Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Manusia adalah makhluk yang memiliki kapasitas untuk melakukan penalaran


berfikir, merasa dan berbuat atau bertingkah laku. Kapasitas itu dimungkinkan karena
manusia dibekali Tuhan dengan potensi akal, hati dan tubuh jasmani. Namun untuk mampu
mengembangkan kapasitas tersebut secara baik, fungsional dan sempurna , manusia
memerlukan pendidikan. Namun bagaimana dengan akhlak ?

Islam merupakan agama yang berakhlak . Ini dapat dilihat bahwa akhlak merupakan
salah satu perhatian terpenting dalam agama. Untuk menjadi berakhlak harus melalui tahap
pembentukan akhlak. Kata akhlak banyak ditemukan didalam hadist-hadist Nabi SAW, dan
salah satunya yang paling popular adalah Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak
yang mulia. Bertitik tolak dari pengertian bahasa diatas, yakni akhlak sebagai kelakuan, kita
selanjutnya dapat berkata bahwa akhlak atau kelakuan manusia sangat beragam, dan bahwa
firman Allah SWT berikut ini dapat menjadi salah satu argument keanekaragaman tersebut,
yang berarti sesungguhnya usaha kamu (hai manusia) pasti amat beragam.(QS Al-Lail [92]:
4).

1.2 Rumusan masalah

a. Bagaimana kepribadian Rasulullah SAW ?

b. Apa saja sifat-sifat pokok bagi Rasulullah SAW?

c. Apa saja sifat-sifat terpuji bagi diri sendiri maupun orang lain ?

d. Bagaimana pembentukan dan pembinaan akhlak dalam islam?

1.3 Tujuan

a. Memahami dan meyakini sifat-sifat pokok bagi Rasulullah serta berusaha untuk
meneladaninya.

b. Memahami sifat-sifat terpuji bagi diri sendiri maupun orang lain serta terbiasa
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kepribadian Rasulullah SAW

Muhammad diangkat menjadi nabi dan rasul pada usia 40 tahun. Ditandai dengan
datangnya malaikat jibril di gua Hira menyampaikan wahyu. Wahyu yang pertama adalah
surat Al-Alaq ayat 1-5. Nabi Muhammad adalah seorang nabi dan rasul terakhir.sebelum
beliau, banyak rasul yang telah diutus Allah kepada umatnya masing-masing. Jika para rasul
sebelumnya diutus khusus untuk umat mereka masing-masing, maka Nabi Muhammad diutus
untuk seluruh umat manusia. Ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW tidak terbatas pada
atau untuk zaman tertentu, tetapi berlaku sepanjang zaman.

Sebagai nabi dan rasul terakhir, Nabi Muhammad memiliki beberapakeistimewaan.


Berita tentang akan datangnya rasul terakhir (Nabi Muhammad) sudah disampaikan Allah
kepada sarul-rasul sebelumnya. Sebagai pemimpin umat, beliau memiliki kepribadian yang
utuh. Beliau adalah orang yang sabar, tabah dan teguh pendiriannya. Ketabahan dan
keteguhan hati beliau sudah ditempa sejak beliau masih kecil. Bahkan beliau sudah
ditinggalkan ayahnya ketika masih dalam kandungan . pada usia 6 tahun i sudah menjadi
yatim piatu. Kakek beliau yang mengasuhnya dengan kasih saying pun meninggal pula. Pada
waktu itu beliau berusia 8 tahun. Lengkaplah sudah ujian yang dialaminya.

Muhammad artinya Yang terpuji merupakan nama yang istimewa. Tidak pernah
ada nama seperti itu sebelumnya. Dan memang pribadi Nabi Muhammad merupakan pribadi
yang terpuji. Kesabarannya, ketabahannya, keberaniannya, keadilannya, kepemurahannya,
kasih sayangnya, lemah lembutnya, dan sifat-sifat terpuji lainnya merupakan miliknya dan
sekaligus merupakan keistimewaannya sebagai seorang nabi dan rasul terakhir.

