Anda di halaman 1dari 25

Lesi Jaringan Lunak Rongga Mulut

A. Lesi Primer
a. Makula
- Titik sampai bercak
- Diameter dari beberapa mm hingga cm
a) Warna
Berasal dari vaskularisasi
Warna : Merah kecoklatan
Bila ditekan bewarnapucat
Misalnya : Hiperemia


Berasal dari Pigmen darah
Warna :Merah Kebiruan
Misalnya : Petechiae, purpura, ecymosis (hematom)
Berasal dari Pigmen Melanin
Warna : Biru Kecoklatan
Misalnya : Hiperpigmentasi

( Pinborg,J.J. ,1994 ).
b. Papula
Lesi yang membenjol padat
Kurang dari 1cm diameternya
Permukaan papula : Erosi atau deskuamasi
Makula dan papula terasa gatal, rasa terbakar dan nyeri
Misalnya : Lichen Planus (pada mukosa) adalah papula keputihan
Fordyces spot adalah anomali pertumbuhan dimana kelenjar
lemak tumbuh ektopik

( Pinborg,J.J. ,1994 ).

c. Plak
Ukuran diameternya lebih besar dari 1 cm
Misalnya : Leukoplakia (Lesi pra-ganas, lesi ini bisa menjadi ganas)

( Pinborg,J.J. ,1994 )
d. Nodula
Suatu massa yang padat
Membenjol yang tebal dan kurang dari 1 cm diameternya
Tumor jinak dari jaringan ikat yang terjadi karena iritasi kronis (iritasi
ringan yang terus menerus)
Dapat hilang sendiri atau tidak, setelah iritasi kronis dihilangkan (misal
eksisi)
Misalnya : Iritasi fibroma

( Pinborg,J.J. ,1994 ).

e. Vesikula
Suatu benjolan kulit berisi cairan dan berbatas jelas
Diameternya kurang dari 1cm
Misalnya : Cacar Air
( Pinborg,J.J. ,1994 ).

f. Bula
Suatu benjolan kulit berisi cairan yang lebih besar dari 1 cm diameternya
Dapat terbentuk karena adanya trauma mekanis atau gesekan
Misalnya : Pemphigus Vulgaris

( Pinborg,J.J. ,1994 ).

g. Postula
Suatu vesikel yang berisi eksudat purulen
Misalnya : Penyakit Impetigo, pada kulit berupa bisul-bisul kecil

( Pinborg,J.J. ,1994 ).

h. Wheal
Suatu papula atau plak yang bewarna merah muda , edema, dan berisi
serum
Edema kulit yang menjadi gelembung yang hanya muncul singkat dan
menimbulkan rasa gatal
Misalnya : Gigitan nyamuk dan urtikaria
( Pinborg,J.J. ,1994 ).

i. Tumor
Massa padat, besar, meninggi dan berukuran lebih dari 1 sampai 2 cm
Tumor bisa ganas atau jinak
Misalnya : Kanker payudara versus limfoma (tumor jinak yang
sebagian terbentuk sebagian besar dari jaringan adipose)
( Pinborg,J.J. ,1994 ).

B. Lesi Skunder
a. Erosi
Hilangnya epitel di atas lapisan sel basal
Dapat sembuh tanpa jaringan parut
Misalnya : Kulit setelah mengalami suatu lepuhan atau vesikel yang pecah

( Pinborg,J.J. ,1994 ).
b. Ulser
Hilangnya epidermis dan lapisan kulit yang lebih dalam (Hilangnya epitel
yang meluas di bawah lapisan sel basal
Misalnya : Reccurent Apthous Stomatiti, Bechets Syndrome

( Pinborg,J.J. ,1994 ).

c. Fisura
Retak linier pada kulit yang meluas melalui epidermis dan memaparkan
dermis
Dapat terjadi pada kulit kering dan inflamasi kronis
Suatu celah dalam epidermis
Misalnya : Fissure tongue, Geographic tongue
( Pinborg,J.J. ,1994 ).
d. Sinus
Suatu saluran yang memanjang dan rongga supuratif , kista atau abses
Misalnya: Abses Periapikal

( Pinborg,J.J. ,1994 ).

e. Sikatriks
Pembentukan jaringan baru yang berlebihan dalam proses penyembuhan
luka
Misalnya: Keloid

f. Deskuamasi
Pengelupasan lapisan epitel (stratum korneum)
Bisa secara fisiologis Pelepasan epitel sehingga kulit mengalami
regenerasi
g. PSEUDOMEMBRAN
Adalah membran palsu.
Contoh: Kandidiasis Pseudomembran Akut
h. ESCHARS
Adalah cacat atau kerusakan pada kulit / mukosa akibat luka bakar
i. KRUSTA
Adalah lapisan luar yang terbentuk dari pengeringan eksudat.
Contoh: Eritema Multiformis

Lesi Berdasarkan Warna :


