Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS HASIL INVESTIGASI KECELAKAAN KERJA PADA INALUM SMELTING

PLANT (ISP) PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM


KUALA TANJUNG TAHUN 2014

(ANALYSIS OF OCCUPATIONAL ACCIDENT INVESTIGATION IN INALUM


SMELTING PLANT (ISP) PT INDONESIA ASAHAN ALUMUNIUM 2014)

Oleh :
Aprilia Rizki Ardila , Halinda Sari Lubis2, Eka Lestari Mahyuni2
1

1
Mahasiswa Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM USU
2
Dosen Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM USU
Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia
Email:apriliarizkiardila30@gmail.com
ABSTRACT

Occupational accident is work-related event that could cause injury or illness and even
death. In the cycle of accident prevention, one of the important thing is how to conduct the
accident investigation to find the factors that caused the accident. Accident investigation is
essential to design prevention programs so the same accident will not happen again. Human
Factors Analysis and Classification System (HFACS) is a method of occupational accidents
analysis with a systematic approach to determine the main cause of the accidents.
This study was a descriptive study in which the author tried to analyze the occupational
accident investigation in Inalum Smelting Plant (ISP) PT Inalum 2014 using HFACS. The data
that being used are secondary data from the accident investigation report of PT Inalum 2014.
The results showed that the Performance-based error is the greatest type of error that
causes unsafe actions that was 45%. Judgment and decision-making error was in the second
place with 33% and violation was 22%. Mental awareness (physical readiness) and
technological environment are precondition that provides the greatest contribution to the work
accident, that was 25%. State of mind and physical environment was 19%. Teamwork also has
contribution of the occupational accident as many 12%. Inadequate supervision and planned
inappropriate operation have contributed 37.5% of the accidents that occur. While supervisory
violations has contributed 25% of the accidents that occur. Policy and proess issues have
contributed 56% and climate/culture influences has contributed 43% of the accident that
occurred in Inalum Smelting Plant.
Based on the results of the study, PT Inalum Kuala Tanjung is expected to give and
improve education, training, and guidance about occupational health and safety especially in
abnormal condition so the laborer can decide the right act while working and establish
communication between employees and group/units effectively.

