulangan yang menonjol dari
permukaan beton, maka besi/baja tersebut harus dipotong sedemikian sehingga nantinya dapat
tertanam dan ditutup dengan adukan beton material lain yang kedap air minimal setebal selimut
beton.
4. Sebelum penempatan bekisting, bagian tiang harus bersih dari segala kotoran yang dapat
merugikan bagi tiang pancang maupun beton.
5. Rencana konstruksi dari bekisting, seperti rangka pendukung dan lainlain, harus diajukan kepada
Direksi untuk diperiksa terlebih dahulu sebelum disetujui pelaksanaannya.
6. Pekerjaan beton untuk pekerjaan selimut beton harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
7. Sebelum pengecoran dimulai, sekeliling bagian luar bekisting diselimuti dengan selubung plastik
kemudian ujung bawah diikat dengan tali karet/elastis sehingga kedap air. Air yang berada didalam
bekisting dipompa keluar hingga kering. Bagian dalam dari bekisting harus bersih dan kering dari
limbah, kotoran maupun minyak untuk itu bagian dalam bekisting yang akan dicor disemprot udara
tekanan tinggi dengan mempergunakan kompresor.
8. Pembongkaran bekisting tidak boleh dilakukan apabila waktu yang diperlukan untuk pengerasan
beton menurut PBI 1971 belum dipenuhi. Pembongkaran bekisting dilakukan dengan hatihati serta
tidak merusak beton. Sebelum melakukan pembongkaran, Pemborong harus terlebih dahulu
mendapat persetujuan Direksi.
BAB V
PEKERJAAN TALUD, CAUSEWAY, DAN URUGAN
a. Lapisan bawah dan bagian dalam dari penampang talud antara 15 s/d 25 kg
b. Pasangan batu antara 25 s/d 60 kg
c. Batu kunci/batu pelindung kaki dan permukaan talud antara 80 s/d 100 kg
Material batu harus berupa batu belah, cukup keras dan tidak menunjukkan tandatanda pelapukan
serta harus memenuhi persyaratan lainnya sesuai dengan persyaratan bahan dalam pekerjaan ini.
2. Pekerjaan talud dilaksanakan secara bertahap sejalan dengan pelaksanaan pengurugan, meliputi
pemasangan batu kosong, pemasangan filter cloth, pengurugan dan seterusnya.
3. Filter cloth yang dipakai harus memenuhi persyaratan bahan untuk pekerjaan ini. Pemasangan filter
cloth harus benarbenar teliti dan sambungan harus kokoh serta diberi overlapping sehingga terjamin
tidak ada bagianbagian yang bocor yang mengakibatkan urugan atau material bagian dalam masuk
kedalam pasangan batu kosong atau keluar dari konstruksi talud.
4. Pasangan batu dilaksanakan dengan ukuran dan kemiringan sesuai gambar, dengan adukan campuran
adalah 1 semen : 3 pasir.
5. Di sepanjang pasangan batu arah melintang talud dari talud, dengan bentuk pada posisi dan jarak
tertentu sesuai dengan gambar, harus dibuat siar deletasi atau siar konstruksi, yang berfungsi untuk
mengakomodasikan apabila terjadi perbedaan penurunan konstruksi talud.
Di bagian dalam siar deletasi ini diberi filter untuk mencegah butir butir urugan dan lain lain
merembes keluar.
6. Dalam pelaksanaan pengurugan dengan menggunakan pemadat tangan (tamping) harus
diperhitungkan terhadap getarangetaran yang terjadi yang bisa mempengaruhi konstruksi talud.
Untuk itu diisyaratkan menggunakan bahan yang kaya dengan batu batuan, terutama pada bagian
yang sulit dipadatkan.
7. Seluruh permukaan talud harus dikerjakan plesteran siar, sebelum pekerjaan dimulai semua
permukaan bidang yang akan disiar dibersihkan dahulu dan disiram dengan air sampai merata.
Adukan yang dipakai untuk pekerjaan siar ini adalah campuran 1 semen : 2 pasir. Pekerjaan siar
dilakukan sedemikian rupa sehingga siar siar terletak pada suatu bidang kira kira 1 cm didepan
muka batu yang dipasang. Tebal siar minimum 2 cm, lebarnya disesuaikan dengan kebutuhan.
8. Batu pelindung talud harus dapat berfungsi dengan baik terhadap pengaruh gelombang. Untuk itu
pemasangan batu pelindung (Armour Rock) dilakukan secara acak, namun diatur agar
penempatannya mulai dari kaki talud hingga mencapai setinggi mungkin bidang miring talud. Batu
yang berukuran lebih besar ditempatkan pada bagian yang lebih berat menahan pengaruh
gempuran gelombang.
