Anda di halaman 1dari 18

PENINGKATAN DAYA SAING KONTRAKTOR

MELALUI OPTIMASI JADWAL


PENYELESAIAN PROYEK

Anton Soekiman dan Adrian Pranajaya Bangun

Abstrak
Persaingan yang tinggi antar penyedia jasa konstruksi telah
memaksa mereka untuk mampu meningkatkan kualitas pelayan-
annya dengan membuat kinerja proyek menjadi lebih baik,
dilihat dari segi waktu, anggaran biaya dan mutu. Hal tersebut
dapat dicapai dengan melakukan optimasi agar diperoleh jadwal
penyelesaian proyek dan anggaran biaya yang optimum tanpa
mengurangi mutu.
Dalam tulisan ini, studi kasus dilakukan pada proyek Apartemen
Galeri Ciumbuleuit yang dikerjakan oleh PT Wijaya Karya, di
mana pengaturan penyediaan tenaga kerja dipilih sebagai salah
satu cara untuk meningkatkan kualitas dari kontraktor. Pengaturan
penyediaan tenaga kerja didesain sedemikian rupa dengan mem-
perhitungkan unsur kepadatan di lokasi proyek sehingga meng-
hasilkan kombinasi optimum antara waktu penyelesaian proyek
dengan total biaya proyek yang rendah dan mutu tetap.
Optimasi jadwal penyelesaian proyek yang dilakukan pada
tulisan ini menghasilkan percepatan penyelesaian proyek selama
34 hari dari jadwal semula yang direncanakan selama 277 hari
disertai dengan penghematan biaya total proyek tanpa mengu-
rangi kualitas pekerjaan.
Metode optimasi ini dapat digunakan dalam menyusun rencana
pelaksanaan proyek konstruksi, sehingga dapat diketahui kombi-
nasi faktorfaktor waktu yang optimum dan biaya yang rendah
tanpa mengurangi mutu.
Kata-kata kunci: daya saing, peningkatan kualitas, tenaga kerja,
optimasi, waktu penyelesaian proyek, biaya proyek

Jurnal Teknik Sipil Vol. 6 No. 1 Juni 2005: 77-94 77


PENDAHULUAN
Ketidakseimbangan antara jumlah kontraktor dengan proyek konstruksi yang ada
mengakibatkan persaingan yang tinggi antar kontraktor. Oleh karenanya untuk dapat
bertahan dalam persaingan yang ketat tersebut, kontraktor harus mampu
meningkatkan kualitas pelayanannya agar menghasilkan kinerja proyek yang lebih
baik dari segi waktu, anggaran biaya, dan mutu. Hal tersebut dapat dicapai dengan
melakukan optimasi jadwal penyelesaian proyek agar diperoleh biaya yang rendah
tanpa mengurangi mutu pekerjaan.
Dalam tulisan ini optimasi jadwal penyelesaian proyek dilakukan melalui
pengaturan penyediaan tenaga kerja langsung seperti mandor, tukang beserta
ladennya pada pekerjaan bekisting dan pembesian pelat pada salah satu sektor kerja
proyek pembangunan Apartemen Galeri Ciumbuleuit, Bandung yang dikerjakan
oleh PT Wijaya Karya.

TINJAUAN PUSTAKA
Tanpa dukungan tenaga kerja yang tepat sukar diharapkan proyek yang dibangun
dapat diselesaikan dengan memuaskan dan mencapai tujuan yang diharapkan,
termasuk mendapatkan keuntungan yang diinginkan. Sehingga pada proyek
konstruksi perlu diteliti jenis keahlian dan jumlah tenaga yang diperlukan untuk
mengelola dan mengoperasikan proyek. Jumlah tenaga kerja tersebut berhubungan
dengan kapasitas pekerjaan pada proyek.
Pengaturan terhadap tenaga kerja untuk mempercepat suatu pekerjaan dapat
dilakukan dengan tiga cara, yaitu: dengan melaksanakan pekerjaan lembur,
menambah tenaga kerja, atau merubah logika kerja (Soeharto, 1999).