1. Lesi merah
1.1 Definisi
Lesi merah adalah suatu keadaan yang abnormal pada mukosa dimana
tampak kilinis berwarna lebih merah darijaringansekitarnya dengan
permukaan licin seperti adrofi atau granuler. Pada lesi inijuga terlihat
inflamiasi,tapi tanda-tandanya lebih mudah terlihat pada selepitel premaligna.
1.2 Etiologi
Lesi merah biasanya disebabkan antaralain oleh faktor lokal (merokok
yang hebat, alkohol serta kebersihan mulut yang buruk), faktorherediter atau
bawaan, respon autoimun, dan adanya infeksi terutama infeksi jamur kandida.
1.3 Macam-macam lesi merah
1.3.1 Purpura (Petechiae)
Purpura adalah suatu keadaan yang ditanadai oleh genangan
darah ekstravasasi. Faktor yang menstimulasi iatrogenik, buatan atau
tarauma kecelakaan pada jaringan-jaringan vaskular yang ada di
dalam kulit atau submukosa. Dalam keadaan dimana tidak ada
trauma, maka harus dicurigai keberadaan kurangnya keping darah
baik kualitatif maupun kuantitatif, faktor-faktor pembekuan, atau
kerapuhan kapiler. Pada awalnya purpura tampak merah terang, tetapi
lama-kelamaan cenderung untuk berubah warna, menjadi ungu-biru
atau selanjutnya coklat-kuning. Karena lesi-lesi ini terdiri atas darah
ekstravaskuler, lesi tidak menjadi pucat bila ditekan.
Salah satu contoh purpura adalah petechiae. Petechiae adalah
lesi datar warna merah atau keunguan. Berasal dari darah yang masuk
ke subkutan.lesi ini bila ditekan tidak berubah pusat jadi tetap
berwarna kemerahan, contohnya yaitu scurvy.
Palatum lunak adalah lokasi intra oral yang paling umum
untuk petechiae multifokal. Petechiae palatum dapat merupakan tanda
awal dari mononukleosis menular, demam scalet, leukemia, diatesis
perdarahan atau kelainan darah. Juga dapat menunjukkan robeknya
kapiler-kapiler palatum akibat batuk, bersin, muntah atau fellatio.
Petechiae hisapan dibawah gigi tiruan atas bukanlah purpura yang
sebenarnya. Hal itu terjadi sebagai akibat dari infki kandida dan
radang dari muara kelenjar-kelenjar liur tambahan, bukan karena
tekanan negatif dari gigi tiruan seperti yang dipercaya di masa lalu.
Purpura lama-kelamaan menjadi pucat dan tidak memerlukan
perawatan tertentu. Menentukan penyebabnya adalah suatu
pertimbangan utama.
1.3.2 Varikositas (Varix)
Varix adalah suatu pembengkakan berfluktuasi yang berwarna
merah-ungu dan seringkali dijumapai pada orang lanjut usia.
Pembengkakan tersebut menunjukkan suatu dilatasi vena yang
disebabkan oleh berkurangnya elastisitas dinding pembuluh darah
sebagai akibat dari menua atau oleh suatu rintangan internal pada
vena. Permukaan ventral dari dua sudut mulut adalah daera-daerah
umum yang lain. Varises bibir tampak merah tua sampai biru ungu.
Umnya adalah tunggal, bulat, berbentuk kubah dan berfluktuasi.
Palpasi dari lesi akan menyebarkan darah dari pembuluhnya dan
meratakan permukaannya; karenanya lesi-lesi tersebut adalah positif
pada diaskopi.
Varises adalah jinak dan tanpa gejala, serta tidak memerlukan
perawatan. Jika varises tersebut memprihatinkan secara kosmetis,
maka dapat dibuang secara bedah tanpa perdarahan yang
mencolok. Kadang-kadang varises sedikit keras karena perubahan-
perubahan fibriotik. Trombosis merupakan komplikasi yang jarang.
Jika banyak vena yang menonjol pada ventral lidah, maka keadaan itu
disebut plebektasia lingual atau caviar tongue.

