Anda di halaman 1dari 30

MODUL

Standar Operasional Prosedur


( S O P)

Nama : Krisna W Saruni


NIM : 1614201059
Kelas : A2 Semester I

Fakultas Keperwatan
Universitas Pembangunan Indonesia
Manado
2016
PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL

MELAKUKAN PEMERIKSAAN TANDA- TANDA VITAL

A. Pengertian :
Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya
perubahan sistem tubuh. Tanda vital meliputi: Suhu tubuh, Denyut Nadi, Frekuensi
Pernapasan, dan Tekanan Darah.
Tujuan :

1. Pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui rentang suhu tubuh.


2. Mengetahui denyut nadi (Irama, Frekuensi, dan Kekuatan)
3. Menilai kemampuan kardiovaskuler
4. Mengetahui frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan
5. Menilai kemampuan fungsi pernapasan
6. Mengetahui nilai tekanan darah.
Tanda-tanda vital adalah pengukuran tanda-tanda fungsi vital tubuh yang
paling dasar. Tanda vital utama antara lain :
1) Tekanan darah
Tekanan darah adalah kekuatan yang mendorong darah terhadap dinding arteri,
Tekanan ditentukan oleh kekuatan dan jumlah darah yang dipompa, dan ukuran serta
fleksibilitas dari arteri, diukur dengan alat pengukur tekanan darah dan stetoskop.
Tekanan darah terus-menerus berubah tergantung pada aktivitas, suhu, makanan,
keadaan emosi, sikap, keadaan fisik, dan obat-obatan.
Dua angka dicatat ketika mengukur tekanan darah. Angka yang lebih tinggi,
adalah tekanan sistolik, mengacu pada tekanan di dalam arteri ketika jantung
berkontraksi dan memompa darah ke seluruh tubuh. Angka yang lebih rendah, adalah
tekanan diastolik, mengacu pada tekanan di dalam arteri ketika jantung beristirahat
dan pengisian darah. Baik tekanan sistolik dan diastolik dicatat sebagai mm Hg
(milimeter air raksa). Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan
denyut. Di Indonesia, tekanan darah biasanya diukur dengan tensimeterair raksa.
Jumlah tekanan darah yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
Bayi usia di bawah 1 bulan : 85/15 mmHg
Usia 1 - 6 Bulan 90/60 Mmhg
Usia 6 - 12 Bulan 96/65 Mmhg
Usia 1 - 4 Tahun 99/65 Mmhg
Usia 4 - 6 Tahun 160/60 Mmhg
Usia 6 - 8 Tahun 185/60 Mmhg
Usia 8 - 10 Tahun 110/60 Mmhg
Usia 10 - 12 Tahun 115/60 Mmhg
Usia 12 - 14 Tahun 118/60 Mmhg
Usia 14 16 Tahun 120/65 Mmhg
Usia 16 Tahun Ke Atas130/75 Mmhg
Usia lanjut 130-139/85-89 mmHg
Seseorang dikategorikan hypertensi berdasarkan tekanan darahnya adalah:
Hipertensi rendah : 140 - 159/ 90-99 mmHg
Hipertensi sedang : 160 - 169/100-109 mmHg
Hipertensi berat : 180 - 209/110-119 mmHg
Tempat untuk mengukur tekanan darah seseorang adalah:
Lengan atas
Pergelangan kaki

Pelaksanaan
1. Alat dan bahan
Sfigmomanometer (tensimeter) yang terdiri dari
Stetoskop
Buku catatan tanda vital
Pena
2. Cara kerja
Cara palpasi
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi pasien
4. Letakkan lengan yang hendak diukur pada posisi telentang.
5. Lengan baju di buka.
6. Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm di atas fossa cubiti
(jangan terlalu ketat maupun terlalu longgar)
7. Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra/sinister
8. Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba
9. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mm Hg lebih tinggi dari titik radialis
tidak teraba
10. Letakkan diafragma stetoskop di atas nadi brakhialis dan kempeskan balon udara
manset secara perlahan dan berkesinambungan dengan memutar sekrup pada
pompa udara berlawanan arah jarum jam.
11. Catat mmHg manometer saat pertama kali denyut nadi teraba kembali. Nilai ini
menunjukkan tekanan sistolik secara palpasi.
12. Catat hasil.
13. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

