Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Blefaritis merupakan inflamasi kronis kelopak mata yang umum


terjadi. Kadang dikaikan dengan infeksi stafilokokus kronis. Kondisi ini
menyebabkan debris skuamosa, inflamasi tepi kelopak mata, kulit, dan folikel
bulu mata (blefaritis anterior). Kelenjar Meibom dapat terkena secara tersendiri
(penyakit kelenjar Meibon atau blefaritis posterior) (Bruce James, Chris Chew, Antho
Bron. 2005).

Blefaritis menyebabkan kemerahan dan penebalan, bisa juga sisik dan


keropeng atau luka terbuka yang dangkal pada kelopak mata. Jika keropeng
dilepaskan, bisa terjadi perdarahan. Selama tidur, sekresi mata mengering sehingga
ketika bangun kelopak mata sukar dibuka. Mata dan kelopak mata terasa gatal,
panas dan menjadi merah sehingga terjadi pembengkakan kelopak mata dan
beberapa helai bulu mata rontok. (Potter & Perry, 2005).

Blefaritis terbagi menjadi anterior (mempengaruhi tepi anterior dan bulu


mata) dan posterior (mempengaruhi kelenjar meibom). Blefaritis adalah salah satu
gangguan kelopak mata yang paling umum sering dikaitkan dengan gangguan film air
mata. Hal ini lebih umum sering terjadi pada wanita muda. Salah satu yang paling
menyertai gejalanya madarosis yang terinfeksi. Infeksi Staphylococcus dikaitkan
dengan madarosis, poliosis dan trichiasis dari bulu mata. Blefaritis ditandai dengan
peradangan pada tepi kelopak mata. Hal itu dapat menyebabkan mata merah, gatal,
dan iritasi kelopak mata pada satu atau kedua mata. Blefaritis juga dapat
menyebabkan terjadinya konjungtivitis dan sifatnya terulang (Osaiyuwu dan Ebeigbe,
2010).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi

Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta


mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk tear film di depan kornea
serta menyebarkan tear film yang telah diproduksi ini ke konjungtiva dan kornea.
Palpebra merupakan alat penutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata
terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan mata, karena kelopak mata juga
berfungsi untuk menyebarkan tear film ke konjungtiva dan kornea. (Ilyas S,
Yulianti S, 2015).

Gambar 1. Anatomi Kelopak Mata

Pada kelopak mata terdapat bagian: (Vaughan, D, 2003)

a. Satu lapisan permukaan kulit. Tipis dan halus, dihubungkan oleh jaringan ikat
yang halus dengan otot yang ada dibawahnya, sehingga kulit dengan mudah
dapat digerakkan dari dasarnya. Dengan demikian, maka edema dan
perdarahan mudah terkumpul disini, sehingga menimbulkan pembengkakan
palpebra.
b. Kelenjar seperti kelenjar sebasea, kelenjar moll atau kelenjar keringat,
kelenjar zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar meibom pada tarsus dan
bermuara pada tepi kelopak mata
c. Otot seperti :
1. M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di M. Orbikularis Okuli yang
berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak di
bawah kulit kelopak. M. Orbikularis berfungsi menutup bola mata
yang dipersarafi N. fasialis.
2. M. Riolani. Otot yang ada di pinggir kelopak mata. Bersamaan dengan
M.Orbikularis Okuli berfungsi untuk menutup mata
3. M. Levator Palpebra berjalan kearah kelopak mata atas dan berinsersi
pada lempeng tarsal. Otot ini dipersarafi oleh saraf ketiga (okulomotor).
Kerusakan pada saraf ini atau perubahan-perubahan pada usia tua
menyebabkan jatuhnya kelopak mata (ptosis) yang berfungsi untuk
mengangkat kelopak mata atau membuka mata
4. M. Mulleri, terletak di bawah tendon dari M. Levator Palpebra.
Inervasinya oleh saraf simpatis, guna M. Levator Palbebra dan M.
Mulleri untuk mengangkat palpebra
d. Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan yang rapat dengan
sedikit jaringan elastin. Gunanya untuk memberi bentuk kepada palpebra.
e. Rambut

Definisi

Blefaritis ada suatu keradangan. Blefaritis adalah suatu peradangan subakut


atau menahun tepi kelopak mata. Blefaritis ditandai dengan pembentukan minyak
berlebihan dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang
disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit. (Ilyas S, Yulianti
S, 2015).
Blefaritis merupakan inflamasi kronis kelopak mata yang umum terjadi.
Kadang dikaitkan dengan infeksi stafilokokus kronis. Kondisi ini menyebabkan
debris skuamosa, inflamsi tepi kelopak mata, kulit, dan folikel bulu mata
(blefaritis anterior). Kelenjar Meibom dapat terkena secara tersendiri (blefaritis
posterior).(James Bruce, 2006)