Pengaturan Penyediaan Tenaga Kerja


Mengingat pada umumnya proyek berlangsung dengan kondisi berbedabeda, maka
pengaturan penyediaan tenaga kerja amat diperlukan. Sehingga dengan pengaturan
penyediaan tenaga kerja tersebut akan terjadi perbaikan kualitas dari perusahaan
kontraktor. Perbaikan kualitas tersebut dapat berupa perbaikan mutu, jadwal maupun
anggaran dari suatu proyek konstruksi.
Pada Gambar 1 terlihat bahwa pengaturan penyediaan tenaga kerja dapat
dilakukan dengan dua rute (Tjiptono, 2001), yaitu:

Jurnal Teknik Sipil Vol. 6 No. 1 Juni 2005: 77-94 78


(1) Rute kuantitas, perusahaan dapat memperbaiki posisi persaingannya sehingga
pangsa pasar semakin besar dan nilai perusahaan kontraktor akan lebih tinggi.
Kedua hal ini akan mengarah kepada meningkatnya penghasilan sehingga laba
yang diperoleh semakin besar.
(2) Perbaikan posisi persaingan tersebut dapat dicapai melalui pengaturan jumlah
tenaga kerja yang disesuaikan dengan jadwal yang ekonomis dan penambahan
jumlah jam lembur.
(3) Rute kualitas, perusahaan dapat meningkatkan output dari pekerjaannya yang
bebas dari kerusakan. Sehingga akan mengurangi biaya operasi perusahaan
untuk memperbaiki produk yang sama. Dengan demikian laba yang diperoleh
akan meningkat pula.
Peningkatan output yang bebas dari kerusakan dapat dicapai melalui
pendidikan dan pelatihan terhadap tenaga kerja.

Rute kuantitas

Nilai yang
lebih tinggi

P Memperbaiki
E Posisi
R Persaingan
B
A Meningkatkan
I pangsa pasar Meningkatkan
K Penghasilan
A
N
Meningkatkan laba
K
U
A
L
I
T Meningkatkan
A output yang Mengurangi
S bebas dari biaya operasi
kerusakan
Rute kualitas

Peningkatan Daya Saing


Perusahan Kontraktor

Gambar 1 Peningkatan daya saing melalui perbaikan kualitas (Tjiptono, 2001)

Peningkatan daya saing kontraktor (Anton Soekiman dan Adrian P. Bangun) 79


Biaya Langsung dan Biaya Tidak Langsung
Total biaya proyek terdiri dari biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung
(indirect cost) (Ahuja, 1994). Kedua jenis biaya ini akan berubah sesuai dengan
waktu dan kemajuan proyek. Gambar 2 menunjukkan hubungan ketiga macam biaya
tersebut. Biaya optimal didapat dengan mencari total biaya proyek terkecil.
Sehingga titik terendah tersebut merupakan jadwal yang ekonomis.

Gambar 2 Hubungan biaya dan waktu penyelesaian proyek (Ahuja, 1994)

Kepadatan Tenaga Kerja


Kepadatan tenaga kerja seringkali dikaitkan dengan produktivitas, di mana dijumpai
adanya korelasi antara jumlah tenaga kerja konstruksi, luas area tempat tempat kerja,
dan produktivitas (Soeharto, 1999). Berdasarkan pengalaman beberapa kontraktor
dan konsultan internasional seperti Bechtel, Flour, Kellog dan MRDC untuk tenaga
kerja konstruksi, hubungan kepadatan tenaga kerja dengan indeks produktivitas
dapat digambarkan seperti pada Gambar 3.

Jurnal Teknik Sipil Vol. 6 No. 1 Juni 2005: 77-94 80


Indeks kepadatan
Tenaga Kerja
27
25.5

24

Meter Persegi per Tenaga Kerja


22.5
21

19.5

18
16.5

15
1.

