Anda di halaman 1dari 12

PEMBAHASAN

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES DAN


HASIL BELAJAR

Faktor yang mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar adalah

A. FAKTOR LINGKUNGAN
Dalam lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan
yang di sebut Ekosistem. Selama hidup anak didik tidak bisa menghindarkan diri dari
lingkungan alami dan lingkungan sosal budaya. Keduanya mempunyai pengaruh
cukup signifikan terhadap belajar anak didik di sekolah. faktor lingkungan dibagi
menjadi lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya.

1. Lingkungan alami
Lingkungan hidup adalah lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup dan
berusaha di dalamnya . kadaan suhu, kelembapan udara, kesejukan udara dan
ketenangan suasana kelas diakui sebagai kondisi lingkungan kelas yang kondusif
untuk terlaksananya kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan. Contohnya
balajar pada keadaan udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, masuknya
sinar yang tidak terlalu silau atau kuat, atau tidak terlalu lemah atau gelap, suasana
yang sejuk dan tenang akan lebih baik hasilnya daripada belajar dalam keadaan
yang sebaliknya. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor yang dapat
memengaruhi aktivitas belajar siswa sehingga jika kondisi lingkungan alam tidak
mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.

2. Lingkungan sosial budaya


Hidup dalam kebersamaan dan saling membutuhkan akan melahirkan interaksi
sosial. Sebagai anggota masyarakat, anak didik tidak bisa melepaskan diri dari
ikatan sosial. Sistem sosial yang terbentuk mengikat anak didik untuk tunduk pada
norma- norma sosial, susila, dan hukum yang berlaku di masyarakat maupun di
sekolah.
1. Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal
siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh,
banyak pengangguran dan anak telantar juga dapat memengaruhi aktivitas
belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar,
diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.

2. Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan


belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak
rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap
aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak,
kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas
belajar dengan baik.
3. Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman
sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang
harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar
lebih baik di sekolah. maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu
memerhatikan dan memahami bakat yang dimiliki oleh anaknya atau peserta
didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak
memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.
Lahirnya peraturan sekolah bertujuan untuk mengatur dan membentuk
perilaku anak didik yang menunjang keberhasilan belajar di sekolah.
4. Lingkungan sosial budaya di luar sekolah juga merupakan sisi kehidupan yang
mendatangkan problem tersendiri bagi kehidupan anak didik di sekolah.
Sebagai contoh, terdapatnya pabrik pabrik di sekitar sekolah, pembangunan
gedung sekolah yang tak jauh dari hirik pikuk lalu lintas menimbulkan
kebisingan dan kegaduhan di dalam kelas. Bagaimana anak didik dapat
berkonsentrasi dengan baik bila gangguan itu selalu terjadi di sekitar anak
didik. Mengingat pengaruh yang kurang menguntungkan dari lingkingan
pabrik, pasar dan arus lalu lintas tertentu, akan sangat bijaksana bila
pembangunan gedung sekolah di tempat yang jauh dari lingkungan tersebut.