Gambar 2. Radang pada kelopak mata (blefaritis) dan disfungsi kelenjar meibomian

Etiologi

Blefaritis di sebabkan oleh infeksi dan alergi berjalan kronis atau menahun.
Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia iritatif, dan bahan
kosmetik. Infeksi kelopak disebabkan kuman streptococcus alfa atau beta,
pneumococcus, dan pseudomonas. Demodex folliculorum selain dapat merupakan
penyebab merepukan vector untuk terjadinya infeksi staphylococcus. (Ilyas S,
Yulianti S, 2015).

Klasifikasi

Berdasarkan letaknya, blefaritis dibagi menjadi:

1. Blefaritis anterior: blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian luar, tempat
dimana bulu mata tertanam. Blefaritis anterior biasanya disebabkan oleh
infeksi bakteri (stafilokokusblefaritis) atau ketombe di kepala danalis mata
(blefaritis seboroik). Walaupun jarang, dapat juga disebabkan karena alergi.
(Kanski JJ, 2011)
Gambar 3. Blefaritis anterior
2. Blefaritis posterior: blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian
dalam, bagian yang kontak langsung dengan bola mata. Blefaritis posterior
dapat disebabkan karena produksi minyak oleh kelenjar di kelopak
mata yang berlebihan (blefaritis meibom) yang akan mengakibatkan
terbentuknya lingkungan yang diperlukan bakteri untuk bertumbuh. Selain itu,
dapat pula terjadi karena kelainan kulit yang lain seperti jerawat atau
ketombe. (Kanski, JJ, 2011)

Gambar 4. Blefaritis Posterior

Klasifikasi berdasarkan penyebabnya

A. Blefaritis bakterial
1. Blefaritis superfisial
Bila infeksi kelopak superfisial disebabkan oleh staphylococcus maka
pengobatan yang terbaik adalah dengan salep antibiotic seperti
sulfasetamid dan sulfisoksazol. Sebelum pemberian antibiotik krusta
diangkat dengan kapas basah. Bila terjadi blefaritis menahun maka
dilakukan penekanan manual kelenjar Meibom untuk mengeluarkan nanah
dari kelenjar Meibom (Meibormianitis), yang biasanya menyertai. (Ilyas
S, Yulianti S, 2015).
2. Blefaritis seboroik
Blefaritis seboroik merupakan peradangan menahun yang sukar
penanganannya. Biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 tahun),
dengan keluhan mata kotor, panas dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah
sekret yang keluar dari kelenjar meibom, air mata berbusa pada kantus
lateral, hiperemia dan hipertropi papil pada konjungtiva. Pada kelopak
dapat terbentuk kalazion, hordeolum, madarosis, poliosis dan jaringan
keropeng.Pengobatannya adalah dengan memperbaiki kebersihan dan
membersihkan kelopak dari kotoran. Dilakukan pembersihan dengan
kapas lidi hangat. Kompres hangat selama 5-10 menit. Kelenjar Meibom
ditekan dan dibersihkan dengan shampo bayi. Penyulit yang dapat timbul
berupa flikten, keratitis marginal, ulkus kornea, vaskularisasi, hordeolum,
dan madarosis. (Ilyas S, Yulianti S, 2015).

