PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya
pendarahan. Pendarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada
kehamilan muda sering diksitksn desngsn kejadian abortus,
molahidatidosa, KET (kehamilan ektopik).Perdarahan yang terjadi pada
umur kehamilan yang lebih tua terutama setelah melewati kelahiran
trimester III disebut anteprum.
Perdarahan pada kehamilan muda dikenal beberapa istilah sesuai
dengan ertimbangan masing-masing, tetapi setiap kalinkita meliahat
terjadinya perdarahan padakehamilan kita harus selalu berfikir tetnag
akibat dari perdarahan ini menyebabakan kegagalan kelangsungan
kehamilan itu sendiri.Dikenal beberapa batasan tentang peristiwa yang
ditandai dengan perdarahan pada kehamilan muda.
1
(22 %) mengalami abortus sebelum saat0 haid berikutnya.Abortus
habitualis adalah abortus yang terjadi berulang 3 kali secara berturut-
turut.Kejadiannya sekitar 3-5 %. Data dari beberapa study menunjukan
bahwa setelah 1 kali abortus spontan, pasangan punya resiko 15 % untk
mengalami keguguran lagi sedangkan bila pernah 2 kali, resiko akan
meningakat 25 %. Beberapa study meramalkan bahwa resiko abortus
setelah 3 abortus berurutan adalah 30-45 %.
2
d0isevik uterus, ovarium, atau abdominal. Kehamilan abdominal
merupakan kehamilan abdominal sekunder dimana semula merupakan
kehamilan tuba yang kemudian abortus dan meluncur ke abdomen dari
ostium tuba pars abdominalis ( abortus tubaria ) yang kemudian embrio
atau buah kehamilannya mengalami reimplantasi dikavum abdomen,
misalnya dimesemterium/mesovarium atau di omentum. Kehamilan
intraligamenter, jumlahnya sangat sedikit. Kehamilan heterotopik,
merupakan kehamilan ganda dimana satu janin berada dikavum uteri
sedangakan yang lain merupakan kehamilam ektopik. Kejadiannya sekitar
1/15.000 sampai 40.000 kehamilan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian abortus, molahidatidosa, dan KET ?
2. Apa saja penyebab abortus, molahidatidosa, dan KET ?
3. Apa saja tanda dan gejala yang timbul pada pasien abortus,
molahidatidosa, dan KET ?
4. Bagaimana proses perjalanan abortus, molahidatidosa, dan KET ?
5. Apa saja komplikasi abortus, molahidatidosa, dan KET ?
6. Bagaimana asuhan keperawata pada pasien abortus, molahidatidosa,
dan KET ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari abortus, molahidatidosa, dan KET
2. Mengetahui penyebab dari abortus, molahidatidosa, dan KET
3. Mengetahui tanda dan gejala dari abortus, molahidatidosa, dan KET
4. Mengetahui klasifikasi dari abortus, molahidatidosa, dan KET
5. Mempelajari asuhan keperawatan abortus, molahidatidosa, dan KET
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Abortus
1. Pengertian
Klasifikasi
4
- Resirokal
Kelainan congenital uterus
- Anomali duktus mulleri
- Septum uterus
- Uterus bikornis
- Inkompetensi seviks uterus
- Mioma uteri
- Sindroma asherman
Autoimun
- Aloimun
- Mediasai imunitas umoral
- Mediasi imunitas seluler
Defek fase luteal
- Factor endokrin ekternal
- Antibody antitiroid hormone
- Sintesis LH yang tinggi
Infeksi
Hematologic
Lingkungan
a) Penyebab Genetik
Sebagian besar abortus spontan disebabkan oleh kelainan
kariotip embrio.Paling sedikit 50 % kejadian abaortus pada trimester
pertama merupakan kelainan sitogenetik. Bagaimanapun, gambaran ini
belum termasuk kelainan yang disebabkan oleh gangguan gen tunggal
(misalnya kelainan mendelian) atau mutasi pada beberapa lokus
(misalnya gangguan poligenik atau multifactor) yang tidak etrdeteksi
dengan pemeriksaan kariotip. Kejadian tertinggi kelainan sitogenetik
embrio biasanya berupa aneuploidi yang disebabkan oleh kejadian
sporadic, misalnya nondisjunction meiosis atau poliploidi dari fertilitas
abnormal.Separuh dari abortus karena kelainan sitogenetik pada
trimester pertama berupa trisomi autosom.Triploidi ditpemukan pada 16
% kejadian abortus, dimana terjadi fertilisasi ovum noramal haploid
oleh 2 sperma (dispermi) sebagai mekanisme patologi primer.Trisomi
timbul akibat dari nondisjunction miosis selama gametogenesis pada
pasien dengan kariotip normal.
b) Penyebab Anatomik
5
Defek anatomic diketahu sebagai penyeaba komplikasi obstetric,
seperti abortus berulang, permaturitas, seta malpresentasi janian.Insiden
kelainan bentuk uterus berkisar 1/200 sampai 1/600 perempuan.Pada
perempuan dengan riwayat abortus, ditemukan anomaly uterus pada 27
% pasaien.