B. FAKTOR INSTRUMENTAL
Setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan dicapai. Dalam rangka mewujudkannya
diperlukan seperangkat kelengkapan yang dapat diperdayagunakan menurut fungsinya
masing-masing.
1. Kurikulum
Kurikulum adalah a plan for learning yang merupakan unsur substansial dalam
pendidikan. Tanpa kurikulum kegiatan belajar mengajar tidak dapat berlangsung,
sebab materi apa yang harus guru sampaikan dalam suatu pertemuan kelas, belum
guru programkan sebelumnya karena tidak mempunyai kurikulum. Kurikulum
dipakai oleh guru dalam merencanakan program pengajaran. Setiap guru harus
mempelajari dan menjabarkan isi kurikulum ke dalam program yang lebih rinci
dan jelas sasarannya. Sehingga dapat diketahui dan diukur dengan pasti tingkat
keberhasilan belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Muatan kurikulum akan
mempengaruhi intensitas dan frekuensi belajar anak didik. Contohnya, pemadatan
kurikulum dengan alokasi waktu yang disediakan relatif sedikit secara psikologis
menggiring para guru pada pilihan untuk melaksanakan percepatan belajar untuk
mencapai target kurikulum. Dan penguasaan anak didik pada bahan pelajaran
tidak menjadi soal, yang penting target kurukilum selesai. Tentu saja hasil belajar
yang demikian kurang memuaskan dan cenderung mengecewakan. Guru akan
mendapatkan hasil belajar anak didik di bawah standar minimum, karena proses
belajar yang kurang wajar pada anak didik. Sungguh hal ini tidak harus terjadi bila
ingin meningkatkan kualitas belajar mengajar. Jadi, kurikulum diakui dapat
mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik di sekolah.
2. Program
Setiap sekolah mempunyai program pendidikan. Program pendidikan disusun
berdasarkan potensi sekolah yang tersedia, baik tenaga, finansial, dan sarana
prasarana untuk dijalankan demi kemajuan pendidikan. Keberhasilan pendidikan
di sekolah tergantung dari baik tidaknya program pendidikan yang dirancang.
Bervariasinya potensi yang tersedia melahirkan program pendidikan yang berbeda
untuk setiap sekolah. Tidak dapat dihindari adanya perbedaan program pendidikan
tersebut mengakibatkan perbedaan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran antara
sekolah yang kekurangan guru dan sekolah yang memiliki guru yang lengkap
berbeda. Ketiadaan guru akan mengakibatkan mata pelajaran tertentu menjadi
terbengkalai. Program bimbingan dan penyuluhan mempunyai andil yang besar
dalam keberhasilan belajar anak didik di sekolah karena tidak semua anak didik
sepi dari masalah. Bervariasinya nilai kuantitative di dalam buku rapor sebagai
bukti bahwa tingkat penguasaan yang bermacam macam pula. Dewan guru
dapat berperan sebagai penyuluh yang memberikan penyuluhan bagaimana cara
mengatasi kesulitan belajar dan bagaimana cara belajar yang baik dan benar
kepada anak didik agar anak didik menjadi semangat dalam belajar.
Program pengajaran yang dibuat oleh guru akan mempengaruhi ke mana proses
belajar itu berlangsung. Program pengajaran yang dibuat tidak hanya berguna bagi
guru, tetapi juga bagi anak didik. Bagi guru dapat menyeleksi perbuatan sendiri
dan kata- kata atau kalimat yang dapat menunjang tercapainya tujuan pengajaran.
Bagi anak didik dapat memilih bahan pelajaran yang menunjang ke arah
penguasaan materi seefektif dan seefisien mungkin.
3. Sarana dan fasilitas
Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Salah satu persyaratan untuk
membuat suatu sekolah adalah pemilikan gedung sekolah yang didalamnya ada
ruang kelas, ruang dewan guru, perpustakaan,dan lain- lain. sarana yang dibangun
bertujuan untuk memberikan kemudahan pelayanan anak didik. Pertimbangan
material dengan menerima anak didik yang masuk dalam dalam jumlah yang
banyak, melebihi kapasitas kelas adalah kebijakan yang cenderung mengabaikan
aspek kualitas pendidikan. Hal ini harus dihindari bila ingin bersaing dalam
peningkatan mutu pendidikan. Karena suatu sekolah yang kekurangan ruang
kelas, sementara jumlah anak didik yang dimiliki dalam jumlah yang banyak
melebihi daya tampung kelas, akan banyak menemukan masalah. Seperti kegiatan
belajar mengajar berlangsung kurang kondusif, pengelolaan kelas kurang efektif,
konflik antar anak didik sukar dihindari, penempatan anak didik secara
proposional saring terabaikan.
selain masalah sarana, fasilitas juga tak kalah penting. Lengkap tidaknya buku di
perpustakaan ikut menentukan kualitas suatu sekolah, karena perpustakaan
merupakan laboratorium ilmu. Di sekolah, jika ada waktu luang anak didik harus
datang ke sana untuk membaca atau meminjam buku demi keberhasilan belajar.
Fasilitas mengajar merupakan kelengkapan mengajar guru yang harus dimiliki
sekolah. Guru harus memiliki buku pegangan dan penunjang agar wawasannya
tidak sempit. Alat peraga yang guru perlukan harus sudah tersedia di sekolah,
karena Alat peraga juga dapat juga digunakan untuk membantu menjelaskan cara
kerja suatu mesin , yang tak dapat diwakilkan melalui kata- kata. Lengkap
