Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bank Bagi Hasil sering disebut Bank Syariah (Bank Islam) merupakan lembaga
perbankan yang menggunakan sistem dan operasi berdasarkan prinsipprinsip hukum atau
syariah Islam, seperti diatur dalam Al Quran dan Al Hadist. Perbankan Syariah merupakan
suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan sistem syariah (hukum
islam).Usaha pembentukkan sistem ini berangkat dari larangan islam untuk memungut dan
meminjam bedasarkan bunga yang termasuk dalam riba dan investasi untuk usaha yang
dikategorikan haram,misalnya dalam makanan,minuman,dan usaha-usaha lain yang tidak
islami,yang hal tersebut tidak diatur dalam Bank Konvensional.
Di Indonesia pelopor perbankan syariah adalah Bank Muamalat Indonesia. Berdiri
tahun1991, bank ini diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta
dukungan dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha
muslim. Bank ini sempat terimbas oleh krisis moneter pada akhir tahun 90-an sehingga
ekuitasnya hanya tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan
dana kepada bank ini dan pada periode 1999-2002 dapat bangkit dan menghasilkan laba.
Saat ini keberadaan bank syariah di Indonesia telah di atur dalam Undang-undang yaitu
UU No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan.
Adanya Perbankan syariah di Indonesia bertujuan untuk mewadahi penduduk di
Negara Indonesia yang hampir seluruh penduduknya beragama Islam.Dengan adanya bank
tersebut diharapkan tidak adanya kerancuan dalam proses muamalah bagi para pemeluk
agama islam,sehingga mereka terjaga dari keharaman akibat tidak adanya suatu wadah
yang melayani mereka dalam bidang muamalah yang bersifat islami. Namun realitas yang
ada,dari 80% penduduk Indonesia yang beragama Islam tidak lebih dari 10% di antara
mereka yang bertransaksi secara syarI lebih-lebih dalam hal perbankan.Sampai saat ini
perbankan syariah di Indonesia belum mampu menunjukan eksistensinya,banyak
masyarakat yang tidak menaruh kepercayaan terhadap perbankkan syariah.
Bahkan para ulama-ulama di negeri ini pun sebagian besar masih menyimpan uangnya
di bank konvensional.Hal tersebut terjadi karena kurangnya pemahaman mengenai sisitem
operasi perbankan syariah Sistem dalam bank syariah di anggap sama dengan sistem
operasi yang ada dalam bank konvensional.

Makalah Bank Syariah | 1


Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat terhadap bank syariah dan
berakibat kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap bank syariah. Hal tersebut menjadi
landasan untuk menyadarkan masyarakat akan keurgenan perbankkan islam di Negara ini.
Khusunya bagi mereka yang beragama islam.Upaya-upaya pensosialisaian mekanisme dan
syariah di rasa perlu,sehingga masyarakat tidak lagi terjebak dalam transaksi-transaksi
yang tidak islami dan masyarakat kembali manaruh kepercayaan terhadap transaksi
syariah.

1.2. Identifikasi masalah


1. Menjelaskan Pengertian Bank Syariah
2. Menjelaskan Perkembangan Bank Syariah di Indonesia
3. Menjelaskan Dasar Hukum Bank Syariah
4. Karakteristik Bank Syariah
5. Menjelaskan Fungsi Bank Syariah
6. Prinsip Bank Syariah
7. Kegiatan Usaha Bank Syariah
8. Prinsip Prinsip Dalam Menghimpun Dana Bank Syariah

Makalah Bank Syariah | 2


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bank Syariah


Bank syariah merupakan bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip syariah yang terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS). Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama islam
untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta
larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram, dimana hal ini tidak dapat
dijamin oleh sistem perbankan konvensional. Persaingan usaha antar bank yang semakin
tajam dewasa ini telah mendorong munculnya berbagai jenis produk dan sistem usaha
dalam berbagai keunggulan kompetitif. Dalam situasi seperti ini Bank Umum
(konvensional) akan menghadapi persaingan baru dengan kehadiran lembaga keuangan
ataupun bank non-konvensional. Fenomena ini ditandai dengan pertumbuhan lembaga
keuangan dan bank dengan sistem syariah.

