Anda di halaman 1dari 18

TUMBUH KEMBANG MANDIBULA DAN TMJ

A. Tumbuh Kembang Kondilus

Processus condylus merupakan bagian dari mandibula dan lebih tebal dari

coronoid, terdiri dari dua bagian yaitu condylus dan bagian yang menyokong leher.

Condylus merupakan bagian dari artikulasi sendi temporomandibular,

permukaannya konveks dan bagian posteriornya lebih luas daripada bagian

anteriornya. Pada ekstremitas lateral dari condylus terdapat tuberkel tempat

perlekatan ligament temporomandibular.

Gambar A.1

Tulang rawan dan tulang rangka mandibula terbentuk dari sel neural crest

embrionik yang muncul pada daerah midbrain dan hindbrain dari lipatan neural. Sel-

sel ini berpindah ke ventral, untuk membentuk tonjolan mandibula (dan maksila)

serta fasial, berdeferensiasi menjadi tulang dan jaringan ikat.

Struktur pertama yang terbentuk pada derah rahang bawah adalah cabang

mandibula dari saraf trigeminal yang mendahului kondensasi ektomesensimal, untuk

membentuk lengkung brankhial (mandibula) pertama. Dahulu, adanya saraf ini

dianggap sebagai keharusan untuk merangsang osteogenesis melalui produksi faktor

1
neurotropik. Mandibula berasal dari membran osifikasi dan osteogenik yang

terbentuk dari kondensasi ektomesensimal pada hari perkembangan ke 36-38.

Ektomesensimal mandibula ini harus berinteraksi mulanya dengan epitelium

lengkung mandibula, sebelum terjadinya osifikasi primer; tulang intramembranosis

hasilnya, terletak di samping tulang rawan Meckel dari lengkung brankhial pertama

(mandibula). Pusat osifikasi tunggal untuk setiap setengah mandibula, muncul pada

minggu ke-6 itu pada daerah bifurkasi saraf alveolar inferior dan arteri ke cabang

mentalis dan incisivus. Membran osifikasi terletak di samping tulang rawan Meckel

dan bundel neurovaskularnya.

Gambar A.2 Skema asal mandibula. Pusat osifikasi terletak di samping


tulang rawan Meckel pada bifurkasi saraf alveolar inferior.

Ossifikasi terjadi pada membran yang menutupi permukaan luar dari ujung

ventral tulang rawan Meckel, dan setiap setengah bagian tulang mandibula dibentuk

dari pusat tunggal yang muncul dekat foramen mentalis pada minggu keenam usia

janin. Pada minggu kesepuluh bagian tulang rawan Meckel yang terletak di bawah

dan di belakang gigi incisivus dikelilingi dan diinvasi oleh tulang membran. Saat

2
postnatal tulang mandibula terdiri dari dua bagian, yang disatukan oleh simfisis

berfibrosa, di mana osifikasi terjadi selama tahun pertama.

Gambar A.3

Tulang rawan condylar sekunder muncul selama minggu ke 10 intra uterin

sebagai struktur berbentuk konus pada daerah ramal. Tulang rawan condylar ini

merupakan primordium dari bakal condyle. Sel-sel tulang rawan berdiferensiasi dari

pusatnya, dan tulang rawan kepala condyle bertambah besar melalui pertumbuhan

intersisial dan aposisional. Pada minggu ke 14, tanda pertama dari tulang

endokondral muncul di daerah condyle. Tulang rawan condyle berfungsi sebagai

pusat pertumbuhan penting untuk ramus dan tubuh mandibula. Sebagian besar tulang

rawan yang berbentuk konus akan digantikan dengan tulang pada pertengahan

kehidupan fetus; tetapi ujung atasnya tetap ada sampai dewasa, berfungsi sebagai

tulang rawan pertumbuhan dan tulang rawan artikular. Perubahan posisi mandibula

dan bentuknya berhubungan dengan arah dan besar pertumbuhan condyle. Kecepatan

pertumbuhan condyle bertambah pada masa pubertas, puncaknya antara 12,5 14

tahun dan normalnya terhenti pada usia 20 tahun. Namun adanya tulang rawan yang

terus menerus akan bermanfaat untuk pertumbuhan yang dapat dilihat pada kelainan

pertumbuhan yang dapat dilihat pada kelainan pertumbuhan seperti akromegali.

