Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Setiap zat cair mempunyai karakteristik yang khas, berbeda satu zat cair dengan zat cair yang
lain. Oli mobil sebagai salah satu contoh zat cair dapat kita lihat lebih kental daripada minyak
kelapa. Apa sebenarnya yang membedakan cairan itu kental atau tidak. Kekentalan atau
viskositas dapat dibayangkan sebagai peristiwa gesekan antara satu bagian dan bagian yang lain
dalam fluida. Dalam fluida yang kental kita perlu gaya untuk menggeser satu bagian fluida
terhadap yang lain. Di dalam aliran kental kita dapat memandang persoalan tersebut seperti
tegangan dan regangan pada benda padat. Kenyataannya setiap fluida baik gas maupun zat cair
mempunyai sifat kekentalan karena partikel di dalamnya saling menumbuk. Bagaimana kita
menyatakan sifat kekentalan tersebut secara kuantitatif atau dengan angka, sebelum membahas
hal itu kita perlu mengetahui bagaimana cara membedakan zat yang kental dan kurang kental
dengan cara kuantitatif. Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur kekentalan suatu zat cair
adalah viskosimeter ( Lutfy, 2007).
Apabila zat cair tidak kental maka koefesiennya sama dengan nol sedangkan pada zat cair
kental bagian yang menempel dinding mempunyai kecepatan yang sama dengan dinding. Bagian
yang menempel pada dinding luar dalam keadaan diam dan yang menempel pada dinding dalam
akan bergerak bersama dinding tersebut. Lapisan zat cair antara kedua dinding bergerak dengan
kecepatan yang berubah secara linier sampai V. Aliran ini disebut aliran laminer. Aliran zat cair
akan bersifat laminer apabila zat cairnya kental dan alirannya tidak terlalu cepat (Sudarjo, 2008).
Pengertian viskositas fluida (zat cair) adalah gesekan yang ditimbulkan oleh fluida yang
bergerak, atau benda padat yang bergerak didalam fluida. Besarnya gesekan ini biasa juga
disebut sebagai derajat kekentalan zat cair. Jadi semakin besar viskositas zat cair, maka semakin
susah benda padat bergerak didalam zat cair tersebut. Viskositas dalam zat cair, yang berperan
adalah gaya kohesi antar partikel zat cair (Martoharsono, 2006).
Viskositas menentukan kemudahan suatu molekul bergerak karena adanya gesekan antar
lapisan material. Karenanya viskositas menunjukkan tingkat ketahanan suatu cairan untuk
mengalir. Semakin besar viskositas maka aliran akan semakin lambat. Besarnya viskositas
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti temperatur, gaya tarik antar molekul dan ukuran serta
jumlah molekul terlarut. Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki
tingkat kekentalan yang berbeda. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi
(gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan
oleh tumbukan antara molekul. Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliaran fluida yang
merupakan gesekan antara molekul molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan
yang mudah mengalir, dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan-
bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi (Sarojo, 2009).
Zat cair maupun gas mempunyai viskositas hanya saja zat cair lebih kental (viscous)
daripada gas, dalam merumuskan persamaan-persamaan dasar mengenai aliran yang kental akan
jelas nanti, bahwa masalahnya mirip dengan masalah tegangan dan regangan luncur di dalam zat
padat. Salah satu macam alat untuk mengukur viscositas zat-cair adalah viscometer (Sudarjo,
2008).
Cairan yang mudah mengalir, misalnya air atau minyak tanah, tegangan luncur itu relatif
kecil untuk cepat perubahan regangan luncur tertentu, dan viskositasnya juga relatif kecil, dan
begitu pula sebaliknya (Lutfy, 2007).
Viskositas (kekentalan) dapat dianggap suatu gesekan dibagian dalam suatu fluida. Karena
adanya viskositas ini maka untuk menggerakkan salah satu lapisan fluida diatasnya lapisan lain
haruslah dikerjakan gaya. Karena pengaruh gaya k, lapisan zat cair dapat bergerak dengan
kecepatan v, yang harganya semakin mengecil untuk lapisan dasar sehingga timbul gradien
kecepatan. Baik zat cair maupun gas mempunyai viskositas hanya saja zat cair lebih kental
(viscous) dari pada gas tidak kental (Mobile ) (Martoharsono, 2006).
Suatu jenis cairan yang mudah mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan
sebaliknya bahan bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi. Pada
hukum aliran viskositas, Newton menyatakan hubungan antara gaya gaya mekanika dari suatu
aliran viskos sebagai geseran dalam (viskositas) fluida adalah konstan sehubungan dengan
gesekannya. Hubungan tersebut berlaku untuk fluida Newtonian, dimana perbandingan antara
tegangan geser (s) dengan kecepatan geser (g) nya konstan. Parameter inilah yang disebut
dengan viskositas. Aliran viskos dapat digambarkan dengan dua buah bidang sejajar yang
dilapisi fluida tipis diantara kedua bidang tersebut. Suatu bidang permukaan bawah yang tetap
dibatasi oleh lapisan fluida setebal h, sejajar dengan suatu bidang permukaan atas yang bergerak
seluas A. Jika bidang bagian atas itu ringan, yang berarti tidak memberikan beban pada lapisan
fluida dibawahnya, maka tidak ada gaya tekan yang bekerja pada lapisan fluida. Suatu gaya F
dikenakan pada bidang bagian atas yang menyebabkan bergeraknya bidang atas dengan
kecepatan konstan v, maka fluida dibawahnya akan membentuk suatu lapisan lapisan yang
saling bergeseran. Setiap lapisan tersebut akan memberikan tegangan geser (s) sebesar F/A yang
seragam dengan kecepatan lapisan fluida yang paling atas sebesar v dan kecepatan lapisan fluida
paling bawah sama dengan nol, maka kecepatan geser (g) pada lapisan fluida di suatu tempat
pada jarak y dari bidang tetap dengan tidak adanya tekanan fluida (Kanginan, 2006).
Lapisan-lapisan gas atau zat cair yang mengalir saling berdesakan karena itu terdapat gaya
gesek yang bersifat menahan aliran yang besarnya tergantung dari kekentalan zat cair. Gaya
gesek tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus: G = A (Ginting, 2011).
Adapun jenis cairan dibedakan menjadi dua tipe, yaitu cairan newtonian dan non newtonian.