Cara auskultasi
a. Jelaskan prosedur pada klien.
b. Cuci tangan.
c. Atur posisi pasien
d. Letakkan lengan yang hendak diukur dalam posisi telentang.
e. Buka lengan baju.
f. Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm di atas fossa cubiti
(jangan terlalu ketat maupun terlalu longgar).
g. Tentukkan denyut nadi arteri radialis dekstra/sinistra.
h. Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba.
i. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mm Hg dari titik radialis tidak teraba.
j. Letakkan diafragma stetoskop di atas arteri brakhialis dan dengarkan.
k. Kempeskan balon udara manset secara perlahan dan berkesinambungan dengan
memutar sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam.
l. Catat tinggi air raksa manometer saat pertama kali terdengar kembali denyut.
m. Catat tinggi air raksa pada manometer
Suara Korotkoff I: menunjukkan besarnya tekanan sistolik secara auskultasi
Suara Korotkoff IV/V: menunjukkan besarnya tekanan diastolik secara
auskultasi.
n. Catat hasilnya pada catatan pasien.
o. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
2) Nadi
Nadi adalah denyut nadi yang teraba pada dinding pembuluh darah arteri yang
berdasarkan systol dan gystole dari jantung. Denyut nadi adalah jumlah denyut
jantung, atau berapa kali jantung berdetak per menit. Mengkaji denyut nadi tidak
hanya mengukur frekuensi denyut jantung, tetapi juga mengkaji irama jantung dan
kekuatan denyut jantung. Denyut merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi atau
arteri. Ukuran kecepatannya diukur pada beberapa titik denyut misalnya denyut arteri
radialis pada pergelangan tangan, arteri brachialis pada lengan atas, arteri karotis pada
leher, arteri poplitea pada belakang lutut, arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis
posterior pada kaki. Pemeriksaan denyut dapat dilakukan dengan bantuan stetoskop.
Denyut nadi dapat meningkat pada saat berolahraga, menderita suatu penyakit,
cedera, dan emosi.
Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
Bayi Baru Lahir 140 Kali Per Menit
Umur Di Bawah Umur 1 Bulan110 Kali Per Menit
Umur 1 - 6 Bulan 130 Kali Per Menit
Umur 6 - 12 Bulan 115 Kali Per Menit
Umur 1 - 2 Tahun 110 Kali Per Menit
Umur 2 - 6 Tahun 105 Kali Per Menit
Umur 6 - 10 Tahun 95 Kali Per Menit
Umur 10 - 14 Tahun 85 Kali Per Menit
Umur 14 - 18 Tahun 82 Kali Per Menit
Umur Di Atas 18 Tahun 60 - 100 Kali Per Menit
Usia Lanjut 60 -70 Kali Per Menit
Jika jumlah denyut nadi di atas kondisi normal, maka disebut tachicardi.

Tempat-tempat menghitung denyut nadi adalah:


Ateri Radalis Pada Pergelangan Tangan
Arteri Temporalis Pada Tulang Pelipis
Arteri Caratis Pada Leher
Arteri Femoralis Pada Lipatan Paha
Arteri Dorsalis Pedis Pada Punggung Kaki
Arteri Politela Pada Lipatan Lutut
Arteri Bracialis Pada Lipatan Siku
Ictus Cordis Pada Dinding Iga, 5 7
Pelaksanaan
Alat dan bahan
Arloji (jam) atau stopwatch
Buku catatan nadi
Pena
Cara kerja
Jelaskan prosedur pada klien
1) Cuci tangan
2) Atur posisi pasien (manusia coba)
3) Letakkan kedua lengan telentang di sisi tubuh
4) Tentukan letak arteri (denyut nadi yang akan dihitung)
5) Periksa denyut nadi (arteri) dengan menggunakan ujung jari telunjuk, jari
tengah, dan jari manis. Tentukan frekuensinya per menit dan keteraturan irama,
dan kekuatan denyutan.
6) Catat hasil.
7) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