c) Penyabab Autoiimun
Terdapat hubungan yang nyata antara abortus berulang dan penyakit
autoimun misalnya, pada systematic lupus erytbematosus (SLE) dan
antiphospholipid antibodies (aPA). aPA merupakan antibody spesifik
yang di dapati pada perempuan dengan SLE. The international
Consensus workshop pada 1998 mengajukan kalasifikasi criteria untuk
APS, yaitu meliputi
Trombosis vaskuler
- Satu atau lebih episode thrombosis arteri, venosa atau
kapilar yang dibuktikan dengan gambaran Doppler,
pencitraan, atau histopatologi
- Pada histopatologi, trombosisnya tanpa disertai
gamabaran inflamasi
Komplikasi kehamilan
- Tiga atau lebih kejadian abortus dengan sebab yang tidak
jelas, tanpa kelainan anatomic, genetic, atau hormonal
- Satu atau lebih kematian janin dimana gamabaran
morfologi secara sonografi normal
- Satu atau lebih persalinan prematur dengan gambaran
janin normal dan berhubungan dengan preeklamsia berat
atau insufisiensi yang berat
Criteria laboratorium
- aCL : IgG atau IgM dengan kadar sedang atau tinggi
pada 2 kali atas atau lebih pemeriksaan dengan jarak
lebih dari atau sama dengan 6 minggu
- aCL diukur dengan metode ELIsa standar
Antibodi fosfolipid/antikoagulan
- Pemanjangan tes skrining koagulasi fofolipid (misalnya
aPTT, PT dan CT)
- Kegagalan untuk memperbaiki tes skrining yang
memanjang dengan penambahan plasma platelet normal
- Adanya perbaikan nilai tes yang memanjang dengan
penambahan fofolipid
- Singkirkan dulu kelainan pembekuan darah yang lain
dan pemakaian heparin
d) Penyebab infeksi
6
Teori peran mikroba infeksi terhadap kejadian abortus mulai
diduga sejak 1917, ketika DeForest dan kawan-kawan melakukan
pengamatan kejadian abortus berulang pada perempuan yang ternyata
terpapar brucellosis. Beberapa jenis organisme tertentu diduga
berdampak pada kejadian abortus antara lain:
Bacteria
- Listeria monositofenesis
- Klamidia trokomatis
- Ureaplasma urealitikum
- Mikoplasma hominis
- Bacterial vaginosis
Virus
- Sitomegalovirus
- Rubella
- Herpes simpleks virus (HSV)
- Human immunodeficiency virus (HIV)
- Parvovirus
Parasit
- Toksoplasma gondii
- Plasmodium falsiparum
Spirokaeta
- Treponema palidum
e) Factor Lingkungan
f) Factor Hormonal
Ovulasi, implantasi, serta kehamilan dini bergantung pada
koordinasi yang baik sistem pengaturan hormone maternal. Oleh
karena itu, perlu perhatian langsung terhadap sistem hormone secar
keseluruhan, fase luteral, dan gambarna hormon setelah konsepsi
terutama kadar progesterone.
Diabetes militus
Kadar progesterone yang rendah
7
Defek fase luteal
Pengaruh hormonal terhadap imunitas desidua
g) Factor Hematologic
Beberapa kasus abortus berulang ditandai dengan defek
plasentasi dan adanya mikrotrombi pada pembuluh darah
plasenta.Berbagai komponen koagulasi dan fibrinolitik memegang
peran penting pada imflantasi embrio, invasi trofoblas, dan plasentasi.
Pada kehamilan terjadi keadaan hiperkoagulasi dikarenakan:
Peningkatan kadar factor prokoagulan
Penurunan factor anti koagulan
Penurunan aktivitas fibrinolitik
Komplikasi abortus :
1. Perdarahan (hermorrhage)
8
2. Perforasi : sering terjadi waktu dilatasi dan kuratase yang
dilakukan oleh tenanga yang tidak ahli seperti bidan dan dukun
3. Infeksi tetanus
4. Payah ginjal akut
5. Syok karena perdarahan banyak dan infeksi berat atau sepsis
4. Patofisiologi
Kemungkinan penyebab infertilitas mencakup perubahan letak
uterus akibat tumor, anomaly congenital, dan inflamasi.Agar ovum
dapat dibuahi, vagina, tuba fallopii, serviks, dan uterus harus paten dan
sekresi mukosa harus reseptif terhadap sperma.Semen bersifat basa,
seperti juga hanya sekresi servikal, sementara sekresi vagina normal
adalah bersifat asam.Biasanya, lebih adari satu factor dapat bertanggung
jawab terhadap munculnya masalah ini.Mengidentifikasi kemungkinan
penyebab membutuhkan layanan ahli ginekologi, urologi, dan
endokrinologi.
Pathway abortus
Patofisologi
6. Penatalaksanaan
1. Abortus imminens
a. Tirah baring total
b. Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan atau hubungan
seksual
2. Abortus insipen
a. Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus
dengan aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera
10
berikan ergometrin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah
15 menit bila perlu) atau misoprotosal 400 mcg per oral (dapat
diulang sesudah 4 jam bila perlu).kemudian segera lakukan
persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus
b. Jika usia kehamilan lebih 16 minggu, tunggu ekspulsi spontan
hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi. Jika perlu,
lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau larutan ringer laktat) dengan kecepatan 40
tetes per menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi
3. Abortus inkomplit
a. Jika perdarahan tidak seberapa bnayak dan kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan
cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar
melalui serviks.bjika perdarahan berhenti, beri ergometri 0,2 mg
intramuskuler atau misoprotsal 400 mcg per oral
b. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia
kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi sisa hasil konsepsi
dengan aspirasi vakum manual
c. Jika kehamilan lebih 16 minggu, berikan infus oksitosin 20 unit
dalam 500 ml cairaan intravena (garam fisiologik atau ringer
laktat) dengan kecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi
eksplusi hasil konsepsi.