tidaknya fasilitas sekolah membuka peluang bagi guru untuk lebih kreatif belajar.
Kualitas anak didik yang berada dari sekolah model pasti berbeda dengan kualitas
anak didik yang berasal dari sekolah biasa. Hal ini terjadi karena di sekolah model
segala sesuatunya di usahakan serba lengkap. Bagi sekolah model, proyek
pembangunan gedung sekolah pun selalu didahulukan dibanding sekolah biasa.
Sehingga sarana dan prasarana juga ikut mempengaruhi kegiatan belajar mengajar
anak didik di sekolah.
Sehingga tidak dapat disangkal bahwa sarana dan fasilitas mempengaruhi kegiatan
belajar mengajar di sekolah.
4. Guru
Kehadiran guru mutlak diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar. Kalau hanya
ada anak didik, tetapi guru tidak ada, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar
mengajar Jangankan ketiadaan guru, kekurangan guru sudah merupakan
masalah. Kondisi kekurangan guru sering ditemukan di daerah, sehingga tidak
jarang ditemukan seorang guru memegang lebih dari satu mata pelajaran.
Akibatnya, jumlah jam mengajar dalam seminggu memegang melebihi delapan
belas jam wajib mengajar. Dari segi materi memang menguntungkan guru tetapi
meruhikan anak didik.
Guru yang profesional lebih mengedepankan kualitas pengajaran daripada
material oriented. Kualitas kerja lebih diutamakan daripada mengambil mata
pelajaran yang bukan bidang keahliannya. Persoalan guru memang menyangkut
dimensi yang luas, tidak hanya bersentuhan dengan masalah di luar dirinya, tetapi
juga masalah yang berkaitan dengan diri pribadinya.
Menurut M.I Soelaeman (1985 : 45 ) untuk menjadi guru yang baik itu tidak dapat
diandalkan pada bakat ataupun tingkah laku belaka, namun harus disertai kegiatan
studi dan latihan serta praktek yang memadai agar muncul sikap guru yang
diinginkan. Oleh karena itu, jadilah guru yang baik atau jangan jadi guru sama
sekali.
Karena memang yang mempengaruhi hasil belajar anak didik tidak hanya latar
belakang pendidikan atau pengalaman mengajar, tetapi juag dipengaruhi oleh
sikap mental guru dalam memandang tugas yang diembannya. Seorang guru yang
memandang profesi keguruan sebagai panggilan jiwa akan melayani kebutuhan
anak didik dengan segenap jiwa raga. Hubungan komunikasi antara guru dan anak
didik harus berjalan baik. Itulah pesan moral yang ingin diwujidkan dari motto Ki
Hajar Dewantara yang berbunyi :tut wuri handayani, ing madya mangun karso ,
ing ngarso sung tulodo. Mengikuti dari belakang, memberi daya di tengah
membina kemauannya, di depan memberi teladan.
Kesejahteraan guru sebagai pegawai negeri dalam mengabdikan diri kepada
bangsa dan negara harus mendapatkan perhatian prioritas, sehingga mereka dapat
lebih berkonsentrasi pada tugas yang diemban dan tidak lagi melakukan pekerjaan
sampingan yang menyudutkan dan melecehkan jabatan guru yang dihormati
tersebut.Prioritas tersebut dapat berupa uang gaji yang cukup untuk memenuhi
berbagai kebutuhan hidup, sehingga guru dapat melaksanakan tugas belajar
mengajar dengan tenang tanpa dirongrong kepelikan ekonomi. Persiapan
mengajar dapat lebih ditingkatkan guna perbaikan mutu mengajar dan bahkan
peluang waktu untuk membaca buku lebih terbuka di rumah.
Guru merupakan tenaga profesional yang sangat menentukan jatuh bangunnya
suatu bangsa dan negara sehingga menyadari bahwa tugas mereka sangat berat.
Dengan kesadaran itu diharapkan terlahir motivasi untuk meningkatkan
kompetensi melaui self study. Kemampuan yang harus ditingkatkan menyangkut 3
kemampuan, yaitu kompetensi personal, profesional, dan sosial.
Di sekolah, kompetensi personal akan menentukan simpatik tidaknya guru kepada
anak didik. Kerawana hubungan guru dengan anak didik ditentukan dengan sejauh
mana tinghkat kualitas kompetensi personal yang dimiliki oleh guru. Cukup
banyak anak didik yang tak mengenal gurunya dengan baik disebabkan guru
jarang duduk bersama dengan anak didik dalam membicarakan masalah pelajaran
dan kesulitannya di luar jam sekolah di waktu luang . Penampilan, sikap,
perilaku, tanggung jawab, kedisiplinan, kreativitas, dan masih banyak lagi tak
pernah alpa dari penilian anak didik. Semua itu akan menjadi contoh bagi anak
didik.
Secara pribadi mungkin guru telah siap menjadi guru, tetapi itu belum cukup
tanpa ditopang dengan kompetensi profesional.menjadi guru bukan hanya sekedar
tampil di kelas, lalu memberikan pelajaran apa adanya tanpa melakukan langkah-
langkah stra tegis. Mengerti tidaknya anak didik terhadap materi pelajaran yang
diberikan terkadang tak menjadi soal. Inilah sikap yang tak profesional yang dapat
membodohi anak didik. Tetapi supaya kegagalan pengajaran tertutupi dilakukan
rekayasa nilai.
Tak jarang guru yang profesional terjebak sikap tinggi hati, contohnya tidak mau
bergaul kecuali dengan mereka yang seprofesi , tidak mau duduk bersama anak
didik di waktu luang guna membahas pelajaran di sebabkan takut tak dihormati
anak didik, dan lain- lain.beginilah sikap guru yng kurang kompetensi sosial.
suatu sikap yang merugikan anak didikyang sedang mencari kebaikan dari guru.