1. Cairan Newtonian
Cairan newtonian adalah cairan yg viskositasnya tidak berubah dengan berubahnya gaya
irisan, ini adalah aliran kental (viscous) sejati. Contohnya : Air, minyak, sirup, gelatin, dan lain-
lain. Shear rate atau gaya pemisah viskositas berbanding lurus dengan shear stresss secara
proporsional dan viskositasnya merupakan slope atau kemiringan kurva hubungan antara shear
rate dan shear stress. Viskositas tidak tergantung shear rate dalam kisaran aliran laminar (aliran
streamline dalam suatu fluida). Cairan Newtonian ada 2 jenis, yang viskositasnya tinggi disebut
Viscous dan yang viskositasnya rendah disebut Mobile (Dogra, 2006).
2. Cairan Non-Newtonian
yaitu cairan yang viskositasnya berubah dengan adanya perubahan gaya irisan dan
dipengaruhi kecepatan tidak linear.

Metode Penentuan Kekentalan


Untuk menentukan kekentalan suatu zat cair dapat digunakan dengan cara :
1. Cara Ostwalt / Kapiler
Viskositas dari cairan yang ditentukan dengan mengukur waktu yang dibutuhkan bagi
cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika mengalir karena gravitasi melalui viskometer
Ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi
suatu zat yang viskositasnya sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat 2 tanda tersebut (Lutfy,
2007).
Berdasarkan hukum Heagen Poiseuille.

= P r4t
8 VL
Hukum poiseuille juga digunakan untuk menentukan distribusi kecepatan dalam arus
laminer melalui pipa slindris dan menentukan jumlah cairan yamg keluar perdetik (Sarojo, 2006)

2. Cara Hopper
Berdasarkan hukum Stokes pada kecepatan bola maksimum, terjadi keseimbangan
sehingga gaya gesek = gaya berat gaya archimides. Prinsip kerjanya adalah menggelindingkan
bola ( yang terbuat dari kaca ) melalui tabung gelas yang berisi zat cair yang diselidiki.
Kecepatan jatuhnya bola merupakan fungsi dari harga resiprok sampel. Berdasarkan hukum
stoke yaitu pada saat kecepatan bola maksimum,terjadi kesetimbangan sehingga gaya gesek
sama dengan gaya berat archimedes. Dalam fluida regangan geser selalu bertambah dan tanpa
batas sepanjang tegangan yang diberikan. Tegangan tidak bergantung pada regangan geser tetapi
tergantung pada laju perubahannya. Laju perubahan regangan juga disebut laju regangan ( D.
Young , 2009).

Laju perubahan regangan geser = laju regangan

Rumus yang di atas dapat defenisikan viskositas fluida, dinotasikan dengan (eta), sebagai rasio
tegangan geser dengan laju regangan :