4. Abortus komplit
a. Tidak perlu evaluasi lagi
b. Observasi untuk melihat adanya perdarahan
c. Apabila terdapat anemia sedang,berikan tablet sulfas ferrosus
600 mg per hari selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan
tranfusi darah (Rustam Mochtar)
5. Abortus trapeutik
Menurut sastrawinata (2005), abortus terapeutik dapat dilkukan
dengan cara :
a. Kimiawi; pemberian secara ekstrauterin atau intrauterin obat
abortus, seperti : protaglandin, antiprogesteron, atau okitosin
b. Mekanis :
- Pemasangan batang laminaria atau dilapan akan membuka
serviks secara perlahan dan tidak traumatis sebelum
kemudian dilakukan evaluasi dengan kuret tajam atau
vakum
- Dilatasi serviks dilanjutkan dengan evakuasi, dipakai
dilator hegardilanjutkan dengan kuretasi
- Histerotomi/hiterktomi.
11
B. Mola Hidatidosa
1. Pengertian
Mola Hidatidosa adalah suatau kehaamilan yang berkembang tidak
wajar dimana tidak ditemukan janin dan hamper seluruh vili korialis
mengalami perubahan berupa degenerasi hidropik.(hanifa
wikenjosastro dan sarwono prawirohardjo,1997 )
Mola hidatidosa disebut juga hamil anggur, dapat dibagi menjadi
mola hidatidosa total dan mola hidatidosa parsial.
a. Mola hidatidosa total adalah pada seleruh kavum uteri jaringan
vesikuler berukuran bervariasi, tidak terdapat fetus dan
adneksanya (plasenta, tali pusat, ketuban).
b. Mola hidatidosa parsial hanya sebagian korion bertranformasi
menjadi vesikel, dapat terdapat atau tidak terdapat fetus. (wan
desen,2011)
2. Etiologi
Mola hidatidosa diyakini terjadi ketiga kromosom abdormalmuncul
didalam ovum dan atau sperma.Akibatnya, terjadi pertumbuhan
abnormal pada trofoblas plasenta, janin mungkin atau mungkin tidak
berkembang.Formasi struktur berisi cairan yang menyerupai
sekelompok anggur tumbuh cukup besar untuk mengisi uterus.
Struktur tersebut tumbuh dengan cepat sehingga uterus tampak
membesar sesuai usia gestasi
Factor resiko :
Usia ibu lebih dari 45 tahun
Kecendrungan keluarga
Penggunaan kontrasepsi oral sebelum konsepsi dalam waktu
lama
Status social ekonomi rendah ditambah dengan diet rendah
protein
Penggunaan klomifen sitrat ( suatu stimula ovarium )
3. Tanda dan Gejala
a. Mola Hidatosa
1. Perdarahan pervagina/gelembung mola
2. Gejala toksemia pada trimester I-II
3. Hiperemesis gravidarum
4. Tirotoksikosis
5. Emboli paru
6. Pemeriksaan fisik
- Umumnya uterus lebih besar dari usia kehamilan
- Kista lutein
- Balotemen negatif
12
- Denyut jantung janin negative
4. Patofisilogi
Menurut Cunningham dalam buku Obstetri, dalam stadium
pertumbuhan molla yang dini terdapat beberapa ciri khas yang
membedakan dengan kehamilan normal, namun pada stadium lanjut
trimester pertama dan selama trimester kedua sering terlihat perubahan
sebagai berikut:
a. Perdarahan
Perdarahan uterus merupakan gejala yang mencolok dan
bervariasi mulai dari spoting sampai perdarahan yang banyak
b. Ukuran uterus
Uterus yang lebih sering tumbuh lebih besar dari usia
kehamilan yang sebenarnya. Mungkin uterus lewat palpasi sulit
dikenali dengan tepat pada wanita nullipara, khusus karena
konsistensi tumor yang lunak di bawah abdomen yang
kenyal.Ovarium kemungkinan mempunyai konsistensi yang lebih
lunak.
c. Aktivitas janin
Meskipun uterus cukup membesar mencapai bagian atas
sympisis, secara khas tidak akan ditemukan aktivitas janin,
sekalipun dilakukan test dengan alat yang sensitive sekalipun. Pada
salah satu plasentanya sementara plasenta yang lainnya dan
janinnya sendiri terlihat normal.
d. Embolisasi
Trofoblas dengan jumlah yang bervariasi dengan atau tanpa
stroma villus dapat keluar dari dalam uterus dan masuk ke dalam
aliran darah vena.Jumlah tersebut dapat sedemikian banyak
sehingga menimbulkan gejala serta tanda emboli pulmoner akut
bahkan kematian.
e. Disfungsi thyroid
Kadar tiroksi plasma pada wanita dengan kehamilan mola
biasanya mengalami kenaikan yang cukup tinggi, namun gambaran
hipertiroidisme yang tampak secara klinik tidak begitu sering
dijumpai.