2.2 Perkembangan Bank Syariah di Indonesia


Abdul Gani Abdullah mengemukakan dalam analisis dan evaluasi hukum yang
dilakukannya terhadap perbankan syariah, menemukan sedikitnya empat hal yang menjadi
tujuan pengembangan perbankan berdasarkan prinsip syariah, yaitu :
a) Untuk memenuhi kebutuhan jasa perbankan bagi masyarakat yang tidak dapat
menerima konsep bunga.
b) Terciptanya dual banking sistem di Indonesia yang mengakomodasi terlaksananya
sistem perbankan konvensional dan perbankan syariah dengan baik dalam proses
kompetisi yang sehat, dimana didukung oleh pola perilaku bisnis yang bernilai dan
bermoral.
c) Mengurangi risiko kegagalan sistem keuangan Indonesia.
d) Mendorong peran perbankan dalam menggerakkan sector riil dan membatasi
segala bentuk eksploitasi yang tidak produktif serta mengabaikan nilai-nilai moral.

Makalah Bank Syariah | 3


Sebagai langkah awal perkembangan bank syariah di Indonesia, pada pertengahan
tahun 1970-an diadakan pembicaraan mengenai bank syariah pada seminar Hubungan
Indonesia- Timur Tengah yang diadakan pada tahun 1974 dan pada tahun 1976 dalam
seminar yang diadakan Lembaga Studi Ilmu-Ilmu Kemasyarakatan (LSIK) dan Yayasan
Bhineka Tunggal Ika. Perkembangan pemikiran secara luas mengenai perlunya umat Islam
Indonesia memiliki perbankan Islam sendiri mulai berhembus sejak saat itu. Namun, usaha
untuk merealisasikan ide perbankan syariah tersebut terhambat oleh beberapa alasan,
yaitu :
a) Operasi Bank Syariah yang berdasarkan prinsip bagi hasil belum diatur, oleh karena
itu tidak sejalan dengan Undang-undang Pokok Perbankan yang berlaku, yaitu
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967.
b) Konsep banksyariah dari segi politis dinilai bermuatan ideologis, merupakan bagian
atau berkaitan dengan pembentukan negara Islam, oleh karena itu tidak dikehendaki
pemerintah.
c) Belum ada yang bersedia menaruh modal pada ventura semacam itu, sementara
pendirian bank baru dari negara Timur Tengah masih dicegah,antara lain oleh
kebijakan pembatasan bank asing untuk membuka cabangnya di Indonesia.

Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar ekonomi
Islam mulai dilakukan dengan pihak yang terlibat dalam pengkajiannya adalah Karnaen A.
Perwaatmadja, M. Dawam Rahardjo, A.M Saefudin, M. Amien Azis, dan lain-lain. Uji
coba padsa skala yang relative terbatas telah diwujudkan pada masa itu yaitu dengan
pembentukan Baitut Tamwil-Salman di Bandung dan Koperasi Ridho Gusti di Jakarta,
yang kedua lembaga keuangan syariah tersebut berbadan hukum koperasi. Pembentukan
ini juga didorong oleh keluarnya Deregulasi Perbankan Paket 1 Juni Tahun 1983, yang
telah membuka belenggu penetapan bunga perbankan oleh pemerintah. Dengan
dibebaskannya penetapan besar bunga kepada masing-masing bank, maka suatu bank dapat
menetapkan bunga sebesar 0% (nol persen) yang memungkinkan beroperasinya bank tanpa
bunga yang berdasarkan bagi hasil keuntungan. Namun, karena belum dimungkinkannya
pendirian bank baru pada masa itu, sedangkan bank-bank yang telah ada belum tertarik
untuk mengaplikasikan sistem bank tanpa bunga yang dinilai kurang mengntungkan, maka
bank syariah belum dapat berdiri di Indonesia, sehingga dibentuklah badan hukum
koperasi sebagai bentuk badan hukumnya.
Pada tahun 1988, gagasan mengenai bank syariah kembali muncul yang
dilatarbelakangi dengan dikeluarkannya Paket Kebijakan Oktober (PAKTO) yang berisi
liberalisasi perbankan. Liberalisasi perbankan tersebut memungkinkan didirikannya bank-
bank baru selain yang telah ada. Maka dari itu didirikanlah Bank Perkreditan Rakyat
Syariah dibeberapa daerah di Indonesia, yaitu Badan Perkreditan Syariah (BPRS) Berkah
Amal Sejahtera, BPRS Dana Mardhatillah, dan BPRS Amanah Rabaniah, yang beroperasi
di Bandung, dan BPRS Hareukat di Aceh.