Keywords : Occupational accident, Accident investigation, HFACS


Pendahuluan Analysis and Classification System
Adanya penerapan keselamatan dan (HFACS) merupakan metode analisis
kesehatan kerja dalam aktivitas kerja, kecelakaan kerja Human Factor yang
diharapkan dapat menekan terjadinya kasus- tidak hanya membahas mengenai faktor
kasus kecelakaan kerja yang selama ini manusia namun juga dapat mengidentifikasi
banyak terjadi. Undang- Undang Nomor 1 kerusakan dalam seluruh sistem yang
Tahun 1970 menjelaskan bahwa kecelakaan memungkinkan kecelakaan terjadi. HFACS
kerja adalah suatu kejadian yang tidak juga dapat digunakan secara proaktif dengan
diduga semula dan tidak dikehendaki, yang menganalisa peristiwa sejarah (retrospektif)
mengacaukan proses yang telah diatur dalam untuk mengidentifikasi kecenderungan
suatu aktivitas dan dapat menimbulkan terjadi kembalinya kekurangan atau
kerugian baik korban manusia maupun harta kelemahan sistem dan kinerja pekerja
benda. (Wiegmann dan Shappell, 2002).
Menurut Winarsunu (2008) Tingkat kecelakaan kerja di
kecelakaan adalah suatu kejadian yang Indonesia masih terhitung tinggi. Menteri
merugikan.Kecelakaan menyebabkan orang Ketenagakerjaan (Menaker) M Hanif
mengalami hambatan dan ketidakmampuan Dhakiri mengungkapkan bahwa dalam
bahkan kematian serta memerlukan biaya setahun, 103 ribu angka kecelakaan terjadi
yang sangat mahal.Oleh karena itu, disadari di Indonesia.2.400 orang meninggal per
atau tidak disadari semua orang menyakini tahun, delapan orang meninggal dunia
bahwa keselamatan adalah hal yang sangat karena kecelakaan kerja setiap harinya
penting. (Republika, 2015).
Di dalam siklus pencegahan Berdasarkan data Annual Summary
kecelakaan maka salah satu yang penting Report on Molten Metal Incidents terdapat
adalah bagaimana melakukan investigasi 81 laporan kecelakaan kerja yang terjadi di
kecelakaan untuk mencari faktorfaktor seluruh dunia pada tahun 2013.Angka
penyebab terjadinya kecelakaan tersebut. kecelakaan kerja ini meningkat dari tahun
Pencarian faktor penyebab ini penting untuk sebelumnya yaitu 58 kasus kecelakaan kerja
dilakukannya analisa sehingga dapat di sektor industri aluminium.
merancang program pencegahan kecelakaan Berdasarkan penelitian yang
kerja agar nantinya kecelakaan yang sama dilakukan oleh Katia (2009) kecelakaan
tidak terulang kembali.Penyelidikan kerja diakibatkan oleh beberapa faktor.Salah
kecelakaan atau investigasi kecelakaan kerja satu faktor-faktor tersebut adalah faktor
bertujuan untuk mencari akar penyebab personal yang menyebabkan tindakan gagal
kecelakaan.Investigasi kecelakaan juga yaitu kurangnya pengetahuan pekerja dan
dilakukan untuk mengumpulkan bukti dan motivasi pekerja yang tidak sesuai.
fakta agar dapat merumuskan solusi dari Human error merupakan hasil dari
kecelakaan yang terjadi dan juga dapat sebuah tindakan yang tidak diinginkan dari
membantu menilai kerugian yang timbul standar atau ketentuan yang diharapkan,
(Hidayat, 2009). dimana lokasi, peralatan, dan sistem
Human Factors Analysis and memiliki potensial resiko. Dari
Classification System (HFACS) merupakan pengelompokkan human errorpada
salah satu metode analisis kecelakaan kerja kecelakaan kapal di pelabuhan Banten
dengan pendekatan sistematik untuk human error dalam bentuk unsafe act
mengetahui penyebab utama dari terjadinya merupakan penyebab utama kecelakaan
berbagai kecelakaan.Metode Human Factors yaitu sebesar 40%. Bentuk kesalahan yang