13.5
12

10.5

9
7.5

4.5
3

1.5

0 1.02 1.04 1.06 1.08 1.11 1.13 1.15 1.17 1.19 1.21 1.23 1.25 1.27 1.29
1.01 1.03 1.05 1.07 1.09 1.12 1.14 1.16 1.18 1.
1.22 1.24 1.26 1.28

1.0 1.1 1.2 1.3


Indeks produktivitas

Gambar 3 Kepadatan tenaga kerja vs indeks produktivitas (Soeharto, 1999)

Berdasarkan Gambar 3, indeks kepadatan di atas 18 m2 per tenaga kerja


akan menghasilkan indeks produktivitas tertinggi, yaitu sebesar 1,0. Sedangkan
untuk indeks kepadatan tenaga kerja di bawah 9 m2 per tenaga kerja, digunakan
ekstrapolasi memakai program EViews 3,0, sehingga diperoleh persamaan:
y = 2,855762835.x-0.365859 (1)

dengan:
x = indeks produktivitas tenaga kerja
y = indeks kepadatan tenaga kerja

Pendidikan dan Pelatihan


Pendidikan dan pelatihan dalam suatu perusahaan adalah sebagai salah satu upaya
pengembangan tenaga kerja khususnya dalam meningkatkan ketrampilan, pengetahuan,
perubahan sikap, dan perilaku kerja. Program pendidikan dan pelatihan harus
dilakukan terusmenerus untuk mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal,
sehingga meningkatkan kemampuan dan ketrampilan khusus seseorang atau
kelompok (Fillipo, 1984). Dengan semakin berkembangnya kemampuan pekerja,
maka produktivitas serta hasil kerja yang dihasilkan akan semakin baik.

Peningkatan daya saing kontraktor (Anton Soekiman dan Adrian P. Bangun) 81


DATA UMUM PROYEK
Proyek yang dijadikan objek studi adalah proyek Apartemen Galeri Ciumbuleuit,
Bandung. Proyek tersebut terdiri dari beberapa sektor, dan dalam studi kasus
dipergunakan salah satu sektor kerja yang terdiri dari 19 lantai dan 4 lantai
basement. Sektor ini dipilih karena paling banyak menggunakan sumber daya
dibanding sektor lain dengan bobot pekerjaan struktur sebesar 27,35% dari bobot
total dan jadwal rencana selama 277 hari. Luas lantai bangunan pada sektor ini
tipikal seluas 1386 m2 tiap lantainya. Selain itu seluruh pekerjaan struktur pada
sektor ini merupakan jalur kritis, sehingga pekerjaan struktur pada sektor ini akan
mempengaruhi jadwal keseluruhaan pekerjaan proyek.
Data awal jadwal penyelesaian proyek diasumsikan sebagai kondisi normal
(kondisi yang belum dipercepat), seperti diperlihatkan oleh Kurva S pada Gambar 4.

30
29
28
27
26
25
24
23
22
Bobot penyelesaian (%)

21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

Kurun waktu (minggu)

Gambar 4 Kurva S pekerjaan struktur beton

Jurnal Teknik Sipil Vol. 6 No. 1 Juni 2005: 77-94 82


Volume Pekerjaan Struktur Beton
Penggunaan tenaga kerja untuk struktur beton pada sektor ini lebih dominan pada
pekerjaan bekisting pelat dan pembesian pelat, sedangkan pekerjaan lainnya lebih
banyak menggunakan mekanisasi dengan jumlah pekerjanya relatif tetap. Pekerjaan
yang menggunakan mekanisasi sebenarnya dapat dipercepat dengan cara penam-
bahan alat. Tetapi, dalam kasus ini tidak dapat dilakukan karena luas tempat tidak
mendukung. Data volume pekerjaan struktur beton dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Data volume pekerjaan struktur beton