3) Suhu
Denyut nadi merupakan denyutan atau dorongan yang dirasakan dari proses
pemompaan jantung. Pemeriksaan nadi seharusnya dilakukan dalam keadaan tidur
atau istirahat. Kondisi hipertermia dapat meningkatkan denyut nadi sebanyak 15 20
kali per menit setiap peningkatan suhu 1 derajat celcius. Pemeriksaan suhu digunakan
untuk menilai kondisi metabolisme di dalam tubuh, dimana tubuh menghasilkan
panas secara kimiawi melalui metabolisme darah. Keseimbangan suhu harus diatur
dalam pembuangan dan penyimpanannya di dalam tubuh yang diatur oleh
hipotalamus.
Pemeriksaan suhu akan memberikan tanda suhu inti yang secara ketat dikontrol
karena dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi. Suhu tubuh normal seseorang
bervariasi, tergantung pada jenis kelamin, aktivitas, lingkungan, makanan yang
dikonsumsi, gangguan organ, waktu. Suhu tubuh normal, menurut American Medical
Association, dapat berkisar antara 97,8F atau setara dengan 36,5C sampai 99F atau
37,2C.
Seseorang dikatakan bersuhu tubuh normal, jika suhu tubuhnya berada pada 36C -
37,5C. Seseorang dikatakan bersuhu tubuh rendah (hypopirexia/hypopermia), jiak
suhu tubuhnya < 36C
Seseorang dikatakan bersuhu tubuh tinggi/panas jika:
- Demam : Jika bersuhu 37,5 C - 38C
- Febris : Jika bersuhu 38C - 39C
- Hipertermia : Jika bersuhu > 40C
Persiapan pasien dan lingkungan
Prosedur

1. Mengukur suhu pada aksila


Sebelum kerja cuci tangan

Menurunkan aiar raksa sampai batas reservoir

Bila perlu lengan baju pasien dibuka, jika ketiak pasien basah harus
dikeringkan

Termometer dipasang tepat pada tengah ketiak dijepitkan, lengan pasien


dilipat di dada

Setelah 10 menit termometer di angkat langsung di baca dengan teliti dan di


catat pada buku catatan suhu

Termometer dibersihkan dengan larutan sabun, memakai tissue kemudian di


masukkan dalam larutan desinfektan lalu dibersihkan dengan air bersihdan
dikeringkan

Air raksa diturunkan dan termometer dimasukkan ke dalam tempatnya

2. Mengukur denyut nadi dan pernafasan

Pengaturan posisi pasdien berbaring / duduk

Menetukan tempat pengukura nadi dengan menggunakan tiga jari : jari


telunjuk, tengah, manis

Menghitung denyut nadi dalam 1 menit

Mengitung pernafasan tanpa diketahui pasien selama 1 menit

Mencatat hasil
Adanya komunikasi dengan pasien
3. Mengukur tekanan darah

Mengatur posisi tidur terlentang / semi fowler

Lengan baju di buka / digulung

Manset tensimeter di pasang pada lengan atas dan pipa karet berda di sisiluar
lengan

Manset di pasang tidak terlalu kuat

Pompa tensimeter dipasang

Meraba denyut nadi brachialis

Sekrup balon karet ditutup , pengunci air raksa dibuka

Mempopa balon karet pelan- pelan sampai denyut nadi brachialis terdengar

Sekrup balon di buka perlahan- lahan, pandanga mata sejajar air raksa

Mencatat hasil

Manset dibuka dan digulung, air raksa di masukkan dalam reservoir, kunci air
raksa di tutup , tensimeter di tuutp dengan rapi