dilakukan operator adalah kesalahan dalam sebanyak 94 kali dan kondisi tidak aman
pengambilan keputusan, gagal (unsafe condition) sebanyak 28 kali di PT
mengendalikan kapal, salah menilai kondisi Inalum.Hal ini menunjukkan bahwa perilaku
sekitar, dan pelanggaran.Ketiga bentuk tidak aman memiliki kontribusi yang cukup
kesalahan yang pertama didasarkan pada besar terhadap terjadinya kecelakaan kerja
kurang ahlinya pekerja dalam (Accident Data PT Inalum, 2014).
mengendalikan kapal dan karena kurangnya Dengan melakukan analisis terhadap
informasi dari lingkungan.Hal ini investigasi kecelakaan kerja pada Inalum
disebabkan oleh latar belakang pendidikan Smelting Plant (ISP) PT Inalumakan
operator yang tidak sesuai dan kurang diketahui kegagalan aktif dan kegagalan
pengalaman (Lady, 2014). laten dari setiap kecelakaan yang terjadi
PT Indonesia Asahan Aluminium sehingga akan diketahui pula pola
(Persero) atau yang biasa dikenal PT kecelakaan kerja yang terjadi pada tahun
INALUM merupakan Badan Usaha Milik 2014.
Negara (BUMN) dan satu-satunya di Berdasarkan uraian diatas, maka
Indonesia yang bergerak di bidang peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
peleburan aluminium dengan produk akhir mengenai analisis investigasi kecelakaan
berupa aluminium batangan (ingot) yang kerja pada InalumSmelting Plant (ISP) PT
kemudian dipasarkan di dalam dan ke luar Inalum Kuala Tanjung.
negeri. Metode Penelitian
Inalum Smelting Plant (ISP) atau Penelitian ini merupakan jenis
Pabrik Peleburan Aluminium merupakan penelitian deskriptif, dimana peneliti
bagian utama dari PT Inalum yang terletak berusaha menganalisis investigasi
di Kuala Tanjung. Di pabrik inilah alumina kecelakaan kerja yang terjadi di Inalum
diproses menjadi logam aluminium batangan Smelter Plant (ISP) PT INALUM tahun
dengan menggunakan alumina dan karbon 2014.Penelitian ini dilakukan pada bulan
sebagai bahan baku utamanya, dan Februari Oktober 2015.
meleburnya dengan memakai tenaga listrik. Data yang digunakam dalam
Pada pabrik peleburan ini terdapat tiga penelitian ini adalah data sekunder yaitu
bagian utama untuk proses produksi, yaitu data yang diperoleh dari dokumen
bagian karbon (pabrik karbon), bagian perusahaan berupa gambaran umum
tungku reduksi (pabrik reduksi) dan bagian perusahaan, data kecelakaan (accident data)
penuangan (pabrik penuangan). tahun 2014 dan laporan investigasi
PT Inalumsudah mendapatkan kecelakaan (reportaccident) tahun 2014
penghargaan zero accident sejak tahun 2008, serta data-data lain yang dibutuhkan untuk
namun bukan berarti tidak ditemukan sama melengkapi penelitian ini.
sekali kasus kecelakan kerja. Berdasarkan Analisis data dilakukan dengan
Accident DataPT Inalum yang diperoleh Human Factors Analysis and Classification
pada saat survei awal terdapat enam (6) System (HFACS). Data investigasi
injury atau kasus kecelakaan kerja, near kecelakaan kerja ISP PT INALUM akan
miss sebanyak 39 kali dan kerusakan dianalisis dengan menggunakan HFACS
properti sebanyak 25 kali yang terjadi di yang merupakan pengembangan dari theory
Inalum Smelting Plant (ISP) pada tahun Swiss Cheese Reason pada tahun 1990.
2014. Masing-masing kecelakaan akan dianalisis
Dari data accident juga ditemukan sesuai dengan pengelompokkan teori Swiss
perilaku tidak aman (unsafe action) Cheese.
Hasil dan Pembahasan sosialisasi informasi k3, dan internal sharing
PT Indonesia Asahan Aluminium safety.
(Inalum) adalah perusahaan yang bergerak
di bidang industri peleburan aluminium,
