Fakultas Keperwatan
Universitas Pembangunan Indonesia
Manado
2016
PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL
A. Pengertian :
Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya
perubahan sistem tubuh. Tanda vital meliputi: Suhu tubuh, Denyut Nadi, Frekuensi
Pernapasan, dan Tekanan Darah.
Tujuan :
Pelaksanaan
1. Alat dan bahan
Sfigmomanometer (tensimeter) yang terdiri dari
Stetoskop
Buku catatan tanda vital
Pena
2. Cara kerja
Cara palpasi
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi pasien
4. Letakkan lengan yang hendak diukur pada posisi telentang.
5. Lengan baju di buka.
6. Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm di atas fossa cubiti
(jangan terlalu ketat maupun terlalu longgar)
7. Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra/sinister
8. Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba
9. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mm Hg lebih tinggi dari titik radialis
tidak teraba
10. Letakkan diafragma stetoskop di atas nadi brakhialis dan kempeskan balon udara
manset secara perlahan dan berkesinambungan dengan memutar sekrup pada
pompa udara berlawanan arah jarum jam.
11. Catat mmHg manometer saat pertama kali denyut nadi teraba kembali. Nilai ini
menunjukkan tekanan sistolik secara palpasi.
12. Catat hasil.
13. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
Cara auskultasi
a. Jelaskan prosedur pada klien.
b. Cuci tangan.
c. Atur posisi pasien
d. Letakkan lengan yang hendak diukur dalam posisi telentang.
e. Buka lengan baju.
f. Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm di atas fossa cubiti
(jangan terlalu ketat maupun terlalu longgar).
g. Tentukkan denyut nadi arteri radialis dekstra/sinistra.
h. Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba.
i. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mm Hg dari titik radialis tidak teraba.
j. Letakkan diafragma stetoskop di atas arteri brakhialis dan dengarkan.
k. Kempeskan balon udara manset secara perlahan dan berkesinambungan dengan
memutar sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam.
l. Catat tinggi air raksa manometer saat pertama kali terdengar kembali denyut.
m. Catat tinggi air raksa pada manometer
Suara Korotkoff I: menunjukkan besarnya tekanan sistolik secara auskultasi
Suara Korotkoff IV/V: menunjukkan besarnya tekanan diastolik secara
auskultasi.
n. Catat hasilnya pada catatan pasien.
o. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
2) Nadi
Nadi adalah denyut nadi yang teraba pada dinding pembuluh darah arteri yang
berdasarkan systol dan gystole dari jantung. Denyut nadi adalah jumlah denyut
jantung, atau berapa kali jantung berdetak per menit. Mengkaji denyut nadi tidak
hanya mengukur frekuensi denyut jantung, tetapi juga mengkaji irama jantung dan
kekuatan denyut jantung. Denyut merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi atau
arteri. Ukuran kecepatannya diukur pada beberapa titik denyut misalnya denyut arteri
radialis pada pergelangan tangan, arteri brachialis pada lengan atas, arteri karotis pada
leher, arteri poplitea pada belakang lutut, arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis
posterior pada kaki. Pemeriksaan denyut dapat dilakukan dengan bantuan stetoskop.
Denyut nadi dapat meningkat pada saat berolahraga, menderita suatu penyakit,
cedera, dan emosi.
Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
Bayi Baru Lahir 140 Kali Per Menit
Umur Di Bawah Umur 1 Bulan110 Kali Per Menit
Umur 1 - 6 Bulan 130 Kali Per Menit
Umur 6 - 12 Bulan 115 Kali Per Menit
Umur 1 - 2 Tahun 110 Kali Per Menit
Umur 2 - 6 Tahun 105 Kali Per Menit
Umur 6 - 10 Tahun 95 Kali Per Menit
Umur 10 - 14 Tahun 85 Kali Per Menit
Umur 14 - 18 Tahun 82 Kali Per Menit
Umur Di Atas 18 Tahun 60 - 100 Kali Per Menit
Usia Lanjut 60 -70 Kali Per Menit
Jika jumlah denyut nadi di atas kondisi normal, maka disebut tachicardi.