Mencuci tangan sesudah bekerja


Hasil
1. Data yang diperoleh valid sesuai sebagai hasil pemeriksaan
2. Posisi pasien pada keadaan semula
3. Alat alat dalam keadaan siap pakai
Pelaksanaan
Alat dan bahan
1) Termometer
2) Tiga buah botol
botol pertama berisi larutan sabun
botol kedua berisi larutan desinfektan
botol ketiga berisi air bersih
3) Bengkok
4) Kertas/tisu
5) Vaselin
6) Buku catatan suhu
7) Sarung tangan
Pemeriksaan suhu aksila
Jelaskan prosedur kepada klien
Cuci tangan
Gunakan sarung tangan
Atur posisi pasien
Tentukan letak aksila (Ketiak) dan bersihkan daerah aksila dengan menggunakan
tissue
Turunkan suhu termometer dibawah anatara 34C 35C.
Letakkan termometer pada daerah aksila dan lengan pasien fleksi diatas dada
(mendekap dada)
Setelah 3 5 menit, angkat termometer dan baca hasilnya
catat hasil
Bersihkan termometer dengan kertas / tissue
Cuci termometer dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih dan
keringkan.
Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
4) Pernapasan
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai proses pengambilan oksigen
dan pengeluaran karbondioksida. Menilai frekuensi, irama, kedalaman dan tipe atau
pola pernapasan. Tingkat respirasi atau respirasi rate adalah jumlah seseorang
mengambil napas per menit. Tingkat respirasi biasanya diukur ketika seseorang dalam
posisi diam dan hanya melibatkan menghitung jumlah napas selama satu menit
dengan menghitung berapa kali dada meningkat. Respirasi dapat meningkat pada saat
demam, berolahraga, emosi. Ketika memeriksa pernapasan, adalah penting untuk juga
diperhatikan apakah seseorang memiliki kesulitan bernapas.
Jumlah pernapasan seseorang adalah:
Bayi : 30 - 40 kali per menit
Anak : 20 - 50 kali per menit
Dewasa : 16 - 24 kali per menit

Pelaksanaan
Alat dan bahan
Arloji (jam) atau stop-watch
Buku catatan
Pena
Cara kerja
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien (manusia coba).
4. Hitung frekuensi dan irama pernapasan.
5. Catat hasil.
6. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
PROCEDURE OF BED MAKING (TERBUKA) SESUAI DENGAN SOP

1. Pengertian umum:

Mengganti (bed sets) kotor dengan (bed sets) yang bersih pada tempat tidur klien
dengan klien di atas tempat tidur & pada tempat tidur kosong.

2. Tujuan umum:

1. Untuk memberikan lingkungan yang bersih, tenang & nyaman

2. Untuk menghilangkan hal yang dapat mengiritasi kulit dengan menciptakan


alat tidur & selimut yang bebas dari kotoran/lipatan

3. Untuk meningkatkan gambaran diri & harga diri klien dengan menciptakan
tempat tidur yang bersih, rapi & nyaman.

4. Untuk mengontrol penyebab mikroorganisme

3. Prinsipprinsip mengganti Bed Sets


Menggunakan prinsip asepsis dengan menjaga bed sets lama agar jauh dari
badan perawat (tidak menempel pada seragam).

Jangan mengibaskan bed sets terlalu lama, karena hal ini dapat menyebarkan
mikroorganisme lewat udara.

Linen (alat tenun) lama jangan diletakan dilantai untuk menjegah penyebaran
infeksi.

Ketika mengganti alat tenun, gunakan prinsip body mechanics.

Jaga privasi, kenyamanan dan keamanan dari klien.

Bila klien kurang kooperatif gunakan rails.

PROSES MAKING BED TERBUKA, SAAT BED KEADAAN KOSONG

1. Tujuan :

1. Meningkatkan kenyamanan klien.

2. Menciptakan lingkungan yang rapi bagi klien.

3. Menyediakan alas tempat tidur yang halus, bebas kerutan sehingga


meminimalkan penyebab iritasi pada kulit.