3
B. Tumbuh Kembang Dagu

Dagu yang terbentuk sebagian dari osikel mentalis tulang rawan asesoris dan

ujung ventral tulang rawan Meckel, kurang berkembang dengan baik pada bayi.

Dagu terbentuk sebagai unit terpisah dari mandibula, dipengaruhi oleh jenis kelamin

serta faktor genetik khusus. Perbedaan jenis kelamin pada daerah simpiseal

mandibula tidak terlihat jelas, sampai tanda-tanda jenis kelamin sekunder yang lain,

terbentuk. Jadi, dagu baru jelas terlihat pada masa remaja, dari perkembangan

protuberan mentalis dan tuberkel. Bila dagu yang kecil terdapat pada orang dewasa

dari kedua jenis kelamin, dagu yang besar merupakan ciri khas kejantanan. Unit

skeletal dagu mungkin merupakan pencerminan dari gaya fungsional yang berasal

dari otot pterigoid lateral, yaitu dalam menarik mandibula ke depan, stress tidak

langsung pada daerah simpiseal mentalis, melalui tarikan ke dalam, Bantalan tulang

untuk menahan tekanan otot, yang lebih kuat pada pria, tercermin pada dagu pria

yang lebih menonjol. Dagu protrusive merupakan trait unik manusia, kurang terlihat

pada primate lain dan hominid.

C. Tumbuh Kembang Ramus dan Corpus


Penambahan tulang baru yang disediakan oleh condilus menghasilkan satu

pergerakan pertumbuhan yang dominant (translasi) dari mandibula secara

keseluruhan. Bagian tepi posterior dari ramus, penghubung (conjunction) dengan

condilus, juga melalui satu pergerakan pertumbuhan (cortical drift) yang mengikuti

bagian posterior dan bagian lateral. Kombinasi dari pertumbuhan condylar dan ramus

menghasilkan (1) suatu perubahan posisi (mundur) dari seluruh ramus (perbatasan

tepi anterior mengalami resorptif), dengan demikian, perpanjangan dari mandibular

body terjadi secara bersamaan; (2) displacement korpus mandibula ke arah anterior

4
(3) pemanjangan vertikal dari ramus dimana sebelumnya telah terjadi perubahan

mandibula (4) pergerakan artikulasi selama perubahan pertumbuhannya. Pada saat

ramus tumbuh, dan menetap kembali pada bagian posterior, tuberositas lingual

tumbuh dengan tepat dan pindah ke bagian posterior sehingga menyamai letak

tuberositas maxillaris.
Pada umumnya pergerakan pertumbuhan mandibula dilengkapi oleh

perubahan yang terdapat pada maxilla. Fungsi utama pada displacement corpus yaitu

pemanjangan posisi pada lengkungan mandibular sehubungan dengan pergerakan

pertumbuhan yang komplementer dari maxilla. Saat maxilla berpindah ke bagian

anterior dan inferior, terjadi perpindahan mandibula secara bersamaan ke arah yang

sama.
Area muscle attachment pada ramus memainkan suatu peranan penting pada

penempatan remodelling dan cortical yang berperan dalam pergerakan arah

mandibula ke bawah dan ke atas. Area muscle attachment pada prosessus coronoidea

dan daerah gonial tersebut menjadi sepenuhnya dibedakan sebagai respons atas

perkembangan dan pemungsian dari muscle attachment yang terdapat di dalamnya.

Melalui eksperimen, telah diperlihatkan bahwa daerah ini tidak berkembang dengan

baik jika otot-otot berpindah dengan sangat cepat atau jika saraf dan pembuluh yang

berada pada otot-otot ini dipotong.

Mandibula terlihat "tumbuh" pada satu arah gaya ke atas dan ke bawah. Hal

ini menyebabkan satu masalah penting pada treatment analisis. Sebenarnya,

pertumbuhan itu terjadi pada berbagai arah. Umumnya suatu pertumbuhan cenderung

ke arah superior dan posterior, tapi displacement secara bersamaan pada keseluruhan

5
mandibula terjadi secara berlawanan (anterior dan inferior), tanpa memperhatikan

berbagai macam arah pertumbuhan, remodelling, dan local drift.