3) Suhu
Denyut nadi merupakan denyutan atau dorongan yang dirasakan dari proses
pemompaan jantung. Pemeriksaan nadi seharusnya dilakukan dalam keadaan tidur
atau istirahat. Kondisi hipertermia dapat meningkatkan denyut nadi sebanyak 15 20
kali per menit setiap peningkatan suhu 1 derajat celcius. Pemeriksaan suhu digunakan
untuk menilai kondisi metabolisme di dalam tubuh, dimana tubuh menghasilkan
panas secara kimiawi melalui metabolisme darah. Keseimbangan suhu harus diatur
dalam pembuangan dan penyimpanannya di dalam tubuh yang diatur oleh
hipotalamus.
Pemeriksaan suhu akan memberikan tanda suhu inti yang secara ketat dikontrol
karena dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi. Suhu tubuh normal seseorang
bervariasi, tergantung pada jenis kelamin, aktivitas, lingkungan, makanan yang
dikonsumsi, gangguan organ, waktu. Suhu tubuh normal, menurut American Medical
Association, dapat berkisar antara 97,8F atau setara dengan 36,5C sampai 99F atau
37,2C.
Seseorang dikatakan bersuhu tubuh normal, jika suhu tubuhnya berada pada 36C -
37,5C. Seseorang dikatakan bersuhu tubuh rendah (hypopirexia/hypopermia), jiak
suhu tubuhnya < 36C
Seseorang dikatakan bersuhu tubuh tinggi/panas jika:
- Demam : Jika bersuhu 37,5 C - 38C
- Febris : Jika bersuhu 38C - 39C
- Hipertermia : Jika bersuhu > 40C
Persiapan pasien dan lingkungan
Prosedur
Bila perlu lengan baju pasien dibuka, jika ketiak pasien basah harus
dikeringkan
Mencatat hasil
Adanya komunikasi dengan pasien
3. Mengukur tekanan darah
Manset tensimeter di pasang pada lengan atas dan pipa karet berda di sisiluar
lengan
Mempopa balon karet pelan- pelan sampai denyut nadi brachialis terdengar
Sekrup balon di buka perlahan- lahan, pandanga mata sejajar air raksa
Mencatat hasil
Manset dibuka dan digulung, air raksa di masukkan dalam reservoir, kunci air
raksa di tutup , tensimeter di tuutp dengan rapi
Pelaksanaan
Alat dan bahan
Arloji (jam) atau stop-watch
Buku catatan
Pena
Cara kerja
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien (manusia coba).
4. Hitung frekuensi dan irama pernapasan.
5. Catat hasil.
6. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
PROCEDURE OF BED MAKING (TERBUKA) SESUAI DENGAN SOP
1. Pengertian umum:
Mengganti (bed sets) kotor dengan (bed sets) yang bersih pada tempat tidur klien
dengan klien di atas tempat tidur & pada tempat tidur kosong.
2. Tujuan umum:
3. Untuk meningkatkan gambaran diri & harga diri klien dengan menciptakan
tempat tidur yang bersih, rapi & nyaman.
Jangan mengibaskan bed sets terlalu lama, karena hal ini dapat menyebarkan
mikroorganisme lewat udara.
Linen (alat tenun) lama jangan diletakan dilantai untuk menjegah penyebaran
infeksi.
1. Tujuan :
2. Pengkajian :
1. Kaji status kesehatan klien untuk menentukan apakah klien dapat bangun
dengan aman dari tempat tidur.
3. Perhatikan semua selang dan peralatan yang tersambung pada tubuh klien.
3. Perencanaan :
Prosedur mempersiapkan tempat tidur biasanya didelegasikan kepada staf bantu yang
belum memiliki izin. Jika perlu, informasikan kepada staf bantu yang belum memiliki
izin tentang metode mengumpulkan linen yang terkontaminasi drainase secara tepat.
