Anda di halaman 1dari 13

Gejala Klinis Pasien Penderita Kaki Diabetikum Beserta Penanganannya

Ruth Anthea Airin Simanjuntak / 102014210

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Kristen Krida Wacana

Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat

Email: ruth.2014fk210@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang sudah banyak kita dengar dalam
kehidupan sehari- hari. Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis
dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat
yang gambaran umumnya berupa hiperglikemia. Diabetes merupakan penyakit yang tidak
dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol. Diabetes merupakan penyakit yang berbahaya jika
kita tidak mengontrolnya karena dapat berdampak ke organ lain dan menambah penyakit
yang telah ada. Tingginya angka penderita penyakit ini disebabkan oleh banyak faktor. Salah
satunya adalah pola hidup dan pola makan yang tidak teratur. Selain karena penyakit ini bisa
timbul karena kelainan yang terjadi pada sistem tubuh yang berfungsi untuk mengatur
produksi hormon insulin.

Kata kunci: Diabetes melitus , Hiperglikemia, Pola hidup

Abstract

Diabetes mellitus (DM) is a disease that many of us hear in everyday life. Diabetes
mellitus is a metabolic disorder that is genetically and clinically heterogeneous
manifestations including a loss of carbohydrate tolerance is the general picture in the form of
hyperglycemia. Diabetes is a disease that is not curable but can be controlled. Diabetes is a
dangerous disease if we do not control it because it can affect other organs and adds to the
existing disease. The high number of patients with this disease is caused by many factors.
One of them is a lifestyle and irregular eating patterns. In addition because the disease can
arise because of abnormalities that occur in the body system that functions to regulate insulin
production.
Keywords: Diabetes mellitus, Hyperglycemia, Habits

1
Pendahuluan
Pada saat ini kita memasuki jaman dimana kita sebagai manusia dimudahkan dengan
berbagai macam hal yag praktis dalam kehidupan sehari- hari. Hal hal ini yang dalam
pengaruhnya nanti dapan menimbukan perubahan dalam pola hidup dan pola makan kita.
Salah satu penyakit yang ditakuti karena hal tersebut adalah diabetes melitus. Secara
sederhana penyakit ini dapat dibedakan dalam dua varian yang dibedakan berdasarkan pola
pewarisan, respons insulin dan asalnya. Namun, pada perkembangannya telah ditemukan
klasifikasi baru yang didasarkan pada etiologi penyakit tersebut. Diperkirakan sekitar 14,57%
kelompok pada usia 45-54 tahun meninggal akibat DM. Angka ini menduduki ranking kedua
penyebab kematian di daerah perkotaan. Indonesia adalah dengan jumlah penderita DM
tertinggi di dunia.1

Dalam perkembangannya diabetes merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan


tetapi dapat dikontrol. Diabetes merupakan penyakit yang berbahaya jika kita tidak
mengontrolnya karena dapat berdampak ke organ lain dan menambah penyakit yang telah
ada. Salah satunya adalah gangren diabeticus adalah sebuah nekrosis yang berkelanjutan dari
kulit dan struktur lain yang mendasarinya dan juga merupakan komplikasi kronik diabetes
melitus. Prevalensi komplikasi kaki diabetes didapatkan jauh lebih besar di negara
berkembang dibandingkan dengan negara maju yaitu 2- 4%. Diperkirakan bahwa 15% pasien
diabetes akan mengalami ulkus/ gangren pedis diabetikum seiring dengan perjalanan
penyakit. Sekitar 14- 24% di antara pasien ulkus/ gangren pedis diabetikum tersebut
memerlukan tindakan amputasi. Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai gangren diabetikum mulai dari definisi hingga
penatalaksanaan gangren diabetikum 2

Anamnesa

Anamnesis terdiri dari dua bagian ada auto anamnesis dan alloanamnesis.
Autoanamnesis di mana dokter menanyakan langsung pada pasiennya, sedangkan
Alloanamnesis dokter tersebut mengajukan beberapa pertanyaan kepada orang terdekat
pasien. Contohnya jika pasien masih anak-anak mungkin akan di lakukan alloanamnesis pada
ibunya. Anamnesis sangatlah penting. Di mana selaku seorang dokter kita perlu mengajukan
pertanyaan-pertanyaan ketika pasien kita datang dengan berbagai keluhan.
Daftar pertanyaan dalam anamnesis, antara lain :1

