PENDAHULUAN
Banyak varietas simplisia / tumbuhan obat yang ada di Indonesia ini. Masing-
masing memiliki khasiat yang berbeda-beda. Obat tradisional sejak dahulu telah
banyak digunakan secara turun temurun oleh masyarakat diantaranya yang banyak
digunakan sebagai komponen jamu yaitu daun keji beling ( sericocalyx crispus (L.)
Bremek ).
1
1.3 RUMUSAN MASALAH
BAB II
TINJAUAN UMUM
STROBILANTHUS CRISPUS (L.) BREMEK
2
tumbuh 50-1200 meter di atas permukaan laut. Tanaman semak-seperti ini dapat
mencapai ketinggian antara 1 sampai 2 m. Kulit melingkar dapat dibagi menjadi segmen
dan mirip dengan cabang-cabangnya, mereka berbulu dan berwarna hijau
Berikut klasifikasi ilmiah serta ulasan lain dari simplisia Strobilanthus crispus.
2.1 Klasifikasi ilmiah
2.2 Pertelaan
Terna semusim, tegak, tinggi 0,5 m sampai 1m. Daun berhadapan, bertangkai
pendek, helai daun berbentuk lanset melonjong atau hampir jorong, pinggir daun
bergerigi, panjang helai daun 9 cm sampai 18 cm, lebar helai daun 3 cm sampai 8 cm,
kedua permukaannya kasar. Perbungaan tersusun dalam bulir padat, gagang bunga lebih
panjang dari kelopak, kelopak tertutup dengan rambut-rambut pendek, mahkota
berbentuk corong, terbagi 5, panjang 1,5 cm sampai 2 cm, berambut,berwarna kuning,
benangsari 4. Buah berbentuk gelendong, mengandung 2 sampai 4 biji.
2.3 Keanekaragaman
Diketahui ada 2 macam bentuk daun
4
Malaysia, daun tanaman ini telah digunakan sebagai herbal tradisional untuk merawat
kanker, diabetes melitus, serta digunakan sebagai agen diuretik.
Studi di Indonesia telah menemukan bahwa infus daun kering telah digunakan
sebagai antidiabetes, diuretik, antilithic, dan pencahar (Perry dan Metzger, 1980;
Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991; Wijayakusuma et al., 2000). Mereka
menyarankan mendidih 25 - 50g daun segar dalam 200 ml air mendidih, dan kemudian
minum infus setelah filtrasi. Untuk pemakaian luar, tapal dari daun segar
dapat langsung diterapkan pada luka yang disebabkan oleh gigitan ular berbisa atau
hewan lain (Wijayakusuma et al., 2000). Ismail et al., (2000) melaporkan bahwa
ekstrak menunjukkan aktivitas antioksidan menggunakan tiosianat besi (FTC) dan
metode asam thiobarbiturat (TBA). Jaksa et al. (2004) melaporkan bahwa ekstrak
menunjukkan efek anti hepatocarcinogenesis pada tikus. Air-ekstrak
panas difermentasi dan daun difermentasi ditemukan untuk mengurangi glukosa darah
pada tikus hiperglikemik, sedangkan daun difermentasi juga mengurangi kadar glukosa
dalam tikus normal. Kedua fermentasi dan daun difermentasi juga dipamerkan
ditingkatkan profil lipid (Fadzelly et al., 2006). Rahmat et al. (2006) melaporkan bahwa
ekstrak metanol ditampilkan efek sitotoksik kuat pada kanker usus besar (Caco-2),
payudara manusia hormon kanker non-dependent (MDA-MB-231) dan kanker hati
(HepG-2). Ekstrak kloroform tanaman ini juga terbukti memiliki sitotoksik
efek terhadap Caco-2 dan HepG-2.
2.6 Fitokimia
Soediro et al. (1983, 1988) diisolasi dan diidentifikasi verbacoside, ester
glikosidik asam caffeic dan tujuh asam fenolat yaitu p-hidroksi benzoat, p-
coumaric, caffeic, vanilic, gentinic, ferulat, dan asam syryngic dalam daun.
Selain itu, daun juga mengandung tanin, saponin, garam kalium, natrium
dan silikat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1977, 1980 ; Syamsuhidayat
dan Hutapea, 1991; Wijayakusuma et al., 2000). Kandungan kalium pada tanaman keji
beling berfungsi melancarkan kencing dan penghancur batu dalam empedu, ginjal, dan
kandung kemih. Adanya kandungan kalsium menyebabkan tanaman ini sangat
5
bermanfaat dalam membantu proses pembekuan darah, mempertahankan fungsi
membran sel, serta berperan sebagai katalisator berbagai proses biologi dalam tubuh.