D. Tumbuh Kembang Prosessus Alveolaris Mandibula

Osifikasi meluas dari pusat primer di bawah dan sekitar saraf alveolar inferior

dan cabang incisivusnya, dan ke atas, untuk membentuk saluran bagi gigi sedang

bertumbuh. Menyebar dari osifikasi intramembranosis ke dorsal dan ventral,

terbentuk tubuh dan ramus mandibula. Tulang rawan Meckel menjadi dikelilingi dan

dikepung oleh tulang. Osifikasi berhenti di dorsal pada daerah yang akan menjadi

lingula mandibula, dari tempat ini tulang rawan Meckel terus berjalan ke telinga

tengah. Adanya bundel neurovaskular memastikan terbentuknya foramen mandibula

dan kanalis serta foramen mentalis.

Cabang brankhial yang pertama, inti dari tulang rawan Meckel, hampir

bertemu dengan pasangannya pada sisi berlawanan, ke ventral. Cabang divergen ke

dorsal, berakhir pada ruang timpani dari telinga tengah, yang berasal dari kantung

faringeal pertama dan dikelilingi oleh bagian petrosal tulang temporal. Ujung dorsal

tulang rawan Meckel berosifikasi membentuk dasar dari dua osikel auditori yaitu

maleus dan inkus. Osikel ketiga, stapes, berasal terutama dari tulang rawan lengkung

brankhial kedua (tulang rawan Reichert).

Hampir semua tulang rawan Meckel menghilang. Sebagian berubah menjadi

ligamen spenomandibula dan maleolar anterior. Sebagian kecil ujung ventralnya

(dari foramen mentalis ke ventral ke simpisis) membentuk osikel endokondral

asesoris yang bergabung ke daerah dagu mandibula. Tulang rawan Meckel di dorsal

foramen mentalis mengalami resorpsi pada permukaan lateralnya, pada saat

6
trabekula tulang intramembranosis terbentuk tepat di samping tulang rawan yang

sedang beresorpsi.

Anyaman tulang yang semula ada di sepanjang tulang rawan Meckel akan

segera diganti dengan tulang lamelar, dan sistem Haversian yang sudah ada sejak

bulan ke-5 itu. Tulang ini dapat teremodeling dengan lebih mudah daripada tulang

lain, sebagai respon terhadap gerak mengisap dan menelan yang hebat, yang

menimbulkan stress pada mandibula.

Tulang rawan asesoris sekunder muncul antara minggu ke-10 dan 14 itu

untuk membentuk kepala condyle, bagian dari prosessus koronoid, dan protruberan

mentalis. Tulang rawan mandibula sekunder tidak berhubungan dengan tulang rawan

brankhial primer (Meckel) dan kondrokranial. Tulang rawan sekunder dari prosessus

koronoid terbentuk dalam otot temporalis sebagai pendahulunya. Tulang rawan

koronoid asesoris akan bergabung dengan tulang intramembranosis dari ramus dan

hilang sebelum lahir. Pada daerah mentalis, pada kedua sisi simpisis, salah satu atau

dua tulang rawan kecil terlihat dan terosifikasi pada bulan ke-7 itu, untuk membentuk

berbagai osikel mentalis pada jaringan fibrosa simpisis. Osifikel akan bergabung

dengan tulang intramembranosis ketika simpisis berhenti berubah dari sindesmosis

menjadi sinostosis selama tahun pertama postnatal.

Tulang rawan condylar sekunder muncul selama minggu ke-10 itu sebagai

struktur berbentuk konus pada daerah ramal. Tulang rawan condylar ini merupakan

primordium dari bakal condyle. Sel-sel tulang rawan berdeferensiasi dari pusatnya,

dan tulang rawan kepala condyle bertambah besar melalui pertumbuhan intersisial

dan aposisional. Pada minggu ke-14, tanda pertama dari tulang endokondral muncul

di daerah condyle. Tulang rawan condyle berfungsi sebagai pusat pertumbuhan yang

7
penting untuk ramus dan tubuh mandibula. Sebagian tulang rawan yang berbentuk

konus akan digantikan dengan tulang pada pertengahan kehidupan fetus; tetapi ujung