Gambar 5. Blefaritis Seboroik


3. Blefaritis Skuamosa
Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama atau
krusta pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan
terjadinya luka kulit. Merupakan peradangan tepi kelopak terutama yang
mengenai kulit didaerah akar bulu mata dan sering terdapat pada orang
yang berambut minyak. Blefaritis ini berjalan bersama dermatitis
seboroik. Penyebab blefaritis skuamosa adalah kelainan metabolik
ataupun oleh jamur. Pasien akan merasa panas dan gatal. Pengobatannya
ialah dengan membersihkan tepi kelopak dengan shampoo bayi, salep
mata, dan steroid setempat disertai dengan memperbaiki metabolisme
pasien. Penyulit yang dapat terjadi antara lain: keratitis, konjungtivitis.
(Ilyas S, Yulianti S, 2015).
4. Blefaritis Ulseratif
Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak
akibat infeksi staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng
berwarna kekunung-kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang
kecil dan mengeluarkan darah di sekitar bulu mata. Pada blefaritis ulseratif
skuama yang terbentuk bersifat kering dan keras, yang bila diangkat akan
luka dengan disertai perdarahan. Penyakit bersifat sangat infeksius
Ulserasi berjalan lebih lanjut dan lebih dalam dan merusak folikel rambut
sehingga mengakibatkan rontok(madarosis). (Ilyas S, Yulianti S, 2015).
Pengobatan dengan antibiotik dan higiene yang baik. Pengobatan pada
blefaritis ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin.
Biasanya disebabkan staphylococcus maka diberi obat staphylococcus.
Apabila ulseratif luas pengobatan harus ditambah antibiotik sistemik dan
diberi roboransia.Penyulit adalah madarosis akibat ulserasi berjalan lanjut
yang merusak folikel rambut, trikiasis, keratitis superfisial, keratitis
pungtata, hordeolum dan kalazion. Bila ulkus kelopak ini sembuh maka
akan terjadi tarikan jaringan parut yang juga dapat berakibat trikiasis.
(Ilyas S, Yulianti S, 2015).
5. Blefaritis Angularis
Blefaritis angularis merupakan infeksi pada tepi kelopak disudut
kelopak mata atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut
kelopak mata (kantus eksternus dan internus) sehingga dapat
mengakibatkan gangguan pada fungsi punctum lakrimal. Blefaritis
angularis disebabkan oleh Moraxella lacunata atau Staphylococcus aureus
meskipun bakteri lain atau sangat jarang herpes simplex juga terlibat.
Seringkali gejala yang muncul adalah kemerahan pada salah satu
tepi kelopak mata, bersisik, maserasi dan kulit pecah-pecah di kantus
lateral dan medial, juga dapat terjadi konjungtivitis folikuler dan papil.
Biasanya kelainan ini bersifat rekuren. Blefaritis angularis diobati
dengan sulfa (kloramfenikol, eritromisin), tetrasiklin dan seng sulfat.
Penyulit terjadi pada punctum lakrimal bagian medial sudutmata yang
akan menyumbat duktus lakrimal. (Ilyas S, Yulianti S, 2015).

Gambar 6. Blefaritis Angularis


6. Meibomianitis
Merupakan infeksi pada kelenjar Meibom yang akan mengakibatkan
tanda peradangan lokal pada kelenjar tersebut. Meibomianitis
menahun perlu pengobatan kompres hangat, penekanan dan pengeluaran
nanah dari dalam berulang kali disertai antibiotik lokal. (Ilyas S, Yulianti
S, 2015).

Gambar 7. Meibomianitis
B. Blefaritis virus
1. Herpes zoster
Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion gaseri
saraf trigeminus. Bila yang terkena ganglion cabang oftalmik maka akan
terlihat gejala-gejala herpes zoster pada mata dan kelopak mata atas.
Gejala tidak akan melampaui garis median kepala dengan tanda-tanda
yang terlihat pada mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena dan
badan berasa demam. Pada kelopak mata terlihat vesikel dan infiltrat pada
kornea bila mata terkena. Lesi vesikel pada cabang oftalmik saraf
trigeminus superfisial merupakan gejala yang khusus pada infeksi herpes
zoster mata. Pengobatan hanya asimtomatik; steroid superfisial untuk
mengurangi gejala radang dan analgesik untuk mengurangi rasa sakit.
Penyulit yang mungkin terjadi adalah uveitis, parese otot penggerak mata,
glaukoma dan neuritis optic. (Ilyas S, Yulianti S, 2015).
2. Herpes simplek
Vesikel kecil dikelilingi eritema yang dapat disertai dengan
keadaan yang sama pada bibir merupakan tanda herpes simpleks kelopak.
Dikenal bentuk blefaritis simpleks yang merupakan radang tepi kelopak
ringan dengan terbentuknya krusta kuning basah pada tepi bulu mata, yang
mengakibatkan kedua kelopak lengket. Tidak terdapat pengobatan spesifik
pada penyakit ini. Bila terdapat infeksi sekunder dapat diberikan antibiotic
sitemik atau topikal. (Ilyas S, Yulianti S, 2015).
3. Vaksinia
Pada infeksi vaksinia akan terdapat kelainan pada kelopak berupa
pustula dengan indentasi pada bagian sentral. Tidak terdapat pengobatan
spesifik untuk kelainan ini. (Ilyas S, Yulianti S, 2015).
4. Moluskum kontagiosum
Moluskum kontagiosum pada kelopak akan terlihat sebagai benjolan
dengan penggaungan ditengah yang biasanya terletak di tepi kelopak.
Dapat ditemukan kelainan berupa konjungtivitis yang bentuknya seperti
konjungtivitis inklusi klamidia atau trakoma. Pengobatan moluskum tidak
ada yang spesifik atau dilakukan ekstirpasi benjolan, antibiotic local
diberikan untuk mencegah infeksi sekunder. (Ilyas S, Yulianti S, 2015).
C. Blefaritis jamur
1. Infeksi superficial
Biasanya diobati dengan griseofulvin terutama efektif untuk
epidermomikosis, diberikan 0.5-1 gram sehari dengan dosis tunggal atau
dibagi rata diteruskam 1-2 minggu. Kandida dengan nistatin topikal
100.000 unit per gram. (Ilyas S, Yulianti S, 2015).
2. Infeksi jamur profundus
Pengobatan menggunakan obat sistemik. Actinomyces dan Nocardia
efektif menggunakan sulfonamid, penicillin atau antibiotik spektrum luas.
Spesies lain bisa digunakan Amfoterisin B dimulai dengan 0.05-
0.1mg/kgBB iv lambat 6-8 jam dilarutkan dekstrose 5% dalam air. (Ilyas
S, Yulianti S, 2015).
D. Phitiriasis palpebrarum
Phthirus pubis sebenarnya hidup di rambut pubis. Seseorang yang
terinfeksi kutu dapat kedaerah lain yang berambut seperti axila, dada atau
bulu mata. Pitiriasis palpebarum merupakan kutu dari bulu mata yang
biasanya menjangkiti anak-anak yang hidup ditempat yang memiliki higinitas
yang buruk.(Kanski JJ, 2011).

