Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Syok adalah kondisi hilangnya volume darah sirkulasi efektif. Kemudian
diikuti perfusi jaringan dan organ yang tidak adekuat, yang akibat akhirnya
gangguan metabolic seluler. Pada beberapa situasi kedaruratan adalah bijaksana
untuk mengantisipasi kemungkinan syok. Seseorang dengan cidera harus dikaji
segara untuk menetukan adanya syok. Penyebab syok harus ditentukan
(hipovolemik, kardiogenik, neurologic, atau septik syok). ( Bruner & suddarth,
2002).
Syok hipovolemik merupakan keadaan berkurangnya perfusi organ dan
oksigenisasi jaringan yang disebabkan gangguan kehilangan akut dari darah atau
cairan tubuh yang dapat disebabakan oleh berbagai keadaan. Muntah (dehidrasi)
dan trauma maupun pendarahan karena obsetri. Syok hipovolemik merupakan
salah satu jenis syok dengan angka kejadian terbanyak dibandingkan syok lainya.
Menurut Daljith Sing, pada tahun 2005, presentasi angka kejadian syok
hipovolemik diandingkan dengan syok jenis lainnya mencapai 35%.
Syok hipovolemik yang disebabakan oleh terjadinya kehilangan darah secara
akut sampai saat ini merupakan salah satu penyebab kematian di negara-negara
dengan mobilitas penduduk yang tinggi. Salah satu penyebab terjadinya shock
hemoragic tersebut diantaranya adalah cidera akibat kecelakaan. Menurut WHO
cedera akibat kecelakaan setiap tahunnya menyebabkan terjadinya 5 juta kematian
diseluruh dunia.
Angka kematian pada pasien trauma yang mengalami syok hipovolemik di
rumah sakit dengan tingakat pelayanan yag lengkap mencapai 6%. Sedangkan
angka kematian akibat trauma yang mengalammi syok hipovolemik dirumah sakit
dengan peralatan yang kurang memadai mencapai 36%.
Dalam menangani pasien yang mengalami syok hipovolemik harus segara
ditangani agar angka kematian syok hipovolemik dapat berkurang dengan
penanganan yang tepat.

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum penulisan makalah Syok ini yaitu:
Mahasiswa dapat mengaplikasikan asuahan keperawatan kepada pasien
yang mengalami syok. Pembaca dapat lebih memahami asuahan
keperawatan syok hipovolemik.

2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisaan makalah Syok ini yaitu:
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah (Gawat Darurat I).
b. Untuk mengetahui tentang Asuhan Keperawatan Syok
Hipovolemik.
c.Untuk lebih memahami tentang Asuhan Keperawatan Syok
Hipovolemik.

BAB II

2
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Syok merupakan sindrom kilinis saat aliran darah ke jaringan tidak
memadai untuk menyongkong metabolisme sel normal, mengakibatkan
penurunan menyeluruh perfusi ke fungsi tubuh vital. (Tucker,Canobbio, Parqutte
dan Wells, 2007)
Syok adalah kondisi kehilangan volume darah sirkulasi efektif. Kemudian
diikuti perfusi jaringan dan organ yang tidak adekuat, yang akibat akhirnya
gangguan metabolik selullar. Pada beberapa situasi kedaruratan adalah
bijaksana untuk mengantisipasi kemungkinan syok. (Brunner &Suddart, 2002)
Syok merupakan kondisi gawatdarurat yang perlu penanganan segera dan
intensif untuk menyelamatkan nyawa pasien.
Syok merupakan suatu keadaan patofisiologis yang terjadi bila oxygen
delivery (DO2) ke mitokondria sel di seluruh tubuh manusia tidak mampu
memenuhi kebutuhan oxygen consumption (VO2). Sebagai respon terhadap
pasokan oksigen yang tidak cukup ini, metabolisme energi sel menjadi
anaerobik.
Menurut John Collins Warren, syok merupakan berhentinya keadaan sesaat
dari kematian. Secara patofisiologis, syok merupakan gangguan sirkulasi akibat
kurangnya oksigen kedalam jaringan. Syok dapat terjadi oleh berbagai macam
sebab dan melalui berbagai proses. Penurunan volume plasma intravaskular
merupakan faktor utama yang menyebabkan terjadinya syok. Terjadinya
penurunan volume intravaskular menyebabkan darah yang balik ke jantung
berkurang sehingga curah jantung menurun. Dan menyebabkan oksigen di paru
juga menurun dan asupan oksigen ke jaringan tidak terpenuhi.

B. Jenis- jenis syok


1. Syok hipovolemik
Syok hipovolemik adalah kembalinya darah vena ke jantung yang
disebabkan oleh kehilangan eksternal plasma darah atau cairan
ekstraselluar atau disebabkan oleh sekuestrasi internal plasma (syok
hemoragik).