2.2 Sifat wajib dan sifat mustahil bagi Rasul

Sifat wajib bagi rasul maksudnya adalah bahwa rasul pasti dan wajib memiliki sifat-
sifat itu. Dalam mengemban tugas dakwah dan membangun umat, hidup Rasulullah SAW
tidak sepi dari ujian dan musibah. Rasulullah SAW merasakan sekali betapa beratnya ujian
dan tantangan dalam mengemban amanah suci ini. Semua ujian itu tidak menyurutkan
langkah Rasulullah SAW dalam melaksanakan amanah namun justru memompa semangatnya
dalam membangun bangsa. Salah satu sebab keberhasiln Rasulullah dalam mengemban tugas
mulia ini adalah kepribadian luar biasayang dimilikinya. Hal ini hendaknya menjadi perhatian
juga bagi kita semua.

2
Ada empat sifat-sifat wajib dan pasti dimiliki oleh rasul, yaitu:

a. Shidiq artinya benar atau jujur


Sifat shidiq merupakan kunci dalam meraih kesuksesan. Orang yang berkata jujur dan
berprilaku benar akan memudahkan dirinya dalam melakukan aktifitas hariannya. Hal
inilah yang menyebabkan Rasulullah SAW sukses dalam melaksanakan misi dakwah.
a. Amanah artinya terpercaya
Keberhasilan misi dakwah Rasulullah juga disebabkan oleh sifat amanah yang
dimilikinya. Rasulullah adalah sosok pribadi yang paling amanahsehingga dapat
memikat hati umat dalam menerima dakwahnya.

b. Tabligh artinya menyampaikan


Sifat inilah yang dimiliki Rasulullah SAW dalam membangun negara. Rasulullah
SAW dalam membangun negara, terlebih dahulu membangun umat warganya yang
akan mengisi negara tersebut. Melalui dakwah dan tabligh yang terencana dan
melembaga makauat merasakan manfaatkan tabligh dan juga berusaha menyampaikan
kebenaran dan kebaikan pada orang lain sehingga lahirlah umat yang menjunjung
nilai kebakan dan kebenaran.

c. Fathonah artinya cerdas


Sifat lain yang melekat dalam pribadi Rasulullah SAW adalah kecerdasan dalam
menjalani kehidupan dan juga menyelesaikan masalah Rasulullah SAW, berusaha
secara seksama dan bijaksana sehingga masala tersebut dapat diatasinya tanpa
menimbulka masalah baru. Beliau tidak hanya mengandalkan akal fikiran semata
dalam menyelesaikan masalah, tetapi juga menghadirkan hati nurani dalam
mengambil keputusan yang tepat. Jangkauan ke depan yang dan akibat yang
ditimbulkan dalam setiap kejadian menjadi bahan pertimbangan penting dalam
memutuskan suatu perkara. Banyak sekali peristiwa sulit yang dihadapi Rasuullah
SAW namun dapat diselesaikan dengan cerdas sehingga memperoleh hasil yang
memuaskan.
Sifat mustahil bagi rasul maksudnya adalah bahwa rasul itu tidak mungkin
memiliki sifat-sifat yang bertentangan dengan sifat-sifat wajib. Dalam tugasnya, rasul
menyampaikan ajaran-ajaran islam, antara lain mengerjakan perbuatan yang baik, dan
meninggalkan perbuatan yang tidak baik, seperti berbohong, menipu, khianat,
mengumpat, dan sebagainya. Jadi mustahil orang yang melarang berbuat kejelekan,
sedangkan pada dirinya terdapat sifat-sifat tersebut.
Ada empat macam sifat mustahil bagi rasul, yaitu :
a. kidzib, artinya dusta

Mustahil atau tidak mungkin seorang Rasul bersifat kidzib atau dusta, baik dalam
perkataan, perbuatannya maupun Itikadnya.

b. Khianat, artinya curang


Mustahil rasul bersifat khianat. Tidak mungkin seorang rasul bersifat curang atau
ingkar janji terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh Allah SWT.

c. Khitman, artinya menyembunyikan

3
Mustahil rasul bersifat menyembunyikan. Para rasul diberi tugas untuk
menyampaikan wahyu Allah. Apa yang diterimanya dari Allah disampaikannya tanpa
menambah atau mengurangi atau menyembunyikannya.
d. Baladah, artinya bodoh
Mustahil seorang rasul bersifat bodoh, sebab orang yang bodoh tidak mungkin dapat
mengatur dan membimbing orang lain.