Makalah Bank Syariah | 4


Sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI tersebut lahirlah Bank Muamalat
Indonesia pada 1 November 1991. Pada saat penandatanganan Akte pendirian PT Bank
Muamalat Indonesia terkumpul komitmen pembelian saham sebesar Rp 84 Miliar.
Kemudian pada tanggal 3 November 1991 dalam acara silaturahmi presiden di Istana
Bogor dapat dipenuhi dengan total komitmen awal sebesar Rp. Sebelumnya, pada 18-20
Agustus 1990 diadakan lokakarya Bunga Bank dan Perbankan yang diadakan oleh Majelis
Ulama Indonesia (MUI) di Cisarua, Bogor, Jawa barat. Hasil lokakarya tersebut dibahas
lebih mendalam dalam Musyawarah Nasional IV MUI pada 22-25 Agustus 1990.
Berdasarkan Amanat Munas IV MUI tersebut dibentuklah kelompok kerja untuk
mendirikan Bank Islam di Indonesia kelompok kerja yang disebut Tim Perbankan MUI,
bertugas melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak terkait.
Dalam menjalankan operasinya sebagai bank yang berdasarkan prinsip syariah,
Bank Muamalat Indonesia mengalami banyak hambatan. Selain karena peraturan hukum
tentang bank syariah belum spesifik mengatur dan memberi ruang dalam pengembangan
perbankan syariah, juga ketidakmampuan BMI untuk bersaing dengan bank konvensional
yang telah memiliki jaringan yang kuat hingga ke pelosok-pelosok daerah. Selain itu,
untuk menjaga likuiditas bank dan mempertahankan eksistensinya, yaitu melalui usaha-
usaha mendapatkan keuntungan yang sewajarnya melalui bagi hasil, maka BMI tidak bisa
mengelak untuk tidak menggarap kalangan menengah keatas sebagai nasabah dan debitur
yang paling potensial. Hal ini yang kemudian menyebabkan banyak umat Islam masih
belum merasakan kehadiran BMI memberikan sentuhan yang berarti pada mereka sebagai
bank yang mengusung nilai-nilai Islam.

Era reformasi kemudian juga memberikan perkembangan baru dalam perbankan


syariah di Indonesia. Para pelaku perbankan dan pemerintah telah mendapatkan paradigma
baru dalam memandang perbankan Islam di Indonesia. Krisis moneter yang dialami
sebelumnya ternyata memberikan implikasi positif dalam sejarah perkembangan bank
syariah di Indonesia. Bentuk perkembangan paling besar bank syariah pada masa itu
ditandai dengan disetujuinya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 mengenai perubahan
atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, yang merupakan regulasi
mengenai perbankanuntuk bangkit dari krisis ekonomi yang melanda pada waktu itu.
Dalam Undang-undang tersebut memberi arahan bagi bank-bank konvensional
untuk membuka cabang syariah atau mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah.
Hal tersebut disambut antusias oleh kalangan perbankan konvensional yang ingin mulai
memasuki usaha bisnis perbankan syariah, untuk itu Bank Indonesia mengadakan
Pelatihan Perbankan Syariah bagi para pejabat Bank Indonesia dari segenap bagian,
terutama aparat yang berkaitan langsung dengan DPNP (Direktorat Penelitian dan
Pengembangan Perbankan), kredit , pengawasan, akuntansi, riset dan moneter. Beberapa
lembaga perbankan konvensional yang membuka cabang syariah pada masa-masa awal