2. Pengkajian :

1. Kaji status kesehatan klien untuk menentukan apakah klien dapat bangun
dengan aman dari tempat tidur.

2. Kaji denyut nadi dan pernapasan klien.

3. Perhatikan semua selang dan peralatan yang tersambung pada tubuh klien.
3. Perencanaan :
Prosedur mempersiapkan tempat tidur biasanya didelegasikan kepada staf bantu yang
belum memiliki izin. Jika perlu, informasikan kepada staf bantu yang belum memiliki
izin tentang metode mengumpulkan linen yang terkontaminasi drainase secara tepat.

Alat yang digunakan :

Bed / Tempat Tidur Laken besar/ Sprei

Bouven Laken/ Seprei sedang cover of pillow/ sarung bantal

pillow/ alas kepala


Under set/ Perlak
Stick Laken/ Seprei kecil Selimut

5. Prosedur Pelaksanaan:

1. Mencuci tangan

2. Mempersiapkan alat dengan meletakkan alat-alat yang sudah dilipat dan


disusun diatas meja bersih.

3. Memasang alas kasur dan mengikatkan tali-talinya kearah dalam pada rangka
tempat tidur pada tiap sudut.

4. Meletakkan laken dengan lipatan memanjang yang menentukan garis


tengahnya ditengah-tengah tempat tidur.

5. Memasukkan laken pada bagian kepala kurang lebih 25 cm dibawah kasur


kemudian dibuat sudut.

6. Memasukkan laken pada bagian kaki kurang lebih 25 cm dibawah kasur dan
dibuat sudut.
7. Jika laken tidak sesuai ukurannya maka masukkanlah bagian kepala lebih
banyak dari pada bagian kaki.

8. Masukkan laken bagian sisi ke bawah kasur (sisi tempat perawat berdiri).

9. Meletakkan perlak melintang kurang lebih 50cm dari garis kasur bagian
kepala, demikian juga steak laken, dan masukkan sama-sama ke bawah kasur.

10. Meletakkan bovenlaken secara terbalik dengan jahitan lebar di bagian kepala
mulai garis kasur, masukkan bagian kaki ke bawah kasur.