berbentuk Perseroan Terbatas yang Persentase Jenis
berkedudukan dan berkantor pusat di Jakarta Kecelakaan
serta didirikan pada tanggal 6 Januari
Tertusuk
1976.Inalum Smelting Plant (ISP) atau
Pabrik Peleburan Aluminium merupakan Terjatuh/terpeleset
bagian utama dari PT Inalum.Inalum Tertumbuk/erkena benda
Smelting Plant (ISP) terletak di Kuala
Kontak dengan bahan berbahaya
Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten
Batu Bara, Sumatera Utara. Di pabrik inilah 17%
alumina diproses menjadi logam aluminium 33%
batangan (ingot) dengan menggunakan
alumina dan karbon sebagai bahan baku 17%
utamanya. Proses produksi yang digunakan
33%
adalah proses elektrolisa dengan kapasitas
produksi sebanyak 225.000 ton/tahun.
Pelaksanaan keselamatan dan Gambar 1. Persentase jenis kecelakaan
kesehatan kerja (K3) di PT Inalum Gambar di atas merupakan
dilaksanakan oleh Panitia Pembina presentase kecelakaan kerja yang terjadi di
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) Inalum Smelting Plant (ISP) PT Indonesia
dan safety promotor. Panitia Pembina Asahan Aluminium (Inalum) pada tahun
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) 2014. Dari 6 kasus kecelakaan kerja yang
menurut Permenaker RI Nomor tercatat, maka jumlah kasus terbesar adalah
PER.04/MEN/1987 adalah badan pembantu terjatuh/terpeleset dan tertusuk yaitu sebesar
di tempat kerja yang merupakan wadah kerja 33%, sedangkan kontak bahan berbahaya
sama antara pengusaha dan pekerja untuk dan tertembuk atau terkena benda sebesar
mengembangkan kerjasama saling 17%.
penngertian dan partisipasi efektif dalam Metode investigasi kecelakaan kerja
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja. yang digunakan oleh perusahaan adalah
Safety promotor adalah tim yang bertugas metode Systematic Cause Analysis
dalam suatu seksi untuk mengelola Technique (SCAT).Masing-masing
pengawasan keselamatan dan kesehatn kerja kecelakaan akan dianalisis dengan
di seksinya sendiri. pengelompokkan sesuai dengan model Swiss
Panitia Pembina Keselamatan dan Cheese, yang dilihat dari tipe tindakan tidak
Kesehatan Kerja (P2K3) bertugas dalam aman, pra kondisi yang menyebabkan
melakukan kegiatan seperti rapat bulanan, tindakan tidak aman, kurangnya pengawasan
patrol K3, evaluasi data K3dan kecelakaan dan pengaruh organisasi.
kerja, informasi dan penyuluhan K3, serta
mengusulkan pelatihan tenaga spesialisasi
K3 dan rekomendasi K3.Safety promotor
bertugas untuk melakukan penyuluhan k3,
toolbox meetting, patrol, lomba k3 internal,
Berikutnya adalahState of mind dan
Type of Error & Violations lingkungan fisik sebesar 19%. Teamwork
atau kerja sama tim juga berpengaruh
Violatio
n sebesar 12%.
22% Perform
ance- Unsafe Supervision
Based
Error
45% Supervisory
25% violations
Decison 37,5%
Error
33% Planned
Gambar 2. Diagram Penyebaran Tipe-Tipe 37,5% inappropriate
operations
Kesalahan
Pada gambar di atas apat dilihat
bahwa performance-based error merupakan
tipe kesalahan yang paling besar yang Gambar 4. Penyebaran Unsafe Supervision
menyebabkan tindakan tidak aman yaitu Gambar di atas menunjukkan bahwa
45%. Judgement and decision-making error pengawasan yang tidak adikuat dan
berada di urutan kedua dengan jumlah 33% pengawasan perencanaan yang tidak aman
dan violation sebesar 22%. memiliki kontribusi sebesar 37,5% terhadap
kecelakaan kerja yang terjadi. Sedangkan
supervisory violations berkontribusi sebesar
Preconditions 25% terhadap kecelakaan kerja yang terjadi.