3
Syok hipovolemik adalah pengurangan drastis volume darah yang
bersirkulasi sehingga kebutuhan metabolisme tubuh tidak dapat dipenuhi.
Syok hipovolemik dapat terjadi akibat kehilangan plasma atau darah.
Kondisi yang dapat menyebabkan penurunan volume darah yang
bersirkulasi meliputi perdarahan, luka bakar, dan dehidrasi.
Syok hipovolemik disebabkan oleh penurunan volume darah. Syok
setelah trauma biasanya jenis hipovolemik, yang disebabkan perdarahan (
internal atau eksternal ) atau karena kehilangan cairan kedalam jaringan
kontusio atau ke usus yang mengembang kerusakan jantung dan paru juga
dapat menyokong masalah ini secara bermakna.
Syok akibat kehilangan cairan berlebihan bisa juga timbul pada pasien
luka bakar yang luas. Syok hipovolemik didefinisikan sebagai penurunan
perfusi dan oksigenasi jaringan disertai kolaps sirkulasi yang disebabkan
oleh hilangnya volume intravaskular akut akibat berbagai keadaan bedah
atau medis (Greenberg, 2005).
2. Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik disebabkan oleh gangguan fungsi jantung sebagai
pompa seperti pada infark miokardium akut, tamponade jantung atau
emboli pulmoner atau setelah operasi jantung terbuka. Aritmia dapat juga
banyak menurunkan curah jantung dan tekanan darah.
(Kegawatdaruratan)
Syok kardiogenik, merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel kiri atau
gagal jantung kongestif, terjadi bila ventrikel kiri mengalami kerusakan
yang luas. Otot jantung kehilangan kekuatan kontraktilitasnya,
menimbulkan penurunan curah jantung dengan perfusi jaringan yang
tidak adekuat ke organ vital ( jantung, otak, ginjal ). Derajat syok
sebanding dengan disfungsi ventrikel kiri. Meskipun syok kardiogenik
biasanya sering terjadi sebagai komplikasi MI, namun bisa juga terjadi
pada tamponade jantung, emboli paru, kardiomiopati dan disritmia.
(Keperawatan Medikal Bedah.2002).
3. Syok septic akibat infeksi. Jenis hiperdinamik, yang curah jantungnya
normal atau meningkat, terjadi bila volume darah cukup tetapi infeksi
mengganggu metabolism sel sehingga sel jaringan tak dapat

4
menggunakan glukosa dan oksigen yang diangkut darah padanya secara
adekuat. Pada tipe hipodinamik, penderita menjadi hipovolemik,biasanya
karena kebocoran cairan dari kapiler ke ruangan interstisial. Kadang-
kadang volume darah normal, tetapi kapasitas vascular meningkat, yang
menyebabkan hipovolemik relative.
4. Syok neurogenik disebabkan oleh gangguan susunan saraf simpatis, yang
menyebabkan dilatasi arteriola dan kenaikan kapasitas vascular. Tekanan
darah sistolik biasanya akan turun hingga dibawah 80 sampai 90 mmHg
walaupun curah jantung normal atau meningkat. Pingsan yang biasa
merupakan contoh syok neurogenik sementara. Kerusakan medulla
spinalis servikalis merupakan sebab tersering syok neurogenik
traumatic.Trauma pada otak sendiri hampir tak pernah menyebabkan
syok.
5. Syok anafilaktik disebabkan oleh pelepasan massif histamine dan bahan
vasoaktif dari sel yang telah tersensitisasi sebelumnya terhadap zat
spesifik seperti penisilin, sengatan lebah atau kerang. Kolaps
kardiovaskular mendadak dengan atau tanpa disfungsi pernafasan atau
obstruksi jalan pernapasan karena bronkokonstriksi, edema
angioneurotik, atau urtikaria pada saluran pernapasan, jarang terjadi.
Syok anafilaktik adalah kegagalan perfusi jaringan yang disebabkan
reaksi alergi yang luar biasa atau berlebihan pada suatu organisme
terhadap protein asing. Anafilaktik syok dapat terjadi dalam beberapa
menit dan dapat mengancam nyawa. Faktor penyebabnya adalah karena
alergi terhadap obat-obatan, terutama yang diberikan secara intravena
seperti antibiotik (contoh : penisilin). Selain itu penyebab lainnya adalah
karena pelepasan histamin sebagai konsekuensi dari suatu tipe I reaksi
alergi. Tanda-tanda klinis pasien yang mengalami syok anafilaktik yaitu
pasien susah bernafas, wajah kemerahan, gatal pada mata dan mulut,
pusing, lemas, sakit perut, bronkospasme dan edema epiglotis sehingga
pasien terasa tercekik. Gejala akan timbul pada 2-11 menit setelah
dilakukan suntikan dan reaksi puncak akan terjadi pada 5-60 menit.
Penanganan pada pasien syok anafilaktik adalah dengan mempertahankan