5. Prosedur Pelaksanaan:
1. Mencuci tangan
3. Memasang alas kasur dan mengikatkan tali-talinya kearah dalam pada rangka
tempat tidur pada tiap sudut.
6. Memasukkan laken pada bagian kaki kurang lebih 25 cm dibawah kasur dan
dibuat sudut.
7. Jika laken tidak sesuai ukurannya maka masukkanlah bagian kepala lebih
banyak dari pada bagian kaki.
8. Masukkan laken bagian sisi ke bawah kasur (sisi tempat perawat berdiri).
9. Meletakkan perlak melintang kurang lebih 50cm dari garis kasur bagian
kepala, demikian juga steak laken, dan masukkan sama-sama ke bawah kasur.
10. Meletakkan bovenlaken secara terbalik dengan jahitan lebar di bagian kepala
mulai garis kasur, masukkan bagian kaki ke bawah kasur.
11. Meletakkan selimut kurang lebih 25 cm dari garis kasur bagian kepala dan
masukkan bagian kaki ke bawah kasur.
13. Memasukkan bantal kedalam sarungnya dan meletakkan bantal dengan bagian
tertutup ke jurusan pintu.
1. Persiapan Pasien
a. Memperkenalkan diri (kontrak)
b. Meminta pengunjung atau keluarga meninggalkan ruangan.
c. Menjelaskan tujuan
d. Menjelaskan langkah atau prosedur yang akan dilakukan
e. Pasien disiapkan dipinggir tempat tidur
2. Persiapan Lingkungan
3. Persiapan Alat
B. Tahap Pelaksanaan
1. Bawa alat-alatnya kedekat pasien
2. Perawat mencuci tangan
3. Pasangkan atau beri pasien serbet untuk alas
4. Hidangkan makanan dan minuman kedekat pasien dengan hati-hati
5. Bantu pasien untuk memotong lauknya bila diinginkan
6. Persilahkan pasien untuk makan dan minum
7. Bila pasien tidak bisa makan dan minum sendiri , suapi pasien sedikit demi
sedikit sambil berkomunikasi dengan pasien
8. Memberi pasien minum obat (sesuaikan dengan dosis yang diberikan)
9. Berikan pasien buah setelah selesai makan (bantu pasien jika tidak bisa
mengkonsumsi buah sendiri)
10. Membersihkan mulut dan sekitarnya dengan serbet atau tisu
11. Kembalikan pasien ke posisi semula yang nyaman
12. Bereskan alat dan perawat mencuci tangan
C. Tahap Evaluasi
1. Evaluasi perasaan pasien (merasa aman dan nyaman)
2. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3. Dokumentasikan prosedur dan hasil observasi
1. Pengertian
Pemberian obat dengan cara oral ialah memberikan obat melalui mulut.
2. Tujuan
3. Kebijakan
Pasien yg alergi terhadap obat, kemampuan pasien untuk menelan obat, adanya
muntah, & diare yg dapat mengganggu absorbsi obat, efek samping obat, interaksi
obat, kebutuhan pembelajaran mengenai obat yg diberikan
4. Peralatan
7. Sedotan
9. Sendok
10. Pipet
5. Prosedur Kerja
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
Tahap Orientasi
1. Mengucapkan salam kepapada pasien & keluarga serta sapa nama pasien.
3. Mengkaji kemampuan pasien apakah mampu untuk dapat minum obat per
oral.
4. Mengecek kembali order pengobatan ( nama pasien, nama dosis obat, &
waktu cara pemberian ), memeriksa tanggal kadaluarsa obat.
9. Memegang botol obat sehingga sisi labelnya akan berada pada telapak tangan,
& menuangkan obat ke arah menjauh dari label.
11. Sebelum menutup botol, alangkah baiknya jika mengusap bagian bibir botol
dengan kertas tisue.
Tahap terminasi
1. Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah diberikan kepada pasien.