Kandungan natriumnya berfungsi meningkatkan cairan ekstra seluler untuk
meningkatkan volume darah. Sedangkan asam silikat berfungsi mengikat air, minyak,
dan senyawa-senyawa non-polar lainnya. Selain kandungan diatas pada daun keji beling
ini juga terdapat -sisterol dan stigmasterol.
6
Iklim
1. Curah hujan tahunan 2.500 mm 4.000 mm/tahun.
2. Bulan basah (di atas 100 mm/bulan) bulan 8 bulan 9, sedangkan bulan kering
(di bawah 60 mm/bulan) bulan 3 bulan 4.
3. Suhu udara 20o C 25o C .
4. Kelembaban sedang.
5. Penyinaran sedang.
Media Tanam
1. Tanah yang terbaik adalah tanah yang bertekstur tanah pasir sampai liat.
2. Mempunyai drainase yang sedang sampai dengan baik.
3. Kedalaman air tanah 25 cm dari permukaan tanah.
4. Kedalaman perakaran 5 cm dari permukaan tanah.
5. Kemasaman (pH) 5,5 7.
6. Kesuburan sedang.
Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk pertumbuhan keji beling adalah 1-
1000 meter diatas permukaan laut.
2.8 Budidaya
Tumbuhan ini mudah sekali diperbanyak dengan stek batang atau cabang yang
cukup tua. Panjang ukuran stek 20 cm sampai 25 cm tiap potong. Stek-stek ini dapat
ditanam langsung di kebun. Oleh penduduk di Jawa Barat tanaman ini sering ditanam
sebagai pagar hidup pekarangan rumah, karena mudah ditanam, cepat tumbuh dan cepat
daya regenerasinya sehabis dipangkas. Jarak tanam bila ditanam di kebun adalah 50 cm
sampai 60 cm. Pengolahan tanah cukup di cangkul satu kali atau hanya mencangkul
bagian yang akan ditanami stek saja. Stek ditanam sedalam 6 cm sampai 8 cm.
Pemeliharaan tidak begitu sukar dan hingga kini belum ada laporan mengenai serangan
hama penyakit yang merusak maupun merugikan. Panenan dilakukan dengan
memangkas tanaman bagian pucuk sepanjang 20 cm sampai 30 cm. Cabang pucuk
dengan daun-daunnya dapat langsung dijemur atau sebelum dijemur. Lama penjemuran
2 hari sampai 3 hari pada hari yang cerah. Rendemen daun kering adalah 30% dari daun
7
segar. Produksi tiap tahun dari beberapa pangkasan adalah 1.500 kg sampai 3.000 kg
daun kering tiap hektar. Kadar air pada daun kering berkisar antara 10 % sampai 13 %.
( Depkes RI : 1985 )
Berikut dari literatur lain mengenai budidaya keji beling ( Strobilanthus crispus )
2.8.1 Waktu tanam
Pada umumnya keji beling ditanam pada pada permulaan musim hujan yaitu pada
bulan Agustus - September, atau sesudah musim hujan yaitu pada bulan Maret
April.
2.8.2 Penanaman
1. Penentuan Pola Tanam
Penanaman dilakukan secara monokultur dan lebih baik dilakukan pada
awal musim hujan kecuali pada daerah yang memiliki pengairan sepanjang
waktu. Fase awal pertumbuhan adalah saat dimana tanaman memerlukan
banyak air.
2. Cara Penanaman
Cara penanaman keji beling adalah sebagai berikut :
a) Pilih bibit yang baik dari pembibitan.
b) Tanamkan bibit stek batang tegak lurus sedalam 5 cm.
c) Padatkan tanah disekitar bibit dengan tangan.
d) Siram media tanam sampai cukup basah.
3. Jarak Tanam
Lubang tanam dibuat di atas bedengan/petakan dengan ukuran lubang 30 x 30
cm. Stek ditanam pada lubang tanah yang telah disiapkan dengan jarak tanam
adalah 60 x 60 cm.
10
tumpang sari dengan pemilihan tanaman yang saling menunjang, serta
rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya untuk memutuskan siklus
penyebaran hama dan penyakit potensial.
8. Gulma
Gulma potensial pada pertanaman keji beling adalah gulma kebun antara lain
adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, dan gulma berdaun lebar lainnya.