5
jalan nafas dan mempertahankan sirkulasi dengan memberikan oksigen 6-
8 liter/menit lalu berikan 0,3-0,5 ml epineprine (adrenalin 1:1000) secara
intramuscular dengan kecepatan 1 ml/menit dan ulangi setiap 5 atau 10
menit sampai pasien terlihat membaik.
Jenis syok penting lainnya meliputi yang karena penggunaan obat
berlebih dan hipoglikemi. Kelebihan dosis barbiturate lebih menyebabkan
hipotensi dan depresi pernapasan. Hipotensi disebabkan oleh hipovolemia
relative akibat peningkatan kapasitas dan pada kasus-kasus yang berat
mungkin ada supresi miokardium.walaupun tekanan darah rendah,
tampaknya perfusi kulit adekuat karena pembuluh darah kulit berdilatasi.
Syok hipoglikemik atau insulin harus selalu dipikirkan pada penderita
yang syok, tetapi tidak jelas masuk dalam kategori lain terutama jika ada
kecurigaan bahwa pasien menderita diabetes. Mula-mula penderita dapat
sangat konfusi dan cenderung mempunyai kulit yang basah dingin serta
takikardi. Pemberian glukosa segera menghasilkan perbaikan besar.
C. Etiologi
1. Kehilangan volume darah ( hematom subkapsular hati, aneuriama aorta
pecah, perdarahan gastroitestinal dan trauma).
2. Hemoragi, perdarahan, gastrointestinal, luka.
3. Kehilangan volume plasma (luka bakar).
4. Pankreatitis, luka bakar, peritonitis, deskuamasi kulit, sindrom dumping.
5. Kehilangan cairan ekstraselular
6. Muntah (vomitus), dehidrasi, diare, terapi diuretik yang agresif, diabetes
insipidus, insufisiensi adrenal.

D. Patofisiologi / Pathway
a. Pathway

Penurunan curah jantung Pe tekanan arterial Pe aliran darah sistemik

Pe volume
Pe nutrisi darah
jaringan
Pe nutrisi jantung

Hb tidak
Pe nutrisi sist mampu
vaskuler
Pe nutrisi otak
mengikat O2

Pe aktivitas vasomotor Pe permeabilitas kapiler


Plasma darah me
6
Dilatasi vaskuler
cardiac output Ketidakefektifan perfusi Resiko syok
Depresi
fraksi
Nekrosis
Pengumpulan ejeksi
pada jantung
darah
miokardial
venaAsam laktatNyeri
Metabolisme
Menghasilkan tekanan
perfusi
2 abdomen
jaringan
tubuh
merangsang jaringan
darah
ATPperifer
menjadi anerob
+ mediator
asam laktat
nyeri (Hipovolemik)
Tanda dan gejala syok kardiogenik mencerminkan sifat sirkulasi
patofisiologi gagal jantung. Kerusakan jantung mengakibatkan penurunan
curah jantung, yang pada gilirannya menurunkan tekanan darah arteri ke
organ-organ vital. Aliran darah ke arteri koroner berkurang, sehingga asupan
oksigen ke jantung menurun, yang pada gilirannya meningkatkan iskemia dan
penurunan lebih lanjut kemampuan jantung untuk memompa, akhirnya
terjadilah lingkaran setan.
Tanda klasik syok kardiogenik adalah tekanan darah rendah, nadi cepat
dan lemah, hipoksia otak yang termanifestasi dengan adanya konfusi dan
agitasi, penurunan haluaran urin, serta kulit yang dingin dan lembab.
Disritmia sering terjadi akibat penurunan oksigen ke jantung. Seperti pada
gagal jantung, penggunaan kateter arteri pulmonal untuk mengukur tekanan
ventrikel kiri dan curah jantung sangat penting untuk mengkaji beratnya
masalah dan mengevaluasi penatalaksanaan yang telah dilakukan.
Peningkatan tekanan akhir diastolic ventrikel kiri yang berkelanjutan
( LVEDP = Left Ventrikel End Diastolik Presure ) menunjukkan bahwa
jantung gagal untuk berfungsi sebagai pompa yang efektif.
Gambaran syok perdarahan atau hipovolemik, mungkin sekunder dari
perdarahan tractus gastrointestinalis atas. Kehilangan volume karena
peradarahan lambung atau ulkus duodeni merangsasng reseptor tekanan di
aorta, jantung dan arteria carotis untuk mengeluarkan epinefrin, aldosteron
dan hormon antiduretik. Hormon hormon ini akan menambahkan denyut
jantung dan tekanan kontraksi, merangsang vasokontriksi, dan mengurangi
kehilangan volume dari ginjal. Kenaikan curah jantung membantu
mempertahankan volume darah agar tetap memenuhi kebutuhan jaringan akan
okgesinasi. Vakontriksi perifer, sekunder terhadap epineftrin dan
nonepinefrin, membawa darah ke jaringan vital, mengurangi aliran darah ke
organ nonvital. Bila ini terjadi, walaupun TD normal atau hampir normal pada
arteri sistemik atau arteri besar, maka syok timbul pada jaringan nonvital
dengan mikrosirkulasi. Aliran mikrosirkulasi yang terganggu menyebabkan