Volume Pekerjaan
Pekerjaan
No. Bekisting Pelat Pembesian Pelat
Struktur Beton
(m2) (kg)
1 Basement 4 1249,17 5986,40
2 Basement 3 2054,03 33445,42
3 Basement 2 2461,00 28726,49
4 Basement 1 3078,70 36141,13
5 Lantai Dasar 3275,48 46438,03
6 Lantai 1 1926,65 31975,38
7 Lantai 2 1334,65 19045,53
8 Lantai 3 1334,65 19045,53
9 Lantai 4 1408,22 18006,12
10 Lantai 5 1408,22 18006,12
11 Lantai 6 1408,22 18006,12
12 Lantai 7 1408,22 18006,12
13 Lantai 8 1408,22 18006,12
14 Lantai 9 1408,22 18006,12
15 Lantai 10 1408,22 18006,12
16 Lantai 11 1408,22 18006,12
17 Lantai 12 1408,22 18006,12
18 Lantai 13 1408,22 18006,12
19 Lantai 14 1408,22 18006,12
20 Lantai 15 1408,22 18006,12
21 Lantai 16 1408,22 18006,12
22 Lantai 17 1408,22 18006,12
23 Lantai 18 1408,22 18006,12
24 Lantai R1 1428,12 23450,44

Peningkatan daya saing kontraktor (Anton Soekiman dan Adrian P. Bangun) 83


Untuk keperluan analisis jumlah dan harga upah pekerja di lapangan yang
menggunakan bantuan mekanisasi, digunakan tabel upah Dinas Tata Ruang dan
Pemukiman Jawa Barat tahun 2003 seperti pada Tabel 2.
Sedangkan untuk pekerjaan yang tidak menggunakan bantuan mekanisasi,
seperti pekerjaan bekisting pelat dan pembesian pelat analisis jumlah pekerja
dilakukan dengan menggunakan daftar upah dan koefisen yang dikeluarkan oleh
Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Jawa Barat tahun 2003 seperti pada Tabel 3.

Tabel 2 Jumlah dan harga upah pekerja pekerjaan mekanisasi

Jumlah Orang Harga Upah Per Hari


No. Jenis Pekerjaan
(orang/hari) (ribu rupiah)
1 Pengecoran pelat 8 20,75
2 Bekisting dinding 3 20,75
3 Pengecoran dinding 8 20,75
4 Pembesian dinding 6 29,00

Tabel 3 Koefisien analisis untuk pekerjaan bekisting dan pembesian pelat

Pekerjaan Bekisting Pelat Pekerjaan Pembesian Pelat


Tukang Kepala Tukang Kepala
Pekerja Mandor Laden Mandor
Kayu Tukang Besi Tukang
Koefisen 0,120 0,150 0,150 0,050 0,036 0,016 0,011 0,005
Harga upah
20,75 29,00 31,25 33,00 26,25 29,00 32,00 33,00
(ribuan rupiah)

Pembatasan jumlah orang yang bekerja di lapangan, digunakan indeks


kepadatan sebesar 5,5 m2 per tenaga kerja dan pembatasan percepatan sebesar start
to start untuk kegiatan selanjutnya selama 3 hari. Kondisi tersebut merupakan
kondisi maksimum untuk dapat mempercepat kegiatan dengan mempertimbangkan
kondisi lapangan yang ada.

Biaya Tidak Langsung


Biaya tidak langsung untuk sektor yang ditinjau diambil sesuai dengan bobot
pekerjaan pada sektor ini sebesar 27,35% dari biaya langsung. Sehingga diperoleh

Jurnal Teknik Sipil Vol. 6 No. 1 Juni 2005: 77-94 84


biaya tidak langsung seperti Tabel 4. Dengan asumsi besarnya bobot dari biaya
langsung akan menjadi perkiraan besarnya biaya tidak langsung untuk pekerjaan
struktur beton pada sektor yang ditinjau.