1.3.3 Trombus
Suatu seri peristiwa yang meliputi trauma, pengaktifan urutan
pembekuan dan pembentukan beku darah yang secara khas
mengakibatkan terhentinya perdarahan. Beberapa hari kemudian
pengahancuran beku darah terjadi dan aliran darah normal mulai
kembali. Dalam kasus-kasus tertentu, jika bekuannya tidak hancur,
maka aliran darah tersumbat dan terbentuk trombus. Trombus tampak
sebagai nodula-nodula merah,bulat, menimbul, khas pada mukosa
bibir. Keras pada Palpasi dan dapat sedikit nyeri. Tidak ada predileksi
jenis kelamin, tetapi trombus paling umum dijumpai pada pasien
diatas usia 30 tahun. Sumbatan-sumbatan vaskuler dapat membesar
secara konsentris dan menutup seluruh lumen pembuluhnya atau
masak dan berkapur untuk membentuk suatu plebolit.
Plebolit adalah temuan oral yang jarang dan terdapat dalam
pipi, bibir, atau lidah. Secara radiografis tampak seperti donat,
melingkar, fokus-fokus radiopak dengan tengah yang radiolusen.
1.3.4 Telangiektasia Hemorhagik Herediter
Telangiektasia hemorhargik herediter adalah suatu penyakit
genetik yang diturunkan sebagai suatu sifat dominan autosomal.
Penyakit tersebut ditandai oleh telangiektasia yang multiple dimana
ada makula-makula ungu merah atau papula-papula sedikit merah
yang menunjukkan pembesaran secara permanen dari kapiler-kapiler
tepi dari kulit, mukosa dan jaringan-jaringan lain. Lesi-lesi tersebut
biasanya berukuran 1 sampai 3 mm, tidak ada denyut pembuluh darah
ditengahnya dan menjadi pucat waktu diaskopi. Sesudah pubertas,
ukuran dan banyaknya lesi cenderung makin meningkat dengan
bertambahnya usia. Pria dan wanita mengalaminya dengan rasio
seimbang. Perdarahan adalah gambaran yang mencolok dari penyakit
ini.
Lesi-lesi telangiektasia hemorhagik herediter terletak langsung
dibawah lokusanya dan mudah terkena trauma, berakibat robek,
perdarahan dan pembentukan ulkus. Lesi-lesi kulit tidak mudah robek
karena ada epitel bertanduk yang menutupinya. Lokasi yang paling
umum pada kulit adalah telapak tangan, jari-jari, dasar kuku, wajah
dan leher. Lesi mukosa dapat dijumpai pada bibir, lidah, septum nasi
dan konjungtiva. Gusi dan palatum jarang terkena. Komplikasinya
meliputi epistaksis, perdarahan gastrointestinal, melena, hematuria,
sirosis, fistula arteriovina paru-paru. Dianjurkan hati-hati dengan
penggunaan analgesia inhalasi, anestesi umum, prosedur bedah mulut
dan obat-obat hepatotoksis serta anti-hemostatik. Robeknya
telangiektasia dapat menyebabkan perdarahan, yang paling baik
dikontrol dengan pak tekan. Riwayat, gambaran klinis dan
gambaran histologis adalah penting dalam membuat diagnosis.
1.3.5 Sindrom Sturge-Weber (Ensefalotrigeminal Angiomatosis)
Sindrom sturge-weber adalah suatu kelainan congenital yang
jarang. Manifestasinya adalah angioma vena dari leptomeningea otak,
hemangioma macula ipsilateral pada wajah, deficit neuromoskuler,
dan lesi-lesi okulo-oral. Hemangioma macula dari kulit wajah juga
disebutportwine stain atau nevus flammeus adalah gambaran yang
paling mencolok dari sindrom tersebut. Suatu hemangioma wajah
berbatas jelas, rata atau sedikit menimbul dan berwarna merah sampai
ungu. Hemangioma tersebut menjadi pucat bila ditekan. Dijumpai
pada waktu lahir, penyebarannya di sepanjang saraf trigeminus dan
secara khas meluas ke garis tengah tanpa melintas kesisi lain. Divisi
optalmikus dari sareaf trigeminus paling sering terserang. Tidak ada
nyeri atau peradagangan yang berkaitan dengan hemangioma dan
tidak membesar dengan bertambahnya usia.
Perubahan aliaran darah vena yang disebabkan olh angioma
leptomeningea dapat mengakibatkan degenerasi kortikal ceberal,
kejang-kejang, keterbelakangan mental dan hemiplegia. Pada
radiograf tengkorak lateral, klasifikasi-klasifikasi gyriform secara
khas tampak sebagai tram-lines berkontur ganda. Kira-kira 30%
dari pasien mengalami kelainan okuler termasuk angioma, koloboma,
atau glaucoma.
Hyperplasia vaskuler yang mengenai mukosa pipi dan bibir
adalah temuan oral yang paling sering. Palatum, gusi dan dasar mulut
juga dapat terkena. Penyebaran bercak-bercak oral merah terang
tersebut adalah ke daerah-daerah yang dipasok oleh cabang-cabang
saraf trigeminus. Seperti lesi wajah, bercak-bercak ini berhenti di
garis tengah. Keterlibatan gusi dapat membuat jaringan menjadi
edema dan menyebabkan kesulitan dengan hemostasis jika dilakukan
prosedur bedah yang mengenai jaringan-jaringan ini. Erupsi gig yang
abnormal, makrokeilia, makroglosia dan makrodonsia adalah akibat
dari pertumbuhan yang sangat berlebihan dari pembuluh darah besar.
Pada daerah hyperplasia vaskuler, bedah mulut harus dilakukan
menurut ukuran hemostatik yang ketat
2. Lesi putih
2.1 Definisi
Lesi putih adalah suatu keadaan yang abnormal pada mukosa dimana
nampak klinis berwarna lebih putih, lebih tingi, lebih kasar atau mempunyai
tekstur yang berbeda dari jaringan sekitarnya, dimana keadaan tersebut
menggambarkan peningkatan lapisan keratin, koloni jamur atau lapisan
epithelium yang mati.
2.2 Etiologi
Etiologi dari lesi putih pada mukosa mulut, antara lain factor local,
herediter, respon autoimun, dan adanya infeksi. Penyebab factor local yang
paling sering adalah tembakau. Tembakau dapat diisap, dicium, dikunyah-
kunyah, atau diletakkan dalam mulut. Pada semua keadaan tersebut, tembakau
mempunyai efek karsinogenik pada mukosa mulut.
2.3 Macam macam lesi putih
2.3.1 Granula Fordyce
Granula Fordyce timbul dan kelenjar sebasea yang secara
embrionik terperangkap selama penggabungan prosesus malcsilaris
dan mandibula. Garanula-granula tersebut menjadi lebih mencolok
sesudah kematangan seksual, ketika sistem sebaseanya berkembang.
Granula Fordyce adalah kelenjar-kelenjar sebasea ektopik yang
dijumpai pada mulut, yang dianggap sebagai variasi dari anatomi
mulcosa mulut yang normal. Granula-granula ini terdiri atas kelenjar
sebasea, yang diameternya 1 sampai 2 mm. Secara khas tampak pada
mukosa pipi sebagai papula yang sedikit menimbul, berwarna putih,
putih krem atau kuning. Biasanya terjadi dalam jumlah banyak,
membentuk kelompok-kelompok, plak, atau bercak-bercak.
Kelompok yang melebar dapat terasa kasar pada palpasi (Gambar
3.8). Biasanya terlihat pada mukosa pipi dan tepi merah bibir atas,
dengan distribusi yang simetris. Kelenjar tersebut juga dapat dijumpai
pada mukosa di atas alveolar dan pilar anterior fasia, kelenjar sebasea
besar paling sering terlihat pada sulkus alveolobukal bawah.
Granula Fordyce terjadi pada kira-kira 80% orang dewasa dan
telah dilaporkan tidak ada predileksi dalam ras dan jenis kelamin.
Secara histologis, tampak sarang-sarang sel-sel jernih yang membulat,
10 sampai 30 setiap sarang, dengan inti yang terletak di tengah, kecil,
berwarna gelap, dan berkapsul dalam lamina propria dan submukosa.
Gambaran klinisnya cukup untuk mendiagnosis granula
Fordyce biopsi biasanya tidak diperlukan. Kadang-kadang, kumpulan
kelenjar pada mukosa eksternal yang berkeratinissi dan vermillio
border bibir (batas merah bibir) dianggap mengganggu dan diangkat
melalui pembedahan. Jika tidak, maka tidak ada alasan untuk
melakukan terapi.