f. Ekspulsi spontan
Gelembug-glembung hidatidoa sudah keluar sebelum mola
Tersebut keluar spontan atau dikosongkan dari dalam uterus lewat
tindakan. Ekspulsi spontan paling besar kemungkinannya. Pada
kehamilan sekitar 16 minggu dan jarang lebih dari 28 minggu
13
Pathway mola hidatidosa
Patofisiologi
Pengaruh
Tindakan
anastesi
pembedahan
histerektomi Motalitas usus
Kekuarangan
volume cairan Distensi
abdomen
14
Kurangnya suplai
perdarahan
darah ke otak dan
supali nutrisi
Penurunan TD
kejaringan
Bedrest total;
malas bergerak
Mual/muntah
Takut akan
lukanya Nafsu makan
menurun
Deficit perawatan
diri Ketidakseimban
gan nutrisi
Terputus jaringan kurang dari
saraf kebutuhan
Pusing dan
Nyeri luka oprasi kelemahan fisik
Nyeri Intolenransi
aktivitas
Adanya luka
operpasi, kurang
pengetahuan Resiko infeksi
perawatan luka Invasi
mikroorganisme
Invasi
5. Komplikasi mikroorganisme
Menurut Mansjoer dkk (2005) komplikasi yang dapat terjadi
padapenderita Mola hidatidosa adalah :
a. Anemia
b. Syok
c. Infeksi
d. Eklampsia
e. Tirotoksikosis
6. Pemerikasaan penunjang
a. Pemeriksaan HCG
b. Pemeriksaan USG
7. Penatalaksaan
Terapi mola hidatidosa terdiri dari tahap yaitu :
1. Perbaikan keadaan umum
2. Pengeluaran jaringa mola : kuretase dan histerektomi
15
3. Terapi profilaksis dengan sistostatika
Pemberian kemotrapi repofilaksis pada pasien pasca evaluasi mola
hidatidosa masih menjadi kontroversi
4. Pemeriksaan tindak lanjut
a. Lama pengawasan berkisar satu sampai dua tahun
b. Setelah pengawasan dianjurkan memakai kontrasepsi kondom,
pil kombinasi atau diafaragma dan pemeriksaan fisik dilakukan
setiap kali pada penderita datang control.
c. Pemeriksaan kadar -hCG dikaukan setiap minggu sampai
ditemukan kadar -hCG normal tiga kali berturut-turut.
d. Setelah itu pemeriksaan dilanjutkan setiap bulan sampai kadar
-hCG normal selama kali berturu-turut
e. Bila terjadi remisi spontan (kadar -hCG, pemeriksaan fisis,
dan foto thoraks stelah satu tahun semuanya normal) maka
penderita tersebut dapat terhenti menggunakan kontrasepsi dan
hamil lagi.
f. Bila selama observasi kadar -hCG tetap atau bahkan
meningkat atau pada pemeriksaan klinis, foto thoraks
ditemukan adanya metastase maka penderita harus dievaluasi
dan dimulai pemberian kemotrapi.
C. Kehamilan Ektopik
1. Pengertian
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel
telur yang telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium
kavum urteri.(Ilmu bidan sarwono:2008).
Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah kehamilan ektopik
yang terganggu, dapat terjadi abortus atau pecah dan berbahaya bagi
wanita tersebut
2. Etiologi
Penyebab kehamilan ektopik ada yang diketahui dan ada pula tidak,
atau belum diketahui. Adanya beberapa penyebab kehamilan ektopika:
a. Factor uterus
- Tumor rahim yang menkan tuba
- Uterus hipoplastis
b. Factor tuba
- Penyempitan lumen tuba oleh karena infeksi endosalfing
- Tuba sempit, panjang dan berlekuk-lekuk
- Gangguan fungsi rambut getar (silia) tuba
- Operasi dan sterilisasi tuba yang tidak sempurna
- Endometriosis tuba
- Divertikel tuba dan kelainan kengenital lainnya
- Perlekatan peritubal dan lekukan tuba
- Tumor lain menekan tuba
16
- Lumen kembar dan sempit
c. Factor ovum
- Migrasi eksterna dari ovum
- Perlekatan membrane granulose
- Rapid cell devision
- Migrasi internal ovum
d. Factor hormonal
Pemakaian pil KB yang hanya mengandung progesterone dapat
mengakibatkan gerakan tuba melambat
e. Factor abnormalitas dari zigot
Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar,
maka zigot akan tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tuba,
dan tumbuh disaluran tuba
f. Factor lain
- Pemakaian IUD terjadi perdangan
- Factor umur
- Factor perokok
3. Tanda dan gejala
a. Anameis : terjadi amenorea, yaitu haid terlambat mulai beberapa
hari sampai bebrapa bukan atau hanya haid yang tidak teratur.
b. Jika terjadi kehamilan ektopik terganggu :
- Bila terjadi rupture tuba, maka gejala akan lebih hebat dan
dapat membahayakan jiwa si ibu
- Pada abortus tuba keluluhan dan gejala kemungkinan tidak
begitu berat, hanya rasa sakit diperut dan perdarahan
pervagina
c. Perasaan nyeri dan sakit yang tiba-tiba diperut, seperti diiris pisau
disertai muntah dan bisa jatuh pingsan
d. Tanda-tanda akut abdomen : nyeri tekan yang hebat, muntah
gelisah, pucat, anemis, nadi kecil dan halus, tensi rendahatau tidak
terukur (syok)
e. Nyeri bahu : karena perangsangan diafaragma
f. Tanda Cullen : sekitar pusat atau linea alba kelihatan biru hitam
dan lebam
g. Pada pemeriksaan ginekologi (pemeriksaan dalam) terdapat
- Adanyanyeri ayun : dengan menggerakkan porsio dan
serviks ibu akan merasa sakit yang sangat
- Doglas crise : rasa nyeri hebat pada penekanan kavum
douglasi
- Kavum douglasi teraba menonjol karena terkumpulnya
darah, begitu pula teraba masa restrouterin (masa pelvis)
h. Pervagina keluar decidual cast
i. Pada palpasi perut dan pada perkusi : ada tanda-tanda perdarahan
intra abdominal (shifting dullness)
17
4. Patolfisiologi
Mukosa pada tuba bukan merupakan medium yang baik untuk
pertumbuhan blastokista yang berimplantasi didalamnya.Vaskularisasi
kurang baik, dan desidua tidak tumbuh dengan sempurna. Dengan
demikian ada tiga kemungkinan :
a. Ovum mati dan kemudian diresorbsi,
b. Trofoblast dan villus korialisnya menembus lapisan
pseudokapsularis, dan menyebabkan timbulnya perdarahan
dalam lumen tuba.