Tabel 4 Biaya Tidak Langsung pada pekerjaan struktur beton

Biaya Per Bulan


No. Jenis Biaya-Biaya Tidak Langsung Jumlah Satuan
(Rp)
1 Tower crane (27,35%) 2 unit 49.230.000,00
2 Genset (27,35%) 3 unit 3.692.250,00
3 Hoist penumpang (100%) 1 unit 10.500.000,00
4 Hoist barang (100%) 1 unit 10.500.000,00
5 Minyak solar (27,35%) 110 liter 1.489.210,00
6 Gaji staf tenaga kerja (27,35%) 27 orang 26.392.750,00
Total: 101.804.210,00

Biaya penyewaan alat stationary tower crane, genset, hoist penumpang dan
hoist barang dikategorikan sebagai biaya tidak langsung karena alat tersebut
digunakan untuk berbagai macam jenis pekerjaan. Sehingga akan lebih mudah
dalam perhitungan bila alat ini dikategorikan sebagai biaya tidak langsung. Khusus
untuk hoist penumpang dan hoist barang diperhitungkan sebesar 100% dari total
biaya tidak langsung, karena alat ini berfungsi sejalan dengan pekerjaan struktur
beton pada sektor ini. Sedangkan untuk komponen biaya tidak langsung lainnya
diambil sebesar 27,35% dari total biaya tidak langsung.

ANALISIS MASALAH
Perbaikan Kualitas Rute Kuantitas
Perbaikan kualitas melalui rute kuantitas dilakukan dengan menganalisis Jumlah dan
Upah Tenaga Kerja pada berbagai alternatif waktu penyelesaian proyek dengan
memperhitungkan unsur kepadatan. Dimana keperluan tenaga kerja pada pekerjaan
struktur beton dianalisis untuk tiap lantai dengan berbagai macam kemungkinan
alternatif percepatan, diawali dengan menganalisis jadwal penyelesaian proyek pada
kondisi normal, yaitu kondisi awal sebelum dilakukan percepatan.
Bar chart pekerjaan struktur beton lantai basement 4 pada kondisi normal
diperlihatkan pada Gambar 5, dengan start to start sebesar 4 hari. Sedangkan bar
chart dengan kondisi dipercepat diperlihatkan pada Gambar 6.

Peningkatan daya saing kontraktor (Anton Soekiman dan Adrian P. Bangun) 85


Pekerjaan Bekisting (20 hari)

SS-4
Pekerjaan Pembesian (25 hari)

Gambar 5 Bar chart pada kondisi normal

Pekerjaan Bekisting (15 hari)

SS-3
Pekerjaan Pembesian (25 hari)

Gambar 6 Bar Chart dengan percepatan kegiatan kondisi dipercepat

Analisis keperluan jumlah dan upah tenaga kerja pada kondisi normal dan
kondisi dipercepat diperlihatkan pada Tabel 5.
Untuk pekerjaan yang menggunakan alat mekanisasi pada kasus ini,
percepatan kegiatan melalui pengaturan penyediaan tenaga kerja tidak berpengaruh.
Sedangkan jumlah tenaga kerja dan upah selama pekerjaan lantai basement 4 yang
dikeluarkan untuk kegiatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.
Dengan cara yang sama selanjutnya percepatan dilakukan dengan mengatur
jumlah keperluan tenaga kerja pada seluruh pekerjaan bekisting pelat dan pembesian
pelat sektor ini (13 kombinasi alternatif), hal ini memperpendek durasi penyelesaian
masing-masing kegiatan yang berakibat pada berubahnya start to start masing-
masing kegiatan sehingga diperoleh berbagai durasi penyelesaian pekerjaan
keseluruhan. Kemudian dilakukan analisis biaya penyelesaian proyek pada ke-13
kondisi alternatif percepatan tersebut. Alternatif percepatan start to start untuk ke-13
alternatif percepatan dapat dilihat pada Tabel 7.
Untuk menghitung total waktu kegiatan yang dipercepat dipergunakan
program Primavera Project Planner 3.1, sedangkan total biaya percepatan setiap
alternatifnya dihitung sebesar: total biaya langsung total upah tenaga tenaga kerja
kondisi normal + alternatif total upah tenaga kerja kondisi dipercepat.