11. Meletakkan selimut kurang lebih 25 cm dari garis kasur bagian kepala dan
masukkan bagian kaki ke bawah kasur.

12. Melipat bovenlaken bagian atas tepat diatas garis selimut.

13. Memasukkan bantal kedalam sarungnya dan meletakkan bantal dengan bagian
tertutup ke jurusan pintu.

14. Mencuci tangan.

SOP Memandikan Pasien

SOP Memandikan Pasien


1. Pengertian
Membersihkan bagian tubuh pasien dengan menggunakan air bersih & sabun
2. Tujuan
1. Memberikan rasa nyaman bagi pasien
2. Melaksanakan kebersihan perorangan
3. Membersihkan kulit & menghilangkan bau tubuh
3. Kebijakan
Pasien yg memerlukan bantuan mandi di tempat tidur
4. Peralatan
1. Pakaian yang bersih 1 stel
2. Air panas & dingin
3. Baskom mandi 2 buah
4. Sarung tangan bersih
5. Waslap 2 buah
6. Perlak & handuk kecil 1 buah
7. Selimut mandi/kain penutup
8. Handuk besar 2 buah
9. Celemek plastic
10. Tempat tertutup untuk pakaian kotor
11. Sabun mandi
12. Bedak
13. Botol cebok
14. Pispot/urinal & pengalas
5. Prosedur pelaksanaan
Tahap Pra Interaksi
1. Awali dengan melakukan verifikasi terhadap klien
2. Mencuci tangan sebelum tindakan dilakukan
3. Menempatkan alat di dekat pasien secara benar
Tahap Orientasi
1. Memberikan salam yang merupakan pendekatan therapeutic
2. Menjelaskan tujuan & prosedur tindakan yang akan dilakukan terhsdsp klien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dimulai
Tahap Kerja
1. Menjaga keamanan privacy klien
2. Mencuci tangan kembali
3. Mengganti selimut klien dengan khusus selimut mandi
4. Dimulai dengan melepaskan pakaian atas klien
Membasuh Muka
1. Membentangkan perlak kecil & handuk kecil di bawah kepala
2. Menawarkan pasien menggunakan sabun atau tidak
3. Membersihkan bagian muka, telinga dengan waslap lembab lalu di keringkan
4. Menggulung perlak & handuk
Membasuh Lengan
1. Menurunkan selimut mandi pada bagian daerah perut klien
2. Memasang handuk besar pada bagian atas dada klien dengan cara melintang
& ke-2 tangan klien diletakkan di atas handuk
3. Membasahi tangan klien dengan waslap air bersih, disabun, setelah itu dibilas
dengan air hangat (jalankan mulai dari ekstremitas terjauh klien)
4. Membasuh Dada & Perut
5. Melepas baju bawah klien & menurunkan selimut sampai perut bagian bawah,
ke-2 tangan diletakkan di atas bagian kepala, membentangkan handuk pada sisi
klien
6. Membasuh ketiak & dada pula perut dengan waslap basah, disabun, setelah itu
dibilas dengan air hangat & dikeringkan, selanjutnya menutup dengan
menggunakan handuk.
Membasuh Punggung
1. Memiringkan tubuh pasien kearah perawat
2. Membentangkan handuk di belakang punggung sampai bokong
3. Membasahi punggung sampai bokong dengan waslap, disabun, seterusnya
dibilas dengan air hangat & dikeringkan
4. Memberi bedak pada daerah punggung
5. Mengembalikan pasien pada posisi terlentang, selanjutnya membantu pasien
mengenakan pakaian
Membasuh Kaki
1. Mengeluarkan perlahan kaki pasien dari selimut mandi dengan benar
2. Membentangkan handuk di bawah kaki tersebut, menekuk lutut
3. Selanjutnya membasahi kaki mulai dari pergelangan hingga pangkal paha,
disabun, dibilas dengan air bersih, seterusnya dikeringkan
4. Jalankan tindakan yg sama untuk kaki yg lain
Membasuh Daerah Lipat Paha & Genetalia
1. Membentangkan handuk di bawah bokong, setelah itu selimut mandi bagian
bawah di buka
2. Membasahi daerah lipat paha & genital dgn air, disabun, dibilas, setelah itu
dikeringkan
3. Mengangkat handuk, membantu mengenakan baju bawah klien
4. Merapikan klien, ganti selimut mandi dengan selimut tidur
Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Merapihkan & kembalikan alat ke tempat semula
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
SOP MEMBANTU MEMBERIKAN MAKANAN DAN MINUMAN PER ORAL
(ENTERAL)
1. Pengertian : Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dengan memberikan bantuan sesuai
dengan kebutuhan tubuh pasien untuk proses kehidupan .
Tujuan : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
A. Persiapan

1. Persiapan Pasien
a. Memperkenalkan diri (kontrak)
b. Meminta pengunjung atau keluarga meninggalkan ruangan.
c. Menjelaskan tujuan
d. Menjelaskan langkah atau prosedur yang akan dilakukan
e. Pasien disiapkan dipinggir tempat tidur

2. Persiapan Lingkungan

a. Menutup pintu atau jendela atau memasang sampiran

3. Persiapan Alat

a. Baki alas penyajian


b. Serbet makan
c. Piring berisi nasi atau bubur
d. Mangkok berisi sayur atau kuah
e. Piring kecil berisi lauk
f. Sendok makan
g. Sendok garpu
h. Gelas berisi air minum
i. Sedotan atau pipet
j. Mangkok untuk cuci tangan
k. Buah-buahan

B. Tahap Pelaksanaan
1. Bawa alat-alatnya kedekat pasien
2. Perawat mencuci tangan
3. Pasangkan atau beri pasien serbet untuk alas
4. Hidangkan makanan dan minuman kedekat pasien dengan hati-hati
5. Bantu pasien untuk memotong lauknya bila diinginkan
6. Persilahkan pasien untuk makan dan minum
7. Bila pasien tidak bisa makan dan minum sendiri , suapi pasien sedikit demi
sedikit sambil berkomunikasi dengan pasien
8. Memberi pasien minum obat (sesuaikan dengan dosis yang diberikan)
9. Berikan pasien buah setelah selesai makan (bantu pasien jika tidak bisa
mengkonsumsi buah sendiri)
10. Membersihkan mulut dan sekitarnya dengan serbet atau tisu
11. Kembalikan pasien ke posisi semula yang nyaman
12. Bereskan alat dan perawat mencuci tangan
C. Tahap Evaluasi
1. Evaluasi perasaan pasien (merasa aman dan nyaman)
2. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3. Dokumentasikan prosedur dan hasil observasi