2.3.2 Linea Alba Bukalis


Seorang peneliti mengemukakan bahwa linea alba disebabkan
oleh muskulus buksinatorius yang menekan mukosa melalui tonjolan-
tonjolan (cusp) gigi posterior rahang atas ke dalam garis oklusi. Linea
alba juga seningkali dikaitkan dengan creanated tongue dan dapat
merupakan tanda dan bruksisme, clenching, atau tekanan mulut yang
negatif.
Linea alba tampak kurang lebih sebagai suatu garis tebal
bergelombang pada mukosa pipi setinggi bidang okiusi dengan
panjang yang bervariasi. Biasanya terlihat bilateral, cukup jelas pada
beberapa orang dan berwarna kelabu pucat atau putih. Secara umum
kelainan bertanduk tanpa gejala ini lebarnya 1 sampai 2 mm dan
memanjang dan mukosa pipi daerah molar kedua sampai ke kaninus.
Perubaha
n-perubahan epitel yang menebal yang terdiri atas jaringan
hiperkeratotik yang merupakan suatu respon terhadap gesekan pada
gigi-gigi. Gambaran klinisnya menunjukkan ciri diagnostik sehingga
mudah didiagnosa. Linea alba merupakan variasi normal dan tidak
memerlukan perawatan.
2.3.3 Leukoedema

2.5.3 Gambaran Klinis


2.4.3 Leukoedema adalah suatu variasi mukosa yang umum dan
berkaitan dengan orang-orang berkulit gelap, tetapi kadang-kadang
dapat dijumpai pada orang-orang berkulit putih. Insiden leukoedema
cenderung meningkat dengan bertambahnya usia dan 50% dan anak-
anak kulit hitam dan 92% orang dewasa kulit hitam menderitanya.
Leukoedema tidak menunjukkan gejala apapun dan biasanya
ditemukan selama pemeriksaan mulut rutin.
Leukoedema biasanya dijumpai bilateral pada mukosa pipi
sebagai suatu film tipis yang opak, putih atau abu-abu. Pada mukosa
bibir dan palatum molle jarang ditemukan. Leukoedema seringkali
pucat dan sulit dilihat. Menonjolnya lesi berhubungan dengan derajat
pigmentasi melanin di bawahnya, derajat kebersihan mulut, dan
banyaknya merokok. Pemeriksaan yang cermat dan leukoedema
menunjukkan garis-garis putih halus, kerutankerutan dan lipatan-
lipatan jaringan yang menumpuk. Tepi-tepi lesi tidak teratur dan
difus; lesi tersebut memudar ke jaringan disekitarnya sehingga sulit
untuk menentukan dimana lesi mulai dan berakhir. Diagnosis didapat
dengan cara meregang mukosanya, menyebabkan tampak putih hilang
sama sekali dalam beberapa kasus. Menggosok lesi tidak akan
menghilangkannya.