2.8.4 Panen
Ciri dan umur panen tanaman keji beling bisa di panen setelah berumur 1 tahun
dengan tinggi tanaman sekitar 50 cm. Panenan dilakukan dengan memangkas
tanaman bagian pucuk sepanjang 20 cm sampai 30 cm. Cara panen keji beling
dapat pula dilakukan dengan cara memetik daun menggunakan tangan, helai daun
di bawahnya juga boleh ikut di petik, sedangkan periode panen di lakukan tiap 3
bulan sekali.
BAB III
PERSYARATAN SIMPLISIA
SERICOCALYX CRISPUS (L.) BREMEK
3.1 Pemerian :
Bau lemah, rasa agak sepat dan agak pahit
3.2 Makroskopik
Daun : Tunggal berhadapan, tangkai daun pendek, helai daun
12
berbentuk jorong sampai bundar memanjang, ujung daun
dan pangkal daun meruncing, pinggir daun bergerigi,
panjang helai daun 9 cm sampai 18 cm, lebar helai daun
3 cm sampai 8 cm, permukaan atas sangat kasar,
berwarna hijau tua sampai hitam kelabu, permukaan
bawah kasar dan berwarna lebih pucat dari permukaan
atas.
3.3 Mikroskopik
Epidermis atas : Sel agak besar, bentuk segi empat atau bersudut lima
sampai enam, dinding samping lurus, kutikula berbintik,
pada lapisan epidermis atas terdapat sel-sel litosis dan
rambut kelenjar.
Sel litosis : Berukuran lebih besar dari sel epidermis dan berbentuk
bulat memanjang, didalamnya terdapat sistolit berbentuk
gada yang bertonjolan kecil, letak sel litosis dengan
sistolit umumnya mendatar, kadang-kadang letaknya
miring mengarah ke jaringan palisade.
Epidermis bawah : Ukuran sel lebih kecil dari pada sel epidermis atas,
dinding samping umumnya tidak lurus.
Stomata : Tipe bidiasitik, terdapat sangat banyak pada epidermis
bawah dan sangat sedikit pada epidemis atas.
Rambut kelenjar : Bentuk kerucut, terdiri dari 1 sel sampai 3 sel, ujung
rambut runcing, pangkal lebar, dinding tebal, kutikula
berbintik, terdapat pada epidermis bawah pada epidermis
atas hanya terlihat pada sayatan permukaaan atas helai
daun.
Jaringan palisade : Umumnya terdiri dari 1 lapis sel berbentuk tabung yang
tegak dan rapat.
Jaringan bunga karang : Terdiri dari beberapa lapis sel bunga karang yang
berbentuk tidak beraturan, rongga-rongga antar sel besar,
sel litosis dengan sistolit juga terdapat didalam jaringan
bunga karang.
13
Serbuk : Warna hijau sampai hijau kelabu. Fragmen pengenal
adalah fragmen permukaan atas helai daun dengan sel
litosis dan sistolit, sistolit yang terlepas atau masih dalam
jaringan daun, fragmen permukaan bawah daun dengan
stomata tipe bidiastitik, rambut penutup, rambut kelenjar.
3.4 Identifikasi
A. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat P, terjadi warna coklat
hijau
B. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat 10 N, terjadi warna coklat
hijau
C. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam klorida pekat P, terjadi warna
coklat hitam
D. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam klorida encer P, terjadi warna
coklat hitam
E. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5 % b/v ,
terjadi warna hijau tua
F. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes larutan kalium hidroksida P 5 % b/v ,
terjadi warna hijau tua
G. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes amonia (25%) P, terjadi warna hijau
H. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam asetat encer P, terjadi warna
hijau
I. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes timbal (II) asetat P 5 % b/v, terjadi
warna hijau
J. Timbang 300 mg serbuk daun, campur dengan 5 ml metanol P dan panaskan
dalam penangas air selama 2 menit, dinginkan, saring, cuci endapan dengan
metanol P secukupnya sehingga diperoleh 5 ml filtrat. Pada titik pertama dari
lempeng KLT silika gel GF254 P ditutulkan 20 l filtrat dan pada titik kedua
tutulkan 20 l zat warna II LP. Eluasi dengan campuran etil asetat P metil etil
keton P asam format P air ( 50 + 30 + 10 + 10 ) dengan jarak rambat 15 cm.