2.3 Sifat-sifat terpuji

a. Ikhlas

Ikhlas artinya tulus hati atau hati yang bersih. Adapun yang maksud ikhlas dalam
uraian ini adalah mengerjakan ibadah semata-mata hanya mengharap ridho Allah SWT.
Perbuatan ikhlas adalah perbuatan yang timbul karena keinginan sendiri, bukan karena
perintah atau paksaan orang lain. Jika mengerjakan sesuatu karena mengharakapkan sesuatu
dari orang lain, maka belum termasuk ikhlas. Suatu pekerjaan akan terasa ringan jika
dikerjakan dengan ikhlas, dan sebalikya jakan dengan akan terasa berat jika dikerjakan
karena terpaksa.

Ikhlas atau tidaknya seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan sangat terganytung
kepada niatnya. Apalagi pekerjaan yang termasuk ibadah, niat menjadi penentu. Biasanya jika
niatnya baik, maka hasilnya akan baik . jika niatnya jelek hasilnya pun akan jelek. Rasulullah
bersabda yang artinya : Sesungguhnya (nilai) perbuatan itu (tergantung) dengan niatny, dan
sesunggunya bagi setiap orang (ganjaran atau pahala) menurut apa yang diniatkan. Barang
siapa hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa hijrahnya untuk (mencari
keuntungan) dunia yang akan diperoleh atau karena wanita yang aka dinikahinya , maka
hijrahnya sampai kepada tujuannya (niatnya itu). ( HR. Al-Bukhari dan Muslim )

b. Sabar

Sabar artinya tabah, tahan menghadapi cobaan. Orang yang sabar tahan menerima
hal-hal yang tidak disenangi atau tidak mengenakkan dengan ridho dan menyerahkan diri
kepada Allah.

Sabar adalah salah satu akhlak terpuji. Sabar juga merupakan salah satu kunci untuk
meraih kebahagiaan dan ketenangan hidup. Hidup di dunia ini tidak luput dari ujian dan
cobaan. Ketika mengalami ujian dan cobaan kita harus menghadaipnya dengan sabar, sifat
sabar bagaikan cahaya yang terang-benderang dalam suasana yang gelap gulita.

c. Qanaah

Qanaah menurut bahasa adalah merasa cukup atau rela, sedangkan menurut istilah
ialah sikap rela menerima dan merasa cukup atas hasil yang diusahakannya serta menjauhkan
diri dari rasa tidak puas dan perasaan kurang.

Rasulullah mengajarkan kita untuk ridhodengan apa yang telah ditetapkan oleh Allah
SWT, baik itu berupa nikmat kesehatan, keamanan, maupun kebutuhan harian. qanaah

4
adalah gudang yang tidak akan habis. Sebab, qanaah adalah kekayaan jiwa yang lebih tinggi
dan lebih mulia dari kekayaan harta. Kekayaan jiwa melahirkan sikap menjaga kehormatan
diri dan menjaga kemuliaan diri, sedangkan kekayaan harta dan tamak pada harta melahirkan
kehinaan diri.

d. Sajaah

Menurut bahasa sajaah adalah benar atau gagah. Secara istilah sajaah adalah keteguhan
hati kekuatan pendirian untuk membela dan mempertahankan kebenaran secara bijaksana dan
terpuji. Jadi sajaah adalah keberanian yang berlandaskan kebenaran dan dilakukan dengan
penuh pertimbangan. Contohnya ;

Keberanian jihad fii sabilillah (menghadapi musuh dalam peperangan).


Kebenaran menyatakan kebenaran (kalimah al-haq) meskipun di depan penguasa
zalim.
Keberanian untuk mengendalikan diri tatkala marah sekalipun dia mampu
melampiaskannya.