c. Trofoblast dan villus koorialis menembus lapisan muskularias
dan peritonium pada dinding tuba dan menyebabkana
perdarahan langsung ke rongga peritonium.
- Pada kehamilan di pars interstisialis tuba pembesaran
terjadi pada jaringan uterus disekelilingi pars interstisialis.
Jaringan ini yang sebagian besar terdiri atas miometrium
tidak lekas ditembus oleh villus korialis, sehingga
kehamilan bisa berlangsung terus sampai 16-20
minggu.Akan tetapi perdarahan sebagai akibat dari ruptur,
tidak jarang hebat sekali, sehingga memerlukan
pertolongan dengan segera untuk mengatasinya.
- Uterus, walaupun tidak terisi mudigah di dalamnya, pada
kehamilan ektopik juga membesar dan lembek di bawah
pengaruh hormon ; negitu pula terjadi pembentukan
desidua di dalam uterus.
- Gangguan ringan dan yang tidak menghentikan
berlangsungnya kehamilan dapat menimbulkan perdarahan
endometrium.Perubahan yang dapat pula dikemukakan
pada endometrium ialah reaksi Arias-stella.Disini pada
suatu tempat tertentu pada endometrium terlihat bahwa sel-
sel kelenjar membesar dan hiperkromatik, dengan mitosis;
sitoplasma menunjukkan vakuolisasi, dan batas antar sel-sel
menjadi kurang jelas.Perubahan ini yang disebabkan oleh
stimulasi dengan hormon yang berlebihan dan ditemukan
dalam endometrium ynag berubah menjadi desidua, harus
menimbulkan kewaspadaan kearah adanya kehamilan dan
khasusnya pada kehamilan ektopik.
18
Patofisilogi
Spontan
Abortus kedalam Rupture diding
lumen tuba tuba
Trauma ringan
Terjadi perdarahan
koetus dan Ansietas
karena penbukaan
pemeriksaan
pembuluh darah oleh
vaginal
vili kurialis
Operasi
Terjadi
Pelepasan mudqoh
perdarahan
Perdarahan tidak
Resiko syok
sempurna
(hipovelemi) Mengalir kerongga
(hipovolemi) perut melalui
Perdarahan terus astium tuba
Tuba membesar
berlangsung kebiruan
(hepatosalping) Darah
berkumpualan
Kekurangan divakum doglas
volume cairan Nyeri membentuk
Resiko infeksi hematokel
5. Komplikasi
a. Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat
kesalahan diagnosis, diagnosis yang terlambat, atau pendekatan
tatalaksana.Kegagalan penegakan diagnosis secara cepat dan tepat
dapat mengakibatkan terjadinya ruptur tuba atau uterus, tergantung
19
lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan
masif, syok, DIC, dan kematian.
b. Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah
perdarahan, infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih,
ureter, dan pembuluh darah besar). Selain itu ada juga komplikasi
terkait tindakan anestesi.
6. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium : Hb, leukosit, urine B-hCG (+). Hemoglobin
menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat
meningkat
b. USG :
- Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum urteri
- Adanya kantung kehamilan diluar kavum uteri
- Adanya massa komplek di rongga panggul
c. Kuldosentris : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah
dalam kavum Douglas ada darah
d. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi
e. Ultrasonografi berguna pada 5-10% kasus bila ditemukan kantong
gestasi di luar uterus
7. Penatalaksanaan
a. Rawat inap segera
b. Opersai segera setelah diagnostic ditegakkan
c. Penggantian darah sebagai indikasi untuk hipovolimea atau animea
d. Membuat kolpotomi atau insis laparotomi
e. Mereseksi atau mempertahankan tuba
f. Mencakup reseksi kornu dengan salpingektomi
g. Mengangkat atau membiarkan ovarium pada sisi yang terkena
20
ASUHAN KEPERAWTAN ABORTUS
A. Pengkajian
1. Riwayat menstruasi dan periode menstruasi terakhir, riwayat
penggunaan kontrasepsi
2. Membantu melakukan pemeriksaan fisik, pengumpulan spesimen
untuk pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan kehamilan untuk
menentukan usia kehamilan
3. Pemahaman fisiologi konsepsi dan metode kontrasepsi
4. Pertimbangan alternatif selain aborsi
5. Kehamilan psikologis
6. Ruang lingkup disekitar konsepsi yang tidak diinginkan
7. Tingkay ambivalensi atau kepastian tentang keputusan aborsi
8. Pelibatan pasangan, keluarga, orang tua, dan sumber dukungan
9. Keberadaan krisis, memerlukan konseling psikologis yang lebih lanjut
B. Diagnosis Keperwatan
1. Defisist pengetahuan yang berhubungan dengan ketersediaan,
prosedur, kenormalan emosi, perawatan diri, perwatan setelah
prosedur, perkiraan perdarahan atau keram, tanda dan gejala
komplikasi, waktu untk kembali melakukan hubungan seksual,
kontrasepsi, seksualitas, sumber-sumber komunitas dan perwatan
lanjutan
2. Perubahan kenyamanan: nyeri yang berhubungan dengan prosedur
aborsi
3. Risiko infeksi yang berhubungan dengan trauma jaringan
4. Ketidakefektifan koping individu yang menyeababkan defresi yang
berhubungan dengan respon emosi yang tidak terselesaikan (rasa
bersalah dan menyesal)
5. Gangguan konsep diri yang berhubungan dengan kehamilan
6. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan pengruh aborsi
pada hubungan dengan orang lain (ketidaksetujuan, konflik pernikahan
dan personal, problem identitas pada remaja)
7. Perubhan pola seksual yang berhubungan dengan stres atau konflik,
nyeri, ketakutan
C. Intervensi
1. Diagnosa I
- Informasikan tentang usia kehamilan dan jenis prosedur aborsi
yang tepat untuk usia kehamilan tersebuat; didiskusikan berbagai
jenis prosedur aborsi, lamanya waktu rawat inap atau rawat jalan
untuk suatau prosedur aborsi, teknik aborsi dan penglaman yang
akan dirasakan, berbagai risiko dan komplikasi untuk menyediakan
informasi yang mendasari keputusan
2. Diagnosa II
21
- Mengekspolarisasi alternatif pilihan (yaitu, aborsi atau tetap
mempertahankan kehamilan dan akan memelihara bayinya untuk
diadopsi) dan makna pilihan tersebut bagi wanita, pasangan, dan
keluarganya untuk memberikan dukungan pada klien dalam
membuat keputusan
3. Diagnosa III
- Beri bantuan selama prosedur; menimalkan trauma jaringan dan
risiko infeksi; berikan pereda nyeri, dukungan, dan klarifikasi; dan
tetap berikan informasi ke klien mengenal proses untuk mendorong
kerja sama dan keberhasilan prosedur
- Jelaskan tentang komplikasi setelah aborsi, kapan harum mencari
pertolongan, tindakan pencegahan, dan kapan kembali melakukan
aktivitas dan hubungan seksual setelah aborsi untuk meningkatkan
penyebuhan dan mencegah komplikasi
- Diskusikan penggunaan kontrasepsi dalam kunjungan pemeriksaan
lanjutan, dan diskusikan reaksi emosional untuk menghindari
kehamilan yang tidak direncanakan di masa depan
- Untuk aborsi ditrimester kedua, monitor persalinan, berikan pereda
nyeri dan dukungan, dan fasilitas kehadiran teman jika diinginkan
untuk meningkatkan keberhasilan prosedur
4. Diagnosa IV
- Buat rujukan untuk konseling psikologis jika diindikasikan untuk
mengatasi masalah psikologis
5. Diagnosa V
- Beri kesempatan untuk mengkspresikan resikan respon, konfli, dan
masalah emosionla untuk meredakan stres dan ketegangan
6. Diagnosa VI
- Beri rujukan untuk konseling psikologis atau seksual jika
diindikasikan untuk mengatasi masalah
7. Diagnosa VII
- Beri kesempatan untuk mengekspresikan respons, konflik, dan
masalah emosional untuk meredakan stres dan meningkatkan
penyembuhan.
D. Implementasi keperawatan
Implementasi yang dilakukan mencakup apa yang tertera atau ada di
intervensi
E. Evaluasi
22
2. Menerima persyaratan yang dibutuhkan dari berbagai prosedur aborsi
yang sesuai dengan usia kehamilannya saat ini
3. Menguatkan pemahaman tetang proses konsepsi dan penggunaan
metode kotrasepsi yang efektif.
4. Melakukan kunjungan pemeriksaan lanjutan dan menggunakan metode
kontrasepsi
5. Perasaan menerima aborsi yang dilakukan; tidak ada asalah emosional
yang serius
6. Melakukkan perwatan prantal jika keputusan aborsi tidak diambil
7. Mencegah kehamilan yang tidak dirancanakan dimasa depan
8. Mendapat onsling psikologis jika menglami distres secara emosional
9. Mengekspresikan respon emosional secara terbuka, mencari
penyelesaian terhadap masalah atau komplik
A. Pengkajian
Komplikasi potensial penyakit trofoblastik kehamilan mola :
koriokarsinoma pada jaringan trofoblastik
23
1. Kaji adanya pendarahan terus menerus setelah pengangkatan
molahidatidosa
2. Kaji adanya abdomen serta pembesaran uterus dan ovarium
3. Kaji adanya kakeksia, penurunan berat badan, pireksia, batuk,
hemoptisis, edeme dependen, nyeri tulang, dan perubahan kulit
4. Ronsen dasar toraks dasar
5. Kadar hCG setiap minggu hingga normal, kemudian setiap bulan
selama 1 tahun
6. Faktor yang menstimulsai koloni makrofag granulosit serum
7. Jika diagnosis koriokarsinoma telah ditegakkan, lakukan CT scan paru
dan otak
8. Kaji adanya batuk dan sputum berdarah
9. Kaji vulva, fungsi ginjal, pemeriksaan hepatic, dan usus
10. Kaji status mental
11. Selanjutnya kaji kepatuhan terhadap tindak lanjut dan penggunaan
kontrasepsi
24
1. Kaji kultur dan sensitivitas drainase vagina jika diperlukan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Duka cita maladaptive atau adptif
Faktor yang berhubungan : Kegagalan kehamilan; kemungkinan
kehilangan fertilitas, program penanganan pasca operasi yang lama.