atasnya tetap ada sampai dewasa, berfungsi sebagai tulang rawan pertumbuhan dan

tulang rawan artikular. Perubahan pada posisi mandibula dan bentuknya

berhubungan dengan arah dan besar pertumbuhan condyle. Kecepatan pertumbuhan

1
condyle bertambah pada masa pubertas, puncaknya antara 12 2 - 14 tahun dan

normalnya, terhenti pada usia 20 tahun. Namun, adanya tulang rawan yang terus

menerus akan bermanfaat untuk pertumbuhan, yang dapat dilihat pada kelainan

pertumbuhan seperti akromegali.

Bentuk dan ukuran mandibula fetus yang kecil akan mengalami perubahan

selama pertumbuhan dan perkembangan. Ramus asenden mandibula neonatal, rendah

dan lebar, prosesus koronoidnya cukup besar dan menonjol ke atas condyle;

tubuhnya merupakan kepompong terbuka yang mengandung benih dan sebagian

mahkota gigi susu; kanalis mandibularis berjalan cukup rendah pada tubuh.

Pemisahan awal dari tubuh kiri dan kanan mandibula pada garis tengah simpisis

menti garis tengah, perlahan-lahan hilang antara bulan ke-4 12 postnata, ketika

osifikasi merubah sindesmosis menjadi sinostosis, menggabungkan kedua bagian

tersebut.

8
Gambar D.1 Skema unit skeletal mandibula.

Walaupun mandibula pada orang dewasa, berupa tulang tunggal, secara

perkembangan dan fungsional, dapat dibagi menjadi beberapa unit skeletal. Tulang

basal dari tubuh membentuk satu unit, tempat melekatnya prosessus alveolar,

koronoid, angular dan condylar serta dagu. Masing-masing unit skeletal ini pola

pertumbuhannya dipengaruhi oleh matrik fungsional untuk unit alveolar; aksi otot

temporalis mempengaruhi prosessus koronoid; otot maseter dan pterigoid medial

berpengaruh pada sudut dan ramus mandibula, dan pterigoid lateral mempengaruhi

prosessus condylar. Fungsi lidah dan otot perioral, serta perluasan rongga mulut dan

faring, menimbulkan rangsang untuk pertumbuhan mandibula, agar mencapai potensi

maksimal. Dari tulang-tulang wajah, mandibula adalah tulang yang mengalami

pertumbuhan postanal paling besar dan mencerminkan variasi morfologi terbesar.

Pertumbuhan yang terbatas terjadi pada simpisis menti sampai terjadi

penggabungan. Daerah utama dari pertumbuhan mandibula postnatal adalah pada

tulang rawan condylar, tepi belakang ramus dan ridge alveolar. Daerah-daerah

deposisi tulang ini berperan pada penambahan panjang, tinggi dan lebar mandibula.

Namun, selain pertumbuhan dasar ini, juga ada berbagai perubahan-perubahan

9
remodeling regional, yang terkena pengaruh fungsional lokal yang mencakup

resorpsi selektif dan pergeseran elemen-elemen mandibula.

Gambar D.2 Skema pertumbuhan mandibula dengan mandibula fetus


yang dibandingkan dengan mandibula dewasa.

Tulang rawan condyle mandibula memiliki peran ganda dari tulang rawan

artikular pada sendi temporomandibular, ditandai dengan lapisan permukaan

fibrokartilage dan sebagai analogus pertumbuhan tulang rawan terhadap bidang

epipiseal pada tulang panjang, ditandai dengan lapisan tulang rawan hipertropi yang

lebih dalam. Proliferasi aposisional subartikular dari tulang rawan dalam kepala

condyle, merupakan dasar pertumbuhan core medula dari tulang endokondral,

permukaan luarnya merupakan tempat terbentuknya kortek tulang intramembranosis.