2.4 Pembentukan dan pembinaan akhlak dalam islam

Berbicara masalah pembentukan akhlak sama dengan berbicara tentang tujuan


pendidikan,karena banyak sekali pendapat para ahli yang mengatakan bahwa tujuan
pendidikan adalah pembentukan akhlak. Muhammad Athiyah al-Abrasyi misalnya
mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa dan tujuan pendidikan
islam. Menurut sebagian ahli, akhlak tidak perlu dibentuk, karena akhlak adalah insting
(garizah) yang dibawa manusia sejak lahir.[1] Selanjutnya pendapat lain mengatakan, akhlak
adalah hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan dan perjuangan keras dan sungguh-sungguh.
[2]
Ibnu Miskawaih, Ibnu Sina, Al-Ghazali dan lain-lain termasuk kelompok yang mengatakan
akhlak adalah hasil usaha (Muktasabahah).[3]
Pada kenyataanya dilapangan, usaha pembinaan akhlak melalui berbagai lembaga pendidikan
dengan berbagai macam metode terus dikembangkan. Ini menunjukkan bahwa akhlak
memang perlu dibina, dan pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya
pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, hormat
kepada orang tua, sayang kepada sesama makhluk Tuhan dan seterusnya. Bayangkan saja jika
anak-anak tidak dibina dalam hal akhlak?. Keadaan pembinaan ini semakin terasa diperlukan
terutama pada saat dimana semakin banyak tantangan dan godaan sebagai dampak dari
kemajuan dibidang iptek.

Dengan demikian pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh


dalam rangka membentuk pribadi, dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan
yang terprogram baik serta dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten.
Pembentuksn akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah hasil usaha
pembinaan, bukan terjadi dengan sendirinya. Potensi rohaniah yang ada pada diri manusia,
termasuk didalamnya akal, nafsu amarah, nafsu syahwat, fitrah, kata hati, hati nurani dan
intuisi dibina secara optimal dengan cara dan pendekatan yang tepat.

A. Metode Pembinaan Akhlak

5
Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam islam. Hal ini dapat
dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad SAW yang utama adalah untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia. Perhatian islam yang demikian terhadap pembinaan
akhlak ini dapat pula dilihat dari perhatian islam terhadap pembinaan jiwa yang harus
didahulukan daripada pembinaan fisik, dari jiwa yang baik inilah akan lahir perbuatan-
perbuatan yang baik yang pada tahap selanjutnya akan mempermudah menghasilkan
kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia, lahir dan batin.1
Selanjutnya dalam rukun islam yang ketiga, yaitu zakat juga mengandung didikan akhlak
yaitu agar orang yang melakukannya dengan membersihkan dirinya dari sifat kikir,
mementingkan diri sendiri, dan membersihkan hartanya dari hak orang lain, yaitu hak fakir
miskin dan seterusnya. Muhammad Al-Ghazali mengatakan bahwa hakikat zakat adalah
untuk membersihkan jiwa dan mengangkat derajat manusia ke jenjang yang lebih mudah.2 [4]
Untuk ini Al-Ghazali menganjurkan agar akhlak dianjurkan, yaitu dengan cara melatih jiwa
kepada pekerjaan atau tingkah laku yang mulia. Jika seseorang menghendaki agar ia menjadi
pemurah, maka ia harus dibiasakan dirinya melakukan pekerjaan yang bersifat pemurah,
hingga murah hati dan murah tangan itu menjadi tabiatnya yang mendarah daging.3
Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, intruksi dan larangan, sebab
tabiat jiwa untuk menerima keutamaan itu tidak cukup hanya seorang guru mengatakan
kerjakan ini dan jangan kerjakan itu. Menanamkan sopan santun memerlukan pendidikan
yang panjang dan harus ada pendekatan yang lestari. Pendidikan itu tidak akan sukses
melainkan jika disertai dengan pemberian contoh teladan yang baik dan nyata.4 [5]
Dengan metode lain, seseorang dapat menanamkan pengaruh yang baik ke dalam jiwa
seseorang. Cara yang dimaksud ialah: Pertama, nasehat hendaknya lahir dari hati yang ikhlas.
Nasehat yang disampaikan secara ikhlas akan mengena dalam tanggapan pendengarnya.
Kedua, nasehat hendaknya berulang-ulang agar nasehat itu meninggalkan kesan sehingga
orang yang dinasehati tergerak untuk mengikuti nasehat itu.6 Allah Swt. pun menjelaskan
dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 125, Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-
Mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik..
Selain itu pembinaan akhlak dapat pula ditempuh dengan cara senantiasa menganggap diri ini
sebagai manusia yang banyak kekurangannya dari pada kelebihannya dalam hubungan ini
ibnu sina mengatakan jika seseorang menghendaki dirinya berakhlak utama,