7
penurunan perpindahan oksigen ke sel, yang mempunyai massa sel lebih
besar daripada jaringan vital. Tanpa oksigen, sel tidak dapat metabolisme
glukosa dengan sempurna dan harus berpindah ke metabolisme anaerobik,
yang menghasilkan asam metabolik (terutama asam laktat). Penumpukan
asam metabolik ini menyebabkan asidosis metabolik.
Bila perdarahan terus berlangsung, walaupun ada takikardi dan pintas,
volume darah akan menjadi kurang untuk perfusi organ vital. Aliran darah
yang kurang ke otak, menimbulkan anoksia dan gelisah. Sianosis sirkumonal
adalah tanda akhir anoksia sel yang parah pada wajah dan kepala. Membran
mukosa yang kering menunjukkan dehidrasi sel. Anoksia sel merangsang
asidosis metabolik yang hebat karena dikeluarkannya konsentrasi asam laktat
yang besar karena metabolisme anaerobik. Selain itu tiap sel mengeluarkan
15 20% air dalam usaha menggantikan volume vaskular, yang menimbulkan
dehidrasi sel.
Organ vital juga bereaksi terhadap pengurangan volume darah. Laju
filtrasi glomerulus ginjal berkurang, yang mengurangi pengurangan urina.
Kemampuan hati untuk membentuk glukosa baru terganggu. Daerah paru
paru tertentu menjadi atelektasis karena kurangnya perfusi. Jantung dan otak
tidak terkena sampai tahap akhir syok, yang fungsinya menjadi rusak.

E. Manifestasi klinis
1. Tekanan darah menurun (diastolik < 60)
2. Tekanan nadi sangat menurun
3. Denyut nadi sangat cepat dan halus ( > 112 per menit).
4. Nadi tidak teraba
5. Pernapasan cepat ( respirasi > 32 per menit).
6. Hipotermi
7. Pucat (terutama pada konjungtiva palpebra telapak tangan dan bibir).
8. erkeringat, gelisah, apatis/bingung, tidak sadar/ pingsan
F. Pemeriksaaan diagnostik.
1. Elektrolit
2. Kimia darah
3. Peningkatan BUN

8
4. Kreatinin
5. AGD
6. PaO2
7. HcO3- rendah
8. PaO2 rendah berat jenis

G. Komplikasi
Gagal jantung

H. Penatalaksanaan kedaruratan
1. PENGOBATAN SEGERA
a. Amankan saluran pernapasan yang adekuat dan mulai pemberian
oksigen 3 sampai 5 liter per menit. Pastikan ventilasi per menit
normal atau meningkat.
b. Amati tanda-tanda vital dan mulai pencatatan tentang hal ini, waktu
pemberian cairan, obat-obatan dan terapi lainnya.
c. Bila penderita hipovolemik, tinggikan tungkai sampai sudut 45
derajat untuk mendapatkan aliran balik darah vena yang cepat dari
tungkai ke jantung. Bila cairan tak dapat segera diberikan dan
penderita hipotensif berat, maka naikkan tungkai hingga sudut 90
derajat untuk lebih meningkatkan aliran balik vena. Kepala dan dada
harus direndahkan kalau tidak visera akan tertekan ke diafragma dan
terganggu ke pernapasan. Aliran balik darah vena yang lebih baik
tercapai dengan penggunaan bidai udara atau pakaian anti syok.
d. Mulai infuse cepat cairan Ringer laktat atau saline normal dengan
mempergunakan satu atau dua jarum atau kateter intravena berukuran
18 atau lebih. Bila orang dewasa jelas hipovolemi maka biasanya
dapat diberikan 1000 sampai 2000 ml cairan dalam waktu 20-40
menit dengan aman. Pada anak-anak dorongan intravena 10 ml per
pon biasanya aman.

