A. Lesi Primer
a. Makula
- Titik sampai bercak
- Diameter dari beberapa mm hingga cm
a) Warna
Berasal dari vaskularisasi
Warna : Merah kecoklatan
Bila ditekan bewarnapucat
Misalnya : Hiperemia
Berasal dari Pigmen darah
Warna :Merah Kebiruan
Misalnya : Petechiae, purpura, ecymosis (hematom)
Berasal dari Pigmen Melanin
Warna : Biru Kecoklatan
Misalnya : Hiperpigmentasi
( Pinborg,J.J. ,1994 ).
b. Papula
Lesi yang membenjol padat
Kurang dari 1cm diameternya
Permukaan papula : Erosi atau deskuamasi
Makula dan papula terasa gatal, rasa terbakar dan nyeri
Misalnya : Lichen Planus (pada mukosa) adalah papula keputihan
Fordyces spot adalah anomali pertumbuhan dimana kelenjar
lemak tumbuh ektopik
( Pinborg,J.J. ,1994 ).
c. Plak
Ukuran diameternya lebih besar dari 1 cm
Misalnya : Leukoplakia (Lesi pra-ganas, lesi ini bisa menjadi ganas)
( Pinborg,J.J. ,1994 )
d. Nodula
Suatu massa yang padat
Membenjol yang tebal dan kurang dari 1 cm diameternya
Tumor jinak dari jaringan ikat yang terjadi karena iritasi kronis (iritasi
ringan yang terus menerus)
Dapat hilang sendiri atau tidak, setelah iritasi kronis dihilangkan (misal
eksisi)
Misalnya : Iritasi fibroma
( Pinborg,J.J. ,1994 ).
e. Vesikula
Suatu benjolan kulit berisi cairan dan berbatas jelas
Diameternya kurang dari 1cm
Misalnya : Cacar Air
( Pinborg,J.J. ,1994 ).
f. Bula
Suatu benjolan kulit berisi cairan yang lebih besar dari 1 cm diameternya
Dapat terbentuk karena adanya trauma mekanis atau gesekan
Misalnya : Pemphigus Vulgaris
( Pinborg,J.J. ,1994 ).
g. Postula
Suatu vesikel yang berisi eksudat purulen
Misalnya : Penyakit Impetigo, pada kulit berupa bisul-bisul kecil
( Pinborg,J.J. ,1994 ).
h. Wheal
Suatu papula atau plak yang bewarna merah muda , edema, dan berisi
serum
Edema kulit yang menjadi gelembung yang hanya muncul singkat dan
menimbulkan rasa gatal
Misalnya : Gigitan nyamuk dan urtikaria
( Pinborg,J.J. ,1994 ).
i. Tumor
Massa padat, besar, meninggi dan berukuran lebih dari 1 sampai 2 cm
Tumor bisa ganas atau jinak
Misalnya : Kanker payudara versus limfoma (tumor jinak yang
sebagian terbentuk sebagian besar dari jaringan adipose)
( Pinborg,J.J. ,1994 ).
B. Lesi Skunder
a. Erosi
Hilangnya epitel di atas lapisan sel basal
Dapat sembuh tanpa jaringan parut
Misalnya : Kulit setelah mengalami suatu lepuhan atau vesikel yang pecah
( Pinborg,J.J. ,1994 ).
b. Ulser
Hilangnya epidermis dan lapisan kulit yang lebih dalam (Hilangnya epitel
yang meluas di bawah lapisan sel basal
Misalnya : Reccurent Apthous Stomatiti, Bechets Syndrome
( Pinborg,J.J. ,1994 ).
c. Fisura
Retak linier pada kulit yang meluas melalui epidermis dan memaparkan
dermis
Dapat terjadi pada kulit kering dan inflamasi kronis
Suatu celah dalam epidermis
Misalnya : Fissure tongue, Geographic tongue
( Pinborg,J.J. ,1994 ).
d. Sinus
Suatu saluran yang memanjang dan rongga supuratif , kista atau abses
Misalnya: Abses Periapikal
( Pinborg,J.J. ,1994 ).
e. Sikatriks
Pembentukan jaringan baru yang berlebihan dalam proses penyembuhan
luka
Misalnya: Keloid
f. Deskuamasi
Pengelupasan lapisan epitel (stratum korneum)
Bisa secara fisiologis Pelepasan epitel sehingga kulit mengalami
regenerasi
g. PSEUDOMEMBRAN
Adalah membran palsu.