Batasan karakteristik : mengungkapkan distress atas kegaaglan
kehamilan ; rasa berduka, bersalah, atau marah ; penyangkalan
terhadap kemungkinan kehilangan ; penyangkalan terhadap arti
kehilangan ; perubahan pola makan ; pola tidur , tingkat aktifitas, atau
libido ; menangis
2. Ketakutan
Faktor yang berhubungan:ketakutan terhadap prosedur
pengangkatan:ancaman malignansi,metastatis,dan kematian;ancaman
terhadap fungsi tubuh akibat pembedahan dan kemungkinan
kemoterapi.
3. Ketidak efektivan seksualitas
Faktor yang berhubungan: ketakutan untuk hamil,ketakutan
mengalami kehamilan mola kembali,ketidakmampuan untuk mengatasi
duka cita akibat kegagalan kehamilan,kehilangan harga diri,kerusakan
hubungan dengan pasangan,defisiensi pengetahuan tentang kondisidan
kontrasepsi
C. Intervensi
1. Diagnosa I : Duka cita maladaptive atau adaftif
Intervensi Rasional
Identifikasi duka cita yang diungkapkan Memudahkan perawat dalam
(misalnya menyangkal,marah,tawar memilih teknik komunikasi tertentu
menawar,depresi,menerima) yang dapat membantu ibu dan
keluarga.
Penyuluhan klien/keluarga
25
banyak menimbulkan kerugian ) dengan koriokarsinoma kehamilan. Tidak
melanjutkan kehamilan mungkin melanjutkan kehamilan
hingga cukup bulan dan tidak
mungkin melahirkan bayi yang
Tindakan Kolaborasi
viabel
Lakukan pembaptisan pada hasil konsepsi
jika diperlukan dan beri tahu pembimbing
agama ibu
Beberapa agama menganggap bahwa
hasil konsepsi adalah makhluk hidup
Kaji keparahan depresi dan konsultasikan dan perlu dilakukan pembaptisan
dengan anggota tim kesehatan yang tepat
bila diperlukan Depresi berat akibat proses duka cita
memerlukan konseling jangka
panjang dari psikiater atau konselor
kesehatan jiwa
2. Diagnosa II : ketakutan
Intervensi Rasional
26
Kaji pemhaman terhadap situasi Membantu merumuskan rencana
penyuluhan dan memperbaiki
pemahaman yang salah yang dapat
meningkatkan ketakutan/ansietas
ibu
Pantau respon verbal dan nonverbal
Respon tersebut merupakan
indikator tingkat pemahaman dan
asietas. Dengan mengidentifikasi
tingkat ansietas pertama kali,
perawat selanjutnya dapat
Penyuluhan klien/keluarga menetapkan rencana asuhan
Berikan informasi faktual pada saat
peremuan tindak lanjut, prosedur
yang dilakukan pada setiap Informasi akurat mengenai apa
pertemuan, dan pengaruh terhadap yang diharapkan dengan
kehamilan pertemuan dan prosedur akan
membantu mengurang ansietas
Berikan nformasi mengenai tanda dan dan meningkatkan kepatuhan.
gejala metastasis yang perlu
dilaporkan kepda penyedia layanan Menghadapi bahaya dengan cara
kesehatan perwatan diri dapat membiarkan
rasa kendali dan mengurangi
Instruksi ibu untuk menggunakan ketakutan
teknik relaksasi jika diperlukan
Teknik ini membantu menurunkan
ansietas dan meningatkan
kemampuan dalam pengambilan
Perkuat informasi yang dberikan
keputusan
anggota tim kesehatan lain sesuai
kebutuhan Ansietas dapat menggangu
kemampuan untuk mengingat
informasi. Penguatan memberikan
rasa percaya lebih lanjut sehingga
Tindakan kolaborasi ibu cenderung menerima
informasi
Rujuk ke penyedia layanan kesehatan
untuk mendapatkan oabat pereda
ansietas bila diperlukan
Penggunaan obat anti-asietas
jangka pendek dapat membantu
27
Dorang penggunaan smber daya ibu mengtasi kecemasan setipa
spiritual pilihan ibu hari jika metode non-farmakologi
tidak berhasil
Intervensi Rasional
Identifikasi masalah dan Untuk memilih intervensi yang
ketidakpusaan seksual yang spesifik efektif
Beri tahu ibu bahwa anda akan Klien sering mengalmi kesulitan
menjawab setiap pertanyaan untk memulai topik menyangkut
28
mengenai fungsi seksual fungsi seksual, akibat malu atau
takut diangap tidak tahu
Tindakan kolaborasi
Resep diperlukan untuk beberapa
Rujuk untuk mendapatkan resep
metode KB seperti diafragma dan
kontrasepsi yang dipilih jika
pengendalian hormon
dibutuhkan
Terapi yang intensif dan spesifik
Rujuk ke konselor untuk masalah
mungkin diperlukan dalam bebrapa
seksual yang berat
kondisi
D. Implementasi
Implementasi yang dilakukan menckup apa yang tertera atau ada di
intervens
E. Evaluasi
1. Mengidentifikasi pola koping yang efektif
2. Menggunakan perilaku yang mengurangi stres