C. KONDISI FISIOLIGIS
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar
seseorang. Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu Pertama
keadaan tonus jasmani dan Kedua, keadaan fungsi jasmani atau fisiologis. Keadaan
tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang.
Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap
kegiatan belajar individu. Sebalikrtya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan
menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena keadaan tonus
jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha untuk menjaga
kesehatan jasmani. Cara untuk menjaga kesehatan Jasmani antara lain adalah:
1. menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi yang masuk ke
dalam tubuh, karena kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh
cepat lelah, lesu, dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar.
2. rajin berolahraga agar tubuh selalu bugat dan sehat.
3. istirahat yang cukup dan sehat.
Kedua, keadaan fungsi jasmani atau fisiologis. Selama proses belajar berlangsung,
peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama
pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas
belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, pancaindra merupakan pintu masuk
bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia
dapat mengenal dunia luar. Pancaindra yang memiliki peran besar dalam aktivitas
belajar adalah mata dan telinga, karena sebagian besar kegiatan belajar mengajar
dilakukan dengan membaca, melihat contoh di papan tulis, mendengarkan penjelasan
guru, diskusi dan lain sebagainya.Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu
menjaga pancaindra dengan baik dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi
persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodik,
mengonsumsi makanan yang bergizi, dan lain sebagainya.
Pengajaran dengan pola klasikal perlu memperhatikan tinggi rendahnya postur tubuh
anak didik. Postur tubih anak yang tinggi sebaiknya ditempatkan di belakang dan
sebaliknya. Hal ini dimaksudkan agar pandangan anak didik ke papan tulis tidak
terhalang. Penempatan tempat duduk juga sebaiknya disesuaikan pada jenis kelamin
yang sama karena hal ini sangat baik dalam pandangan moral dan agama.
Tinjauan fisiologis adalah kebijakan yang tak bisa diabaikan dalam penentuan besar
kecilnya, tinggi rendahnya kursi dan meja sebagai perangkat tempat duduk dalam
meneruma pelajaran dari guru di kelas. Perangkat tempat duduk ini mempengaruhi
kenyamanan dan kemudahan anak didik ketika menerima pelajaran di kelas dan
berdampak langsung terhadap tingkat konsentrasi dalam rentang tertentu. Anak didik
akan betah duduk berlama lama bila sesuai dengan postur tubuhnya dan sebaliknya
anak didik akan terganggu dan tidak bisa berkonsentrasi secara maksimal jika tempat
duduknya terlalu sempit, tinggi ataupun pendek.