1. Pengertian
Pemberian obat dengan cara oral ialah memberikan obat melalui mulut.

2. Tujuan

1. Menyediakan obat yg memiliki efek lokal.

2. Menghindari pemberian obat yg akan menyebabkan kerusakan kulit &


jaringan

3. Menghindari pemberian obat yg mampu menyebabkan nyeri

3. Kebijakan

Pasien yg alergi terhadap obat, kemampuan pasien untuk menelan obat, adanya
muntah, & diare yg dapat mengganggu absorbsi obat, efek samping obat, interaksi
obat, kebutuhan pembelajaran mengenai obat yg diberikan

4. Peralatan

1. Baki berisi obat-obatan


2. Buku rencana pengobatan

3. Mangkuk disposabel buat tempat obat

4. Pemotong obat (apabila diperlukan)

5. Martil & lumpang penggerus

6. Gelas & air minum

7. Sedotan

8. Spuit sesuai ukuran

9. Sendok

10. Pipet

5. Prosedur Kerja

Tahap Pra Interaksi

1. Mengecek program terapi

2. Mencuci tangan

3. Menyiapkan alat

Tahap Orientasi

1. Mengucapkan salam kepapada pasien & keluarga serta sapa nama pasien.

2. Menjelaskan tujuan & prosedur pelaksanaan.

3. Menanyakan apakah pasien setujuan/kesiapan pasien.


Tahap Kerja

1. Menjaga privasi pasien.

2. Menyiapkan peralatan & cuci tangan

3. Mengkaji kemampuan pasien apakah mampu untuk dapat minum obat per
oral.

4. Mengecek kembali order pengobatan ( nama pasien, nama dosis obat, &
waktu cara pemberian ), memeriksa tanggal kadaluarsa obat.

5. Mengambil obat sesuai yg diperlukan.

6. Menyiapkan obat yg akan diberika pada pasien.

7. Memutar obat/ bolak balik agar tercampur rata sebelum dituangkan

8. Membuka penutup botol & meletakkan menghadap ke atas.

9. Memegang botol obat sehingga sisi labelnya akan berada pada telapak tangan,
& menuangkan obat ke arah menjauh dari label.

10. Menuangkan obat banyaknya yg difungsikan ke dalam mangkuk obat yang


telah tersedia.

11. Sebelum menutup botol, alangkah baiknya jika mengusap bagian bibir botol
dengan kertas tisue.

12. Memberikan obat pada waktu & cara yg benar.

13. Mencatat obat yg sudah diberikan.

Tahap terminasi
1. Melakukan evaluasi atas tindakan yang telah diberikan kepada pasien.

2. Berpamitan dengan pasien atau keluarga (apabila ada).

3. Membereskan alat.

4. Mencuci tangan kembali

5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

Macam-Macam Posisi Pasien

Fowler
A. Pengertian
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala tempat
tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan
kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.

B. Tujuan
1. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.
2. Meningkatkan rasa nyaman
3. Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi dada
dan ventilasi paru
4. Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap

C. Indikasi
1. Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan
2. Pada pasien yang mengalami imobilisasi
A. Pengertian sims

posisi sims
Posisi sim adalah posisi miring kekanan atau miring kekiri. Posisi ini dilakukan
untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat per anus (supositoria). Berat
badan terletak pada tulang illium, humerus dan klavikula.