9
e. Bila mungkin, harus dipasang sadapan kardioskopi ke pasien untuk
mendapatkan r1ekaman EKG yang kontinu.
f. Paramedic EMT yang terlatih akan memasang kateter urina
indwelling, bila perjalanan ke bagian gawat darurat akan
memerlukan waktu lebih dari dua jam.
g. Pada keadaan tertentu dan atas perintah dokter, paramedic EMT yang
bermutu dapat memberikan obat tertentu seperti glukosa bagi
tersangka hipoglikemi, lidokain untuk konstaksi ventrikel premature
yang sering terjadi atau takikardia ventrikel atau epinefrin bagi
tersangka syok anafilaktif.
h. Pakaian antisyok (MAST) dapat sangat berguna pada penderita
hipovolemi yang harus diangkut untuk jarak yang jauh.

Pakaian anti syok terdiri dari unit-unit yang dapat dikembungkan untuk
memberikan tekanan pada ekstremitas bawah dan abdomen, yang mendorong
darah dan sirkulasi jantung, otak, dan dan paru; untuk penatalaksanaan awal
syok hipovolemik. Ia juga berguna pada penatalaksanaan perdarahan dan
fraktura.
Pada syok hipovolemik, cairan yang tak mencukupi diberi ke jantung
untuk perfusi ke seluruh jaringan, yang membawa oksigen dan zat gizi ke sel.
Pakaian antisyok memberikan tekanan pada ekstremitas bawah sehingga
mengurangi ukuran wadah ( volume pembuluh darah ) dan menaikkan
tahanan perifer. Sehingga darah yang tersedia dipintas ke atas untuk
menyokong organ yang lebih sensitive terhadap oksigen jantung, otak, dan
paru. Jadi dengan autotransfusi ini dapat terjadi relokasi darah hingga 2000
ml .
Indikasi absolute pemakaian perangkat antisyok pada syok hipovolemik
adalah tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg. Indikasi relative adalah
tekanan darah kurang dari 100 mmHg. Perbedannya tergantung atas umur,
jenis kelamin, dan ukuran badan penderita. Penderita yang berusia lanjut,
khususnya wanita tua yang berbadan kecil dapat memberikan tekanan darah

10
sistolik normal antara 80 hingga 100 mmHg. Akan tidak bijaksana
mempergunakan pakaian antisyok pada penderita tersebut, apalagi bila tanda
dan gejala syok tak ada.
2. Penatalaksanaan Syok
a. Pastikan jalan nafas pasien dan sirkulasi dipertahankan. Beri
bantuan ventilator tambahan sesuai kebutuhan.
b.Perbaiki volume darah sirkulasi dengan penggantian cairan dan
darah cepat sesuai ketentuan untuk mengoptimalkan preload
jantung, memperbaiki hipotensi, dan mempertahankan perfusi
jaringan.
c. Kateter tekanan vena sentral dimasukkan di dalam atau di dekat
atrium kanan untuk bertindak sebagai petunjuk penggantian
cairan. Pembacaan tekanan vena sentral kontinue (CVP) memberi
petunjuk dan derajat perubahan dari pembacaan data dasr: kateter
juga sebagai alat untuk penggantian volume cairan darurat.
d.Jarum atau kateter IV diameter besar dimasukkan ke dalam vena
perifer. Dua atau lebih kateter mungkin perlu untuk penggantian
cairan cepat dan pengembalian ketidakstabilan hemodinamik:
penekanan pada penggantian volume.
e. Buat jalur IV di kedua ekstermitas atas dan bahwa dicurigai
bahwa pembuluh utama di dada atau abdomen telah terganggu.
f. Ambil darah untuk spesimen: gas darah arteri, pemeriksaan darah,
golongan darah, pencocokan silang dan hematokrit.
g.Mulai infus IV dengan cepat sampai CVP meningkat pada tingkat
yang memuaskan di atas pengukuran dasar atau sampai terdapat
perbaikan pada kondisi klinis pasien.
h.Infus larutan Ringer Laktat digunanakn pada awal penanganan
karena cairan ini mendekati komposisi elektrolit plasma. Begitu
juga dengan osmolalitasnya, sediakan waktu untuk pemeriksaan
golongan darah dan pencocokan silang, perbaiki sirkulasi dan