Contoh: Kandidiasis Pseudomembran Akut
h. ESCHARS
Adalah cacat atau kerusakan pada kulit / mukosa akibat luka bakar
i. KRUSTA
Adalah lapisan luar yang terbentuk dari pengeringan eksudat.
Contoh: Eritema Multiformis
1.3.3 Trombus
Suatu seri peristiwa yang meliputi trauma, pengaktifan urutan
pembekuan dan pembentukan beku darah yang secara khas
mengakibatkan terhentinya perdarahan. Beberapa hari kemudian
pengahancuran beku darah terjadi dan aliran darah normal mulai
kembali. Dalam kasus-kasus tertentu, jika bekuannya tidak hancur,
maka aliran darah tersumbat dan terbentuk trombus. Trombus tampak
sebagai nodula-nodula merah,bulat, menimbul, khas pada mukosa
bibir. Keras pada Palpasi dan dapat sedikit nyeri. Tidak ada predileksi
jenis kelamin, tetapi trombus paling umum dijumpai pada pasien
diatas usia 30 tahun. Sumbatan-sumbatan vaskuler dapat membesar
secara konsentris dan menutup seluruh lumen pembuluhnya atau
masak dan berkapur untuk membentuk suatu plebolit.
Plebolit adalah temuan oral yang jarang dan terdapat dalam
pipi, bibir, atau lidah. Secara radiografis tampak seperti donat,
melingkar, fokus-fokus radiopak dengan tengah yang radiolusen.
1.3.4 Telangiektasia Hemorhagik Herediter
Telangiektasia hemorhargik herediter adalah suatu penyakit
genetik yang diturunkan sebagai suatu sifat dominan autosomal.
Penyakit tersebut ditandai oleh telangiektasia yang multiple dimana
ada makula-makula ungu merah atau papula-papula sedikit merah
yang menunjukkan pembesaran secara permanen dari kapiler-kapiler
tepi dari kulit, mukosa dan jaringan-jaringan lain. Lesi-lesi tersebut
biasanya berukuran 1 sampai 3 mm, tidak ada denyut pembuluh darah
ditengahnya dan menjadi pucat waktu diaskopi. Sesudah pubertas,
ukuran dan banyaknya lesi cenderung makin meningkat dengan
bertambahnya usia. Pria dan wanita mengalaminya dengan rasio
seimbang. Perdarahan adalah gambaran yang mencolok dari penyakit
ini.
Lesi-lesi telangiektasia hemorhagik herediter terletak langsung
dibawah lokusanya dan mudah terkena trauma, berakibat robek,
perdarahan dan pembentukan ulkus. Lesi-lesi kulit tidak mudah robek
karena ada epitel bertanduk yang menutupinya. Lokasi yang paling
umum pada kulit adalah telapak tangan, jari-jari, dasar kuku, wajah
dan leher. Lesi mukosa dapat dijumpai pada bibir, lidah, septum nasi
dan konjungtiva. Gusi dan palatum jarang terkena. Komplikasinya
meliputi epistaksis, perdarahan gastrointestinal, melena, hematuria,
sirosis, fistula arteriovina paru-paru. Dianjurkan hati-hati dengan
penggunaan analgesia inhalasi, anestesi umum, prosedur bedah mulut
dan obat-obat hepatotoksis serta anti-hemostatik. Robeknya
telangiektasia dapat menyebabkan perdarahan, yang paling baik
dikontrol dengan pak tekan. Riwayat, gambaran klinis dan
gambaran histologis adalah penting dalam membuat diagnosis.