hendaknya ia lebih dahulu mengetahui kekurangan dan cacat yang ada dalam dirinya,
dan membatasi sejauh mungkin untuk tidak berbuat kesalahan sehingga kecacatannya itu
tidak terwujud dalam kenyataan.7 Namun ini bukan berarti bahwa ia menceritakan dirinya
sebagai orang yang paling bodoh, paling miskin dan sebagainya di hadapan orang-orang,
dengan tujuan justru merendahkan orang lain. Hal yang demikian dianggap tercela dalam
islam.
Pembinaan akhlak secara efektif dapat pula dilakukan dengan memperhatikan faktor
kejiwaan sasaran yang akan dibina. Menurut hasil penelitian para psikolog bahwa kejiwaan
manusia berbeda menurut perbedaan tingkat usia. Pada usia kanak-kanak misalnya lebih
menyukai kepada hal-hal yang bersifat rekreatif dan bermain. Untuk itu ajaran akhlak dapat
disajikan dalam bentuk permainan. Hal ini pernah dilakukan oleh para ulama di masa lalu.
Mereka menyajikan ajaran akhlak lewat syair yang berisi sifat-sifat Allah dan Rasul, anjuran
beribadah dan berakhlak mulia dan lain-lainnya. Syair tersebut dibaca pada saat menjelang
dilangsungkannya pengajian, ketika akan melaksanakan sholat lima waktu dan acara-acara
peringatan hari-hari besar islam.8
Selain metode-metode tersebut, terdapat pula metode ibrah. Ibrah menurut An-
Nahlawi yang dikutip oleh Ahmad Tafsir, ibrah adalah suatu kondisi psikis yang

6
menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu yang disaksikan, yang dihadapi dengan
menggunakan nalar yang menyebabkan hati mengakuinya.9
Tujuan metode ini adalah mengantarkan manusia kepada kepuasan pikir tentang perkara
keagamaan yang bisa menggerakkan, mendidik, atau menumbuhkan perasaan keagamaan.[6]

B. Hubungan antara ilmu akhlak dengan ilmu Tauhid

Dilihat dari segi obyek pembahasannya yaitu menguraikan masalah Tuhan baik
dari segi zat, sifat dan perbuatannya, dengan demikian Ilmu Tauhid akan
mengarahkan perbuatan manusia menjadi ikhlas, dan keihlasan itu merupakan
salah satu akhlak mulia.
Dilihat dari fungsinya, ilmu Tauhid menghendaki agar seseorang yang bertauhid
tidak hanya cukup menghafal rukun iman yang enam dengan dalil-dalilnya saja,
tetapi yang terpenting adalah agar orang yang bertauhid itu meniru dan
menyontoh terhadap subyek yang terdapat dalam rukun iman itu. Dengan
demikian beriman kepada rukun iman yang enam itu akan memberi pengaruh
terhadap pembentukan akhlak mulia.
Jadi jelas bahwa ilmu tauhid sangat erat kaitannya dengan pembinaan akhlak yang
mulia. Dengan demikian dalam rangka pengembangan Ilmu akhlak, bahan-bahannya dapat
digali dari ajaran tauhid dan keimanan tersebut.