Identitas penderita

2
Nama, alamat, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin, pekerjaan orang tua,
pendidikan, status sosial ekonomi keluarga, saudara kandung (jumlah, jenis kelamin,
dan berapa yang masih tinggal bersama penderita), keadaan sosial ekonomi. Termasuk
anamnesis mengenai faktor resiko dan mengenai adanya gangguan aktivitas.
Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama perlu diketahui, yaitu keluhan yang menyebabkan pasien dibawa
berobat. Untuk mendalami data yang dikumpulkan dapat dengan menanyakan keluhan
penyerta seperta seperti:
1. Poliuria. Apakah pasien merasakan volume urin yang meningkat. Biasanya
sering disertai dengan adanya nokturia yang membangunkan pasien dari
tidurnya dan sering menganggu kualitas tidur
2. Polidipsi. Tanyakan apakah pasien sering merasa haus. Polidipsi
disebabkan oleh banyaknya volume urin yang dikeluarkan
3. Poliphagia. Tanyakan apakah pasien sering merasa lapar
4. Penurunan berat badan
5. Neuropati. Tanyakan apakah pasien mengalami kesemutan, hilang rasa
pada bagian distal tubuh seperti kaki.
6. Infeksi. Tanyakan apabila pasien mendapat luka, apakah luka tersebut
sukar sembuh, terutama pada bagian kaki
7. Retinopati. Tanyakan pada pasien apakah ia mengalami gangguan
penglihatan
Riwayat penyakit dahulu
Apakah anak itu pernah menderita penyakit yang sama atau ada gangguan kesehatan
lainnya.
Riwayat keluarga
Segala hal yang berhubungan dengan dan kontak antar anggota keluarga mengenai
penyakit yang dialami pasien.

Anamnesis : Seorang perempuan 65 tahun datang dengan keluhan luka pada telapak
kaki kanan sejak 3 minggu yang lalu. Pasien memiliki riwayat kencing manis sejak 10 tahun
lalu dan tidak rutin berobat.3

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada umumnya dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi.

3
* Inspeksi : Pemeriksaan pasien DM melihat kemungkinan komplikasi seperti pada kaki.
Inspeksi, lihat apakah ada atrofi / hipotrofi otot, kontraktur atau cicatrik, apakah ada gerakan-
gerakan terbatas, apakah ada lesi-lesi infiltrat, abses, ulkus, gangren, borok. kelainan pada
kulit yang perlu di perhatikaan adalah ada tidaknya bekas garukan sebagai akibat rasa gatal
pada kulit terutama pada lipatan kulit.

* Palpasi : Palpasi untuk suhu cek kulit, apakah dingin hangat / panas (ada infeksi), cek
pulsasi arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior. Dapat pula dilakukan pemeriksaan
reflek dengan tes sensibilitas menggunakan monofilamen.2

Dalam pemeriksaan fisik perlu diketahui tanda-tanda vital pasien serta gambaran
utama pemeriksaan fisik mencangkup inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi. Pemeriksaan
fisik: diperoleh pasien sakit sedang, kesadaran compos mentis, tekanan dara 140/80, nadi
90x/menit (Normal: 80-120x/menit), frekuensi nafas 20x/menit (lambat) normalnya 30-
60x/menit, suhu 38oC normalnya: 37,2oC. Luka di plantar pedis jari 1, tampak kehitaman
dengan bagian tengah tampak kemerahan, pus+, ukuran luka 2x2 cm, teraba hangat dari suhu
sekitar, pulsasi arteri kanan melemah, ssensitivitas kaki kanan melemah.2