Makalah Bank Syariah | 5


reformasi adalah Bank IFI cabang syariah, Bank Syariah Mandiri, dan Bank BNI Divisi
Syariah.
Pada masa ini, ada beberapa permasalahan yang belum terselesaikan dari sistem hukum
maupun dari sistem ekonomi mengenai perbankan syariah. Hal ini sebagaimana
digambarkan Umar Chappra dan ditidaklanjuti oleh Muhammad Syafii Antonio dalam
kajian Tazkia Institute. Persoalan-persoalan itu adalah sebagai berikut:
a) Pada umumnya produk produk perbankan syariah, belum memiliki standar
peraturan yang baku dan seragam. Ketika MUI/ DSN bersama Bank Indonesia
tengah mempersiapkan pembakuan Akad mudharabah, musyarakah, dan
murabahah, tetapi untuk akad-akad lainnya belum disiapkan.
b) Perbankan syariah dalam perkembangannya cukup pesat, tetapi memiliki asset dan
akses pasar yang masih kecil. Baru mencapai lebih dari satu persen dari total asset
perbankan nasional sehingga mempengaruhi kemampuannya untuk melakukan
ekspansi dan diverifikasi usaha.
c) Dalam kondisi demikian, tentunya tingkat persaingan dengan sistem ekonomi
konvensional belum berimbang karena terbatasnya jaringan kantor dan lembaga
penunjang lainnya. Juga belum memadai untuk keperluan likuiditas dan
pengelolaan risiko.
d) Belum ada keseragaman dalam praktek akuntansi dan sistem audit perbankan
syariah, termasuk didalamnya keseragaman laporan keungan sehingga otoritas
pengatur maupun investor mengalami kesulitan untuk melakukan perbandingan
dalam menilai kinerja perbankan syariah. Peran Accounting Organization for
Islamic Institution di Bahrain belum sepenuhnya dapat mengantisipasi kekurangan
ini. Perkembangan terakhir menunjukkan semakin membaiknya kinerja lembaga ini
dalam memjalankan tugas-tugasnya.
e) Pada umumnya produk produk perbankan syariah, belum memiliki standar
peraturan yang baku dan seragam. Ketika MUI/ DSN bersama Bank Indonesia
tengah mempersiapkan pembakuan Akad mudharabah, musyarakah, dan
murabahah, tetapi untuk akad-akad lainnya belum disiapkan.
f) Perlakuan oleh pihak perbankan syariah disatu sisi dengan nasabah pada sisi
lainnya belum berlangsung sesuai prinsip kesetaraan. Masih seperti yang
diperaktikkan dalam perbankan konvensional, dimana posisi pihak perbankan
masih jauh lebih kuat dibanding nasabahnya. Idealnya, perbankan syariah
memperlakukan nasabah sebagai mitranya yang sejajar sehigga tidak terkesan
sebagai hubungan kemitraan yang berdasarkan hubungan keyakinan semata,
melainkan juga harus rasional dan objektif.

Pada perkembangan selanjutnya hingga saat ini, dengan dikeluarkannya peraturan


perundang-undangan khusus yang mengatur mengenai bank syariah, serta dibentuknya
badan-badan khusus yang bertugas membenahi sistem perbankan syariah di Indonesia.
Sepanjang tahun 2010 perbankan syariah tumbuh dengan volume usaha yang tinggi yaitu

Makalah Bank Syariah | 6


sebesar 43,99% meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 26,55% dengan pertumbuhan
dana yang dihimpun maupun pembiayaan yang relative tinggi, serta penyediaan
penyediaan akses jaringan yang meningkat dan menjangkau kebutuhan masyarakat secara
luas sehingga masih cukup kuat untuk memanfaatkan potensi membaiknya perekonomian
nasional.

2.3 Dasar Hukum Bank Syariah


Berdasarkan Pasal 4 UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, bank syariah di
wajibkan untuk menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat.
Di samping itu, bank syariah juga dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga
baitulmal dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat. Bank syariah juga dapat
menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada
pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf.

2.4 Karakteristik Bank Syariah


Karakteristik Bank Syariah diantaranya :
1) Berdasarkan prinsip syariah
2) Implementasi prinsip ekonomi Islam
3) Beroperasi atas dasar bagi hasil
4) Kegiatan usaha untuk memperoleh imbalan atas jasa
5) Tidak menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh pendapatan
6) Azas utama => kemitraan, keadilan, transparansi dan universal
7) Tidak membedakan secara tegas sector moneter dan sector riil (dapat
melakukan transaksi 2 sektor riil.