Gambar 8. Phitiriasis palpebrarum

Gejala meliputi iritasi kronis dan gatal pada kelopak mata. Ditandai
oleh kutu yang menempel kebulu mata. Telur dan kulitnya yang kosong
muncul seperti bentuk oval, coklat, keputihan seperti mutiara dan melekat
pada dasar cilia. Konjungtivitis tidak lazim ditemukan.(Kanski JJ, 2011)
Kutu diangkat beserta bulu mata secara mekanik dengan menggunakan
pinset, lalu diberikan topikal yellow mercuric oxide 1% atau petroleum jelly
pada bulu mata dan kelopak mata dua kali sehari selama 10 hari.
Menghilangkan kutu pada pasien, keluarga, baju dan tempat tidur penting
untuk menghindari kekambuhan.(Kanski JJ, 2011)
Penatalaksanaan
Sebuah penanganan yang sistematis dan jangka panjang dalam menjaga
kebersihan kelopak mata adalah dasar dari pengobatan blefaritis.
Banyak sistem mengenai kebersihan kelopak mata, dan semua ini termasuk
variasi dari 3 langkah penting: .(Kanski JJ, 2011)
1. Aplikasi panas untuk menghangatkan sekresi kelenjar kelopak mata dan untuk
memicu evakuasi dan pembersihan dari bagian sekretorik. Pasien umumnya
diarahkan untuk menggunakan kompres hangat basah dan menerapkannya pada
kelopak berulang kali. Air hangat di handuk, kain kassa direndam atau dimasak
dengan microwave, kain yang telah direndam dan hangat dapat digunakan. Pasien
harus diinstruksikan untuk menghindari penggunaan panas yang berlebihan.
2. Tepi kelopak mata dicuci secara mekanis untuk menghilangkan bahan yang
menempel, seperti ketombe, dan sisik, juga untuk membersihkan lubang kelenjar.
Hal ini dapat dilakukan dengan handuk hangat atau dengan kain kasa. Harus
diperhatikan untuk menggosok-gosok lembut atau scrubbing dari tepi kelopak
mata itu sendiri, bukan kulit kelopak atau permukaan konjungtiva bulbi.
Menggosok kuat tidak diperlukan dan mungkin berbahaya.
3. Salep antibiotik pada tepi kelopak mata setelah direndam dan digosok. Umum
digunakan adalah salep eritromisin atau sulfacetamide. Salep antibiotik
kortikosteroid kombinasi dapat digunakan, meskipun penggunaannya kurang tepat
untuk pengelolaan jangka panjang.
Kasus blefaritis sering respons dengan penggunaan antibiotik oral. Satu atau
dua bulan penggunaan tetrasiklin sering membantu dalam mengurangi gejala pada
pasien dengan penyakit yang lebih parah. Tetrasiklin diyakini tidak hanya untuk
mengurangi kolonisasi bakteri tetapi juga untuk mengubah metabolisme dan
mengurangi disfungsi kelenjar.
Disfungsi tear film dapat mendorong penggunaan solusi air mata buatan, salep
air mata, dan penutupan pungtum. Kondisi yang terkait, seperti herpes simplex,
varicella-zoster, atau penyakit kulit staphilokokal, bisa memerlukan terapi
antimikroba spesifik berdasarkan kultur. Penyakit seboroik sering ditingkatkan
dengan penggunaan shampoo dengan selenium, meskipun penggunaannya di sekitar
mata tidak dianjurkan. Dermatitis alergi dapat merespon terapi kortikosteroid topikal.
Konjungtivitis dan keratitis dapat menjadi komplikasi blefaritis dan
memerlukan pengobatan tambahan selain terapi tepi kelopak mata. Campuran
