Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional

yang diselanggarakan secara luas dan menyeluruh serta berkesinambungan

sehingga dapat dirasakan oleh setiap anggota masyarakat untuk memperoleh

derajat kesehatan yang optimal. Hal ini sesuai dengan tujuan pembangunan

nasional, yaitu tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk

agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat bertanggung jawab

melakukan upaya pencegahan pengendalian dan pemberantasan penyakit

menular serta akibat yang ditimbulkannya. Upaya tersebut dilakukan untuk

melindungi masyarakat dari tertularnya penyakit, menurunkan jumlah yang

sakit cacat dan atau meninggal dunia, serta untuk mengurangi dampak sosial

dan ekonomi akibat penyakit menular.1

Berbagai penyakit menular, baik penyakit menular langsung maupun

tidak langsung sampai saat ini masih merupakan masalah bagi kesehatan

masyarakat, seperti penyakit tuberkulosis paru atau yang lebih dikenal dengan

TBC. Penyakit yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis ini

merupakan penyebab utama kecacatan dan kematian hampir disebagian besar

negara di seluruh dunia. Tuberkulosis atau TBC adalah suatu penyakit


menular yang disebabkan oleh kuman dari kelompok mycobacterium yaitu

mycobacterium tuberculosis.

Dalam laporan world healt organisation (WHO) tahun 2013 diperkirakan

terdapat 8,6 juta kasus TB, pada tahun 2012 diperkirakan terdapat kasus

450.000 orang yang menderita TB multi drugs resistance (MDR) dan 170.000

orang diantaranya meninggal dunia.2

Indonesia menduduki peringkat kelima dari 22 negara yang mempunyai

beban tinggi untuk TB, perkiraan insidensi TB semua tipe di indonesia adalah

sebesar 135 per 100.000 penduduk pada tahun 2014. Angka penemuan kasus

TB paru di indonesia mengalami penurunan sebanyak 15% pada tahun 2012

(61%) sampai 2014 (40%).3

Provinsi Jawa Barat menduduki peringkat kesepuluh di indonesia yang

sampai saat ini masih memiliki permasalahan TB paru. Berdasarkan data dari

KEMENKES RI tahun 2014 jumlah kasus TB mencapai angka 141 per

100.000 penduduk atau sekitar 64.860 kasus TB.3

Kabupaten Ciamis menduduki peringkat ketujuh di provinsi jawa barat

pada kasus TB paru dengan BTA (+) sebanyak 1.643 kasus dari 1,547,680

jumlah penduduk.4 Di kabupaten ciamis ditemukan 895 kasus TB paru baru

dari 1.175.389 jumlah penduduk, sedangkan target temuan kasus TB paru di

kabupaten Ciamis adalah sebesar 1.258.5

Angka keberhasilan pengobatan adalah angka yang menunjukan

presentase pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis yang

menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh maupun pengobatan lengkap)


diantara pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis yang tercatat.