Etiologinya tidak diketahui, dipekirakan berkaitan dengan


faktor herediter atau kerusakan stratified squamous epithelium pada
saat proses maturasi. Leukoedema juga diperkirakan dapat terjadi
sebagai hasil dan fungsi mastikasi dan berkaitan dengan kebersihan
mulut yang buruk. Leukoedema secara signifikan lebih prevalen di
antara orang-orang yang mempunyai kebiasaan merokok sehari-hari
daripada di antara yang tidak merokok.
Epitel tampak lebih tebal daripada normalnya dan disertai
dengan tonjolan rete pegs yang lebar. Sel-sel dalam bagian superfisial
stratum spinosum tampak bervakuola dalam inti yang diwarnai
dengan hematoksilin dan eosin (H&E), karena mengandung glikogen
dalam jumlah besar. Sel-sel pada permukaannya mungkin menjadi
gepeng, akan tetapi tetap memiliki nukleus piknotik, dan biasanya
rnemperlihatkan keratinisasi yang nyata.
Lesi yang biasanya membingungkan diagnosa dengan
leukoedema adalah leukoplakia, cheek-biting, dan white sponge
nevus. Diskusi diagnosa banding dan lesi-lesi ini dapat dilihat pada
diagnosa banding leukoplakia. Sejak leukoedema diketahui
merupakan variasi normal, pengenalan lesi tersebut adalah penting
sebab leukoedema tidak membutuhkan perawatan.

2.3.4 Morsicatio Buccarum (Mukosa Tergigit)


Morsicato buccarum atau menggigit pipi adalah kebiasaan
umum yang membuat meningkatnya perubahan-perubahan mukosa.
Pada awalnya plak-plak dan lipatan-lipatan putih sedikit menimbul,
tampak dalam pola difus menutupi daera-daerah trauma. Cedera yang
lebih hebat akan menimbulkan suatu respon hiperplastik yang
menambah besarnyaplak. Kadang-kadang terlihat pola garis atau
menyebar, dengan daerah tebal dan tipis tampak berdampingan.
Cedera yang menetap akan menimbulkan eritema dan ulserasi
traumatic yang berseblahan.

Mukosa tergigit biasanya terlihat pada mukosa pipi dan kurang


sering pada mukosa bibir. Lesi-lesi tersebut dapat unilateral atau
bilateral dan dapat terjadi pada semua usia. Tidak ada laporan
redileksi jenis kelamin atau ras. Diagnosis memerlukan kepastian
visual dan verbal dari kebiasaan melampiaskan ketegangan. Meskipun
morsicatio buccarum tidak mempunyai potensi keganasan, pasien-
pasien harus diingatkan terhadap perubahan-perubahan mukosanya.
Karena gambaran klinis yang sama, maka speckled leukoplakia dan
kandidiasis harus dibedakan. Secara mikroskopis ada perbedaan epitel
yang masak normal dengan permukaan parakeratotik berkerut dan
peradangan subepitel minor.
2.3.5 White Sponge Nevus
Merupakan gangguan kongenital pada mukosa oral yang secara
genetika ditransmisi oleh suatu cara autosomal dominan yang
diturunkan, yang bermanifestasi pada masa anak-anak dan meningkat
sepanjang hidup.
White sponge nevus tidak menunjukkan predileksi ras, jenis
kelamin; tetapi karena pola transmisi dominan autosomal dan keadaan
ini, maka banyak anggota keluarga dapat menderita kelainan tersebut.
Daerah-daerah mukosa ekstraoral yang dapat terlibat adalah rongga
hidung, esofagus, larings, vagina dan rektum.
Ditandai oleh lesi-lesi mukosa yang tanpa gejala, putih,
berkerut dan seperti busa. Seringkali lesinya memperlihatkan pola
gelombang yang simetris. Lokasi yang paling umum adalah di
mukosa pipi, bilateral dan selanjutnya di mukosa bibir, lingir alveolar
dan dasar mulut. Keadaan ini dapat mengenai seluruh mukosa mulut
atau didistribusikan secara universal sebagai bercak-bercak putih
tertentu. Tepi gusi dan dorsal lidah hampir tidak pernah terkena,
meskipun palatum lunak dan ventral lidah umum terlibat. Ukuran
lesinya bervariasi dan satu pasien ke pasien lain dan dan waktu ke
waktu.
Epitelium mengalami penebalan yang hebat karena akantosis
dan hiperparakeratosis. Terdapat spongiosis (edema intraselular)
.yang terjadi di seluruh lapisan sel prickle.
Penentuan diagnosa yang tepat diperlukan agar pasien tidak
salah dirawat. Bila diagnosa telah ditentukan, diagnosa harus
diberitahukan kepada pasien sebaik mungkin, agar ia dapat
melakukan tindakan pencegahan yang diperlukan.
Lesi dapat disalah diagnosa sebagai keratosis, tetapi biasanya
hasil pemeriksaan riwayat dapat memperjelas diagnosa tersebut,
walaupun cheek biting, friksional keratosis, dan keratosis pada pasien
yang suka mengunyah atau mengisap tembakau, mempunyai bentuk
yang sama. Leukoedema sering mempunyal bentuk yang sama,
kecuali bila mukosa ditegangkan. Penyakit Darier-White walaupun
bersifat herediter, tetapi dapat menghasilkan lesi kutaneus dan
mukosa. Tes seroiogi khusus dan biopsi dilakukan sekurang-
kurangnya satu kali pada keadaan yang meragukan.
White sponge nevus merupakan lesi jinak yang bersifat statis
dan tidak menimbulkan rasa sakit sepanjang hidup. Pasien diberitahu
bahwa lesi mi bersifat herediter (menurun) dan tidk memerlukan
perawatan.