3. Membereskan alat.
Fowler
A. Pengertian
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala tempat
tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan
kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
B. Tujuan
1. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.
2. Meningkatkan rasa nyaman
3. Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi dada
dan ventilasi paru
4. Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap
C. Indikasi
1. Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan
2. Pada pasien yang mengalami imobilisasi
A. Pengertian sims
posisi sims
Posisi sim adalah posisi miring kekanan atau miring kekiri. Posisi ini dilakukan
untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat per anus (supositoria). Berat
badan terletak pada tulang illium, humerus dan klavikula.
B. Tujuan
1. Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi
2. Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot pinggang
3. Memasukkan obat supositoria
4. Mencegah dekubitus
C. Indikasi
1. Pasien dengan pemeriksaan dan pengobatan daerah perineal
2. Pasien yang tidak sadarkan diri
3. Pasien paralisis
4. Pasien yang akan dienema
5. Untuk tidur pada wanita hamil.
A. Pengertian Posisi Trendelenberg
posisi trendeleberg
Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah
daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke
otak.
B. Tujuan
1. Pasien dengan pembedahan pada daerah perut.
2. Pasien shock.
3. pasien hipotensi.
C. Indikasi
1. Pasien dengan pembedahan pada daerah perut
2. Pasien shock
3. Pasien hipotensi
dorsal recumbent
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik atau
direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan
memeriksa serta pada proses persalinan.
B. Tujuan
Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan ketegangan punggung belakang.
C. Indikasi
1. Pasien dengan pemeriksaan pada bagian pelvic, vagina dan anus
2. Pasien dengan ketegangan punggung belakang.
Lithotomi
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan
menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada
proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.
B. Tujuan
1. Memudahkan pemeriksaan daerah rongga panggul, misal vagina,taucher,
pemeriksaan rektum, dan sistoscopy
2. Memudahkan pelaksanaan proses persalinan, operasi ambeien, pemasangan alat
intra uterine devices (IUD), dan lain-lain.
C. Indikasi
1. Pada pemeriksaan genekologis
2. Untuk menegakkan diagnosa atau memberikan pengobatan terhadap penyakit
pada uretra, rektum, vagina dan kandung kemih.
A. Pengertian Posisi Genu Pectrocal
genu pectoral
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada menempel
pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rektum
dan sigmoid.
B. Tujuan
Memudahkan pemeriksaan daerah rektum, sigmoid, dan vagina.
C. Indikasi
1. Pasien hemorrhoid
2. Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum, sigmoid dan vagina.
Suspinasi
Posisi telentang dengan pasien menyandarkan punggungnya agar dasar tubuh sama
dengan kesejajaran berdiri yang baik.
B. Tujuan
Meningkatkan kenyamanan pasien dan memfasilitasi penyembuhan terutama pada
pasien pembedahan atau dalam proses anestesi tertentu.
C. Indikasi
1. Pasien dengan tindakan post anestesi atau penbedahan tertentu
2. Pasien dengan kondisi sangat lemah atau koma.
Pronasi
B. Tujuan
1. Memberikan ekstensi maksimal pada sendi lutut dan pinggang
2. Mencegah fleksi dan kontraktur pada pinggang dan lutut.
C. Indikasi
1. Pasien yang menjalani bedah mulut dan kerongkongan
2. Pasien dengan pemeriksaan pada daerah bokong atau punggung.
Lateral
Posisi miring dimana pasien bersandar kesamping dengan sebagian besar berat tubuh
berada pada pinggul dan bahu.
B. Tujuan
1. Mempertahankan body aligement
2. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi
3. Meningkankan rasa nyama
4. Mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh akibat posisi yang menetap.
C. Indikasi
1. Pasien yang ingin beristirahat
2. Pasien yang ingin tidur
3. Pasien yang posisi fowler atau dorsal recumbent dalam posisi lama
4. Penderita yang mengalami kelemahan dan pasca operasi.