Tulang rawan yang sedang bertumbuh dapat berfungsi sebagai matrik fungsional

untuk meregangkan periosteum, merangsang penambahan panjang periosteum untuk

membentuk tulang intramembranosis di baliknya. Asal histologi medula dan kortek

yang berbeda, berpengaruh pada penggabungannya. Pembentukan tulang dalam

kepala condyle akan menyebabkan ramus mendibula bertumbuh ke atas dan ke

10
belakang, menggeser seluruh mandibula ke arah bawah dan depan. Resorpsi tulang di

dekat kepala condyle berperan dalam penyempitan leher condyle. Perlekatan otot

pterigoid lateral pada leher dan pertumbuhan serta aksi otot lidah serta kunyah,

merupakan gaya fungsional yang berperan pada tahap pertumbuhan mendibula ini.

Setiap kerusakan pada tulang rawan condyle akan mengganggu pertumbuhan

dan pergeseran normal ke bawah dan ke depan dari mandibula; baik bilateral maupun

unilateral, sesuai dengan sisi yang rusak. Sehingga mengakibatkan terjadinya

penyimpangan mandibula ke lateral dan berbagai derajat mikrognasia, maloklusi.

Pada bayi, condyle mandibula miring hampir horizontal, sehingga

pertumbuhan condyle menyebabkan bertambah panjangnya mandibula, bukan

penambahan tinggi. Karena divergensi posterior dari kedua bagian tubuh mandibula

(berbentuk V), pertumbuhan pada kepala condyle dari ramus yang sangat lebar serta

tergeser akan menimbulkan pelebaran tubuh mandibula, yang bersama dengan

remodeling menyesuaikan diri dengan pelebran dasar kranial. Tidak mungkin terjadi

pelebaran intersisial dari mandibula pada simpisis menti yang sudah saling

bergabung, setelah tahun pertama selain dari aposisi tulang.

Deposisi tulang terjadi pada tepi belakang ramus, disertai dengan resorpsi

pada tepi depan, untuk mempertahankan proporsi ramus dan menggerakannya

kembali ke belakang dalam hubungannya dengan tubuh mandibula. Deposisi:

resorpsi ini akan meluas sampai ke prosessus koronoid, mengenai mandibular notch

dan resorpsi yang semakin besar dari foramen mandibula ke posterior, akan ikut

berperan pada pembentukan bidang lingula yang lebih ke depan. Perlekatan otot

elevasi dari otot kunyah pada permukaan bukal dan lingual ramus, dan terhadap

11
sudut mandibula serta prosessus koronoid akan mempengaruhi ukuran dan proporsi

elemen-elemen mandibula ini.

Gambar D.3 Mandibula neonatal (atas), seorang anak berumur 4 tahun


(tengah) dan orang dewasa (bawah), yang menunjukan lebar bagian
depan tubuh mandibula yang konstan, tetapi dengan perluasan ke lateral
dari ramus.

Pergeseran ke belakang dari ramus, akan merubah tulang ramal menjadi

bagian belakang tubuh mandibula. Dengan cara ini, tubuh mandibula akan

memanjang, daerah posterior molar akan bergerak ke depan ke daerah premolar dan

kanainus. Hal ini berarti terbentuknya ruang tambahan untuk erupsi gigi-gigi molar,

yang ketiganya berasal dari pertemuan ramus tubuh. Pergeseran ke depan dan

perpindahan ramal ke belakang, akan memanjangkan daerah molar mandibula.

Pergeseran ke depan dari tubuh mandibula yang sedang bertumbuh akan

merubah arah foramen mentalis selama masa bayi dan anak-anak. Bundel

neurovaskular mentalis keluar dari mandibula dengan sudut tegak lurus atau bahkan

dengan arah sedikit ke depan pada saat lahir. Pada masa dewasa, foramen mentalis
12
(dan kandungan neurovaskularnya) bergeser ke belakang. Perubahan ini dapat

dianggap sebagai akibat petumbuhan tubuh mandibula ke depan, dengan bundel

neurovaskular yang ikut terseret. Faktor lain yang ikut berperan adalah kecepatan

pertumbuhan tulang dan periosteal yang berbeda-beda. Yang terakhir ini, melalui

perlekatannya yang kuat terhadap condyle dan perlekatannya yang longgar terhadap

tubuh mandibula, akan bertumbuh lebih lambat daripada tubuh, yang bergeser ke

depan di bawah periosteum. Perubahan arah foramen memiliki dampak klinis pada

penyuntikan anestesi lokal di saraf mentalis; pada masa bayi dan anak-anak, jarum

dapat diletakan tegak lurus terhadap tubuh mandibula agar masuk ke foramen

mentalis, sedang pada orang dewasa, jarum harus diletakan oblik dari belakang.