11
bertindak sebagai tambahan terapi komponen darah.
i. Mulai transfusi terapi komponen darah sesuai program,
khususunya saat kehilangan darah telah parah atau ketika pasien
terus mengalami hemoragi.
j. Kontrol hemoragi; hemoragi menyertai status syok. Lakukan
pemeriksaan hematokrit seri bila dicurigai berlanjut perdarahan.
Pertahankan tekanan darah sistolik pada tingkat yang memuaskan
dengan memberi cairan dan darah sesuai dengan ketentuan.
k.Pasang kateter urine tidak menetap: catat haluaran urine setiap 15
-30 menit, volume urine menunjukkan keadekuatan perfusi ginjal.
Lakukan pemeriksaan fisik cepat untuk menentukan penyebab
syok. Pertahankan surveilens keperawatan terus menerus terhadap
pasien total- tekanan darah, denyut jantung, pernafasan, suhu
kulit, warna, CVP, RKG, hematokrit, Hb, gambaran koagulasi,
elektrolit, haluaran urine- untuk mengkaji respons pasien terhadap
tindakan. Pertahankan lembar alur tentang parameter ini; analisis
kecenderungan menyatakan perbaikan atau penyimpangan pasien.
l. Tinggikan kaki sedikit untuk memperbaiki sirkulasi serebral lebih
baik dan mendorong aliran darah vena kembali ke jantung (posisi
ini kontraindikasi pada pasien dengan cedera kepala). Hidarkan
gerakan yang tidak perlu.
m. Berikan obat khusus yang telah diresepkan (mis; obat inotropik
seperti dopamin) untuk meningkatkan kerja kardiovaskular.
Dukung mekanisme defesif tubuh. Tenangkan dan nyamankan
pasien: sedasi mungkin perlu untuk menghilangkan rasa khawatir.
n.Hilangkan nyeri dengan kewaspadaan penggunaan analgesik atau
narkotik. Pertahankan suhu tubuh. Terlalu panas menimbulkan
vasodilatasi yang merupakan mekanisme kompensasi tubuh dari
vasokontriksi dan meningkatnya kehilangan cairan karena

12
prespirasi. Pasien yang mengalami syok septik harus dijaga tetap
dingin; demam tinggi meningkatkan efek metabolik selular
terhadap syok.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA NY. D DENGAN
SYOK HIPOVOLEMIK

13
Kasus
Ny. D dibawa ke IGD akibat Kecelakaan lalu lintas dengan kondisi penurunan
kesadaran. TTV: TD: 60 mmHg/palpasi, N: 130x/menit, ekstremitas teraba dingin.
Hasil pengkajian fisik didapat terdapat nyeri di abdomen regio III.

Tgl Pengkajian : 2 Maret 2017


No. RM : 765
Tgl Masuk UGD : 28 Maret 2017
Dx. Medis : Syok
Pukul : 10.15 WIB
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. D
Jenis Kelamin : Wanita
Agama : Islam
Usia : 42 tahun
B. Pengkajian Primer
1. Danger
Perawat menggunakan masker, sarung tangan untuk APD. Pasien
langsung di tempatkan di ruang IGD. Pasien mengalami nyeri abdomen
di regio III.
2. Response
AVPU scale: pasien tidak sadar kan diri/ pingsan dengan mata tertutup
3. Airway
Tidak ada obstruksi jalan napas .
4. Breathing
Pasien tidak mengalami sesak
5. Circulation
Denyut nadi teraba lemah dan cepat; HR : 130 x/menit, TD: 60 mmHg/
palpasi, ekstermitas teraba dingin.
C. Pengkajian Sekunder
Riwayat Kesehatan
Sign and symptom : pasien tidak sesak, HR: 130 x/menit.
Allergy : pasien tidak ada riwayat alergi makanan maupun obat
Medication : pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan.
Past illness : pasien memiliki riwayat SLE selama 7 tahun

14
Last meal :-
Event : Ny. D dibawa ke IGD akibat Kecelakaan lalu lintas
dengan kondisi penurunan kesadaran. TTV: TD: 60
mmHg/palpasi, N: 130x/menit, ekstremitas teraba
dingin. Hasil pengkajian fisik didapat terdapat nyeri di
abdomen regio III.
Tanda-tanda vital
TD : 60 mmHg
HR : 130 x/menit
T : tidak dikaji
Pemeriksaan Fisik
Kepala : wajah pasien pucat , anemis, sklera non ikterik, tidak
terdapat pernapasan cuping hidung. mukosa bibir
pucat.
Leher : tidak terdapat pembesaran vena jugularis
Dada :-
Abdomen : tidak terdapat distensi abdomen, asites (-),terdapat
nyeri di abdomen regio III.
Urogenital :-
Ekstremitas : ekstremitas teraba dingin.
Penanganan awal pada primary survey
Waktu : 11.15 13.00 WIB
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. Ds: - Penurunan curah jantung Ketidakefektifan
Do: perfusi jaringan
Extermitas atas teraba Pe tekanan arterial perifer.
dingin.
pasien tampak mengalami Pe aliran darah sistemik
penurunan kesadaran
nadi 130x/menit Pe nutrisi jantung

Pe nutrisi otak

15
Pe aktivitas vasomotor

Dilatasi vaskuler

Pengumpulan darah vena

Depresi jantung

Nekrosis pada miokardial

cardiac output
fraksi ejeksi

tekanan darah

Ketidakefektifan perfusi
jaringan

Menghasilkan 2 ATP +
asam laktat
2. Ds: - Penurunan curah jantung Nyeri akut
Do:
N:130x/menit. Pe tekanan arterial
TD: 60 mmHg
Terdapat nyeri tekan Pe aliran darah sistemik
abdomen pada ragio III
Pe nutrisi jantung