Physical Organizational Influences


Environment
12% 19%

Technological
25% Environment Policy &
25% 43% Process
57% Issues
19%
0% Physical
0% Problem
State of mind

Gambar 3. Penyebaran Preconditions


Diagram penyebaran pre-kondisi
Gambar 5. Penyebaran Organizational influences
yang menyebabkan tindakan tidak aman di Gambar di atas menunjukkan bahwa
atas menggambarkan bahwa mental policy dan proess issues memiliki kontribusi
awareness (physical readiness) yaitu sebesar 56% terhadap terjadinya kecelakaan
ketidaksiapan pekerja dalam melaksanakan kerja di Inalum Smelter Plant (ISP) PT
pekerjaannya dan lingkungan teknologi Inalum.Climate/ culture influences memiliki
memberikan kontribusi terbesar terhadap kontribusi sebesar 43%.
kecelakaan kerja yaitu sebesar 25%.
Berdasarkan data kecelakaan kerja Performance-based erroryangterjadi
PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) pada kecelakaan kerja di Inalum Smelting
terdapat enam (6) kecelakaan kerja yang Plant (ISP) adalah antara lain teknik atau
terjadi di Inalum Smelting Plant (ISP) pada posisi kerja yang kurang baik, dan
tahun 2014. Kecelakaan kerja tersebut melakukan tindakan tidak tepat serta tidak
terjadi pada lima bagian kerja yaitu Smelter aman. Kecelakaan kerja yang terjadi
Service and Workshop Section (SSW), disebabkan oleh tindakan pekerja yang
Smelter Casting Section (SCA), Smelter kurang tepat misalnya mencongkel dalam
Quality Assurance Section (SQA), Smelter posisi di atas mound dan kaki dekat dengan
Administration and Welfare Section (SAW) alat kerja dan mengambil labu takar dan
dan dua kasus kecelakaan kerja terjadi pada membuka tutup labu takar tersebut dalam
bagian Smelter Smelter Maintenance Plant kondisi yang masih panas.
One (1) Section (SMO). Judgement and decision-making
Berdasarkan penelitian jenis erroryang terjadi pada kecelakaan kerja di
kecelakaan terjatuh atau terpeleset dan Inalum Smelting Plant (ISP) adalah
tertusuk merupakan jenis kecelakaan yang gagalnya pekerja dalam menentukan apakah
lebih sering terjadi dibandingkan dengan suatu kondisi berbahaya atau tidak atau
dua jenis kecelakaan lainnya. Menurut ILO belum mampu mengidentifikasi bahaya
jenis kecelakaan tersebut tergolong dalam pekerjaan yang dilakukan yang mana hal ini
jenis kecelakaan minor dan dapat mengakibatkan pekerja salah dalam
moderate.Kerugian tersebut dapat diukur mengambil tindakan.Misalnya terjadi pada
dengan besarnya biaya yang dikeluarkan kasus dimana seorang pekerja memaksakan
bagi terjadinya kecelakaan.Menurut menekan bola lampu walaupun pada
Sumamur (2009) Biaya kerrugian akibat awalnya pegas tidak berfungsi sehingga
kecelakaan kerja dapat dibagi menjadi biaya mengakibatkan pekerja tersebut celaka.
langsung dan biaya tersembunyi. Contoh lain adalah pekerja memanaskan
Kasus kecelakaan kerja yang terjadi larutan kimia dalam kondisi tertutup di
di Inalum Smelting Plant (ISP) PT Inalum electric stove padahal bahan kimia yang
Kuala Tanjung TAHUN 2014 disebabkan dipanaskan di tempat tertutup akan rawan
oleh tindakan tidak aman yaitu meletup. Biasanya Judgement and decision-
bekerjadengan posisi atau sikap tubuh tidak making errorterjadi karena kurangnya
aman dan bekerja tidak mematuhi pengetahuan pekerja atau kurang mendapat
prosedurkerja.Dan ada juga yang disebabkan pelatihan.
oleh kondisi tidak aman yaitu peralatan Performance-based error dan
yangtidak baik.Berdasarkan hasil analisis Judgement and decision-making error
SCAT tindakan tidak aman dan kondisi sangat dipengaruhi oleh pengetahuan
tidak aman merupakan penyebab langsung pekerja. Pekerja yang tidak mendapat
terjadinya celaka. pelatihan atau pendidikan yang sesuai
Berdasarkan penelitian yang dengan lingkup kerjanya akan memiliki
dilakukan, performance-based error kemungkinan untuk melakukan kesalahan
merupakan tipe kesalahan yang paling besar tersebut.
yang menyebabkan tindakan tidak aman Tindakan tidak aman tidak terjadi
yaitu 45% dari empat kasus yang dianalisis. begitu saja, ada hal-hal yang
Judgement and decision-making error melatarbelakangi terjadinya tindakan tidak
berada di urutan kedua dengan jumlah 33% aman tersebut.hal-hal yang melatarbelakangi
dan violation sebesar 22%. terjadinya tindakan tidak aman disebut
prakondisi tindakan tidak aman. Prakondisi 2. Tempat yang tidak ergonomis