3. Mengungkapkan realitas dan menerima kehilangan
4. Mengidentifikasi masalah pada proses duka cita ( misal masalah tidur,
makan) dan mencari bantuan yang sesuai
5. Melaporkan kesehatan fisik dan psikologis
6. Mengidentifikasi metode KB yang sesuai untuk diri sendiri denag
masukan dari penyedia layanan kesehatan
29
7. Mengidentifikasi prosedur yang benar dalam penggunaan KB pilihan
8. Pasangan mendiskusikan masalah seksual dan kecemasan secara
terbuak
9. Melaporkan kepuasan terhadap fungsi seksual
ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN EKTOPIK
A. Pengkajian
Komplikasi potensial pada kehamilan ektopik : Hemoragi
1. Ukur tanda-tanda vital, yang denyut nadi, pernafasan, dan TD
2. Kaji adanya perdarahan yang tampak (jumlah dan karakteristik)
3. Kaji adanya tekanan dan/atau nyeri abdomen bawah, selain nyeri bahu
4. Observasi adanya gangguan pencernaan (nyeri uluh hati) berat
5. Kaji setiap nyeri hebat dan tiba-tiba
6. Dapat spesimen urine
1. Kaji faktor Rh
B. Diagnosa
1. Nyeri akut
Faktor yang berhubungan: takanan yang disebabkan oleh pengumpulan
darah di dalam cul-desac, nyeri alih (bahu), ruptur pada tuba fallopi,
pengumpulan darah didalam rongga peritoneum
2. Ketaktan
Faktor yang berhubungan: kondisi ibu yang serius, awitan nyeri akut
yang tiba-tiba, ancaman terhadap fertilitas di masa depan
3. Duka cita adaftif
Faktor yang berhubungan: kehilangan janin akibat ruptur tuba fallopi
atau pembedahan; kemungkinan infertilitas setelah ruptur tuba
30
C. Intervensi
1. Diagnosa I : nyeri
Intervensi Rasional
Tentukan sifat, keparahan, dan lokasi Memfasilitasi perencanaan intervensi
nyeri (dengan menggunakan skala 1 yang tepat (misal tindakan non-
hingga 10) farmakologi versus analgesik)
Penyuluhan klien/keluarga
Ansietas meningkatkan presepsi nyeri,
Jelaskan semua prosedur dan jawab sedangkan informsi dapat menurunkan
pertanyaan mengenai diagnosis dan ansietas
prognosis
Tindakan kolaborasi
Tindakan ini biasanya dilakukan
Untuk nyeri hebat, berikan narkotik sebagai bagian dari persiapan
sesuai program atau presedur pembedahan. Narkotik mengubah
transmisi dan presepsi impuls nyeri
pada sistem saraf pusat (SSP)
2. Diagnosa II : ketakutan
Intervensi Rasional
Penyuluhan klien/keluarga
31
Lain-lain
Intervensi Rasional
Obsevasi ekspresi bersalah, marah, Dengan mengidentifikasi tingakat
dan menangis ketakutan/ansiets memudahkan
pilihan intervensi
32
mempunyai kebutuhan spiritual
yang tidak dapat dipenuhi oleh
perawat
Rujuk untuk konseling atau
kelompok pendukung jika diperlukan Konseling dan aktifitas kelompok
bersam individu lain yang memiliki
pengalaman sam (misal kehilangan
janin) dapat membantu pasngan
Dorang ibu/keluarga untuk menjalani proses berduka
mengungkapkan persaan berduka
Memfasilitasi komunikasi terbuka;
dengan cara yang membuat mereka
perasaan harus diungkapkan agar
rasa nyaman
dapat diatasi
Dorong untuk mengungkapkan
persaan cemas, marah, dan sedih
Memfasilitasi komuniksi terbuka;
perasaan harus diungkapkan agar
dapat diatasi. Marah, cemas., dan
edih adalah perasaan yang biasa
muncul ketika terjadi kehamilan
Berikan dukungan yang sesuai denga tuba
fase berduka ( misal menyangkal,
marah, tawar-menwar, dan Membantu ibu/keluarga melewati
menerima) tahap berduka dan mengatsinya
dengan baik
D. Implementasi
Implementasi yang dilakukan mencakup apa yang tertera atau ada di
intervensi
E. Evaluasi
1. Dapat mencapai pengendalian rasa nyeri (misal kurang dari 3 pada
skala 1 hingga 10)
2. Memperlihatkan kemampuan untuk berkonsentrasi dan berpartisipasi
dengan pengambilan keputusan tentang perwatan diri
3. Tidak ada tanda fisik nyeri (misal ekspresi wajah, kegelisahan,
perubahan tanda-tanda vital, mengerang)
4. Berkonsentrasi dan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
menyangkut perwatan dan penangan diri
5. Mengidentifikasi dan menggunakan individu pendukung (misal
pasangan, pemberi asuhan)
6. Mengungkapkan penerimaan terhadap situasi
33
7. Mengidentifikasi dan menggunakan strategi koping yang efektif
8. Mencari bantuan profesional sesuai kebutuhan
9. Mengungkapkan realitas terhadap kehilangan
BAB III
PENUTUP
34
35