Jurnal Teknik Sipil Vol. 6 No. 1 Juni 2005: 77-94 86


Tabel 5 Analisis keperluan jumlah dan upah tenaga kerja

Keterangan Kondisi Normal Kondisi Dipercepat


Start to Start (SS) 4,00 hari 3,00 hari
Volume pekerjaan 1.249,17 m2 1.249,17 m2
Durasi waktu 20,00 hari 15,00 hari
Volume per-hari 62,46 m2 83,28 m2
Total volume (SS) 249,83 m2 249,83 m2

Jumlah pekerja per hari:


- Pekerja 7,50 orang/hari 9,99 orang/hari
- Tukang kayu 9,37 orang/hari 12,49 orang/hari
- Kepala tukang 9,37 orang/hari 12,49 orang/hari
- Mandor 3,12 orang/hari 4,16 orang/hari
Jumlah: 29,36 orang/hari 39,13 orang/hari

Luas lantai rata-rata 1.386,00 m2 1.386,00 m2


Luas areal kerja 277,20 m2 277,20 m2
Indeks Kepadatan 9,44 m2/orang 7,08 m2/orang
Indeks Produktivitas (IP) 1,16 1,29

Jumlah pekerja per hari (IP):


- Pekerja 8,68 orang/hari 12,85 orang/hari
- Tukang kayu 10,84 orang/hari 16,06 orang/hari
- Kepala tukang 10,84 orang/hari 16,06 orang/hari
- Mandor 3,61 orang/hari 5,35 orang/hari
Jumlah: 33,97 orang/hari 50,32 orang/hari

Biaya upah:
- Pekerja 3.600.290,- rupiah 3.999.560,- rupiah
- Tukang kayu 6.289.660,- rupiah 6.986.100,- rupiah
- Kepala tukang 6.777.650,- rupiah 7.531.130,- rupiah
- Mandor 2.385.730,- rupiah 2.651.260,- rupiah
Jumlah: 19.053.330,- rupiah 1.168.050,- rupiah

Peningkatan daya saing kontraktor (Anton Soekiman dan Adrian P. Bangun) 87


Tabel 6 Upah pekerja lantai basement 4 untuk pekerjaan mekanisasi

Jumlah Harga Upah Upah Selama


Waktu
Jenis Pekerjaan Per Hari Per Hari Pekerjaan
No.
(orang/hari) (ribu rupiah) (hari) (ribu rupiah)
[1] [2] [3] [4] [5] =[2] x [3] x [4]
1 Pengecoran pelat 8 20,75 20 3.320
2 Bekisting dinding 3 20,75 4 249
3 Pengecoran dinding 8 20,75 10 1.660
4 Pembesian dinding 6 29 4 696

Tabel 7 Alternatif percepatan yang dapat dilakukan

Alternatif start to start untuk kegiatan selanjutnya dipercepat


Jenis (hari)
Pekerjaan Struktur
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Basement 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Basement 2 T 1 2
2 i 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 d 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 a 1 1 1 1 1 1 1 1
5 k 1 1 1 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1 1 1
7 A 1 1 1 1 1 1 1
8 d 1 1 1 1 1 1 1
Bekisting 9 a 1 1 1 1 1 1 1
Lantai 10 1 1 1 1 1 1 1 1
11 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1
12 e 1 1 1 1 1
13 r 1 1 1 1
14 c 1 1 1 1 1 1 1
15 e 1 1 1 1 1 1 1
16 p 1 1 1 1 1 1 1
17 a 1 1 1 1 1 1 1 1
18 t 1 1 1 1 1 1 1
R1 a 1 3 4 5 6 6 1
Pembesian Basement 4 n 7 6 6 6 7 7 7 7 4 5 6 1
Lantai Basement 3 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1
R1 2

Jurnal Teknik Sipil Vol. 6 No. 1 Juni 2005: 77-94 88


Sehingga besarnya alternatif biaya langsung, biaya tidak langsung dan
alternatif total biaya serta total waktu dapat ditabelkan pada Tabel 8.