2.5 Fungsi Bank Syariah


Bank syariah dalam skema non-riba memiliki empat fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi Manajer Investasi
Fungsi ini dapat dilihat dari segi penghimpunan dana oleh bank syariah, khususnya
dana mudharabah. Bank syariah bertindak sebagai manajer investasi dari pemilik
dana (shahibul maal) dalam hal dana tersebut harus dapat disalurkan pada penyalur
yang produktif, sehingga dana yang dihimpun dapat menghasilkan keuntungan yang
akan dibagihasilkan antara bank syariah dan pemilik dana.

2. Fungsi Investor

Makalah Bank Syariah | 7


Dalam penyaluran dana bank syariah berfungsi sebagai investor (pemilik dana).
Penanaman dana yang dilakukan oleh bank syariah harus dilakukan pada sektor
sektor yang produktif dengan risiko minim dan tidak melanggar ketentuan syariah.
Produk investasi yang sesuai dengan syariah diantaranya akad jual beli (murabahah,
salam, dan istishna), akad investasi (mudharabah dan musyarakah), akad sewa
menyewa (ijarah dan ijarah muntahiya bittamlik) dan beberapa akad lainnya yang
dibolehkan oleh syariah.

3. Fungsi Sosial
Fungsi ini merupakan sesuatu yang melekat pada bank syariah. Ada dua instrumen
yang digunakan oleh bank syariah dalam menjalankan fungsi sosialnya, yaitu
instrumen zakat, infak, sedekah, dan wakaf (Ziswaf) dan instrumen qardhul hasan.
Instrumen Ziswafberfungsi untuk menghimpun ziswaf dari masyarakat, pegawai
bank, serta bank sendiri sebagai lembaga milik para investor. Instrumen qardhul
hasan berfungsi menghimpun dana dari penerimaan yang tidak memenuhi kriteria
halal serta dana infak dan sadaqah yang tidak ditentukan peruntukannya secara
spesifik oleh yang memberi.

4. Fungsi jasa keuangan


Fungsi jasa keuangan yang dijalankan oleh bank syariah tidaklah berbeda dengan
bank konvensional, seperti memberikan layanan kliring, transfer, inkaso, pembayaran
gaji, letter of guarantee, letter of credit, dan lain-lain.
Namun mekanisme untuk mendapatkan keuntungan dari transaksi tersebut, bank
syariah tetap menggunakan skema yang sesuai dengan prinsip syariah.

2.6 Prinsip Bank Syariah


Dalam melaksanakan fungsi jasa keuangan perbankan syariah menggunakan beberapa
prinsip yang perlu diperhatikan, diantaranya :
a. Prinsip Wakalah
Wakalah berarti penyerahan, pendelegasian, atau pemberian mandat.
b. Prinsip Kafalah
Kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafiil) kepada pihak ketiga
untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung (makfuul anhu ashil)
c. Prinsip Hawalah
Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang (muhil) kepada orang lain
yang menanggungnya (munhal alaih)
d. Prinsip Sharf
Prinsip Sharf adalah prinsip yang digunakan dalam transaksi jual beli mata uang,
baik antar mata uang sejenis maupun antar mata uang berlainan jenis.
e. Prinsip Ijarah

Makalah Bank Syariah | 8


Objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan jasa, apabila dikaitkan
dengan penggunaan barang maka diistilahkan dengan sewa menyewa sedangkan
apabila dikaitkan dengan penggunaan jasa maka diistilahkan dengan upah
mengupah.

2.7 Prinsip Prinsip Dalam Menghimpun Dana Bank


Syariah
Penghimpunan dana di Bank Syariah dapat berbentuk giro, tabungan, dan deposito.
Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah
prinsip wadiah, musyarakah dan mudharabah.

1) Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara shahibul maal (pemilik dana) dan
mudharib (pengelola dana) dengan nisab bagi hasil menurut kesepakatan di muka,
jika usaha mengalami kerugian maka seluruh kerugian ditanggung oleh pemilik
usaha, kecuali jika ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan oleh pengelola dana,
seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan dana. Secara umum,
mudharabah dibagi menjadi dua jenis. yaitu:
(a) Mudharabah Muthlaqah, yaitu bentuk kerja sama antara shahibul maal
dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh
spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis.
(b) Mudharabah Muqayyadah, yaitu kebalikan dari mudharabah
muthalaqah, yaitu si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha.
Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum
si shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha.
2) Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerjasama atau pencampuran antara dua pihak atau lebih
untuk melakukan suatu usaha tertentu yang halal dan produktif dengan kesepakatan
bahwa keuntungan akan dibagikan sesuai dengan nisab yang disepakati dan resiko
akan ditanggung sesuai dengan porsi kerjasama.
Jenis-jenis musyarakah ada empat, yaitu:
(a) Musyarakah Muwafadhah, yaitu kerjasama dua orang atau lebih pada
suatu obyek dengan syarat tiap-tiap pihak memasukkan modal yang
sama jumlahnya serta melakukan tindakan hukum (kerja) yang sama,

Makalah Bank Syariah | 9


sehingga tiap-tiap pihak dapat melakukan perbuatan hukum atas nama
orang-orang yang bekerjasama itu.
(b) Musyarakah Al-Inan, kerjasama dalam modal dalam suatu perdagangan
yang dilakukan dua orang atau lebih dan keuntungan dibagi bersama
dengan jumlah modal yang tidak harus sama porsinya.
(c) Musayarakah Al-Wujuh, yaitu kerjasama yang dilakukan dua orang atau
lebih yang tidak punya modal sama sekali dan mereka melakukan suatu
pembelian dengan kredit serta menjualnya dengan harga tunai,
sedangkan keuntungan yang diperoleh dibagi bersama.
(d) Musyarakah Al-Abdan, yaitu kerjasama yang dilakukan oleh dua pihak
untuk menerima suatu perkerjaan, seperti pandai besi, servis alat-alat
elektronik, laundry, dan tukang jahit. Hasil yang diterima dari pekerjaan
itu dibagi bersama dengan kesepakatan mereka berdua.
3) Wadiah
Wadiah adalah titipan murni dari satu pihak kepada pihak lain, baik individu maupun
hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kepada si penitip kapan saja si penitip
menghendaki. Dengan melihat prinsip dalam syariah Islam, wadiah dapat digolongkan
menjadi dua macam yaitu:
(a) Amanah, yaitu pihak yang dititipi tidak boleh menggunakan atau
memanfaatkan harta titipan.
(b) Dhamanah, yaitu pihak yang dititipi bertanggung jawab penuh terhadap
keutuhan harta titipan, sehingga pihak yang dititipi boleh memanfaatka
harta titipan tersebut.

BAB III
KESIMPULAN

Makalah Bank Syariah | 10


Dari uraian kita sepakati bersama bahwa perbankan islam adalah lembaga keuangan
yang menjalankan aktivitas perbankan konvensional murni yang tidak sama sekali ada
kaitannya dengan kegiatan keagamaan yang akan menimbulkan kontradiksi apabila terjadi
sebuah kesalahan, maka agama islam termasuk di dalamnya umat islam itu akan
tersalahkan.
Namun dalam kegiatannnya perbankan islam tidak boleh menyimpang dari landasan
dan prinsip-prinsip islam itu sendiri, karena timbulnya perbankan islam adalah untuk
menyempurnakan dari sistem sosialis dan konvensional. Yang bukan saja berorientasi pada
profitabilitas tapi juga bagaimana perbankan islam itu sendiri mengedepankan etika dan
moral dalam berbisnis di dunia perbankan yang dapat menciptakan sebuah kegiatan
perbankan yang efisien dan efektip (bebas dari Riba, Gharar, Maysir, dll) sehingga dapat
berimplikasi pada pembangunan ekonomi, kesejahteraan rakyat, menciptakan pasar
ekonomi yang sehat dan menghilangkan paradigma dzalim.

DAFTAR PUSTAKA

Makalah Bank Syariah | 11


Andri Soemitra. 2009. Bank dan lembaga keuangan syariah. Jakarta : Kencana.
Kautsar Riza Salman. 2012. Akuntansi Perbankan Syariah Berbasis PSAK Syariah.
Jakarta : Indeks.
http://www. Makalahegi.blogspot.com Diakses pada tanggal 01 Mei 2014
http://www. Eramoeslem.comekonomi syariah
http://www.banksyariah.net/2012/07/prinsip-bank-syariah.html

Makalah Bank Syariah | 12

Anda mungkin juga menyukai