2.3.6 Lesi Putih Traumatic (Chemical Burn)


Chemical burn seringkali ditemukan pada pasien yang
menggunakan analgesik, seperti aspirin atau asetaminofen dengan
meletakkannya pada mukosa yang berdekatan dengan gigi yang sakit.
Kasus lain dapat terjadi pada praktek dokter gigi yang memberikan
obat-obat kaustik ke mukosa mulut pasien secara tidak hati-hati.
Selain itu, chemical burn juga dapat terjadi pada penggunaan obat-
obat tetes untuk sakit gigi yang mengandung creosote, gulacol, atau
derivat fenol; penggunaan obat kumur yang berlebihan; larutan etil
alkohol 70%; dan kokain yang ditempatkan pada mukosa mulut.
Chemical burn dapat terjadi bila senyawa analgesik yang
mengandung asam asetil salisilat diletakkan dalam lipatan mukobukal
untuk meredakan pulpitis, periostitis, atau abses periapikal. Lesi
pseudomembranous yang sangat sakit berwarna putih dan berbentuk
tidak teratur, akan timbul di daerah-daerah di mana obat-obatan
tersebut berkontak dengan mukosa mulut. Seluruh mukosa pipi
mungkin akan terserang secara difus. Jaringan akan terasa sakit dan
daerah bekas kauterisasi yang berwarna putih dapat diangkat dengan
mudah dan meninggalkan daerah perdarahan yang kasar dan sangat
sakit.
Obat tetes untuk sakit gigi yang tersedia di pasaran yang
mengandung creosote, guiacol, atau derivat fenol juga memiliki aksi
kaustik pada mukosa mulut. Karena obat-obat yang meringankan
sakit gigi ini jarang akan berada tetap di dalam lesi karies, maka luka
bakar mukosal akan terjadi bila obat ini digunakan oleh pasien.
Pada beberapa pasien aplikasi larutan etil alkohol 70% akan
mengakibatkan pengelupasan mukosa mulut. Pelunakan dan
pengelupasan dari mukosa yang tidak berkeratinisasi juga dapat
terjadi dengan pemakaian obat kumur secara berlebihan.

2.3.7 Leukoplakia
Hal-hal di bawah ini yang dicurigai sebagai etiologi dan
leukoplakia yaitu :
- Produk-produk tembakau
- Temperatur dingin
- Makanan panas dan/atau pedas
- Alkohol
- Trauma oklusi
- Tepi-tepi tajam dan protesa atau gigi
- Radiasi
- Sifilis
- Kandida albikan
Fakta kehadiran faktor-faktor di atas tidak dapat dibuktikan
pada sekitar 20% penderita kanker mulut sehingga dilakukan
penyelusuran faktor penyebab tambahan. Weaver,dkk melaporkan
penemuan yang menarik dan penelitian 200 pasien dengan karsinoma
sel squamosa pada kepala dan leher. Peneliti ini melaporkan bahwa 11
pasien tersebut dilaporkan tidak pernah menggunakan alkohol atau
tembakau. Satu dan 11 pasien tersebut dilaporkan telah menggunakan
obat kumur yang mengandung 25% alkohol banyak kali dalam sehari
selama lebih dan 20 tahun.
Selain faktor lokal di atas, keadaan dan mukosa mulut juga
dipengaruhi oleh faktor sistemik. Sifihis tertier, defisiensi vitamin
B12, defisiensi asam folat, dan mungkin defisiensi nutrisi lainnya
semuanya disertai dengan glositis atrofik dan perubahan atrofik di
tempat lain pada mukosa mulut yang menjadikan pasien-pasien ini
sangat mudah terkena leukoplakia dan karsinoma mulut. Namun yang
lebih sering adalah pasienpasien penderita xerostomia yang
disebabkan oleh penyakit kelenjar saliva, obat-obat antikolinergik,
atau radiasi, di mana saliva sebagai proteksi telah berku rang atau
tidak ada.
Lesi leukoplakia tidak memberikan gejala dan sering
ditemukan pada pemeriksaan mulut rutin. Persentasi tertinggi yaitu
pasien dengan usia antara 40 70 tahun, dan lesi ini jarang
ditemukan pada individu di bawah usia 30 tahun. Leukoplakia dapat
timbul pada lokasi manapun pada mukosa mulut, lokasi yang paling
sering yaitu pada lidah, dasar mulut, bibir bawah, kommisura,
palatum, lipatan mukobukal, lingir alveolar, daerah retromolar dan
mukosa bukal. Lesinya dapat bervariasi dalam ukuran, bentuk, lokasi
dan gambaran klinisnya. Permukaan Iesinya dapat tampak licin dan
homogen, tipis dan mudah hancur, pecah-pecah, berkerut, verukoid,
noduler, atau berbercak-bercak. Warnanya dapat merupakan variasi
lembut dan lesi-lesi putih translusen pucat sampai abu-abu atau putih
sampal coklat.