D. Kondisi Psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat
memengaruhi proses belajar. Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja
merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak. Faktor
psikologis yang utama mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik antara lain
minat, kecerdasan, bakat motivasi dan kemampuan kemampuan kognitif.

1. Minat
Minat bukanlah istilah yang populer dalam psikologi disebabkan
ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti
pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.Menurut
slameto (1991 : 182), adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada
suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan suatu di luar dir.
Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minat. minat pada
dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan
suatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar
minat. Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan
kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar.
Karena jika seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak
bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks
belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan
minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya.
Untuk membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang bisa
digunakan. Antara lain, pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari
semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi,
desain pembelajaran yang membebaskan siswa untuk mengeksplor apa yang
dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif,
psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang
menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi.Dalam hal
ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa
sesuai dengan minatnya.
2. Kecerdasan
kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kwalitas otak saja, tetapi juga
organ-organ tubuh yang lain. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan,
tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain,
karena fungsi otak itu sendiri sebagai pengendali tertinggi (executive control)
dari hampir seluruh aktivitas manusia.Kecerdasan merupakan faktor
psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu
menenentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat inteligensi
seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses
dalam belajar.Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi individu,
semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu
bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orangtua, dan lain sebagainya.
Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar,
maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh
setiap calon guru atau guru profesional, sehingga mereka dapat memahami
tingkat kecerdasan siswanya. Raden cahaya prabu (1986) pernah mengatakan
dalam mottonya bahwa : didiklah anak sesuai taraf umurnya. Pendidikan
yang berhasil karena menyelami jiwa anak didiknya. Yang menarik dari
ungkapan ini adalah tentang umur dan menyelami jiwa anak didik.
Pertumbuhan umurn seseorang dari usia muda lalu tua pasti diikuti oleh
perkembangan jiwanya . semakin meningkat umur seseorang semakin dewasa
pula cara berpikirnya. Perkembangan taraf intelegensi sangat pesat pada masa
umur balita dan mulai menetap pada akhir masa remaja. Taraf intelegensi tidak
mengalami penurunan, yang mengalami penurunan hanya penerapannya saja,
terutama setelah berumur 65 tahun ke atas bagi mereka yang alat inderanya
mengalami kerusakan. M. Dalyono ( 1997 : 56 ) misalnya secara tegas
mengatakan bahwa seseorang yang memiliki intelegensi baik ( IQ nya tinggi
) umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik. Para ahli
membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan
tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan
Merill sebagai berikut ((Fudyartanto 2002).
Distribusi Kecerdasan IQ menurut Stanford Revision :

Tingkat kecerdasan (IQ) Klasifikasi

140 169 Amat superior

120 139 Superior

110 119 Rata-rata tinggi

90 109 Rata-rata

80 89 Rata-rata rendah

70 79 Batas lemah mental

20 69 Lemah mental

Dari table tersebut, dapat diketahui ada 7 penggolongan tingkat kecerdasan manusia,
yaitu:
A. Kelompok kecerdasan amat superior(very superior) merentang antara IQ 140
IQ 169.
B. Kelompok kecerdasan superior merenytang anatara IQ 120IQ 139.
C. Kelompok rata-rata tinggi (high average) menrentang anatara IQ 110IQ 119.
D. Kelompok rata-rata (average) merentang antara IQ 90IQ 109.
E. Kelompok rata-rata rendah (low average) merentang antara IQ 80IQ 89.
F. Kelompok batas lemah mental (borderline defective) berada pada IQ 70IQ 79.
G. Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally defective) berada pada IQ 20
IQ 69.yang termasuk dalam kecerdasan tingkat ini antara lain debil, imbisil,
idiot.
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orangtua
dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan
psikolog atau psikiater.Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat
kecerdasan yang mana, amat superior, superior, rata - rata, atau mungkin lemah
mental.Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat
berharga untuk memprediksi kemampuan belajar seseorang.Pemahaman
terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan dan
merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa. Dan kesimpulannya
bahwa kecerdasan merupakan salah satu faktor dari sekian banyak faktor yang
mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar di sekolah.

3. Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara
umum, bakat didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah,
2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai
kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan
demikian, bakat adalah kemampuan seseorangyang menjadi salah satu
komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat
seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu
akan mendukung proses belajarnya sehingga kernungkinan besar ia akan
berhasil. Pada dasarnya, setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk
mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-
masing.Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu
untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan
latihan. Individu yang telah memiliki bakat tertentu, akan lebih mudah
menyerap segala informasi yang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya.
Misalnya, siswa yang berbakat di bidang bahasa akan lebih mudah
mempelajari bahasa-bahasa lain selain bahasanya sendiri. Bakat memang
diakui sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu
dikembangkan atau dilatih. Dalam kenyataannya tidak jarang ditemukan
seorang individu dapat menumbuhkan dan mengembangkan bakat bawaannya
dalam lingkungan yang kreatif. Banyak sebenarnya bakat bawaan yang dapat
ditumbuhkan asalkan diberikan kesempatan dengan sebaik- baiknya. Di sini
tentu diperlukan pemahaman terhadap bakat apa yang dimiliki oleh seseorang.
Bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang
tertentu, akan tetapi diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman,dan
dorongan motivasi agar bakat itu dapat terwujud. Tak dapat dipungkiri bahwa
bakat bukanlah faktor yang dapat berdiri sendiri. Paling tidak ada 2 faktoryang
dapat mempengaruhi perkembangannya yaitu faktor anak itu sendiri dan
lingkungan anak sebagai faktor diluar diri anak. Harus diakui bahwa pada
dasarnya setiap orang mempunyai bakat bakat tertentu. Dua anak kembar
sekalipun bisa mempunyai bakat yang berbeda. Gejala perkembangan bakat
anak dapat dilihat dari kecenderungan perilaku anak dalam
mengimplementasikan potensi bakatnya. Meskipun setiap anak mempunyai
bakat- bakat tertentu tetapi tetap diakui tidak selalu sama, ada perbedaan
dalam jenis dan derajatnya. Kemudian muncullah istilah anak berbakat .
Yang di maksud anak berbakat adalah mereka yang mempunyai bakat dalam
derajat tinggi dan bakat bakat unggul. Mereka ini mempunyai taraf
intelegensi yang tinggi dan menunjukkan prestasi yang menojol. Karena
potensi merupakan potensi bawaan maka perkembangannya dipengaruhi oleh
lingkungan. Ada juaga anak yang mempunyai bakat akademik. Mereka
cenderung menguasai mata pelajaran tertentu dan kurang menguasai mata
pelajaran lain. Bakat mekanis ada pada anak- anak tertentu. Memilih kartu,
kecerdikan memasukkan lubang- lubang papan, dan perbuatan dengan
memakai berbagai jenis alat lain termasuk ke dalam bakat mekanis.
Sedangkan kecakapan seperti mengetik, oenggunaan mesin- mesin pendikte ,
dan pekerjaan lain yang termasuk dalam pekerjaan sekretariat adalah terkait
dengan bakat administrasi.
4. motivasi

Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi ke-efektifan kegiatan


belajar siswa.Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan
belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam
diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku
setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh
kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku
seseorang. Ada tidaknya motivasi untuk berprestasi pada diri anak didik cukup
mempengaruhi kemampuan intelektual anak didik agar dapat berfungsi secara
optimal. Kuat lemahnya motivasi belajar mempengaruuhi keberhasilan belajar,
karena itu motivasi belajar perlu di usahakan terutama yang berasal dari dalam
diri ( intrinsik ) dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh
tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita cita. Motivasi intrinsik
adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan
dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar
membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena memba-
ca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah
menjadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki
pengaruh yang lebih efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan
tidak tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik).
Mengingat motivasi adalah motor penggerak dalam perbuatan, maka bila ada
anak didik yang kurang memiliki motivasi dari dalam dirinya, diperlukan
dorongan dari luar ( ekstrinsik ) yang telah di bahas pada uraian tentang
motivasi belajar. Anak anak pada masa permulaan sekolah dapat di
stimulus melalui pujian dari guru, menampilkannya sebagai juara atau dengan
memberikan hadiah yang bersifat kebetulan. Anak anak akan terus tumbuh
menjadi tua, motivasi- motivasi yang ada pada dirinya akan berpengaruh
terhadap proses belajarnya. Contonya, seorang remaja mungkin memberikan
perhatian khusus terhadap pelajran- pelajaran jika ia tau kegunaan praktis di
dalam kehidupannya. Kerap kali kita dengar seorang anak didik mengeluh
karena ia melihat tidak adanya alasan utuk mempelajari ilmu pasti. Dari
pandangan anak didi itu tidak ada motivasi yang dapat membawa kepuasan
baginya dari pemakaian energi pada mata pelajaran itu, penggunaan waktu
belajar yang dianggap sia- sia memperlihatkan tidak adanya nilai praktis bila
mempelajarinya.