Dengan demikian angka ini merupakan penjumlahan dari angka kesembuhan

dan angka pengobatan lengkap. Angka keberhasilan pengobatan TB paru di

indonesia mencapai 74% dan di Jawa Barat 81% pada tahun 2013.3

Puskesmas Cieurih merupakan puskesmas yang menduduki peringkat

kelima di kabupaten Ciamis dengan kasus TB paru, dengan cakupan populasi

20.888 penduduk temuan Tb paru dengan BTA (+) pada tahun 2015

sebanyak 21 kasus dan pada tahun 2016 adalah sebanyak 22 kasus. Angka ini

memang telah memenuhi target pencapaian kasus Tb paru dengan BTA (+) di

puskesmas Cieurih (22 kasus baru pertahun) namun pada temuan tersebut

terdapat 2 orang diantaranya mengalami resistensi OAT.5

Resistensi kuman M.tuberculosis terhadap OAT adalah keadaan dimana

kuman tersebut sudah tidak dapat lagi di bunuh dengan OAT. TB resisten

OAT pada dasarnya adalah suatu fenomena buatan manusia sebagai akibat

dari pengobatan pasien TB yang tidak adekuat maupun penularan dari pasien

TB resisten OAT. Penatalaksanaan TB resisten obat OAT lebih rumit dan

memerlukan perhatian yang lebih banyak daripada penatalaksanaan TB yang

tidak resisten. Penerapan manajemen terpadu pengendalian TB resisten Obat

menggunakan kerangka kerja yang sama dengan strategis DOTS (Directly

observed Treatment Short-course) dengan beberapa penekanan pada setiap

komponennya.6

Berdasarkan kejadian tersebut ada beberapa faktor yaang mungkin

menyebabkan terjadinya kasus resistensi OAT diantaranya perilaku,


pengetahuan dan pelayanan kesehatan. Namun untuk memastikanya

diperlukan suatu penelitian, dengan melihat data tersebut serta untuk

mencegah kasus MDR berikutnya sehingga diperlukan fakta yang

menunjukan hubungan yang menyebabkan berhasilnya pengobatan TB paru

di puskesmas Cieurih, dan hal inilah yang mendorong penulis untuk

melakukan penelitian ini.

1.2. Rumusan Masalah


Bedasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok pada

penelitian ini adalah apakah ada hubungan pengetahuan, perilaku dan,

pelayanan kesehatan terhadap keberhasilan pengobatan TB paru di wilayah

Puskesmas Cieurih tahun 2015- 2016?

1.3. Tujuan Penelitian


1) Mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Keberhasilan

Pengobatan TB Paru.
2) Mengetahui Hubungan Perilaku Terhadap Keberhasilan Pengobatan TB

Paru.
3) Mengetahui Hubungan Pelayanan Kesehatan Terhadap Keberhasilan

Pengobatan TB Paru.

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

pengembangan ilmu kedokteran dan dapat memperluas ilmu lebih,

khususnya mengenai keberhasilan pengobatan TB paru.

1.4.2. Manfaat praktis


1) Bagi peneliti
Melalui penelitian ini peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang

diperoleh selama mengikuti pembelajaran dan untuk meningkatkan

pengetahuan serta kemampuan peneliti untuk mengetahui Hubungan

Pengetahuan, Perilaku dan, Pelayanan Kesehatan Terhadap

Keberhasilan Pengobatan TB Paru Di Wilayah Puskesmas Cieurih

Tahun 2015- 2016 .


2) Bagi Instansi Pendidikan
Menjadi suatu masukan dalam keilmuan kesehatan dan

keselamatan kerja khususnya mengenai Hubungan Pengetahuan,

Perilaku dan, Pelayanan Kesehatan Terhadap Keberhasilan

Pengobatan TB Paru Di Wilayah Puskesmas Cieurih Tahun 2015-

2016 dan menambah khasanah keilmuan kesehatan di lingkungan

pendidikan.

3) Bagi Tempat Penelitian


Sebagai masukan dalam pemberian asuhan kesehatan dalam

rangka menignkatkan derajat kesehatan, terkait dengan mengetahui

seberapa besar Hubungan Pengetahuan, Perilaku dan Pelayanan

Kesehatan Terhadap Keberhasilan Pengobatan TB Paru di Wilayah

Puskesmas Cieurih Tahun 2015- 2016.


4) Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai

Hubungan Pengetahuan, Perilaku dan Pelayanan Kesehatan Terhadap

Keberhasilan Pengobatan TB Paru di Wilayah Puskesmas Cieurih

Tahun 2015- 2016.


5) Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi

dan pengetahuan kepada masyarakat terkait Hubungan Pengetahuan,

Perilaku dan Pelayanan Kesehatan Terhadap Keberhasilan Pengobatan

TB Paru di Wilayah Puskesmas Cieurih Tahun 2015- 2016.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian


1.5.1. Judul Penelitian
Hubungan Pengetahuan, Perilaku dan Pelayanan Kesehatan Terhadap

Keberhasilan Pengobatan TB Paru di Wilayah Puskesmas Cieurih Tahun

2015- 2016.

1.5.2. Metode Penelitian


Jenis penelitian kuantitatif, desain penelitian deskriptif analitik dengan

pendekatan cross sectional.


1.5.3. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari Februari 2017.
1.5.4. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Puskesmas Cieurih Kabupaten Ciamis.

Anda mungkin juga menyukai