Sistem klasifikasi yang diberikan oleh Organisasi Kesehatan


Dunia (WHO) menganjurkan 2 divisi untuk leukoplakia mulut:
homogen dan nonhomogen. Leukoplakia nonhomogen selanjutnya
disubdivisikan menjadi enitroleukoplakia, nodular, bercak dan
verukoid.
Sebagian besar leukoplakia (80%) adalah jinak; kasus sisanya
adalah displastik atau kanker. Dilema klinisnya adalah dalam
menentukan leukoplakia mana yang praganas dan ganas, terutama
karena 4 sampai 6% dan semua leukoplakia berkembang menjadi
karsinoma sel squamosa dalam 5 tahun.
Masalah terpenting dalam menegakkan diagnosa dan
leukoplakia adalah menentukan displasia selular melalui
miknoskopik. Secara umum tidak adanya displasia dalam biopsi dapat
dengan aman menunjukkan suatu bentuk jinak.
Secara histologis, bentuk dan leukoplakia ditandai oleh pola
yang berubah-ubah dan hiperkeratosis dan infiltrasi sel radang kronis
dalam korium. Displasia ditandai dengan orientasi abnormal dan sel
epitelnya, pleomorfisme selular dan atypia selular yang memberi
kesan sebagai keganasan dini (stratifikasi epitel yang tidak teratur,
hiperplasia dan lapisan basal, rete peg yang berbentuk seperti tetesan
air mata, peningkatan jumlah gambaran mitotik, hilangnya polaritas
dan sel basal, peningkatan perbandingan nukleus-sitoplasma,
polimorfisme nukleus, dan hiperkromatism dan nukleus, pembesaran
nukleolus, keratinisasi dan sel tunggal atau sel kelompok dalam
stratum spinosum, dan hilangnya pola seluler yang lazim). Setiap
derajat displasia dan atypia seluler mungkin memiliki makna sebagai
perubahan premaligna, lesi yang menunjukkan displasia dalam derajat
yang parah dapat disatukan dengan lesi yang dapat didiagnosa sebagai
karsinoma in situ.