antibiotik-kortikosteroid dapat mengurangi peradangan dan gejala konjungtivitis.
Untuk blefaritis anterior, antibiotik natrium asam fusidic topikal, bacitracin
atau kloramfenikol digunakan untuk mengobati folikulitis akut tetapi terbatas dalam
kasus-kasus lama. Setelah kelopak dibersihkan salep harus digosok ke tepi kelopak
anterior dengan cotton bud atau jari yang bersih. Oral azitromisin (500 mg setiap hari
selama tiga hari) dapat membantu untuk mengontrol penyakit blefaritis ulseratif.9
Pada blefaritis posterior, tetrasiklin sistemik merupakan andalan pengobatan
tetapi tidak boleh digunakan pada anak di bawah usia 12 tahun atau pada wanita
hamil atau menyusui karena disimpan dalam tulang dan gigi tumbuh, dan dapat
menyebabkan noda pada gigi dan hipoplasia gigi (eritromisin adalah alternatif).
Alasan untuk penggunaan tetrasiklin adalah kemampuan untuk memblokir produksi
lipase stafilokokal jauh di bawah konsentrasi penghambatan minimum antibakteri.
Contohnya: Oxytetracycline 250 mg b.d. selama 6-12 minggu, Doksisiklin 100 mg
b.d. selama satu minggu dan kemudian setiap hari selama 6-12 minggu, Minocycline
100 mg sehari selama 6-12 minggu; (pigmentasi kulit dapat berkembang setelah
penggunaan jangka panjang). Erythromicin 250 mg perhari atau b.d digunakan untuk
anak-anak.
Komplikasi
Komplikasi yang paling sering terjadi pada pasien yang menggunakan lensa
kontak. Mungkin sebaiknya disarankan untuk sementara waktu menggunakan alat
bantu lain seperti kaca mata sampai gejala blefaritis benar-benar sudah hilang.
1. Hordeolum: adalah suatu infeksi bakteri pada salah satu kelenjar minyak yang
tersumbat. Hasilnya adalah benjolan yang nyeri di tepi atau di dalam kelopak
mata.
2. Chalazion: Sebuah chalazion atau granuloma konjungtiva terjadi ketika
penyumbatan di salah satu kelenjar minyak menyebabkan kelenjar yang
menjadi membesar dan menimbulkan jaringan parut.
3. Mata merah: blefaritis dapat menyebabkan serangan berulang mata merah
(konjungtivitis).
4. Ulserasi kornea: iritasi yang terus menerus dari kelopak mata yang meradang
atau salah arah bulu mata dapat menyebabkan goresan (ulkus) di kornea.
Blefaritis tidak mempengaruhi penglihatan pada umumnya, meskipun
defisiensi tear film kadang dapat mengaburkan penglihatan, menyebabkan berbagai
derajatpenglihatan berfluktuasi sepanjang hari.1
Prognosis
Kebersihan yang baik (pembersihan secara teratur daerah mata) dapat
mengontrol tanda-tanda dan gejala blefaritis dan mencegah komplikasi. Perawatan
kelopak mata yang baik biasanya cukup untuk pengobatan. Harus cukup nyaman
untuk menghindari kekambuhan, karena blefaritis sering merupakan kondisi kronis.
Jika blefaritis berhubungan dengan penyebab yang mendasari seperti ketombe atau
rosacea, mengobati kondisi-kondisi tersebut dapat mengurangi blefaritis. Pada pasien
yang memiliki beberapa episode blefaritis, kondisi ini jarang sembuh sepenuhnya.
Bahkan dengan pengobatan yang berhasil, kekambuhan dapat terjadi. 1

Anda mungkin juga menyukai