Tabel 8 Alternatif biaya langsung, biaya tidak langsung dan biaya total

Biaya
Total Waktu Total Biaya Proyek
Alternatif Tidak Langsung Langsung
(hari) (ribu rupiah) (ribu rupiah) (ribu rupiah)
1 277 930.143,47 16.619.398,78 17.549.542,25
13 275 923.427,63 16.622.012,41 17.545.440,04
10 271 909.995,96 16.622.923,73 17.532.919,69
12 270 906.638,04 16.623.921,43 17.530.559,47
9 264 886.490,53 16.629.378,65 17.515.869,18
11 260 873.058,85 16.639.689,10 17.512.747,95
2 255 856.269,26 16.647.814,70 17.504.083,96
3 251 842.837,59 16.655.406,77 17.498.244,36
4 249 836.121,75 16.658.267,33 17.494.389,08
5 247 829.405,91 16.661.118,67 17.490.524,58
6 245 822.690,07 16.663.230,17 17.485.920,24
7 243 815.974,24 16.665.997,02 17.481.971,26
8 242 812.616,32 16.670.089,14 17.482.705,46

Pada Gambar 7 terlihat bahwa waktu penyelesaian pekerjaan optimum


dicapai selama 243 hari dengan total biaya sebesar Rp 17.481.971.260,00. Hal ini
terjadi pada kondisi alternatif ke7 yang menghasilkan biaya langsung sebesar Rp
16.665.997.016,00 dan biaya tidak langsung sebesar Rp 815.974.240,00. Sedangkan
pengurangan total waktu dan total biaya yang terjadi pada kondisi normal dan pada
kondisi optimum ditunjukkan pada Tabel 9. Perubahan Kurva S dari kondisi normal
menjadi kondisi optimum beserta kondisi alternatif lainnya ditunjukkan Gambar 8.

Tabel 9 Pengurangan total waktu dan total biaya yang terjadi

Kondisi Normal Kondisi Optimum Selisih Prosentase


Total Waktu (hari) 277 243 34 12,27%
Total Biaya (Rp) 17.549.542.251,00 17.481.971.256,00 67.570.995,00 0,39%

Peningkatan daya saing kontraktor (Anton Soekiman dan Adrian P. Bangun) 89


17,560,000

17,550,000

17,540,000

17,530,000

17,520,000

17,510,000

17,500,000 Total Biaya (ribu rupiah)


17,490,000

17,480,000

17,470,000
240 242 244 246 248 250 252 254 256 258 260 262 264 266 268 270 272 274 276 278 280
Biaya (ribu rupiah))

16,675,000

16,670,000

16,665,000

16,660,000

16,655,000
Biaya langsung (ribu rupiah)
16,650,000

16,645,000

16,640,000

16,635,000

16,630,000

16,625,000

16,620,000

16,615,000
240 242 244 246 248 250 252 254 256 258 260 262 264 266 268 270 272 274 276 278 280

940,000

920,000

900,000

880,000

860,000
Biaya tak langsung (ribu rupiah)
840,000

820,000

800,000
240 242 244 246 248 250 252 254 256 258 260 262 264 266 268 270 272 274 276 278 280

Kurun waktu (hari)

Gambar 7 Hubungan biaya-waktu penyelesaian proyek

Dengan demikian simulasi percepatan penyelesaian proyek melalui


pengaturan tenaga kerja memberikan kombinasi faktor biaya yang lebih rendah,
waktu pengerjaan lebih cepat yang merupakan jadwal penyelesaian proyek paling

Jurnal Teknik Sipil Vol. 6 No. 1 Juni 2005: 77-94 90


optimum dengan mutu pekerjaan tetap (percepatan jadwal tidak menurunkan mutu).
Analisis juga memperlihatkan bahwa semakin pendek penyelesaian proyek belum
tentu memberikan total biaya penyelesaian proyek yang terendah.