Ketika suatu lesi putih ditemukan, seorang dokter harus


menentukan apakah lesi putih tersebut dapat diangkat dengan mudah
dengan cara mengeruknya atau tidak. Bila tidak dapat dikeruk maka
diagnosanya bukan jenis pseudomembran. Yang harus dibedakan
adalah lesi-lesi keratotik sebagai berikut : lupus eriternatosus, lichen
planus, karsinoma verukoid, veruka vulgaris, leukoedema, dan white
sponge nevus.
White sponge nevus adalah kelompok yang jarang terjadi.
Lagipula, white sponge nevus terjadi segera setelah lahir atau
setidaknya pada saat pubertas, dan biasanya menyebar lebih luas di
atas membran mukosa mulut. Sedangkan leukoplakia Iebih sering
terjadi pada pasien berusia 40 tahun ke atas dan biasanya tidak
menyebar sampai ke seluruh rongga mulut. Selain itu, white sponge
nevus menunjukkan pola keturunan sedangkan leukoplakia tidak.
Leukoedema biasanya mudah dibedakan dengan leukoplakia
oleh karena leukoedema secara klasik terjadi pada mukosa bukal, di
mana leukoedema seringkali menutupi hampir seluruh permukaan
mulut bagian pipi dan meluas sampai mukosa labial dengan warna
opaselensi seperti susu. Yang membedakan leukoplakia dan
leukoedema yaitu jaringan parut yang menyolok dan lipatan khas yang
terdapat pada leukoedema.
Veruka vulgaris harus dibedakan dan tipe leukoplakia verukoid;
hal ini biasanya disebabkan oleh karena veruka vulgaris yang jarang
terjadi dalam rongga mulut, merupakan suatu lesi putih kecil dengan
diameter yang tidak lebih dan 0,5 cm. Di lain pihak leukoplakia
verukoid cenderung lebih besar dan biasanya dibatasi oleh suatu
pinggiran mukosa yang terinflamasi, gambaran ini biasanya tidak
ditemukan pada veruka vulgaris. Apabila trauma kronis pada daerah
tersebut dapat diidentifikasi, maka akan Iebih mendukung untuk
diagnosa leukopiakia.
Semenjak karsinoma verukoid dapat berkembang dan suatu lesi
leukoplakia, maka seorang dokter harus menentukan apakah lesi
tersebut betul-betul suatu karsinoma verukoid.
Lichen planus dapat memberikan gambaran suatu lesi seperti
plak, dan dapat dikelirukan dengan leukoplakia. Akan tetapi
perbedaannya dengan leukoplakia yang lebih sering dalam bentuk lesi
tunggal, lichen planus biasanya terjadi sebagai lesi-lesi yang tersebar di
seluruh rongga mulut. Lichen planus juga berkembang menjadi
beberapa konfigurasi yang berbeda (seperti plak putih, stria Wickham,
bulla, erosi). Ketika beberapa vriasi lesi terjadi, maka akan lebih
memudahkan dalam membedakan kedua jenis penyakit ini. Bila
disertai suatu lesi merah-putih pada kulit maka hal ini juga mendukung
diagnosa lichen planus.
Lesi oral diskoid lupus eritematosus lebih umum terjadi dan
perkiraan. Lesi ini lebih sering terjadi pada pasien dengan lesi diskoid
lupus pada kulit dan pada pasien dengan lupus enitematosus sistemik.
Menariknya, lesi diskoid mulut mulanya tampak sebagai lesi tunggal
pada beberapa pasien yang tidak menunjukkan tanda-tanda adanya
diskoid atau sistemik lupus.
Penanganan leukoplakia yang terpenting adalah bahwa dokter
menyadari bahwa tidak semua leukoplakia mempunyai gambaran yang
sama: Saat ini dikembangkan suatu kategori dimana leukoplakia dapat
dipertimbangkan beresiko berubah menjadi ganas yaitu :
Leukoplakia yang terjadi pada lidah, dasar mulut, bibir dan
gingiva lebih dicurigai merupakan leukoplakia yang ganas atau
akan mengalami perubahan menjadi ganas daripada leukoplakia
yang terjadi pada tempat-tempat lain.
Leukoplakia dengan gambarah verukoid Iebih beresiko menjadi
ganas dibandingkan leukoplakia homogen.
Leukoplakia yang menunjukkan perubahan displastik lebih
mudah berkembang menjadi karsinoma sel squamosa daripada
yang tidak menunjukkan displasia.
Leukoplakia pada pasien yang tidak pernah merokok
mempunyai kecenderungan yang lebih besar mengalami
perubahan menjadi ganas.
Lesi leukoplakia pada lidah di pasien wanita lebih cepat
mengalami perubahan menjadi ganas daripada pada pasien pria.
Jadi pasien yang mempunyai satu dan kategori di atas
mempunyai resiko menjadi ganas. Jika suatu lesi mempunyai dua atau
lebih gambaran diatas maka digolongkan sebagai pasien dengan resiko
tinggi mengalami perubahan menjadi ganas. Eksisi harus dilakukan
dengan cepat dan tindakan lanjut yang berkala dan hati-hat,
direncanakan untuk mendeteksi dan merawat rekuren yang terjadi.
Untuk lesi leukoplakia dengan resiko rendah, pendekatan
konservasi diindikasikan. Pendekatan ini digambarkan sebagal berikut
dokter harus melakukan setiap usaha untuk mengidentifikasi iritasi
kronik lokal yang menyebabkan pertumbuhannya. Semua faktor iritan
harus dihilangkan dan pasien diperiksa kembali setiap minggu untuk
menentukan apakah lesi tersebut mengalami kemunduran. Jika bukti
adanya kemunduran tidak dapat dideteksi dalam 2 minggu, maka lesi
tersebut seharusnya telah dikeluarkan secara sempurna. Prosedur
sederhana mi untuk lesi yang kecil tetapi untuk lesi besar atau banyak
permukaan yang terlibat, operasi lebih sulit.
Jika lesi besar atau tersebar luas, prosedur pengelupasan harus
digunakan yaitu dengan free graft dengan kelonggaran untuk
permukaan yang gundul agar penyembuhan sekunder epitel dapat
terjadi.
Bilamana lesi yang besar atau menyebar luas dialarni, bedah
eksisi secara lengkap dapat meninggalkan luka bedah yang besar. Luka
ml biasanya sulit untuk menutup dan sering menyebabkan
ketidaknyamanan pada pasien di samping dapat menjadi rusak dan
kehilangan fungsinya. Graft dengan kulit digunakan untuk menutup
beberapa luka ini tetapi prosedur ini membutuhkan tindakan bedah
lagi, dimana sulit dan tidak nyaman dan hasilnya biasanya kurang
memuaskan. Beberapa tahun ini prosedur bedah krio telah digunakan
untuk merawat lesi leukoplakia yang besar dengan hasil yang bagus.
Bedah laser juga telah digunakan untuk menghilangkan lesi mulut
termasuk leukoplakia.

Anda mungkin juga menyukai