tindakan tidak aman dibagi kedalam tiga 3. Frame boom tidak dilengkapi dengan tempat
kategori yaitu faktor lingkungan, kondisi pijakan kai untuk maintenance.
pekerja dan teamwork.Ketiga kategori 4. Safety shower tidak berfungsi.
tersebut dibagi lagi menjadi State of mind dan lingkungan fisik
subkategori.Faktor lingkungan mengacu berkontribusi terhadap kecelakaan kerja
pada faktor fisik dan teknologi yang pada Inalum Smelting Plant (ISP) PT Inalum
mempengaruhi praktek/pekerjaan, kondisi sebesar 19%.State of mind yang terjadi
dan tindakan individu dan yang antara lain adalah terlalu memaksakan diri,
mengakibatkan kesalahan manusia atau kurang konsentrasi, lengah, dan terlalu
situasi yang tidak aman.Kondisi pekerja percaya diri. Anggapan bahwa pekerjaan
mengacu pada keadaan mental yang yang dilakukan adalah pekerjaan yang
merugikan, kondisi fisiologis yang mudah dan biasa dilakukan dapat
merugikan, dan faktor keterbatasan mengakibatkan pekerja lengah dan tidak
mental/fisik yang mempengaruhi konsentrasi. Lingkungan fisik (physical
praktek/pekerjaan, kondisi atau tindakan environment) yang menjadi faktor penyebab
individu serta kesiapan pribadi yang kecelakaan kerja pada Inalum Smelting
mengakibatkan kesalahan manusia atau Plant (ISP) antara lain adalah :
situasi yang tidak aman.Teamwork mengacu 1. Lokasi kerja terdapat banyak debu
pada komunikasi antar pekerja serta 2. Ruangan kerja yang panas
koordinasi antar pekerja yang apabila tidak 3. Permukaan laintai tidak rata, licin dan
terlaksana dengan baik dapat memicu berminyak
terjadinya tindakan dan situasi atau kondisi 4. Lantai Link belt licin
tak aman. Teamwork atau kerja sama tim juga
Berdasarkan hasil analisis, mental berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan
awareness (physical readiness) yaitu kerja di ISP sebesar 12%. Informasi
ketidaksiapan pekerja dalam melaksanakan pelaporan situasi atau kondisi kerja dari
pekerjaannya dan lingkungan teknologi anggota ke atasan belum lancar serta
merupakan prekondisi tindakan tidak aman koordinasi yang kurang memadai dan
yang memberikan kontribusi terbesar komunikasi yang kurang merupakan faktor
terhadap kecelakaan kerja yaitu sebesar teamwork yang berpengaruh terhadap
25%.Adapun mental awareness (physical terjadinya kecelakaan kerja di Inalum
readiness)yang mempengaruhi kecelakaan Smelting Plant (ISP).
kerja yang terjadi ISP adalah: Dalam hasil analisis SCAT,
1. Tidak memahami bahaya kerja sehingga lingkungan fisik dan lingkungan teknologi
salah dalam menilai resiko. merupakan situasi tidak aman atau unsafe
2. Kurang tanggap terhadap pentingnya condition. HFACS mengkategorikan faktor
keselamatan dan kelengkapan perlengkapan tersebut ke dalam prekondisi yang
kerja yang aman. menyebabkan tindakan tidak aman.Beberapa
3. Kurang mendapat pembinaan sehingga salah subkategori seperti kondisi mental pekerja
menilai resiko. dan kondisi fisik tidak dapat ditentukan dan
Yang termasuk dalam lingkungan dikategorikan karena dalam laporan
teknologi (technologycal environment) yang investigasi kecelakaan oleh PT Inalum tidak
menyebabkan kecelakaan kerja pada Inalum disebutkan faktor-faktor tersebut secara
Smelting Plant (ISP) PT Inalum adalah : lengkap.
1. Pegas di socket lampu tidak berfgungsi
Prekondisi tindakan tidak aman perusahaan tidak mencakup
dapat terjadi karena pengawasan dan manajemen/permasalahan sumber daya
pengaruh organisasi. Berdasarkan hasil (resource problem), pemilihan staf dan
analisis pengawasan yang tidak adikuat dan personil (personnel selection and staffing).
Perencanaan kerja yang tidak tepat memiliki Berdasarkan hasil analisis policy dan proess
kontribusi sebesar 37,5% terhadap issuesmerupakan faktor pengaruh organisasi
kecelakaan kerja yang terjadi. Pengawasan yang memiliki kontribusi sebesar 56% dan
yang tidak adikuat yang terjadi pada climate/culture influnces sebesar 44%
kecelakaan kerja di ISP adalah pengawasan terhadap terjadinya kecelakaan kerja di
terhadap kondisi kerja dan tindakan kerja Inalum Smelting Plant (ISP) PT Inalum.
tidak memadai, minimnya pengawasan Kesimpulan
safety dan identifikasi resiko yang kurang 1. Performance-based error merupakan tipe
tepat.Perencanaan kerja yang tidak tepat kesalahan yang paling besar yang
yang terjadi pada kecelakaan kerja di ISP menyebabkan tindakan tidak aman yaitu
adalahkurangnya evaluasi terhadap pelatihan 45%. Judgement and decision-making error