5. Kemampuan kognitif
Dalam dunia pendidikan ada 3 tujuan pendidikan yaitu ranah kognitif, afektif
dan psikomotor. Ranah kognitif merupakan kemampuan yang selalu dituntut
kepada anak didik untuk dikuasai. Karena penguasaan kemampuan pada
tingkatan ini menjadi dasar bagi penguasaan ilmu pengetahuan. 3 kemampuan
untuk bisa sampai pada kemampuan kognitif yaitu persepsi, mengingat dan
berpikir. Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau
informasi ke dalam otak manusia.meralui persepsi manuasia akan melakukan
hubungan dengan lingkungan lewat indra. Seorang anak yang telah memiliki
kemampuan persepsi ini berarti telah mampu menggunakan bentuk
representasi yang mewakili objek yang dihadapi yang dihadirkan dalam diri
seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang yang bersifat mental.
Gagasan itu dituangkan dalam kata- kata atau tulisan. Semakin banyak pikiran
dan gagasan yang dimiliki seseorang, maka semakin kaya dan luaslah alam
pikiran kognitif orang tersebut. Dan kemampuan ini dikembangkan melalui
belajar. Mengingat adalah suatu aktifitas kognitif, dimana pengetahuannya
berasal dari masa lampau. Terdapat 2 bentuk mengingat yaitu mengenal
kembali ( rekognisi ) dan mengingat kembali ( reproduksi ). Dalam mengenal
kembali, orang akan berhadapan denagn objek yang pernah dijumpainya di
masa yang lampau. Dalam mengenal kembali, aktivitas mengingat ternyata
terikat pada kontak kembali dengan objek. Teringat kembali kesan kesan
dilampau itu karena kesan yang yang berada di alam bawah sadar terangkat ke
alam sadar dengan cara assosiasi . Dalam mengingat kembali
( reproduksi ) dihadirkan suat kesan dari masa lampau dari masa lampau
dalam bentuk suatu tanggapan atau gagasan , tetapi hal yang diingat itu tidak
hadir pada saat mengingat kembali seperti terjadi pada mengenal kembali.
Pada waktu mengingat kembali, orang mereproduksikan apa yang pernah di
jumpai. Kegiatan mengingat kembali ini merupakan kegiatan yang terbanyak
dilakukan anak didik di sekolah. Materi pelajaran yang bersifat hafalan
memerlukan kegiatan mengingat kembali ini. Jadi mengingat adalah penarikan
kembali informasi dalam bentuk kesan kesan yang tersimpan di alam bawah
sadar yang pernah diperoleh sebelumnya. Berpikir adalah kegiatan mental
yn]ang bersifat pribadi. Dan berfikir mempunyai 3 tingkatan yaitu berpikir
koqnitif, skematis, dan berpikir abstrak.
Perkembangan berpikir anak bergerak dari berpikir konkret menuju berpikir
abstrak. Perubahan berpikir ini bergerak sesuai dengan meningkatnya usia
seorang anak. Seoran guru harus memahami kemampuan berpikir anak
sehingga tidak memaksakan materi materi yang tingkat kesukarannya tidak
sesuai dengan usia anak. Bila hal ini terjadi, maka anak mengalami kesukaran
untuk mencerna gagasan gagasan dari materi pelajaran yang diberikan dan
mengakibatkan anak tidak dapat menguasai materi dengan baik sehingga
gagallah usaha guru untuk membelajarkan anak didik.

Anda mungkin juga menyukai