Pe nutrisi otak

Pe aktivitas vasomotor

16
Dilatasi vaskuler

Pengumpulan darah vena

Depresi jantung

Nekrosis pada miokardial

cardiac output
fraksi ejeksi

perfusi jaringan

Metabolisme tubuh
menjadi anerob

Asam laktat merangsang


mediator nyeri

Nyeri abdomen

D. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
sirkulasi darah dan ke perifer darah ditandai dengan penurunan kardiak
output.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera (asam laktat merangsang
mediator nyeri).
3. Resiko syok berhubungan dengan sindrom respon inflamasi siskemik
(hipovolemia).

17
E. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Ketidaefektifan perfusi NOC : NIC : 1. Kepala dan dada harus
jaringan perifer Circulation status 1. Batasi gerakan terhadap direndahkan kalau tidak
Kriteria hasil : kepala,leher,dan punggung visera akan tertekan ke
Tekanan systole dan diastole dalam 2. Berikan obat dopamin atau diafragma dan terganggu ke
rentang yang diharapkan epinefrin. pernapasan. Aliran balik
Berkomunikasi dengan jelas dan 3. Atur posisi Tinggikan kaki darah vena yang lebih baik
sesuai dengan kemampuan sedikit tercapai dengan penggunaan
Menunjukkan perhatian konsentrasi 4. Berikan oksigen tambahan. bidai udara atau pakaian anti
dan orientasi 5. Lakukan tindakan syok.
pemasangan infuse 2. dopamin bisa
mempromosikan
transplantasi oksigen,
meningkatkan nilai pH dari
mukosa usus dan

18
meningkatkan perfusi
organ,. Selain itu, juga
epinefrin bisa membantu
mengecilkan arteri dan vena
sehingga dapat mengurangi
shunt, meningkatkan
iskemia visceral dan
menurunkan pembentukan
asam laktat.
3. untuk memperbaiki sirkulasi
serebral lebih baik dan
mendorong aliran darah
vena kembali ke jantung
(posisi ini kontraindikasi
pada pasien dengan cedera
kepala). Hidarkan gerakan
yang tidak perlu

19
4. Pemberian oksigen
tambahan dapat diberikan
untukmempertahankan
saturasi oksigen di atas 95%.
5. Mulai infuse cepat cairan
Ringer laktat atau saline
normal dengan
mempergunakan satu atau
dua jarum atau kateter
intravena berukuran 18 atau
lebih.
2 Nyeri akut NOC NIC 1. Pengkajian nyeri secara
pain level 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif untuk
pain control secara komprehensif termasuk mengetahui lokasi nyeri,
Kiteria hasil lokasi, karakteristik, durasi, 2. skala dan waktu nyeri.
Mampu mengontrol nyeri, mampu frekuensi, kualitas dan faktor 3. Reaksi non verbal dapat
menggunakan tekhnik non presifitasi mengetahui tingkat nyeri
farmakologi untuk mengurangi 2. Observasi reaksi non verbal pasien dan ketidaknyamanan

20
nyeri, mencari bantuan dari ketidak nyamanan akibat yang di alami.
Melaporkan bahwa nyeri 3. Gunakan tekhnik komunikasi 4. Komunikasi teraupetik
berkurang dengan terapeutik untuk mengetahui untuk mengetahui gambaran
menggunakan managemen pengalaman nyeri pasien nyeri yang di alami pasien.
nyeri 4. Kaji kultur yang 5. Dengan mengkaji kultur
Mampu mengenali nyeri (skala memepengaruhi respon nyeri yang mempengaruhi respon
intensitas, frekuensi dan tanda 5. Kontrol lingkungn yang dapat nyeri dapat membantu
nyeri ) mempengaruhi seperti, meringankan nyeri pada
Menyatakan rasa nyaman setelah ruangan, pencahayaan dan pasien, sehingga pasien
nyeri berkurang kebisingan dapat lebih nyaman.
6. Kaji tipe dan sumber nyeri 6. Lingkungan yang sepi dapat
untuk menentukan intervensi merileks kan pasien
7. Ajarkan tentang teknik non sehingga nyeri dapat
farmakologi (terapi distraksi bekurang.
dan napas dalam) 7. Tipe dan sumber nyeri
8. Berikan analgetik untuk berbeda-beda dengan adanya
mengurangi nyeri pengkajian dapat membantu