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Darah Rutin


Hemoglobin adalah suatu protein yang berada di dalam darah yang berfungsi
sebagai pengangkut oksigen. Jadi, oksigen yang telah dihirup dan masuk ke paru-
paru nantinya akan diangkut lagi oleh hemoglobin di dalam darah untuk
didistribusikan ke otak, jantung, ginjal, otot, tulang dan seluruh organ tubuh.
Hematokrit pengukuran ini bisa dihubungkan dengan tingkat kekentalan darah.
Semakin tinggi presentasenya berarti semakin tinggi kekentalan darahnya, atau
sebaliknya
Leukosit juga disebut sel darah putih
Di dalam sel darah putih terkandung unsur-unsur darah seperti basofil, eosinofil,
neutrofil, limfosit, dan monosit. Keadaan dimana leukosit meninggi disebut
leukositosis, biasa muncul pada darah setelah menjalani latihan olah raga yang
berat, terkena infeksi kronis
Trombosit, jika memilikinilai yang rendah menimbulkan gangguan pada system
pembekuan darah. Oleh karena itu, pada penderita DBD dengan kadar trombosit

4
rendah akan mempermudah munculnya titik-titik pendarahan pada kulit, hidung
bahkan otakPeningkatan trombosit (trombositosis) dapat ditemukan pada penyakit
keganasan, sirosis, polisitemia, ibu hamil, habis berolahraga, penyakit imunologis,
pemakaian kontrasepsi oral, dan penyakit jantung dan biasanya trombositosis
tidak berbahaya.2
2. Gula Darah Sewaktu
Pemeriksaan gula darah yang bisa dilakukan kapan saja. Gula darah tanpa persiapan
bertujuan untuk melihat kadar gula darah sesaat tanpa puasa dan tanpa pertimbangan
waktu setelah makan. Dilakukan untuk penjajagan awal pada penderita yang diduga DM.
3. Pemeriksaan HbA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah, untuk memperoleh informasi kadar gula
sesungguhnya, dalam kurun waktu 2-3 bulan. Semakin tinggi nilai A1c pada penderita
DM semakin potensial berisiko terkena komplikasi. Pada penderita DM tipe II akan
menunjukkan risiko penurunan komplikasi apabila A1c dapat dipertahankan di bawah
8%.3

Working Diagnosa

Gangren diabetik adalah nekrosis pada jaringan perifer yang disebabkan oleh
diabetes melitus. Gangren ini sering menjadi masalah yang lama dan sulit terselesaikan saat
seseorang yang mempunyai penyakit diabetes melitus sudah terdapat adanya nekrosis pada
jaringan tubuhnya. Pada gangren diabetik paling sering didapatkan pada tungkai.

Pada gangren diabetik ditandai dengan pertukaran sekulitis dan timbulnya vesikula atau bula
dan kuman yang biasa menginfeksi pada gangren diabetik adalah streptococcus. Terdapat
berbagai faktor resiko yang dapat mempengaruhi timbulnya gangren diabetik adalah
neuropati, iskemia, dan infeksi. Iskemia disebabkan karena adanya penurunan aliran darah ke
tungkai akibat makroangiopati ( aterosklerosis ) dari pembuluh darah besar di tungkai
terutama pembuluh darah di daerah betis. Angka kejadian gangguan pembuluh darah perifer
lebih besar pada diabetes millitus dibandingkan dengan yang bukan diabetes millitus. Resiko
lebih banyak dijumpai pada diabetes mellitus sehingga memperburuk fungsi endotel yang
berperan terhadap terjadinya proses atherosclerosis.1,4

Klasifikasi Gangren Diabetikum


Wagner ( 1983 ) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan , yaitu :

5
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan

disertai kelainan bentuk kaki seperti claw,callus .

Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.

Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.

Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.

Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis.

Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.4

Diagnosis Banding

Peripheral Arterial Disease


Penyakit arteri perifer atau peripheral artery disease (PAD) merupakan suatu kondisi
adanya lesi yang menyebabkan aliran darah dalam arteri yang mensuplai darah ke ekstremitas
menjadi terbatas. Arteri yang paling sering terlibat adalah femoris dan popliteal pada
ekstremitas bawah. Stenosis arteri atau sumbatan karena aterosklerosis, tromboembolism dan
vaskulitis dapat menjadi penyebab PAD. Aterosklerosis menjadi penyebab paling banyak
dengan kejadiannya mencapai 4% populasi usia di atas 40 tahun, bahkan 15-20% pada usia
lebih dari 70 tahun. Keterbatasan aliran darah pada arteri dapat menimbulkan kondisi iskemia
karena terdapat ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan. Jika aterosklerosis atau
stenosis terjadi sedemikian parah hingga tidak menyebabkan tidak tercukupinya suplai darah
atau oksigen bahkan pada saat istirahat, akan terjadi kegawatan pada tungkai karena
berpotensi besar terjadi nekrosis jaringan dan ganggren. Ulkus yang terjadi pada PAD
seringkali berawal dari luka traumatik yang kecil pada area dengan tekanan yang besar atau
yang rentan terjadi cedera seperti ujung ibu jari dan maleolus lateral (mata kaki sisi luar).
Penyembuhan luka menjadi terhambat karena adanya hambatan aliran darah. Ulkus iskemik
biasanya terasa nyeri. Hanya saja, jika pasien mengalami diabetes, adanya neuropati dapat
menyebabkan nyeri tersebut tidak terlalu terasa. Ulkus iskemik dapat dibedakan dengan ulkus
vena yang lebih sering terjadi pada sisi medial tungkai serta lebih proksimal. Ditambah lagi,

6
pada ulkus vena biasanya terjadi pigmentasi berwarna coklat kemerahan serta terdapat varises
vena.4

Etiologi

A. Etiologi
1. Diabetes Melitus
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat
menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang
peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan
etiologi DM yaitu :

1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai
kegagalan sel beta melepas insulin.
2. Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen
yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula
yang diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas
yang disertai pembentukan sel-sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan
kerusakan sel - sel penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta
oleh virus.
4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan
terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran
sel yang responsir terhadap insulin.

2. Gangren Kaki Diabetik


Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki diabetik dibagi menjadi
endogen dan faktor eksogen.

Faktor endogen : a. Genetik, metabolik

b. Angiopati diabetik

c. Neuropati diabetik

Faktor eksogen : a. Trauma

b. Infeksi

c. Obat.2,4

7
Epidemiologi

Kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi kronik DM yang paling ditakuti.
Sampai saat ini, kaki diabetes merupakan masalah yang masih sukar dikelola dengan
maksimal. Di negara maju, kaki diabetes masih menjadi masalah kesehatan yag besar. Tetapi
dengan cara pengelolaan kaki diabetes yang lebih dini, keadaan pasien akan lebih baik.
Angka kematian dan angka amputasi dapat ditekan menurun samapi 49-85% dari
sebelumnya.5

Patofisiologi

Sebagian besar gambaran patologik dari gangrene diabetikum adalah sama


dengan proses perjalanan penyakit DM yang mana merupakan efek utama akibat kurangnya
insulin. Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar
glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yng
parah yang melebihi ambang ginjal normal akan timbul glikosuria karena tubulus-tubulus
renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan
diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium,
dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang
keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat
badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau
kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat lelah dan mengantuk yang disebabkan oleh
berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat
untuk energi.2

Proses sampai terjadinya gangren diabetikum pada kaki sendiri disebabkan oleh faktor
factor pencetus yang sama dengan penderita diabetes melitus. Tetapi ada hal utama yang
berperan adalah angiopati, neuropati, infeksi dan trauma. Neuropati merupakan faktor
penting dalam hal tersebut. Gangguan pada saraf tepi ini disebabkan oleh karena gangguan
pembuluh darah sehingga perfusi ke jaringan saraf menurun dan terjadi perlambatan
konduksi saraf. Adanya neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik
maupun motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi
nyeri pada kaki, seperti baal sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang
mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki. Gangguan motorik juga akan mengakibatkan
terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsetrasi pada
kaki pasien. Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki. Apabila