Amati dengan sinar biasa dan dengan sinar ultraviolet 366 nm. Pada
kromatogram tampak bercak-bercak dengan warna dan hRx sebagai berikut :
14
Tanpa Dengan Tanpa Dengan
pereaksi pereaksi pereaksi pereaksi
1 31-51 - Kuning coklat Biru lembayung Kuning muda
2 64-70 - Kuning coklat Coklat Kuning muda
3 73-80 - Kuning Coklat Coklat
4 81-88 - Coklat Coklat Coklat
5 88-100 - Kuning Biru lembayung Kuning
6 129-140 - - Biru lembayung Biru lembayung
4.1 PENDAHULUAN
Obat tradisional sejak dahulu telah digunakan secara turun temurun oleh
masyarakat. Diantara bermacam-macam simplisia yang banyak digunakan sebagai
komponen jamu yaitu daun keji beling strobilanthus crispus (L.) dari famili
Acanthaceae, mengandung senyawa kalium, asam salisilat, kristal kalsium karbonat
dll. Tanaman tersebut banyak digunakan sebagai penghancur batu kandung kemih
dan khasiat tersebut sudah dibuktikan pada beberapa penelitian. Khasiat tanaman
tersebut disebabkan oleh adanya senyawa kimia yang dikandungnya. Kandungan
kimia daun keji beling sebagai hasil pertanian atau kumpulan tumbuhan liar tentu
15
saja tidak dapat dijamin selalu konstan, karena adanya variabel bibit, tempat
tumbuh, iklim, kondisi (umur dan cara panen),sedangkan kandungan senyawa
kimia yang bertanggung jawab terhadap respon biologis dan harus mempunyai
spesifikasi kimia, yaitu informasi komposisi (jenis dan kadar) dan sebagai obat
harus tetap diupayakan memenuhi paradigma Mutu-Aman-Manfaat. Demikian pula
dengan ekstrak tumbuhan obat yang dibuat dari simplisia tanaman obat dapat
dipandang sebagai bahan antara atau produk jadi. Ekstrak sendiri dalm bentuk
kefarmasian selain harus memenuhi persyaratan monografi bahan baku (simplisia),
juga persyaratan parameter-parameter standar umum dan spesifik. Parameter
spesifik ekstrak sebagian besar memuat analisis kimia yang memberikan informasi
komposisi senyawa kandungan dan kadar zat kimia. Data analisis kimia yang
terstandar dapat Menentukan aspek bisnis sebagai produk galenik dan proses
fitofarmasi dalam rangkaian produksi produk jadi mengandung ekstrak. Untuk
memenuhi persyaratan diatas seperti Mutu-Aman-Manfaat, maka simplisia sebagai
bahan baku ekstrak tetap harus memenuhi dahulu persyaratan monografinya, dan
produk ekstrak juga harus memenuhi persyaratan yaitu parameter standar umum
dan spesifik. Tujuan standarisasi adalah untuk menjamin sediaan mengandung zat
aktif dengan dosis efektif, komposisi batch setiap proses produksi selalu tetap dan
dapat mencegah pemalsuan. Oleh karena itu penelitian karakterisasi simplisia dn
ekstrak bertujuan untuk menetapkan karakterisasi (spesifikasi) simplisia dan ekstrak
50 % daun keji beling dari aspek fisiko-kimia dan fitokimia.
4.2.1 BAHAN
Bahan simplisia
Tanaman strobilanthus crispus (BL),simplisia bagian daun, tempat kultivasi dengan
jenis tanah Andosol, warna hitam, pH tanah 5,0 bahan organik cukup dan tekstur
tanah gembur dengan cuaca rata-rata suhu maksimum 28 0C, suhu minimum 190C,
curah hujan 2800 mm/th, kelembaban 80 %. Tanaman di panen pada bulan Maret
2002 di ketinggian 1200 m dpl. Umur tanaman lebih kurang 8 bulan, berasal dari
BPTO Tawangmangu.
16
Bahan uji karakterisasi
Alkohol 95 %, metanol,asam klorida, asam asetat, asam sulfat pekat, kloroform, etil
asetat, toluen, heksan, vanilin sulfat, ammonium sulfat, asam indigo sulfat, kertas
saring bebas abu, lempeng KLT, baku pembanding Piperin (BPOM) , kolom KG
Carbowax 20 m, kolom KG Porapak, kolom KCKT C18.
17
dengan suhu lebih kurang 40 0C hingga diperoleh ekstrak kental. Pembuatan
fraksi nonpolar (heksan),semipolar (etilasetat) dan polar (etanol 95 %) secara
bertingkat dari ekstrak etanol 50 %. Ditimbang sejumlah ekstrak kurang lebih 5 g,
disari 3-4 kali. Setiap kali dengan 25 ml heksan hingga diperoleh kumpulan fraksi
heksan,lebih kurang 100 ml, selanjutnya sisa disari 4 kali, setiap kali dengan 25
ml etil asetat,sehingga diperoleh kumpulan fraksi etil asetat leih kurang 100 ml.