= Tegangan geser
Laju regangan
Mempelajari gerak bola yang jatuh ke dalam fluida kental, walaupun ketika itu hanya untuk
mengetahui bahwa gaya kekentalan pada sebuah bola tertentu di dalam suatu fluida tertentu
berbandingan dengan kecepatan relatifnya. Bila fluida sempurna yang viskositasnya nol
mengalir melewati sebuah bola, atau apabila sebuah bola bergerak dalam suatu fluida yang diam,
gari-garis arusnya akan berbentuk suatu pola yang simetris sempurna di sekeliling bola itu.
Tekanan terhadap sembarang titik permukaan bola yang menghadap arah alir datang tepat sama
dengan tekanan terhadap titik lawan. Titik tersebut pada permukaan bola menghadap kearah
aliran, dan gaya resultan terhadap bola itu nol (Sudarjo, 2008).
2.1 Teori Viskositas
Viskositas dapat dianggap sebagai gerakan di bagian dalam (internal) suatu
fluida.Viskositas terdapat pada zat cair maupun gas, dan pada intinya merupakan gaya gesekan
antara lapisan-lapisan yang bersisian pada fluida saat lapisan-lapisan bergerak satu melewati
yang lainnya. Pada zat cair, viskositas terutama disebabkan oleh gaya kohesi antara molekul.
Pada gas viskositas muncul dari tumbukan antar molekul. Fluida yang berbeda memiliki besar
viskositas yang berbeda, dan zat cair pada umumnya lebih kental daripada gas (Triyana, 2011).

2.1.1 Koefisien Viskositas


a. Hukum Poiseuille
Nilai kesebandingan antara selisih tekanan dan vL/A berhubungan dengan suatu konstanta
yang disebut koefisien viskositas fluida . Viskositas didefinisikan sedemikian rupa sehinnga
selisih tekanan dirumuskan dengan :
P1-P2 = 8 vL/A (Purwoko danFendi, 2009)

b. Hukum Stokes
Viskositas (kekentalan) berasal dari perkataan Viscous. Suatu bahan apabila
dipanaskan sebelum menjadi cair terlebih dulu menjadi viscous yaitu
menjadi lunak dan dapat mengalir pelan-pelan. Viskositas dapat dianggap
sebagai gerakan di bagian dalam (internal) suatu fluida. Jika sebuah benda
berbentuk bola dijatuhkan ke dalam fluida kental, misalnya kelereng
dijatuhkan ke dalam kolam renang yang airnya cukup dalam, Nampak mula-
mula kelereng bergerak dipercepat. Tetapi beberapa saat setelah menempuh
jarak cukup jauh, Nampak kelereng bergerak dengan kecepatan konstan
(bergerak lurus beraturan). Ini berarti bahwa di samping gaya berat dan
gaya apung zat cair masih ada gaya lain yang bekerja pada kelereng
tersebut. Gaya ketiga ini adalah gaya gesekan yang disebabkan oleh
kekentalan fluida. Khusus untuk benda berbentuk bola, gaya gesekan fluida
secara empiris dirumuskan sebagai :
Fs= 6rv (Budianto, 2008).
2.2 Teori Bahan
2.2.1 Aquadest (H2O)
Air merupakan senyawa yang paling melimpah di muka bumi memiliki rumus kimia H 2O.
Sebuah molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom
oksigen.
Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar yaitu 1
atm dan 0 C. Air merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk
melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan
banyak macam molekul organik (Dahlan, 2009).
2.3 Teori Densitas
Densitas merupakan jumlah suatu zat pada suatu unit volume. Densitas merupakan
perbandingan jumlah massa dengan jumlah volume, dapat dirumuskan dalam bentuk persamaan:
(Karyono, 2008)
Dimana: = volume (m2)
m = massa (m)
= densitas fluida (kg/m3)
Dan dimensinya adalah ML-3

2.4 Aplikasi dalam Industri : Proses Pembuatan Vernis dari Serbuk Damar Menggunakan
Pelarut Berbasis Minyak Hidrokarbon
Damar merupakan salah satu bahan baku alami untuk pembuatan vernis karena damar
merupakan senyawa biopolimer. Secara umum sifat-sifat damar adalah rapuh, mudah pecah dan
melekat pada tangan pada suhu ruangan, titik didih antara 85-90 C, mempunyai nilai asam yang
berbeda-beda menurut jenis ukuran butir damarnya. Peralatan yang digunakan yaitu pengaduk
kapasitas 5 L, kain saring, viscometer R-1-2-H, piknometer, kuas dan peralatan gelas lainnya
untuk pengujian serta papan triplek untuk pengulasan. Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah setbuk damar, minyak tanah, bensin, methanol teknis dan thinner.
Proses pembuatan vernis diawali dengan menimbang 400 gram bahan baku serbuk damar,
masukkan ke dalam wadah pengaduk. Kemudian ditambahkan 600 ml campuran pelarut bensin
dan minyak tanah. Lalu, diaduk selama 10 menit hingga serbuk damar tercampur merata.
Kemudian dilakukan penambahan methanol teknis dan diaduk hingga homogen. Saring
campuran vernis yang diperoleh menggunakan kain saring. Vernis yang telah disaring diuji sifat
fisiknya dan pengujian aplikasi vernis pada papan triplek.
Vernis yang diperoleh kemudian dilakukan pengujian terhadap sifat fisik vernis yaitu
viskositas dandensitas (Redha, 2013).

Anda mungkin juga menyukai