21
jenis terapi yang diberikan
kepada pasien
sehinggaterapi lebih efektif
8. Terapi distraksi dapat
mengurangi nyeri pasien
dengan konsentarsi atau
pikiran pasien teralihkan
sehingga pasien tidak
mengingat nyeri yang
dirasakan, sedangkan terapi
napas dalam membantu
Pasien mengurangi nyeri
dengan stimulus saraf
simpatik.
9. Terapi analgesik untuk
menurunkan nyeri

22
Implementasi Keperawatan

Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi


Kamis/ 2 Maret Tindakan S:-
2017 Mengukur tanda-tanda vital pasien, TD: 90/60 mmHg, O:
11.15 WIB HR:120x/menit, , SpO2: 94%. - Pasien tampak mulai sadarkan diri
Pasien diberikan oksigen tambahan - TTV : TD 90/60 mmHg
12.16 WIB Pasien diberikan obat dopamin atau epinefrin - N: 120x/menit

Pasien dilakukan tindakan pemasangan infus - SpO2: 97%


13.17 Monitor EKG (ST)
A : masalah teratasi sebagian
P : observasi TTV pasien
Pindahkan pasien ke ruang observasi
15.00 Monitor TTV
TD : 90/60 mmHg
N : 120x/menit
14.35
SpO2 : 94%

Monitoring hemodinamik
14.40

23
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
TD : 140/75 mmHg
N : 133x/menit
15.00 SpO2 : 98%

Monitoring Hemodinamik
TD : 143/93 mmHg
N: 136x/menit
RR : 30x/menit
SpO2: 97%

24
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Syok merupakan sindrom kilinis saat aliran darah ke jaringan tidak
memadai untuk menyongkong metabolisme sel normal, mengakibatkan
penurunan menyeluruh perfusi ke fungsi tubuh vital. (Tucker,Canobbio, Parqutte
dan Wells, 2007)
Syok adalah kondisi kehilangan volume darah sirkulasi efektif. Kemudian
diikuti perfusi jaringan dan organ yang tidak adekuat, yang akibat akhirnya
gangguan metabolik selullar. Pada beberapa situasi kedaruratan adalah
bijaksana untuk mengantisipasi kemungkinan syok. (Brunner &Suddart, 2002)
Syok hipovolemik adalah kembalinya darah vena ke jantung yang
disebabkan oleh kehilangan eksternal plasma darah atau cairan ekstraselluar atau
disebabkan oleh sekuestrasi internal plasma (syok hemoragik).
Syok hipovolemik adalah pengurangan drastis volume darah yang
bersirkulasi sehingga kebutuhan metabolisme tubuh tidak dapat dipenuhi. Syok
hipovolemik dapat terjadi akibat kehilangan plasma atau darah. Kondisi yang
dapat menyebabkan penurunan volume darah yang bersirkulasi meliputi
perdarahan, luka bakar, dan dehidrasi.
Syok akibat kehilangan cairan berlebihan bisa juga timbul pada pasien luka
bakar yang luas. Syok hipovolemik didefinisikan sebagai penurunan perfusi dan
oksigenasi jaringan disertai kolaps sirkulasi yang disebabkan oleh hilangnya
volume intravaskular akut akibat berbagai keadaan bedah atau medis (Greenberg,
2005).
Diagnosis syok
Pada penderita syok umumnya pernapasan cepat. Karena penurunan curah
jantung dan vasokonstriksi, biasanya kulit pucat dan dingin, tetapi membrane mukosa
dan palung kuku mungkin sianosis. Rangsangan simpatis berlebihan menyebabkan
sekresi keringat, yang menyebabkan kulit basah. Denyutan nadi umumnya lemah dan
cepat, sering hamper tak teraba. Tekanan darah sistolik biasanya rendah dan dalam

25
kasus syok berat sering tidak dapat teraba sama sekali. Bila penderita dibaringkan,
tekanan darah cenderung sedikit membaik dan memburuk bila penderita yang
berbaring didudukan.tekanan nadi arterial ( sistolik-diastolik) mencermunkan
perubahan isi sekuncup dan biasanya turun jauh sebelum tekanan sistolik turun.
Pengeluaran urina biasanya menurun atau tak ada. Kesadaran menjadi berkabut sangat
dini, penderita ini konfusi, dan gelisah. Lazim terdapat rasa haus, khususnya bila
ditanyakan ke pasien.

26
27
DAFTAR PUSTAKA
Komara Egi [et. al]. 2007. Standar Perawat Pasien. Jakarta: EGC
Bruner &Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC
Kusuma, Hardi dan Amin Huda Nur arif.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC. Yogyakarta: Mediaction
publishing.
Yuming Du*, Lirui Wang, Huijuan Shi and Min Gao. Comparison of clinical
effect of dopamine and norepinephrine in the treatment of septic shock. Pak. J. Pharm.
Sci., Vol.28, No.4(Suppl), July 2015, pp.1461-1464

28

Anda mungkin juga menyukai