Sisa disari kembali dengan etanol sebanyak 4 kali, setiap kali menggunakan 25 ml
etanol sehingga diperoleh kumpulan fraksi etanol lebih kurang 100 ml. Masing-
masing fraksi heksan,etil asetat, dan fraksi etanol diuapkan dalam tangas air
hingga diperoleh lebih kurang 1 ml, kemudian dimasukkan dalam labu takar 5 ml
secara kuantitatif, kemudian ditambah masing-masing pelarut hingga tanda batas.
Masing-masing fraksi digunakan untuk penetapan profil kromatogram komponen
utama.
Karakterisasi simplisia
Karakterisasi simplisia meliputi : penetapan kadar abu, kadar abu larut air, kadar
abu tidak larut asam, kadar sari larut air, kadar sari larut asam, dan kadar air
secara destilasi. Cara penetapan diatas dilakukan sesuai prosedur yang telat
ditetapkan MMI.
Karakterisasi ekstrak
Karakterisasi terhadap ekstrak terdiri dari karakterisasi non spesifik yang meliputi
penetapan bobot jenis, kadar air, kadar sisa pelarut, kadar abu dan karakterisasi
spesifik yang mencakup pemeriksaan senyawa yang terlarut dalam pelarut air dan
etanol, pola kromatografi dengan cara KLT-densitometri, pemeriksaan golongan
kimia ekstrak, penetapan kadar zat kimia.
Determinasi
Hasil determinasi simplisia secara makroskopik adalah sebagai berikut :
Daun keji beling merupakan daun tunggal yang berhadapan, tangkai daun pendek,
helai daun berbentuk jorong, ujung daun dan pangkal daun meruncing, pinggir
daun bergerigi, permukaan atas sangat kasar dan berwarna lebih pucat dari bawah.
18
Determinasi secara mikroskopis daun dengan penampang melintang
dapat diketahui bagian-bagian daun dapat dilihat pada gambar 1.
Karakterisasi
simplisia secara fisika kimia dari aspek
kemurnian yang meliputi penetapan kadar abu, kadar abu tidak larut asam, dan
dari aspek mutu antara lain : penetapan kadar air, kadar sari larut air serta kadar
sari larut etanol. Data hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 1.
Hampir semua jenis penetapan tidak memenuhi persyaratan MMI dan
hanya penetapan kadar sari larut air yang memenuhi persyaratan MMI.
Karakterisasi ekstrak etanol 50 % terdiri atas karakterisasi non spesifik
yang meliputi rendemen ekstrak,susut pengeringan,penetapan bobot jenis, kadar
air, kadar sisa pelarut, dapat dilihat pada tabel 2.
Karakterisasi spesifik ekstrak etanol 50 % daun keji beling yang
mencakup penetapan golongan senyawa kimia dan penetapan senyawa terlarut
dalam pelarut air serta etanol, kadar minyak atsiri, kadar total senyawa kimia
dapat dilihat pada tabel 3 dan 4.
Dari hasil penetapan golongan senyawa kimia ekstrak berdasarkan reaksi
warna dan pengendapan didapat 3 golongan senyawa yaitu : Tannin, Flavoid, dan
alkaloid.
Pola kromatogram komponen utama KLT, harga RF masing masing
bercak dan kromatogram KLT-densitometer fraksi heksan, kloroform dan etanol
tertera pada tabel 5 dan gambar 2.
19
20
21
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa simplisia srobilanthus
crispus (L.) Bremek tanaman terna mengandung mineral yang tinggi yaitu kalium
serta kandungan lainnya. Daun keji beling ini berkhasiat utama sebagai Diuretika
( peluruh seni ). Sehingga sering digunakan untuk penderita batu ginjal. Selain itu
daun keji beling ini juga mampu mengobati segala penyakit mulai dari yang ringan
seperti gatal sampai penyakit berat seperti : kanker (antioksidan), diabetes mellitus,
dll.
5.2 Saran
Pembuatan ekstrak dari simplisia Strobilanthus crispus (L.) Bremek
harus memperhatikan standarisasi pembuatan ekstrak baik parameter spesifik
maupun parameter non spesifik agar ekstrak yang didapat sesuai standar mutu,
aman, dan berkhasiat.
22
DAFTAR PUSTAKA
Depkes R.I. 1985. Materia Medika Indonesia VI. Dirjen pengawasan Obat dan
Makanan, Jakarta.
23