30

27

24
Alternatif 2
21 Alternatif 3

18 Alternatif 4

Alternatif 5
15
Bobot Penyelesaian (%)

Alternatif 6

12 Alternatif 8

Alternatif 9
9
Alternatif 10
6 Alternatif 11

3 Alternatif 12

Alternatif 13
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Kurun Waktu (minggu)

Alternatif 1 (kondisi awal) Alternatif 7 (kondisi optimum)

Gambar 8 Kurva S kondisi normal dan kondisi optimum

Perbaikan Kualitas Rute Kualitas


Peningkatan kualitas tenaga kerja dapat ditempuh melalui pengalaman, pendidikan
dan pelatihan yang dicapai dalam rentang waktu tahunan, sehingga efek pembelajaran
dapat berlangsung dengan signifikan.
Peningkatan kualitas tersebut harus dibuat databasenya, untuk kemudian
dikaitkan dengan produktivitas sehingga dapat dianalisis. Dimana efek dari

Peningkatan daya saing kontraktor (Anton Soekiman dan Adrian P. Bangun) 91


peningkatan kualitas tenaga kerja melalui rute kualitas ini akan meningkatkan
produktivitas sehingga memperpendek durasi penyelesaian suatu kegiatan. Namun
pada kasus ini, penulis tidak dapat mendapatkan datadata dari proyek yang telah
ditangani oleh PT Wijaya Karya sebelumnya, sehingga pengaruh peningkatan
kualitas pada proyek ini tidak dapat dimasukkan dalam analisis.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan pembahasan dan analisis maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
(1) Pengaturan tenaga kerja dapat mempercepat penyelesaian kegiatan proyek tanpa
mengurangi mutu dan spesifikasi pekerjaan dengan kecenderungan penurunan
biaya total proyek, tetapi pada satu titik jenuh tertentu justru akan menunjukkan
kenaikan biaya proyek. Titik tersebut merupakan waktu penyelesaian optimum.
(2) Peningkatan daya saing perusahaaan kontraktor akan menjadi maksimal jika
perbaikan kualitas dapat dilakukan dalam rute kualitas dan kuantitas, sehingga
produktivitas meningkat dan durasi penyelesaian proyek menjadi lebih pendek.
(3) Semakin kompleks suatu proyek, disertai nilai proyek yang besar akan menun-
jukkan hubungan biaya dan waktu penyelesaian proyek yang lebih signifikan,
terutama proyek dengan biaya tidak langsung yang besar.
Untuk kajian lebih lanjut disarankan beberapa hal sebagai berikut:
(1) Untuk mencapai hasil maksimum, maka penggunaan peralatan perlu
disesuaikan dengan kondisi lapangan dalam kaitannya dengan kepadatan lokasi.
(2) Perlu dikaji lebih lanjut penggunaan bahan-bahan pre-fabrikasi, karena akan
mengurangi kapadatan di lokasi proyek.

REFERENSI
Ahuja, H.N. 1994. Project Management, Techniques in Planning and Controlling
Construction Project. New York: John Wiley & Sons Inc.
Dinas Tata Ruang dan Pemukiman. 2003. Daftar Analisis Harga Satuan Pekerjaan.
Jawa Barat.
Fillipo, Edwin B. 1984. Personnel Management (6th edition). Singapore: McGraw
Hill.
Oberlender, Garold D. 2000. Project Management for Engineering and Construction
(2nd ed.). Singapore: McGraw Hill.
Soeharto, Iman. 1999. Manajemen Proyek (edisi kedua). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Jurnal Teknik Sipil Vol. 6 No. 1 Juni 2005: 77-94 92


Tjiptono, Fandy & Diana, Anastasia. 2002. Total Quality Management. Yogyakarta:
Penerbit ANDI.

RIWAYAT PENULIS
Anton Soekiman adalah dosen tetap Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Univer-
sitas Katolik Parahyangan, Bandung.

Adrian Pranajaya Bangun adalah alumnus Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil,
Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.

Peningkatan daya saing kontraktor (Anton Soekiman dan Adrian P. Bangun) 93


Jurnal Teknik Sipil Vol. 6 No. 1 Juni 2005: 77-94 94

Anda mungkin juga menyukai