Letak foramen mentalis juga merubah hubungan vertikalnya dalam tubuh

mandibula, dari masa bayi sampai lanjut usia. Bila ada gigi-gigi, foramen mentalis

terletak di pertengahan antara tepi atas dan bawah mandibula. Pada mandibula tidak

bergigi, kurang memiliki ridge alveolar, foramen mentalis terlihat didekat tepi atas

mandibula yang tipis.

Prosessus alveolar terbentuk sebagai pelindung terhadap benih gigi dan akan

berbayang pada tulang basal tubuh mandibula, serta termanifestasi sebagai lereng

yang meluas ke lingual ke ramus untuk tempat molar ketiga. Tulang alveolar gagal

terbentuk bila gigi-gigi tidak ada dan akan teresorpsi sebagai respon terhadap

pencabutan gigi. Gerak ortodonti dari gigi-gigi terjadi pada tulang alveolar yang

labil, baik di rahang atas maupun bawah, dan tidak meluas ke tulang basal di

bawahnya.

13
Gambar D.4 Gambar lateral dari mandibula pada masa bayi, dewasa dan
tua, menunjukan pengaruh tulang alveolar pada kontur tubuh mandibula.
Perubahan obliksitas sudut mandibula. Letak foramen mentalis yang
bervariasi dalam hubungannya dengan tepi atas tubuh mandibula.

Dagu, yang terbentuk sebagian dari osikel mentalis tulang rawan asesoris dan

ujung ventral tulang rawan Meckel, kurang berkembang dengan baik pada bayi.

Dagu terbentuk sebagai unit terpisah dari mandibula, dipengaruhi oleh jenis kelamin

serta faktor genetik khusus. Perbedaan jenis kelamin pada daerah simpiseal

mendibula tidak terlihat jelas, sampai tanda-tanda jenis kelamin sekunder yang lain

terbentuk. Jadi, dagu baru terlihat jelas pada masa remaja, dari perkembangan

protuberan mentalis dan tuberkel. Bila dagu yang kecil terdapat pada orang dewasa

dari kedua jenis kelamin, dagu yang besar merupakan ciri khas kejantanan. Unit

skeletal dagu mungkin merupakan pencerminan dari gaya fungsional yang berasal

dari otot pterigoid lateral, yaitu dalam menarik mandibula ke depan, stress tidak

langsung pada daerah simpiseal mentalis, melalui tarikan ke dalam. Bantalan tulang

untuk menahan tekanan otot, yang lebih kuat pada pria, tercermin pada dagu pria

yang lebih menonjol. Dagu protrusif merupakan trait unik manusia, kurang terlihat

pada primata lain dan hominid.


14
Protuberan mentalis terbentuk melalui deposisi tulang selama masa anak-

anak. Tonjolan lebih dipertegas melalui resorpsi tulang di daerah alveolar di atasnya,

membentuk cekungan supramentalis yang disebut titik B pada terminologi ortodonti.

Dagu yang kurang berkembang disebut mikrogenia.

Eksostosis yang bersifat genetik pada permukaan lingual tubuh mandibula,

torus mandibularis, terbentuk, biasanya bilateral, pada daerah kaninus-premolar.

Torus ini tidak berhubungan dengan perlekatan otot atau matrik fungsional manapun.

Selama masa kehidupan fetus, ukuran relatif dari maksila dan mandibula

sangat bervariasi. Pada mulanya, mandibula lebih besar dari maksila, suatu dominasi

akan berkurang nantiya melalui perkembangan maksila yang lebih besar; pada

minggu ke-8, maksila akan menyamai mandibula. Pertumbuhan mandibula yang

lebih besaar pada minggu ke-11. Pertumbuhan mandibula berhenti pada minggu ke

13-20, karena berubahanya tulang rawan Meckel menjadi tulang rawan condyle

sekunder sebagai pertumbuhan terbesar dari rahang bawah. Pada waktu lahir, maksila

cenderung retrognati terhadap maksila, walaupun kedua rahang ini mungkin

memiliki ukuran yang sama. Keadaan retrognati ini normalnya hilang pada masa

postnatal melalui pertumbuhan mandibula yang cepat dan pergeseran ke depan untuk

mendapat hubungan ortognasia, atau hubungan maksilo-mandibula klas I angel.