BAB III

7
PENUTUP

3.1Kesimpulan

Ada beberapa cara yang digunakan dalam pembentukan akhlak. Pembinaan akhlak
yang ditempuh islam adalah menggunakan cara atau sistem yang integrated, yaitu sistem
yang menggunakan berbagai sarana peribadatan dan lainnya secara simultan untuk diarahkan
pada pembinaan akhlak. Cara lain yang dapat ditempuh untuk pembinaan akhlak ini adalah
pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara kontinyu. Dalam tahap-tahap
tertentu, pembinaan akhlak, khususnya akhlak lahiriah dapat pula dilakukan dengan cara
paksaan yang lama kelamaan tidak lagi terasa dipaksa. Selanjutnya yang tak kalah ampuhnya
adalah melalui keteladanan. Pendidikan itu tidak akan sukses, melainkan jika disertai dengan
pemberian contoh teladan yang baik dan nyata. Cara yang demikian itu telah dilakukan oleh
Rasulullah.

3.2. Saran

Membina atau mendidik manusia untuk memiliki moral baikberawal dari pendidikan
dan pembinaan di dalam keluarga. Keluarga yang terdiri dari ayah , ibu dan anak juga anggot-
anggota yang lain seharusnya menerapkan prilaku yang berdasarkan ajaran agama yang telah
memberikan pedoman yang benar. Seorang ayah dan bu yang menginginkan anak-anak dan
keturunan mereka memiliki moral dan akhlak yang baik. Hendaknya juga mempraktekkan
moral dan akhlak yang baik. Baik dan buruknya prilaku anak-anak boleh dikatakan sebagai
cerminan orang tua mereka. Karena itulah orang tua harus benar-benar memahami nilai-nilai
moral dan akhlak yang diajarkan di dalam masyarakat dan juga agama yng dianutnya.
Sebagai muslim kita seharusnya mempraktekkan ajaran-ajaran agama kita tentang sikap dan
prilaku atau akhlak yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

8
Nata, Abuddin. 2000. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Muhammad Athiyah al-Abrasy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1974), cet. II, hlm. 15.
Mansur Ali Rajab, Taammulat fi Falsafah al-Akhlaq, (Mesir: Maktabah al-Anjali al-
Mishriyah, 1961), hlm. 91.
Muhammad al-Ghazali, Akhlak Seorang Muslim, (terj.) Moh. Rifai, dari judul asli Khuluq
al-Muslim, (Semarang: Wicaksana, 1993), cet. IV
Ahmad, Amin. 1995. Etika ( ilmu akhlak ). Jakarta: Bulan Bintang.
Thaib, Ismail. 1984. Risalah Akhlak. Yogyakarta: Cv. Bina Usaha
Abdullah, Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al Quran.Jakarta: Amzah.
Thaib, Ismail. 1984. Risalah Akhlak. Yogyakarta: CV. Bina Usaha.
[1] Muhammad Athiyah al-Abrasy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1974), cet. II, hlm. 15.

[2] Mansur Ali Rajab, Taammulat fi Falsafah al-Akhlaq, (Mesir: Maktabah al-Anjali al-
Mishriyah, 1961), hlm. 91.

[3] Ibid., 90.


1 Muhammad Al-Ghazali, Akhlak Seorang Muslim. (terj.) Moh. RifaI dari judul asliKhuluq
Al-Muslim, (Semarang: Wicaksana 1993), cet. IV, h.13
2 Ibid., h.12
3 Imam Al-Ghazali, Kitab Al-Arbain fi Ushul Al-din, (Kairo: Maktabah Al-Hindi.t.t.) h.190-
191. Lihat pula Asmaran, As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Rajawali Pers, 1992), cet-1,
h.45
4 Ibid., h.16
5 Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, terj. Jamaludin Miri, Jilid II,
(Jakarta: Pustaka Amani, 1999), h.178
6 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1992), h.146
7 Ibnu Sina, Ilmu Akhlak, (Mesir: Dar Al-Maarif.t.t.) h.202-203
8Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h.156-164
9Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, h.145
Iklan

Anda mungkin juga menyukai