3. Mutu beton
Mutu beton yang dinyatakan dalam pekerjaan ini adalah berdasarkan kekuatan karakteristik beton (K)
minimal 175 kg/cm2 dengan pemakaian semen minimum 350 kg untuk setiap m 3 beton dengan slump
7 cm.
b. Sebelum pengecoran dimulai bagian dalam dari bekisting harus bersih dan kering dari air
limbah dan minyak.
c. Untuk menjamin perataan permukaanpermukaan beton disarankan menggunakan papan
triplek
5. Pekerjaan beton
a. Blok blok dapat dibuat diatas lantai kerja, ponton atau tempat tempat lain yang dapat
menjamin bentuk dan kualitas beton, khususnya dalam penggunaan jumlah semen.
b. Penumpukan blok blok beton ditempat pembuatan tidak boleh lebih dari tiga susun dan
setelah pengecoran blokblok tersebut harus dapat mudah dipisahpisah.
c. Sebelum pengecoran untuk pembuatan blok-blok beton, semua peralatan, material serta
tenaga yang diperlukan sudah harus siap dan cukup baik untuk satu tahap pengecoran.
d. Segera setelah beton dituang kedalam bekisting, adukan harus dipadatkan dengan
Concrete Vibrator, penggetaran concrete vibrator dapat dibantu dengan pencocokan sesuai
dengan petunjuk Direksi/Pengawas Lapangan..
e. Selama waktu pengecoran harus dihindarkan dari pengeringan dan melindunginya dari
genangan air diatas permukaan atau ditutup dengan karung karung yang senantiasa dibasahi
air terus menerus paling tidak selama 10 hari setelah pengecoran.
f. Untuk menambah kedap air/mempercepat pengerasan beton, Pemborong harus
menambah bahan kimia sebagai additive seperti penggunaan superbara 05. Sebelum
penggunaan bahan additive, Pemborong harus mengajukan terlebih dahulu kepada
Direksi/Pengawas Lapangan untuk mendapat persetujuan terlebih dahulu.
g. Pada kubus beton dapat ditambahkan batu kali berukuran besar dengan perbandingan
maksimum 40 % batu kali dan 60 % beton. Mutu dan ukuran batu kali harus sesuai dengan
persyaratan bahan.
h. Pelaksanaan pembuatan kubus beton harus sesuai dengan persyaratan bahan :
-
Cetakan terluar dibuat dari baja sedangkan alat bantu dipasang secara terpisah
dengan cara alat tersebut dimasukkan ke dalam bekisting A.
-
Setelah alat bantu tersebut dipasang kemudian dimasukkan batubatu kosong
sebagai lapis pertama kemudian dilakukan pengecoran sambil digetarkan.
-
Kemudian alat bantu B diangkat dan kemudian dimasukkan batubatu kosong
sebagai lapis kedua dan seterusnya sampai 3 lapis sehingga pengecoran penuh.
1. Garisgaris kontur, elevasi daratan dan kedalaman dasar laut seperti yang
ternyata dilapangan akan digunakan sebagai dasar perhitungan volume untuk menentukan kemajuan
serta penyelesaian pekerjaan. Kontrol volume dan ketinggian pengurugan dilakukan berdasarkan
hasil sounding dasar laut dan dengan pengawasan Direksi.
6. Material urugan yang dipakai untuk pekerjaan ini adalah pasir urug (Non
Cohesive Soil), sesuai dengan persyaratan material urugan untuk pekerjaan ini dengan ketentuan
bahwa kandungan lempung/silt (yang lewat saringan no. 200) yang diperkenankan maksimum 20 %.
Material urugan boleh diperkaya dengan batu batu dengan perbandingan maksimal 60 % dari
material urugan.
tanah asli sampai dengan air tinggi ratarata, urugan harus dipadatkan dengan alat pemadat mesin
giling kapasitas 8 ton sehingga mencapai 85 % dari kepadatan optimal. Pemborong harus melakukan
pemeriksaan material dan test kepadatan dilapangan sesuai dengan petunjuk Direksi.
BAB VI
PERSYARATAN LAIN LAIN dan PERUBAHAN PERUBAHAN
Pengurusan izinizin yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan pemasangan instalasi sementara untuk
air dan listrik, bila diperlukan sampai berfungsi dengan baik serta seluruh biaya yang diperlukan adalah
tanggungan Pemborong.
Pemborong dan Direksi tidak terlepas dari tanggung jawab terhadap halhal yang tidak diinginkan pada
pekerjaan yang dilaksanakan dan gambar/design yang salah.
Selama masa pelaksanaan kegiatan proyek, pihak Pemborong harus memenuhi kewajibannya kepada
pihak pelabuhan sebagai berikut :
Pasal 48 : Penutup
Demikian Rencana Kerja dan Syaratsyarat (RKS) ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.