Pertumbuhan mandibula yang kurang sempurna menghasilkan hubungan kas III

angle. Mandibula dapat tumbuh lebih panjang daripada maksila.

E. Kelainan Perkembangan

15
Mandibula dapat kecil atau tidak ada pada keadaan agnasia yang

mencerminkan kurangnya jaringan neural crest pada bagian bawah wajah. Aplasia

mandibula dan tulang hioid (sindrom lengkung pertama dan kedua) merupakan

keadaan letal yang jarang terjadi dengan berbagai cacat orbit dan maksila. Telinga

dan osikel auditori yang berkembang dengan baik, serta letaknya ke bawah pada

sindrom ini, menunjukan adanya nekrosis ischemia dari mandibula dan tulang hioid

yang terjadi setelah perkembangan telinga.

Mikrognasia, mandibula kerdil, merupakan tanda dari berbagai sindrom,

termasuk sindrom Piere Robin dan cat cry (cri du chat), mandibula disostosis

(sindrom Treacher Collin), progeria, Down Sindrom (trisomi 21),

okulomandibulodisephali (sindrom Hallerman Streiff) dan Turner sindrom (XO

komplemen jenis kelamin-kromosom).

Mekanisme dismoporgenik sentral dari pembentukan neural crest yang

terganggu, migrasi, atau kerusakan ikut beperan pada terjadi hipoplastik mandibula.

Jaringan neural crest yang terlalu sedikit atau tidak ada di sekitar cup optik, akan

menimbulkan ruang kosong sehingga terbentuk pit optik, umumnya di dekat

lengkung brankhial kedua, bergeser ke kranial ke lengkung pertama-ketiga dan

telinga akan terletak di atas sudut mandibula. Derivat ektomesensim yang kurang

sempurna, terutama tulang sigomatik, maksila dan mandibula, umumnya hipoplastik,

menimbulkan berbagai bentuk wajah yang khas untuk sindrom-sindrom ini.

Pada sindrom Piere Robin, mandibula yang kurang berkembang biasanya

menunjukan perkembangan yang lebih baik pada masa anak; pada mandibula

distosis, mandibula yang kurang baik bertahan sepanjang pertumbuhan; pada

agenesis ramus mandibula unilateral, kelainan akan bertambah berat bersama dengan

16
berjalannya usia. Mikrosomia hemifasial (sindrom Goldenhar) juga menjadi lebih

parah dengan pertumbuhan yang terlambat.

Variasi bentuk condyle juga dapat terjadi, diantaranya adalah bifid condyle

atau condyle ganda yang berasal dari tetap adanya septum yang memisahkan tulang

rawan condylar fetal.

Makrognasia, menimbulkan prognatism, biasanya memiliki sifat turunan,

tetapi fenomena pertumbuhan abnormal seperti hiperpituitarism juga dapat

menimbulkan pertumbuhan mandibula yang berlebihan, yang makin parah dengan

berjalannya usia. Hipertropi hemifasial kongenital, terlihat pada saat lahir, cenderung

lebih jelas terlihat pada masa remaja. Pembesaran unilateral dari mandibula, fosa

mandibula dan gigi-gigi, belum diketahui penyebabnya. Suatu keadaan yang lebih

sering kita jumpai adalah hiperplasia condyle unilateral, yang terisolir.

DAFTAR PUSTAKA

17
T.W. Sadler. 2009. Medical Embryology Langman. 10th ed. Jakarta: EGC

G.H. Sperber. 2001. Craniofacial Development. London: BC Decker Inc

Avery, J.K. 2002; Oral Development and Histology, Thieme, New York

Bishara, E.S., 2001; Textbook of Orthodontics., W.B. Saunders Co., Philadelphia

Moyers, R.E. et al., 2001; Handbook of Orthodontics., Medical Publishers Year Book

Inc., USA

18

Anda mungkin juga menyukai