MATERI SEMINAR Baru
MATERI SEMINAR Baru
Dasar pemikiran
Tidak bisa dipungkiri bahwa peradaban manusia tidak bisa dipisahkan dari
Perkembangan ilmu dan teknologi sekarang ini dan masa depan. Demikian pesatnya
kemajuan sains seiring perubahan waktu. Hampir tidak terelakan lagi, aspek
kehidupan harus menyesuaikan dengan arah perubahan tersebut. Pelayanan kesehatan
pun demikian, sebagai akibat dari pergeseran pemanfaatan sumber daya yang
menuntut efisiensi dan akselerasi. Relevansi dengan penyediaan pelayanan kesehatan
saat ini, maka dipandang perlunya reformasi pelayanan kesehatan kearah layanan
publik yang mengutamakan pemenuhan kebutuhan pelanggan, bukan pelayanan
kesehatan yang ditentukan oleh penyelenggara pelayanan kesehatan itu sendiri.
Pendeknya pergeseran pola pelayanan dari produk yang ditentukan oleh lembaga
kesehatan melalui program-program yang dijabarkan oleh pemerintah ke arah
pelayanan kesehatan yang bertumpu pada mekanisme pasar.
Terapan konsep pelayanan kesehatan terdahulu pula, kala itu perhatian pada
dimensi tehnis pelayanan kesehatan, lebih dominan menjadi pertimbangan dalam
pengambilan keputusan bila dibandingkan dengan aspek manajemen itu sendiri.
Adanya asumsi pimpinan lembaga kesehatan bahwa, untuk memudahkan pencapaian
tujuan pelayanan kesehatan maka daya dukung sumberdaya harus disesuaikan dengan
prosedur tehnis, guna memperkecil kemungkinan hambatan yang terjadi saat
produktifitas. Sejalan kemajuan waktu, capaian kinerja pelayanan belum menunjukan
akselerasi dengan pendekatan tehnis yang telah ditetapkan oleh kebijakan lembaga itu
sendiri. Kesalahan berpikir pimpinan, menjadi kurang optimal dalam pelayanan
kesehatan. Gaya kepemimpinan yang diterapkan bersifat kaku, mekanistik dan lambat
dalam pengendalian produktifitas. Kondisi ini cenderung menciptakan organisasi
klasik yang tidak berorientasi masa depan.
Bertolak dari gambaran sebagaimana yang telah dipaparkan diatas menjadi suatu
asupan dalam memudahkan pengelolaan suatu pelayanan kesehatan. Saat ini
penemuan-penemuan baru dalam kaitan pelayanan kesehatan, telah memperdalam
pengembangan metode praktis pelayanan publik.
Pelayanan prima merupakan sebuah tuntutan didalam proses pelayanan publik.
Sektor kesehatan merupakan sektor publik yang mengemban fungsi untuk
melaksanakan pelayanan publik yang berkualitas atau pelayanan prima.
Dalam proses manajemen mutu layanan, sektor kesehatan yang memiliki peran
langsungdalam pelayanan publik seperti rumah sakit dan puskesmas telah berlomba-
lomba menerapkanstandar pelayanan prima. Beberapa rumah sakit dan puskesmas
telah mendapatkan sertifikasi pelayanan prima ISO 9001.2008 sebagai bukti
komitmen manajemen rumah sakit dan puskesmastelah dikelola secara profesional
sesuai standar mutu layanan.
Sebagai seorang tenaga kesehatan disamping memberikan pelayanan kesehatan
yang prima juga harus memiliki kepribadian yang berkarakter. Ada beberapa
penamaan nomenklatur untuk merujuk kepada kajian pembentukan karakter peserta
didik, tergantung kepada aspek penekanannya. Di antaranya yang umum dikenal
ialah: Pendidikan Moral, Pendidikan Nilai, Pendidikan Relijius, Pendidikan Budi
Pekerti, dan Pendidikan Karakter itu sendiri. Masing-masing penamaan kadang-
kadang digunakan secara saling bertukaran (inter-exchanging), misal pendidikan
karakter juga merupakan pendidikan nilai atau pendidikan relijius itu sendiri
(Kirschenbaum, 2000).
Sepanjang sejarahnya, di seluruh dunia ini, pendidikan pada hakekatnya memiliki
dua tujuan, yaitu membantu manusia untuk menjadi cerdas dan pintar (smart), dan
membantu mereka menjadi manusia yang baik (good). Menjadikan manusia cerdas
dan pintar, boleh jadi mudah melakukannya, tetapi menjadikan manusia agar menjadi
orang yang baik dan bijak, tampaknya jauh lebih sulit atau bahkan sangat sulit.
Dengan demikian, sangat wajar apabila dikatakan bahwa problem moral merupakan
persoalan akut atau penyakit kronis yang mengiringi kehidupan manusia kapan dan di
mana pun.