8
sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa
sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Manifestasi gangguan pembuluh
darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam hari, denyut
arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati tersebut akan
menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen ( zat asam ) serta antibiotika
sehingga menyebabkan luka sulit sembuh. Infeksi sering merupakan komplikasi yang
menyertai KD akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan
infeksi berpengaruh terhdap penyembuhan atau pengobatan dari KD.1

Manifestasi klinis

Trias DM:

1). Poliuria karena glukosa di urin menimbulkan efek osmotic yang menarik H 2O bersamanya
sehingga menimbulkan dieresis osmotic. Cairan yang berlebihan keluar dari tubuh
menyebabkan dehidrasi yang pada gilirannya dapat menyebabkan kegagalan sirkulasi perifer
karena volume darah turun mencolok.

2). Polidipsia yang disebakan karena sel-sel kehilangan air karena tubuh mengalami dehidrasi
akibat perpindahan osmotic air dari dalam sel ke cairan ekstrasel yang hipertonik. Sel-sel otak
sangat peka tehadap penciutan, sehingga timbul gangguan fungsi system sarat dengan rasa
haus yang berlebihan pada pasien.

3). Polifagia, karena terjadi defisiensi glukosa intrasel, maka nafsu makan meningkat
sehingga pemasukan makanan berlebihan.

4). 80 % kelebihan berat badan.

5). 20 % datang dengan komplikasi, misalnya penyakit jantung iskemik, penyakit


cerebrovascular, gagal ginjal, ulkus pada kaki dan gangguan pada penglihatan.

6). Kesemutan

7). Mengantuk

8). Sering luka tidak mau sembuh

9). Gatal-gatal pada kulit.2

9
Penatalaksanaan
Non Medikamentosa
Untuk penanganan pada pasien gangren diabetikum yang perlu diperhatikan selain sisi
farmakologis adalah sisi pengontrolan. Pengontrolan dapat diliputi diet, yang mengatur bahan
makanan agar seuai dengan kecukupan gizi serta sesuai dengan indeks massa tubuh serta
tidak mempengaruhi kadar gula dalam tubuh pasien. Konsentrasi glukosa darah diusahakan
agar selalu senormal mungkin, untuk memperbaiki berbagai faktor terkait hiperglikemia yang
dapat menghambat penyembuhan luka. Umumnya diperlukan insulin untuk menormalisasi
konsentrasi glukosa darah. Status nutrisi harus di perhatikan dan di perbaiki. Nutrisi yang
baik jelas membantu kesembuhan luka. Keadaan vaskular yang buruk tentu akan
menghambat kesembuhan luka. Berbagai langkah diagnostik dan terapi dapat dikerjakan
sesuai keadaan pasien dan juga sesuai kondisi pasien.5
Medikamentosa
1. Aspirin dapat diberikan bila terjadi aterosklerosis, sehingga dapat bermanfaat pada
gangren pedis diabetikum
2. Revaskularisasi. Jika kemungkinan kesembuhan luka rendah atau jikalau ada
klaudikasio intermiten yang hebat, tindakan revaskularisasi dapat dianjurkan.
Sebelum tindakan revaskularisasi diperlukan pemeriksaan arteriograf untuk
mendapatkan gambaran pembuluh darah yang lebih jelas, sehingga dokter ahli bedah
vascular dapat lebih mudah melakukan rencana tindakan dan mengerjakannya . 6

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada gangren diabetikum dan memerlukan pengelolaan segera
adalah:
Ketoasidosis Akut. Merupakan suatu komplikasi akut yang hampir selalu dijumpai pada
pengidap diabetes tipe I. kelainan ini ditandai oleh perburukan drastic semua gejala diabetes.
Ketoasidosis diabetes dapat timbul setelah stress fisik misalnya kehamilan atau penyakit akut.

