Makalah ABK Materi 5
Makalah ABK Materi 5
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami problema dalam belajar, hanya saja
problema tersebut ada yang ringan dan tidak memerlukan perhatian khusus dari orang lain
karena dapat diatasi sendiri oleh anak yang bersangkutan dan ada juga yang problem belajarnya
cukup berat sehingga perlu mendapatka perhatian dan bantuan dari orang lain.
Anak penyandang cacat mulai diakui keberadaannya, dan oleh sebab itu mulai berdiri
sekolah-sekolah khusus, rumah-rumah perawatan dan panti sosial yang secara khusus mendidik
dan merawat anak-anak penyandang cacat. Mereka yang menyandang kecacatan, dipandang
memiliki karakteristik yang berbeda dari orang kebanyakan, sehingga dalam pendidikannya
mereka memerlukan pendekatan dan metode yang khsusus pula sesuai dengan karakteristiknya.
Oleh sebab itu, pendidikan anak penyandang cacat harus dipisahkan (di sekolah khusus) dari
pendidikan anak lainnya. Konsep pendidikan seperti inilah yang disebut dengan konsep Special
Education, yang melahirkan sistem pendidikan segregasi. Konsep special education dan sistem
pendidikan segregasi lebih melihat anak dari segi kecacatannya (labeling), sebagai dasar dalam
memberikan layanan pendidikan. Oleh karena itu terjadi dikotomi antaran pendidikan khusus
(PLB) dengan pendidikan reguler. Pendidikian khusus dan pendidikan regular dianggap dua hal
yang sama sekali berbeda.
Konsep dan pemahaman terhadap pendidikan anak penyandang cacat terus berkembang,
sejalan dengan dinamika kehidupan masyarakat. Pemikiran yang berkembang saat ini, melihat
persoalan pendidikan anak penyandang cacat dari sudut pandang yang lebih bersifat humanis,
holistik, perbedaan individu dan kebutuhan anak menjadi pusat perhatian. Dengan demikian
layanan pendidikan tidak lagi didasarkan atas label kecacatan anak, akan tetapi didasarkan pada
hambatan belajar dan kebutuhan setiap individu anak. Oleh karena itu layanan pendidikan anak
penyandang cacat tidak harus di sekolah khusus, tetapi bisa dilayani di sekolah regular terdekat
dimana anak itu berada. Cara berpikir seperti ini dilandasi oleh konsep Special needs education,
yang antara lain melatarbelakangi munculnya gagasan pendidikan inklusif.
B. Rumusan masalah
1. Apa saja model layanan bagi anak berkebutuhan khusus?
2. Hal-hal apa saja yang mempengaruhi model layanan bagi anak berkebutuhan khusus?
3. Apa pengertian dari pendidikan inklusif dan bagaimana cara mengimplementasikannya?
4. Apa saja hambatan dalam pendidikan inklusif?
C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami model layanan bagi anak berkebutuhan khusus.
2. Mengetahui dan memahami hal-hal yang mempengaruhi model layanan bagi anak
berkebutuhan khusus.
3. Mengetahui dan memahami pengertian dari pendidikan inklusif dan cara
mengimplementasinya
4. Mengetahui dan memahami hambatan dalam pendidikan inklusif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Layanan Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
1. Pengertian Layanan
Konsep layanan memiliki arti yang sama meskipun dalam konteks kegiatan yang berbeda,
yaitu suatu jasa yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain untuk memenuhi
kebutuhannya. Dalam beberapa terminologi, Istilah layanan diartikan sebagai (1) cara melayani;
(2) usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan (uang); (3) kemudahan
yang diberikan sehubungan dengan jual beli jasa atau barang.