1.3.5 Sindrom Sturge-Weber (Ensefalotrigeminal Angiomatosis)
Sindrom sturge-weber adalah suatu kelainan congenital yang
jarang. Manifestasinya adalah angioma vena dari leptomeningea otak,
hemangioma macula ipsilateral pada wajah, deficit neuromoskuler,
dan lesi-lesi okulo-oral. Hemangioma macula dari kulit wajah juga
disebutportwine stain atau nevus flammeus adalah gambaran yang
paling mencolok dari sindrom tersebut. Suatu hemangioma wajah
berbatas jelas, rata atau sedikit menimbul dan berwarna merah sampai
ungu. Hemangioma tersebut menjadi pucat bila ditekan. Dijumpai
pada waktu lahir, penyebarannya di sepanjang saraf trigeminus dan
secara khas meluas ke garis tengah tanpa melintas kesisi lain. Divisi
optalmikus dari sareaf trigeminus paling sering terserang. Tidak ada
nyeri atau peradagangan yang berkaitan dengan hemangioma dan
tidak membesar dengan bertambahnya usia.
Perubahan aliaran darah vena yang disebabkan olh angioma
leptomeningea dapat mengakibatkan degenerasi kortikal ceberal,
kejang-kejang, keterbelakangan mental dan hemiplegia. Pada
radiograf tengkorak lateral, klasifikasi-klasifikasi gyriform secara
khas tampak sebagai tram-lines berkontur ganda. Kira-kira 30%
dari pasien mengalami kelainan okuler termasuk angioma, koloboma,
atau glaucoma.
Hyperplasia vaskuler yang mengenai mukosa pipi dan bibir
adalah temuan oral yang paling sering. Palatum, gusi dan dasar mulut
juga dapat terkena. Penyebaran bercak-bercak oral merah terang
tersebut adalah ke daerah-daerah yang dipasok oleh cabang-cabang
saraf trigeminus. Seperti lesi wajah, bercak-bercak ini berhenti di
garis tengah. Keterlibatan gusi dapat membuat jaringan menjadi
edema dan menyebabkan kesulitan dengan hemostasis jika dilakukan
prosedur bedah yang mengenai jaringan-jaringan ini. Erupsi gig yang
abnormal, makrokeilia, makroglosia dan makrodonsia adalah akibat
dari pertumbuhan yang sangat berlebihan dari pembuluh darah besar.
Pada daerah hyperplasia vaskuler, bedah mulut harus dilakukan
menurut ukuran hemostatik yang ketat
2. Lesi putih
2.1 Definisi
Lesi putih adalah suatu keadaan yang abnormal pada mukosa dimana
nampak klinis berwarna lebih putih, lebih tingi, lebih kasar atau mempunyai
tekstur yang berbeda dari jaringan sekitarnya, dimana keadaan tersebut
menggambarkan peningkatan lapisan keratin, koloni jamur atau lapisan
epithelium yang mati.
2.2 Etiologi
Etiologi dari lesi putih pada mukosa mulut, antara lain factor local,
herediter, respon autoimun, dan adanya infeksi. Penyebab factor local yang
paling sering adalah tembakau. Tembakau dapat diisap, dicium, dikunyah-
kunyah, atau diletakkan dalam mulut. Pada semua keadaan tersebut, tembakau
mempunyai efek karsinogenik pada mukosa mulut.
2.3 Macam macam lesi putih
2.3.1 Granula Fordyce
Granula Fordyce timbul dan kelenjar sebasea yang secara
embrionik terperangkap selama penggabungan prosesus malcsilaris
dan mandibula. Garanula-granula tersebut menjadi lebih mencolok
sesudah kematangan seksual, ketika sistem sebaseanya berkembang.
Granula Fordyce adalah kelenjar-kelenjar sebasea ektopik yang
dijumpai pada mulut, yang dianggap sebagai variasi dari anatomi
mulcosa mulut yang normal. Granula-granula ini terdiri atas kelenjar
sebasea, yang diameternya 1 sampai 2 mm. Secara khas tampak pada
mukosa pipi sebagai papula yang sedikit menimbul, berwarna putih,
putih krem atau kuning. Biasanya terjadi dalam jumlah banyak,
membentuk kelompok-kelompok, plak, atau bercak-bercak.
Kelompok yang melebar dapat terasa kasar pada palpasi (Gambar
3.8). Biasanya terlihat pada mukosa pipi dan tepi merah bibir atas,
dengan distribusi yang simetris. Kelenjar tersebut juga dapat dijumpai
pada mukosa di atas alveolar dan pilar anterior fasia, kelenjar sebasea
besar paling sering terlihat pada sulkus alveolobukal bawah.
Granula Fordyce terjadi pada kira-kira 80% orang dewasa dan
telah dilaporkan tidak ada predileksi dalam ras dan jenis kelamin.
Secara histologis, tampak sarang-sarang sel-sel jernih yang membulat,
10 sampai 30 setiap sarang, dengan inti yang terletak di tengah, kecil,
berwarna gelap, dan berkapsul dalam lamina propria dan submukosa.
Gambaran klinisnya cukup untuk mendiagnosis granula
Fordyce biopsi biasanya tidak diperlukan. Kadang-kadang, kumpulan
kelenjar pada mukosa eksternal yang berkeratinissi dan vermillio
border bibir (batas merah bibir) dianggap mengganggu dan diangkat
melalui pembedahan. Jika tidak, maka tidak ada alasan untuk
melakukan terapi.
2.3.7 Leukoplakia
Hal-hal di bawah ini yang dicurigai sebagai etiologi dan
leukoplakia yaitu :
- Produk-produk tembakau
- Temperatur dingin
- Makanan panas dan/atau pedas
- Alkohol
- Trauma oklusi
- Tepi-tepi tajam dan protesa atau gigi
- Radiasi
- Sifilis
- Kandida albikan
Fakta kehadiran faktor-faktor di atas tidak dapat dibuktikan
pada sekitar 20% penderita kanker mulut sehingga dilakukan
penyelusuran faktor penyebab tambahan. Weaver,dkk melaporkan
penemuan yang menarik dan penelitian 200 pasien dengan karsinoma
sel squamosa pada kepala dan leher. Peneliti ini melaporkan bahwa 11
pasien tersebut dilaporkan tidak pernah menggunakan alkohol atau
tembakau. Satu dan 11 pasien tersebut dilaporkan telah menggunakan
obat kumur yang mengandung 25% alkohol banyak kali dalam sehari
selama lebih dan 20 tahun.
Selain faktor lokal di atas, keadaan dan mukosa mulut juga
dipengaruhi oleh faktor sistemik. Sifihis tertier, defisiensi vitamin
B12, defisiensi asam folat, dan mungkin defisiensi nutrisi lainnya
semuanya disertai dengan glositis atrofik dan perubahan atrofik di
tempat lain pada mukosa mulut yang menjadikan pasien-pasien ini
sangat mudah terkena leukoplakia dan karsinoma mulut. Namun yang
lebih sering adalah pasienpasien penderita xerostomia yang
disebabkan oleh penyakit kelenjar saliva, obat-obat antikolinergik,
atau radiasi, di mana saliva sebagai proteksi telah berku rang atau
tidak ada.
Lesi leukoplakia tidak memberikan gejala dan sering
ditemukan pada pemeriksaan mulut rutin. Persentasi tertinggi yaitu
pasien dengan usia antara 40 70 tahun, dan lesi ini jarang
ditemukan pada individu di bawah usia 30 tahun. Leukoplakia dapat
timbul pada lokasi manapun pada mukosa mulut, lokasi yang paling
sering yaitu pada lidah, dasar mulut, bibir bawah, kommisura,
palatum, lipatan mukobukal, lingir alveolar, daerah retromolar dan
mukosa bukal. Lesinya dapat bervariasi dalam ukuran, bentuk, lokasi
dan gambaran klinisnya. Permukaan Iesinya dapat tampak licin dan
homogen, tipis dan mudah hancur, pecah-pecah, berkerut, verukoid,
noduler, atau berbercak-bercak. Warnanya dapat merupakan variasi
lembut dan lesi-lesi putih translusen pucat sampai abu-abu atau putih
sampal coklat.