Sebagai aspek kepribadian, karakter merupakan cerminan dari kepribadian secara
utuh dari seseorang: mentalitas, sikap dan perilaku. Pendidikan karakter semacam ini
lebih tepat sebagai pendidikan budi pekerti. Pembelajaran tentang tata-krama, sopan
santun, dan adat-istiadat, menjadikan pendidikan karakter semacam ini lebih
menekankan kepada perilaku-perilaku aktual tentang bagaimana seseorang dapat
disebut berkepribadian baik atau tidak baik berdasarkan norma-norma yang bersifat
kontekstual dan kultural.
YANG DIBAHAS
Pelayanan prima berdasarkan konsep attituide (sikap) meliputi tiga prinsip berikut:
a) Melayani pelanggan berdasarkan penampilan yang sopan dan serasi.
Penampilan serasi merupakan suatu hal yang penting bagi setiap orang, baik dalam
lingkungan keluarga, sekolah, maupun di tempat pekerjaan. Dengan selalu berpenampilan
serasi dan menarik maka kita akan dihormati, disegani, dan dipercayai oleh orang lain.
Sebaliknya kepada orang-orang dengan penampilan seronok, tidak menarik, dan tidak serasi
biasanya orang lain tidak menyukainya.
Orang dapat dikatakan berpenampilan serasi apa bila memenuhi persyaratan berikut ini.
Model, corak dan warna bahan pakaian yang dikenakan sesuai dengan warna kulit si
pemakai
Model pakaian yang digunakan haruslah sesuai dengan usia si pemakai
Memilih busana yang sesuai dengan waktu pemakaian
Berbusana sesuai dengan tempat dan keadaan cuaca
Kombinasi pakaian secara keseluruhan sesuai dengan model, warna, corak, dan lain-lain.
Pada umumnya kepribadian seseorang dapat dinilai dari cara orang tersebut
berpakaian dan berpenampilan. Dan didalam kenyataannya orang yang berkepribadian baik
cenderung memperhatikan penampilannya. Berpenampilan serasi ini tercermin dari cara
berhias yang menarik, cara berbusana yang rapi, dan ekspresi wajah yang menarik.
(http://www.terbaru7.com/2013/07/pelayanan-prima-berdasarkan-perhatian.html)
e) Menyatakan terima kasih dengan harapan pelanggan masih mau kembali setia untuk
memanfaatkan pelayanan.
Kebutuhan pelanggan akan terwujud apabila pelayan atau penjual telah menerapkan prinsip
pelayanan prima. Kepuasan pelanggan merupakan refleksi dari terpenuhinya harapan dan
kebutuhannya. Oleh karena ituperusahaan bisnis atau penjual dalam mewujudkan kepuasan
pelanggan perlu meningkatkan kualitas pelayanannya. Peningkatan kualitas pelayanan antara
lain dengan melakukan pendekatan kaize. Kaizen berasal dari bahasa Jepang, yaitu kai dan
zen. Kai artinya perubahan dan zen artinya baik. Jadi, Kaizen dapat diartikan sebagai suatu
pedoman untuk melakukan perubahan pelayanan agar menjadi lebih baik.
(http://www.terbaru7.com/2013/07/pelayanan-prima-berdasarkan-tindakan.html)
Hal-hal yang perlu diperhatikan yang berkaitan dengan konsep pelayanan prima
bidang kesehatan, yaitu :
1) Apabila dikaitkan dengan tujuan pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat maka pelayanan prima kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang
terbaik kepada masyarakat.
2) Pelayanan prima kesehatan didasarkan pada struktur pelayanan terbaik.
3) Untuk instansi yang sudah mempunyai standar pelayanan kesehatan maka pelayanan
prima , yaitu adalah pelayanan yang memiliki standar.
4) Apabila pelayanan selama ini sudah sesuai dengan standar, maka pelayanan prima upaya
mencari terobosan sehingga berarti pelayanan yang diberikan dapat melebihi standar.
5) Untuk instansi yang belum mempunyai standar pelayanan maka pelayanan prima adalah
pelayanan yang terbaik dari instansi yang bersangkutan. Usaha selanjutnya adalah
menyusun standar pelayanan prima.
(http://pendidikanrakyatku.blogspot.co.id/p/pelayanan-prima.html)
Rachmad, Edy. 2011. Pelayanan Prima Bidang Kesehatan. Retrived 29 Desember 2013, from
http://www.waspadamedan.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=14720&catid=59&Itemid=215
Ke-empat faktor tadi adalah faktor yang mempengaruhi kpribadian manusia dalam
segi internal, adapun beberapa faktor dalam segi eksternalnya adalah:
1. TEMAN, jika temannya itu nakal, biasanya ia juga akan ikut nakal dan jika
temannya itu baik, biasanya wtaknya juga ikut baik.
2. LINGKUNGAN, faktor eksternal yang selanjutnya adalah masalah lingkungan.
Jadi, biasanya kepribadian orang itu tergantung dengan lingkungannya ia terlahir.
3. EKONOMI, biasanya jika orang itu ekonominya lemah terus ia tidak sabar dan
tabah menghadapinya, maka ia biasanya akan melakukan hal hal negatif seperti
mencuri, ngrampok dll.
4. PERGAULAN, watak kepribadian seseorang itu biasanya juga tergantung
pergaulannya itu dengan siapa yang bagaimana sifat dan wataknya.