Ketoasidosis dibetes adalah keadaan yang mengancam nyawa dan memerlukan perawatan di
rumah sakit agar dapat dilakukan koreksi terhadap keseimbangan cairan dan elektrolitnya.
Pemberian insulin diperlukan untuk mengembalikan hiperglikemia. Karena kepekaan insulin
meningkat seiring dengan penurunan pH, maka dosis dan kecepatan pemberian insulin harus
dipantau secara hati-hati.1

10
Pencegahan
Hal pertama yang bisa dilakukan dalam pecegahan adalah memeriksa kaki setiap hari
untuk memastikan apakah ada kulit yang retak, melepuh, luka atau perdarahan. Hal kedua
adalah sering seing membersihkan kaki lalu memakai lotioin untuk melembabkan kaki.
Selalu ingat untuk memakai alas kaki saat berjalan untuk mengurangi resiko terjadinya luka.
Serta mengkonsultasikan kedokter jika terdapat luka yang tidak kunjung sembuh.7

Prognosis
Prognosis untuk penyakit gangren diabetikum terutama pada kaki adalah cukup
mendekati buruk (dubia et malam). Penyembuhan luka yang lambat dan meningkatnya
kerentanan terhadap infeksi cenderung terjadi, gangren dapat berkembang, dan terdapat
resiko tinggi perlu dilakukannya amputasi tungkai bawah.
Diperkirakan 50% sampai 75% dari amputasi tersebut sebenarnya bisa dicegah,
namun penatalaksanaan jangka panjang pada pasien diabetes dan pencegahan terhadap
komplikasinya masih memerlukan pendekatan tim multidisiplin yang terkoordinasi, yang
melibatkan dokter, perawat spesialis diabetes, siropordis, dan orthoist, serta pada
beberapa kasus memerlukan ahli bedah vaskuler dan ahli bedah ortopedi.

Kesimpulan

Gangren pedis diabetikum atau kaki diabetik adalah kelainan pada ekstremitas bawah
yang merupakan komplikasi kronik diabetes melitus. Ada 3 faktor yang dapat dipandang
sebagai predisposisi kerusakan jaringan pada kaki diabetik, yaitu neuropati, angiopati, dan
infeksi. Penatalaksanaan kaki diabetik dapat dilakukan dengan kontrol gula darah,
pengobatan kausal, kontrol metabolik, serta debridement dan pembalutan. Penderita DM tipe
2 yang tidak terkontrol dan penderita dengan infeksi akut, seperti gangren, merupakan
beberapa dari banyak indikasi pemakaian insulin.

11
Pasien diabetes di Indonesia pada tahun 2000 sebanyak 8,4 juta orang dan
diprediksikan oleh WHO akan meningkat menjadi 21,3 juta orang pada tahun 2030. Dari
sekian banyak pasien diabetes tersebut, sebanyak 15% menderita komplikasi berupa kaki
diabetikum. Pada ulkus terinfeksi yang berat (limb or life threatening infection) kuman lebih
bersifat polimikrobial (mencakup bakteri Gram positif berbentuk coccus, Gram negatif
berbentuk batang, dan bakteri anaerob). Pada pasien ini Hb nya sangat rendah, hal ini
dapat disebabkan oleh adanya proses infeksi yang menyebabkan kehilangan darah
yang tidak disadari penderita.

Daftar Pustaka

12
1. Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke VI.
Jakarta. Interna Publishing; 2014.
2. Bickley LS. Buku ajar Pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. Edisi ke-8. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2015.
3. Gleadle, Jonathan. Pengambilan Anamnesis. Dalam: At a Glance Anamnesis dan
Pemeriksaan Fisik. Jakarta : Penerbit Erlangga; 2009.
4. Elizabeth J. Corwin.Buku saku patofisiologi. Edisi revisi ke-3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2009.
5. Alwi I, Salim S, Hidayat R. Penatalaksanaan ilmu penyakit dalam paduan praktik
klinis. Jakarta: Pusat Penerbita Ilmu Penyakit Dalam; 2015.
6. Tanto C, Liwang F, Hanifati S. Kapita selekta kedokteran. Edisi ke 4. Jakarta:
Penerbit buku FK UI; 2014.
7. Rubenstein D, Wayne D, Bradley J. Klinis kedokteran. Edisi ke 6. Jakarta: Penerbit
Erlangga; 2007.

13

Anda mungkin juga menyukai