2. Layanan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Sebagaimana telah dijelaskan pada unit terdahulu, bahwa anak berkebutuhan khusus adalah
anak-anak yang mengalami keterbatasan atau hambatan dalam segi fisik, mental-intelektual,
maupun sosial emosional. Kondisi yang demikian, baik secara langsung atau tidak berdampak
pada berbagai aspek kehidupan mereka. Untuk itu layanan sangat diperlukan bagi mereka, untuk
dapat menjalani kehidupannya secara wajar. Secara umum kondisi anak-anak berkebutuhan
khusus memang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Namun keadaan yang demikian,
bukan berarti layanan yang diberikan selalu berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Mungkin
saja anak-anak berkebutuhan khusus secara umum memerlukan layanan sebagaimana anak-anak
pada umumnya, dan hanya pada beberapa bidang yang memerlukan layanan atau pendampingan
khusus. Artinya, untuk beberapa jenis anak berkebutuhan tersebut sebagian besar dapat
mengikuti layanan pendidikan sebagaimana anak-anak normal pada umumnya. Kendati
demikian, tentu ada anak-anak berkebutuhan khusus yang memang memerlukan layanan
individual, karena kondisi dan keadaannya yang tidak memungkinkan untuk mengikuti layanan
sebagaimana anak-anak normal. Dari segi waktu, pemberian layanan pada anak berkebutuhan
khusus juga sangat bervariasi. Tidak semua anak-anak berkebutuhan khusus memerlukan
layanan sepanjang hidupnya, ada kalanya layanan bagi mereka bersifat temporer. Anak-anak
mungkin hanya membutuhkan layanan dalam beberapa periode waktu. Contohnya, anak-anak
tunanetra membutuhkan layanan orientasi dan mobilitas hanya diperlukan pada tingkat satuan
pendidikan Sekolah Dasar. Demikian juga bina komunikasi untuk anak tunarungu, bina diri dan
gerak untuk anak tunadaksa, bina diri dan sosial untuk anak tunalaras. Namun untuk anak-anak
yang berklasifikasi berat, memerlukan berbagai layanan yang lebih lama untuk menumbuhkan
kemandirian mereka.
Ada beberapa jenis layanan yang bisa diberikan kepada anak-anak berkebutuhan khusus,
sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Namun secara umum akan mencakup (1) layanan
medis dan fisiologis, (2) layanan sosialpsikologis, dan (3) layanan pedagogis/pendidikan.
Beberapa jenis layanan tersebut diberikan oleh para ahli yang kompeten pada bidangnya masing-
masing, dan dilakukan berdasarkan kebutuhan anak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari berbagai pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus
adalah anak yang memiliki perbedaan-perbedaan baik perbedaan interindividual maupun
intraindividual yang signifikan dan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungan
sehingga untuk mengembangkan potensinya dibutuhkan pendidikan
Penanganan pendidikan untuk anak-anak ABK dapat berbentuk model segregasi (Contohnya
SLB), kelaskhusus, SDLB, guru kunjung, sekolah terpadu, dan pendidikan inklusi. Sedangkan
Personil/tenaga yang terlibat dalam pelaksanaan pelayanan pendidikan ABK, meliputi: guru,
konselor, tenaga medis, psikolog dan personil lain yang dibutuhkan.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan kita bisa memberikan layanan bagi Anak
Berkebutuhan Khusus dengan baik dan benar, dan kita bisa memberikan pelayanan terbaik bagi
anak yang berkebutuhan khusus.
DAFTAR PUSTAKA
Suparno. 2007. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta. Dirjen Dikti Depdiknas.
http://wiendha29.blogspot.com/2013/11/makalah-hakikat-layanan-bagi-anak.html
http://educloud.fkip.unila.ac.id/index.php?dir=Ilmu%20Pendidikan/Pendidikan%20Guru
%20Sekolah%20Dasar/Pendidikan%20Anak%20Berkebutuhan%20Khusus/&file=Pendidikan
%20Anak%20Kebutuhan%20Khusus%20UNIT%202.pdf
https://sites.google.com/a/students.unnes.ac.id/pus/page/model-layanan-
pendidikan-abk