B. Tujuan
1. Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi
2. Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot pinggang
3. Memasukkan obat supositoria
4. Mencegah dekubitus

C. Indikasi
1. Pasien dengan pemeriksaan dan pengobatan daerah perineal
2. Pasien yang tidak sadarkan diri
3. Pasien paralisis
4. Pasien yang akan dienema
5. Untuk tidur pada wanita hamil.
A. Pengertian Posisi Trendelenberg

posisi trendeleberg
Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah
daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke
otak.

B. Tujuan
1. Pasien dengan pembedahan pada daerah perut.
2. Pasien shock.
3. pasien hipotensi.

C. Indikasi
1. Pasien dengan pembedahan pada daerah perut
2. Pasien shock
3. Pasien hipotensi

A. Pengertian Posisi Dorsal Recumben

dorsal recumbent
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik atau
direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan
memeriksa serta pada proses persalinan.

B. Tujuan
Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan ketegangan punggung belakang.

C. Indikasi
1. Pasien dengan pemeriksaan pada bagian pelvic, vagina dan anus
2. Pasien dengan ketegangan punggung belakang.

A. Pengertian Posisi Lithotomi

Lithotomi
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan
menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada
proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.

B. Tujuan
1. Memudahkan pemeriksaan daerah rongga panggul, misal vagina,taucher,
pemeriksaan rektum, dan sistoscopy
2. Memudahkan pelaksanaan proses persalinan, operasi ambeien, pemasangan alat
intra uterine devices (IUD), dan lain-lain.

C. Indikasi
1. Pada pemeriksaan genekologis
2. Untuk menegakkan diagnosa atau memberikan pengobatan terhadap penyakit
pada uretra, rektum, vagina dan kandung kemih.
A. Pengertian Posisi Genu Pectrocal

genu pectoral
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada menempel
pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rektum
dan sigmoid.

B. Tujuan
Memudahkan pemeriksaan daerah rektum, sigmoid, dan vagina.
C. Indikasi
1. Pasien hemorrhoid
2. Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum, sigmoid dan vagina.

A. Pengertian Posisi Orthopeneic


Posisi pasien duduk dengan menyandarkan kepala pada penampang yang sejajar
dada, seperti pada meja.
B. Tujuan
Memudahkan ekspansi paru untuk pasien dengan kesulitan bernafas yang ekstrim dan
tidak bisa tidur terlentang atau posisi kepala hanya bisa pada elevasi sedang.
C. Indikasi
Pasien dengan sesak berat dan tidak bisa tidur terlentang

A. Pengertian Posisi Supinasi

Suspinasi
Posisi telentang dengan pasien menyandarkan punggungnya agar dasar tubuh sama
dengan kesejajaran berdiri yang baik.

B. Tujuan
Meningkatkan kenyamanan pasien dan memfasilitasi penyembuhan terutama pada
pasien pembedahan atau dalam proses anestesi tertentu.
C. Indikasi
1. Pasien dengan tindakan post anestesi atau penbedahan tertentu
2. Pasien dengan kondisi sangat lemah atau koma.

A. Pengertian Posisi Pronasi


Pasien tidur dalam posisi telungkup Berbaring dengan wajah menghadap ke bantal.

Pronasi

B. Tujuan
1. Memberikan ekstensi maksimal pada sendi lutut dan pinggang
2. Mencegah fleksi dan kontraktur pada pinggang dan lutut.

C. Indikasi
1. Pasien yang menjalani bedah mulut dan kerongkongan
2. Pasien dengan pemeriksaan pada daerah bokong atau punggung.

A. Pengertian Posisi lateral

Lateral
Posisi miring dimana pasien bersandar kesamping dengan sebagian besar berat tubuh
berada pada pinggul dan bahu.

B. Tujuan
1. Mempertahankan body aligement
2. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi
3. Meningkankan rasa nyama
4. Mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh akibat posisi yang menetap.

C. Indikasi
1. Pasien yang ingin beristirahat
2. Pasien yang ingin tidur
3. Pasien yang posisi fowler atau dorsal recumbent dalam posisi lama
4. Penderita yang mengalami kelemahan dan pasca operasi.

Anda mungkin juga menyukai