yang diikuti, identifikasi bahaya dan berada di urutan kedua dengan jumlah 33%
pengendalian resiko belum mencakup dan violation sebesar 22%.
keadaan abnormaL serta IBBPR yang tidak 2. Mental awareness (physical readiness) yaitu
update. ketidaksiapan pekerja dalam melaksanakan
Sedangkan supervisory violations pekerjaannya dan lingkungan teknologi
berkontribusi sebesar 25% terhadap memberikan kontribusi terbesar terhadap
kecelakaan kerja yang terjadi.supervisory kecelakaan kerja yaitu sebesar 25%.
violationsyang terjadi adalah mengizinkan Berikutnya adalahState of mind dan
kebijakan tak tertulis menjadi kebiasaan, lingkungan fisik sebesar 19%. Teamwork
misalnya pekerjaan yang dilakukan adalah atau kerja sama tim juga berpengaruh
pekerjaan rutin dan mudah dilakukan, sebesar 12%.
misalnya yang terjadi pada salah satu kasus 3. Pengawasan yang tidak adikuat dan
dimana pengawas mengizinkan pekerja pengawasan perencanaan yang tidak aman
tanpa menggunakan alat bantu kerja di memiliki kontribusi sebesar 37,5% terhadap
ketinggian seperti tangga. Pengawasan yang kecelakaan kerja yang terjadi. Sedangkan
tidak aman merupakan bagian dari Lack of supervisory violations berkontribusi sebesar
control pada laporan SCAT. 25% terhadap kecelakaan kerja yang terjadi.
Terdapat empat kategori yang 4. Policy dan proess issues memiliki kontribusi
termasuk dalam pengaruh organisasi yaitu sebesar 56% terhadap terjadinya kecelakaan
manajemen/permasalahan sumber daya kerja di Inalum Smelter Plant (ISP) PT
(resource problem), pemilihan staf dan Inalum. Climate/ culture influences
personil (personneol selection and staffing), memiliki kontribusi sebesar 43%.
kebijakan dan proses operasional (policy Saran
and prosess issues), dan iklim organisasi 1. Perusahaan sebaiknya memberikan
(climate/culture influences). Dalam pendidikan, pelatihan dan pembinaan
penelitian ini pengaruh organisasi terhadap mengenai keselamatan dan kesehatan kerja
terjadinya kecelakaan kerja di Inalum terutama keselamatan kerja dalam kondisi
Smelting Plant (ISP) PT Inalum hanya dapat abnormal sehingga pekerja nantinya dapat
dilihat dari dua kategori yaitu proses menilai resiko akan pekerjaannya dan dapat
operasional dan iklim organisasi, hal ini menentukan tindakan yang tepat ketika
dikarenakan laporan investigasi oleh pihak bekerja.
2. Perusahaan sebaiknya membangun ., 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan
komunikasi antar pekerja dan kelompok/ Kerja (Hiperkes).CV Sagung Seto. Jakarta.
unit kerja secara efektif, sehingga informasi Yeniretnowati, T.A., 2004. Studi Kasus
keselamatan dan kesehatan kerja serta Penyebab Kecelakaan Yang Mengakibatkan
informasi penting lainnya dapat diterima Kematian pada Karyawan di PT X Tahun
dengan baik. 2000.Tesis Mahasiswa FKM-UI. Jakarta.
3. Perusahaan sebaiknya meningkatkan
pengawasan kerja secara efektif. Setiap
pekerjaan dimulai, kesiapan pekerja harus
dipastikan baik dari segi keperlengkapan
dan kesehatan fisik pekerja.
4. Dalam suatu proses investigasi kerja
sebaiknya perusahaan menyelidiki faktor-
faktor personal dari korban misalnya faktor
fisik dan psikis atau mental pekerja.
Daftar Pustaka
Deshmukh, L.M., 2006. Industrial Safety
Management Hazard Identification and Risk
Control. Tata McGraw-Hill. New Delhi.
Health and Safety Executive., 2001. Accident
Investigation: The drivers, Methods and
Outcomes. United Kingdom.
Hidayat, W., 2010. Analisis Kecelakaan Kerja
Terjepit Dengan Pendekatan Model Human
Error in Mine Safety di PT A Tahun 2009.
Tesis Mahasiswa FKM-UI. Jakarta.
Hindarto, C., 2012. Analisis Laporan Investigasi
Kecelakaan Pada Karyawan Musiman Atau
Kontrak di PT X Tahun 2009.Tesis
Mahasiswa FKM-UI. Jakarta.
OHSAS 18001., 2007. Occupational Health and
Safety Management Systems Requirements.
Portal K3., 2005. Himpunan Peraturan
Perundangan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
Ramli, S., 2010.Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Dian
Rakyat. Jakarta.
Ridley, J., 2008. Ikhtisar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja: Edisi Ketiga. Erlangga.
Jakarta.
Safety Institute of Australia., 2012. Models of
Causation Safety. Australia.
Sumamur, P.K., 1987. Keselamatan Kerja dan
Pencegahan Kecelakaan.CV Haji
Masagung.Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai