Anda di halaman 1dari 24

Senin, 28 November 2011

PPN dan PPN BM

Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN).


Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai
dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen. Dalam bahasa Inggris,
PPN disebut Value Added Tax (VAT) atau Goods and Services Tax (GST). PPN termasuk
jenis pajak tidak langsung, maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang) yang
bukan penanggung pajak atau dengan kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir) tidak
menyetorkan langsung pajak yang ia tanggung.
Mekanisme pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN ada pada pihak pedagang atau
produsen sehingga muncul istilah Pengusaha Kena Pajak yang disingkat PKP. Dalam
perhitungan PPN yang harus disetor oleh PKP, dikenal istilah pajak keluaran dan pajak
masukan. Pajak keluaran adalah PPN yang dipungut ketika PKP menjual produknya,
sedangkan pajak masukan adalah PPN yang dibayar ketika PKP membeli, memperoleh, atau
membuat produknya.
Indonesia menganut sistem tarif tunggal untuk PPN, yaitu sebesar 10 persen. Dasar hukum
utama yang digunakan untuk penerapan PPN di Indonesia adalah Undang-Undang No.
8/1983 berikut revisinya, yaitu Undang-Undang No. 11/1994 dan Undang-Undang No.
18/2000.

Karakteristik
Pajak tidak langsung, maksudnya pemikul beban pajak dan penanggung jawab atas
pembayaran pajak ke kantor pelayanan pajak adalah subjek yang berbeda.
Multitahap, maksudnya pajak dikenakan di tiap mata rantai produksi dan distribusi.
Pajak objektif, maksudnya pengenaan pajak didasarkan pada objek pajak.
Menghindari pengenaan pajak berganda.
Dihitung dengan metode pengurangan tidak langsung (indirect subtraction), yaitu dengan
memperhitungkan besaran pajak masukan dan pajak keluaran.

Barang tidak kena PPN


Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya,
meliputi:
1. Minyak mentah.
2. Gas bumi.
3. Panas bumi.
4. Pasir dan kerikil.
5. Batu bara sebelum diproses menjadi briket batu bara.
6. Bijih timah, bijih besi, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih perak, dan bijih bauksit.
7. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, meliputi:
Segala jenis beras dan gabah, seperti beras putih, beras merah, beras ketan hitam, atau beras
ketan putih
Segala jenis jagung putih, jagung kuning, jagung kuning kemerahan, atau berondong jagung
Sagu
Segala jenis kedelai, seperti kedelai putih, kedelai hijau, kedelai kuning, atau kedelai hitam,
pecah maupun utuh.
Garam, baik yang beriodium maupun tidak beriodium
Pengertian Pajak Pertambahan Nilai Atas Barang Mewah (PPN BM)
PPnBM merupakan jenis pajak yang merupakan satu paket dalam Undang-undang Pajak
Pertambahan Nilai. Namun demikian, mekanisme pengenaan PPnBM ini sedikit berbeda
dengan PPN. Berdasarkan Pasal 5 Ayat (1) Undang-undang PPN, Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah dikenakan terhadap :
1. penyerahan Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah yang dilakukan oleh Pengusaha
yang menghasilkan Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah di dalam Daerah Pabean
dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya;
2. impor Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah.
Dengan demikian, PPnBM hanya dikenakan pada saat penyerahan BKP Mewah oleh
pabrikan (pengusaha yang menghasilkan) dan pada saat impor BKP Mewah. PPnBM tidak
dikenakan lagi pada rantai penjualan setelah itu. Adapun fihak yang memungut PPnBM tentu
saja pabrikan BKP Mewah pada saat melakukan penyerahan atau penjualan BKP Mewah.
Sementara itu, PPnBM atas impor BKP mewah dilunasi oleh importir berbarengan dengan
pembayaran PPN impor dan PPh Pasal 22 Impor.

Dasar Pertimbangan Pengenaan PPnBM


1. perlu keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang berpenghasilan rendah
dengan konsumen yang berpenghasilan tinggi;
2. perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas Barang Kena Pajak Yang Tergolong
Mewah;
3. perlu adanya perlindungan terhadap produsen kecil atau tradisional;
4. perlu untuk mengamankan penerimaan negara;

Pengertian BKP Mewah


1. bahwa barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok; atau
2. barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu; atau
3. pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi; atau
4. barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status; atau
5. apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral masyarakat, serta mengganggu
ketertiban masyarakat, seperti minuman beralkohol.

Pengertian Tarif BKP Mewah


Berdasarkan Pasal 8 Undang-undang PPN, ditentukan :
1. Tarif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah adalah paling rendah 10% (sepuluh persen) dan
paling tinggi 75% (tujuh puluh lima persen).
2. Atas ekspor Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah dikenakan pajak dengan tarif 0%
(nol persen).
3. Dengan Peraturan Pemerintah ditetapkan kelompok Barang Kena Pajak Yang Tergolong
Mewah yang dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
4. Jenis Barang yang dikenakan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah atas Barang Kena Pajak
Yang Tergolong Mewah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.
Dasar Hukum

a. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang


dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 yang tetap
dinamakan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2002 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang
Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor
18 Tahun 2000.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan Jasa yang
Tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.

d. Peraturan Pemerintah Nomor 145 Tahun 2000 tentang Kelompok Barang Kena
Pajak yang Tergolong Mewah yang Dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 12 Tahun 2006.

e. Peraturan Pemerintah Nomor 146 Tahun 2000 tentang Impor dan atau Penyerahan
Barang Kena Pajak Tertentu dan atau Penyerahan Jasa Kena Pajak Tertentu yang
Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2003.

f. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 tentang Impor dan atau Penyerahan
Barang Kena Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis yang Dibebaskan dari
Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2007.
About

Contact Us

HOME

RESUME

FAQ

SERVICES

Download

Disclaimer

Contact Us

Home PPN Syarat Penyerahan Barang Terutang PPN

Syarat Penyerahan Barang Terutang PPN


Aug 15th, 2014 1 Comment

SYARAT PENYERAHAN BARANG TERUTANG PPN

Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan BKP atau JKP meliputi baik Pengusaha
yang telah dikukuhkan menjadi PKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3A ayat (1) maupun
Pengusaha yang seharusnya dikukuhkan menjadi PKP, tetapi belum dikukuhkan. Dengan
demikian, jika ada pengusaha yang seharusnya dikukuhkan sebagai PKP namun tidak
melaporkan usahanya maka dapat dikukuhkan secara jabatan.

Penyerahan yang dikenai PPN harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: (Penjelasan
pasal 4 ayat (1) huruf a dan c)

1. yang diserahkan merupakan BKP atau JKP;

2. penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean; dan

3. penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.


syarat tersebut sifatnya kumulatif sehingga bila ada satu atau lebih syarat
tersebut tidak terpenuhi maka atas penyerahan tersebut tidak dikenai PPN
BKP adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang
bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud yang dikenai pajak
berdasarkan Undang-undang ini.

Semua barang adalah BKP dan dikenai PPN kecuali jenis barang yang tidak dikenai PPN
yang tercantum dalam Pasal 4A ayat (2) UU PPN.

JKP adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan
hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan atau hak tersedia untuk
dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau
permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan, yang dikenai pajak berdasarkan
Undang-undang ini.

Semua jasa adalah JKP dan dikenai PPN kecuali jasa yang tidak dikenai PPN yang tercantum
dalam Pasal 4A ayat (3) UU PPN.

PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK

Yang termasuk dalam pengertian penyerahan BKP adalah: Pasal 1A ayat (1) UU Nomor 42
Tahun 2009

1. penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian;

2. pengalihan BKP oleh karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian
sewa guna usaha (leasing);

3. penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang;

4. pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-cuma atas BKP;

5. Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut


tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat
pembubaran perusahaan;

6. penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau


penyerahan BKP antar cabang;

7. penyerahan BKP secara konsinyasi; dan

8. penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian pembiayaan yang


dilakukan berdasarkan prinsip syariah,yang penyerahannya dianggap
langsung dari PKP kepada pihak yang membutuhkan BKP.

Yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahan BKP adalah: (pasal 1a angka 1)

1. penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana dimaksud dalam Kitab


Undang-undang Hukum Dagang;
o Yang dimaksud dengan makelar adalah makelar sebagaimana
dimaksuddalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang yaitu
pedagang perantarayang diangkat oleh Presiden atau oleh pejabat
yang oleh Presiden dinyatakan berwenang untuk itu. Mereka
menyelenggarakan perusahaan mereka dengan melakukan
pekerjaan dengan mendapat upah atau provisi tertentu, atas
amanat dan atas nama orang-orang lain yang dengan merekatidak
terdapat hubungan kerja.

2. penyerahan BKP untuk jaminan utang-piutang;

3. Penyerahan BKP sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf f dalam hal
PKP melakukan pemusatan tempat pajak terutang;

o Dalam hal PKP mempunyai lebih dari satu tempat kegiatan usaha,
baik sebagai pusat maupun cabang perusahaan, dan PKP tersebut
telah menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Direktur
Jenderal Pajak, pemindahan BKPdari satu tempat kegiatan usaha ke
tempat kegiatan usaha lainnya (pusat ke cabang atau sebaliknya
atau antar cabang) dianggap tidak termasuk dalam pengertian
penyerahan BKP, kecuali pemindahan BKP antar tempat pajak
terutang.

4. pengalihan BKP dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran,


pemecahan, dan pengambilalihan usaha dengan syarat pihak yang
melakukan pengalihan dan yang menerima pengalihan adalah PKP; dan

o Yang dimaksud dengan pemecahan usaha adalah pemisahan


usaha sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang
mengatur mengenai perseroan terbatas.

5. BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk


diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan,
dan yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan
sebagaimana dimaksuddalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c.

6. Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan,
yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan karena
tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan/atau aktiva
berupa kendaraan bermotor sedan dan station wagon, yang Pajak
Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf c, tidak termasuk dalam pengertian
Penyerahan BKP.

PENYERAHAN JASA KENA PAJAK

Termasuk dalam pengertian penyerahan JKP adalah :

1. setiap kegiatan pemberian JKP


2. JKP yang dimanfaatkan untuk kepentingan sendiri dan/atau

3. JKP yang diberikan secara cuma-cuma.

Incoming search terms:


syarat penyerahan ppnsyarat ppnsyarat suatu penyerahan barang atau jasa
terutang ppnsyarat barang yang dikenai ppnpenyerahan yang dikenakan
ppnsyarat penyerahan jkppenyerahan tidak kena ppnpenyerahan yang d
kenakan ppnpenyerahan yang dikesyara penyeraan ppnmaksud tidak semua
penyerahan barang /jasa merupakan penyerahan bkpsyarat dikenakannya
ppnSyarat syarat yang dikenai ppnkriteria pusat tempat terutang ppnmaksud
dari tidak semua penyerahan barang atau jasa merupakan penyerahan
BKP/JKPsyarat penyerahan barang atau jasa terutang PPN makalahSyarat- syarat
yang harus terpenuhi agar penyerahan narang dikenai Ppnsyarat penyerahan
barang/jasa yang dikenai ppn uu ppn pasal 4syarat Jkpsyarat mutlak terutang
PPNsyarat penyerahan barang kecualisyarat-syarat barang yang dikenai
ppnsyarat penyerahan barang dan jasasyarat penyerahan barang cuma-cuma
dikenai ppnsyarat penyerahan barnag di kenai ppnsyarat penyerahan BKPsyarat
penyerahan dikenakan ppnsyarat syarat dalam penyerahan JKPsyarat
penyerahana barang/jasa yang dikenai ppnsyarat penyerahan terutang
ppnsyarat penyerahan ppn bagaimanasyarat syarat penyerahan barang
kecualiSyarat syarat penyerahan JKPsyarat penyerahan kena ppnsyarat terkena
PPNsyarat penyerahan jasa dapat dikenai ppn ialah4 syarat yg terutang dlm
situsyarat dikenakanPenyerahan barang kena pajak dari pusat ke
cabangpenyerahan barang cabang ke pusat ppnpenyerahan antar cabang
ppnpenggabungan ppn cabangpengertian tidak dikenai ppnpengertian
penyerahan yang terutang ppnpengertian penyerahan ppn terutangpengertian
menurut ppn atas pengabungan peleburan pemekaran pemecahan
pengambilalihanjenis penyerahan yang tidak terutang ppnbarang yang tidak
terutang pajakApa yang dimaksud dengan peleburan dan
penyerahanpenyerahan terutang ppnpenyerahan yang di kenakan PPNsyarat
bisa dikenakan ppnSyarat Barang terkena ppnsyarat barang kena pajaksyarat
barang dikenakan ppnsyarat barang atau jasa dikenakan ppnsyara ppn
terutangsebutkan 3 syarat penyerahan barang dikenai ppnsarat penyerahan
ppnsarat barang yang dikenai PPNpenyerahan yg dikenakan ppnpenyerahan
yang dikenakan PPN/apa saja syarat penerahan barang/jasa yg dikenai PPN
berdasarkan UU PPN pasal 4

Share

Tags:penyerahan bkp dan jkp syarat barang kena ppn syarat dikenakan PPN
syarat kena ppn syarat terutang ppn syarat tidak terutang ppn Transaksi
yang Terutang PPN

Share this post:

Tweet
About drpajak

View all posts by drpajak

Recent Posts

Sunset Policy 2015

06/1/2015 0 Comment

Apakah Jasa Catering dikenakan PPN?

03/16/2015 0 Comment

Lapor SPT Tahunan bagi Pensiunan PNS, TNI/Polri

02/1/2015 0 Comment

Trackbacks

1. Barang dan Jasa yang Tidak Kena PPN

Leave a Comment

Name *
Email *

Website

Submit Comment 596 0

6cbdbfaa43

RSS

GooglePlus

Twitter

Facebook

E-mail Newsletter

Sign up now to receive breaking news and to hear what's new with our website!

dokterpajak dokterpajak en_US Submit

Recent Posts

Sunset Policy 2015

Apakah Jasa Catering dikenakan PPN?

Lapor SPT Tahunan bagi Pensiunan PNS, TNI/Polri

Pembukuan

Pencatatan
Update Twitter

Popular Search Terms

jenis spt

jenis jenis spt

ereg pajak go id

pencabutan ppkp

subjek ppn

ereg pajak

mekanisme ppn

subjek pajak penghasilan

cara menghapus npwp

subjek pajak

Home

KUP

FAQ KUP

Update Pajak

PPN

PPh

2015 dokterpajak.com. All rights reserved.


FacebookTwitterGoogle+PinterestEmailLinkedInRedditTumblrWordPressStumbleU
ponGoogle GmailWhatsAppAIMAmazon Wish ListAOL
MailApp.netBaiduBalatarinBibSonomyBitty BrowserBlinklistBlogger
PostBlogMarksBookmarks.frBox.netBuddyMarksBufferCare2
NewsCiteULikeDeliciousDesign
FloatDiary.RuDiasporaDiggdiHITTDiigoDZoneEvernoteFarkFlipboardFolkdGoogle
BookmarksHacker NewsHatenaInstapaperJamespotKakaoKindle
ItKnownLineLiveJournalMail.RuMendeleyMeneameMixiMySpaceNetlogNetvouzNe
wsVineNUjijOdnoklassnikiOknotizieOutlook.comPinboardPlurkPocketPrintPrintFrie
ndlyProtopage BookmarksPushaQzoneRediff MyPageRenrenSegnaloSina
WeiboSiteJotSlashdotStumpediaSvejoSymbaloo FeedsTuentiTwiddlaTypePad
PostViadeoVKWaneloWebnewsWykopXINGYahoo BookmarksYahoo MailYahoo
MessengerYoolinkYouMobYummly

AddToAny

Copy Protected by Chetans WP-Copyprotect.

Objek Pajak

1. Objek Pajak Pertambahan Nilai

a. penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha;

b. impor Barang Kena Pajak;


c. penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha;

d. pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean;

e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;
atau

f. ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

2. Barang Kena Pajak yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai

a. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya;

b. barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak;

c. makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung,
dan sejenisnya;

d. uang, emas batangan, dan surat-surat berharga.

3. Jasa Kena Pajak yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai

a. jasa di bidang pelayanan kesehatan medik;

b. jasa di bidang pelayanan sosial;

c. jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko;

d. jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi;

e. jasa di bidang keagamaan;

f. jasa di bidang pendidikan;

g. jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan;

h. jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan;

i. jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air;

j. jasa di bidang tenaga kerja;


k. jasa di bidang perhotelan;

l. jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan


secara umum.

4. Objek Pajak Penjualan atas Barang Mewah

a. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor
yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 10%
(sepuluh persen), adalah :

kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, pesawat pemanas, dan


pesawat penerima siaran televisi;

kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga;

kelompok mesin pengatur suhu udara;

kelompok alat perekam atau reproduksi gambar, pesawat penerima siaran


radio;

kelompok alat fotografi, alat sinematografi, dan perlengkapannya.

b. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor
yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 20%
(dua puluh persen), adalah:

kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, pesawat pemanas,


selain yang disebut pada huruf a;

kelompok hunian mewah seperti rumah mewah, apartemen, kondominium,


town house, dan sejenisnya;

kelompok pesawat penerima siaran televisi dan antena serta reflektor


antena, selain yang disebut pada huruf a;
kelompok mesin pengatur suhu udara, mesin pencuci piring, mesin
pengering, pesawat elektromagnetik dan instrumen musik;

kelompok wangi-wangian;

c. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor
yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 30%
(tiga puluh persen), adalah:

kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, sampan dan kano, kecuali
untuk keperluan negara atau angkutan umum;

kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga selain yang disebut pada
huruf a.

d. Kelompok Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah selain kendaraan bermotor
yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 40%
(empat puluh persen), adalah :

kelompok minuman yang mengandung alkohol;

kelompok barang yang terbuat dari kulit atau kulit tiruan;

kelompok permadani yang terbuat dari sutra atau wool;

kelompok barang kaca dari kristal timbal dari jenis yang digunakan untuk
meja, dapur, rias, kantor, dekorasi dalam ruangan atau keperluan
semacam itu;

kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari


logam mulia atau dari logam yang dilapisi logam mulia atau campuran
daripadanya;
kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, sampan dan kano, selain yang
disebut pada huruf c, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan
umum;

kelompok balon udara dan balon udara yang dapat dikemudikan, pesawat
udara lainnya tanpa tenaga penggerak;

kelompok peluru senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk
keperluan negara;

kelompok jenis alas kaki;

kelompok barang-barang perabot rumah tangga dan kantor;

kelompok barang-barang yang terbuat dari porselin, tanah lempung cina


atau keramik;

Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari batu


selain batu jalan atau batu tepi jalan.

e. Kelompok Barang kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor
yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 50%
(lima puluh persen), adalah:

kelompok permadani yang terbuat dari bulu hewan halus;

kelompok pesawat udara selain yang dimaksud pada huruf d, kecuali untuk
keperluan negara atau angkutan udara niaga;

kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga selain yang disebut pada
huruf a dan huruf c;

kelompok senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan
negara.
f. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor
yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 75%
(tujuh puluh lima persen), adalah :

kelompok minuman yang mengandung alkohol selain yang disebut pada


huruf d;

kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari batu


mulia dan/atau mutiara atau campuran daripadanya;

kelompok kapal pesiar mewah, kecuali untuk keperluan negara atau


angkutan umum.

g. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang berupa kendaraan
bermotor yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif
sebesar 10% (sepuluh persen), adalah :

kendaraan bermotor untuk pengangkutan 10 (sepuluh) orang sampai


dengan 15 (lima belas) orang termasuk pengemudi, dengan motor bakar
cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel), dengan semua
kapasitas isi silinder; dan

kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang


termasuk pengemudi selain sedan atau station wagon, dengan motor
bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel) dengan sistem 1
(satu) gandar penggerak (4x2), dengan kapasitas isi silinder sampai
dengan 1500 cc.

h. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang berupa kendaraan
bermotor yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif
sebesar 20% (dua puluh persen), adalah :
kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang
termasuk pengemudi selain sedan atau station wagon, dengan motor
bakar cetus api atau dengan nyala kompresi (diesel/semi diesel), dengan
sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2), dengan kapasitas isi silinder lebih
dari 1500 cc sampai dengan 2500 cc; dan

kendaraan bermotor dengan kabin ganda (Double cabin), dalam bentuk


kendaraan bak terbuka atau bak tertutup, dengan penumpang lebih dari 3
(tiga) orang termasuk pengemudi, dengan motor bakar cetus api atau
nyala kompresi (diesel/semi diesel), dengan sistem 1 (satu) gandar
penggerak (4x2) atau dengan sistem 2 (dua) gandar penggerak (4x4),
dengan semua kapasitas isi silinder, dengan massa total tidak lebih dari 5
(lima) ton.

i. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang berupa kendaraan
bermotor yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif
sebesar 30% (tiga puluh persen), adalah kendaraan bermotor untuk
pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi, berupa:

kendaraan bermotor sedan atau station wagon dengan motor bakar cetus
api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel) dengan kapasitas isi silinder
sampai dengan 1500 cc; dan

kendaraan bermotor selain sedan atau station wagon dengan motor bakar
cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel), dengan sistem 2 (dua)
gandar penggerak (4x4) dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 1500
cc.

j. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang berupa kendaraan
bermotor yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif
sebesar 40% (empat puluh persen), adalah kendaraan bermotor untuk
pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi, berupa :
kendaraan bermotor selain sedan atau station wagon, dengan motor bakar
cetus api, dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2) dengan
kapasitas isi silinder lebih dari 2500 cc sampai dengan 3000 cc;

kendaraan bermotor dengan motor bakar cetus api, berupa sedan atau
station wagon dan selain sedan atau station wagon, dengan sistem 2 (dua)
gandar penggerak (4x4) dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1500 cc
sampai dengan 3000 cc; dan

kendaraan bermotor dengan motor bakar nyala kompresi (diesel/semi


diesel), berupa sedan atau station wagon dan selain sedan atau station
wagon, dengan sistem 2 (dua) gandar penggerak (4x4) dengan kapasitas
isi silinder lebih dari 1500 cc sampai dengan 2500 cc.

k. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang berupa kendaraan
bermotor yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif
sebesar 50% (lima puluh persen) adalah semua jenis kendaraan khusus yang
dibuat untuk golf.

l. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang berupa kendaraan
bermotor yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif
sebesar 60% (enam puluh persen), adalah:

kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi silinder lebih dari
250 cc sampai dengan 500 cc; dan

kendaraan khusus yang dibuat untuk perjalanan di atas salju, di pantai, di


gunung, dan kendaraan semacam itu.

m. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang berupa kendaraan
bermotor yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif
sebesar 75% (tujuh puluh lima persen), adalah :
kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang
termasuk pengemudi, dengan motor bakar cetus api, berupa sedan atau
station wagon dan selain sedan atau station wagon, dengan sistem 1
(satu) gandar penggerak (4x2) atau dengan sistem 2 (dua) gandar
penggerak (4x4) dengan kapasitas isi silinder lebih dari 3000 cc;

kendaraan bermotor pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang


termasuk pengemudi, dengan motor bakar nyala kompresi (diesel/semi
diesel) berupa sedan atau station wagon dan selain sedan atau station
wagon, dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2) atau dengan
sistem 2 (dua) gandar penggerak (4x4), dengan kapasitas isi silinder lebih
dari 2500 cc;

kendaraan bermotor beroda 2 (dua) dengan kapasitas isi silinder lebih dari
500 cc;

trailer, semi-trailer dari tipe caravan, untuk perumahan atau kemah.

n. Kendaraan bermotor yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Penjualan Atas


Barang Mewah adalah:

kendaraan bermotor yang digunakan untuk kendaraan ambulan, kendaraan


jenazah, kendaraan pemadam kebakaran, kendaraan tahanan, dan kendaraan
angkutan umum;

kendaraan bermotor yang digunakan untuk tujuan protokoler kenegaraan;

kendaraan bermotor untuk pengangkutan 10 (sepuluh) orang atau lebih termasuk


pengemudi, dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi
diesel), dengan semua kapasitas isi silinder, yang digunakan untuk kendaraan
dinas TNI atau POLRI;

kendaraan bermotor yang digunakan untuk keperluan patroli TNI atau POLRI.
Subjek dan Objek PPN dan PPN-BM Di Indonesia

a. Subjek PPN dan PPn-BM

Subjek pajak PPN dan PPn-BM adalah pengusaha Kena Pajak yang disingkat PKP. Walaupun

demikian, karena PPn dan PPN-BM merupakan pajak yang tidak langsung maka prinsipnya

beban pajak bisa digeser kepada pihak lain (Text Shifting). Untuk subjek PPN dan PPn-BM

ada dua kategori yaitu :

1) Pengusaha kena pajak (PKP) yang meliputi Pabrikan/Produsen, Pengusaha real estate,

Importir, Indentor. Pengusaha yang mempunyai hubungan yang istimewa dengan pabrikan

dan/importer. Agen utama dan Penyalur utama dari Pabrikan dan atau importir, pemegang

hak paten dan merek dagang, Pemborong / Kontraktor / Sub Kontraktor Bangunan dan harta

tetap lainnya.
2) Pengusaha yang memilih menjadi pengusaha kena pajak yang meliputi eksportir dan

Pedagang yang merupakan Barang Kena Pajak kepada Pengusaha Kena Pajak.

Bukan subjek PPN

1) Pengusaha bidang pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan perkebunan.

2) Pengusaha kecil yaitu pengusaha yang nilai peredaran setahun lebih kecil atau sama dengan

Rp. 240.000.000,- atau Jasa Kena Pajak dengan jumlah peredaran brutonya tidak lebih dari

Rp. 120.000.000,-00

Dari kedua jenis pengusaha yang merupakan Bukan Pengusaha Kena Pajak ini, jika

tidak melaporkan usahanya untuk ditetapkan sebagai pengusaha kecil maka akan

diperlakukan seperti Pengusaha Kena Pajak lainnya.

b. Objek PPN dan PPN-BM

Secara umum dapat dikatakan yang menjadi objek PPN dan PPn-BM adalah Penyerahan

Barang dan Jasa yang perinciannya adalah sebagai berikut:

1) Penyerahan Barang kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak kepada pihak dimanapun juga

dimana dasar pengenaan pajaknya adalah jumlah harga jual. Yang dimaksud dengan Barang

Kena Pajak adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang

bergerak atau barang tidak bergerak sebagai hasil proses pengolahan, sedangakan yang

dimaksud dengan Pengusaha Kena Pajak adalah orang atau badan dalam bentuk apapun yang

dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannnya menghasilkan barang, mengimpor barang,

mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan atau melakukan usaha jasa.

2) Penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha yang memilih menjadi Pengusaha Kena

Pajak kepada Pengusaha Kena Pajak yang dasar pengenaan pajaknya adalah pada jumlah

harga jual. Yang dimaksud dengan pengusaha yang memilih dikukuhkan menjadi Pengusaha

Kena (PMPKP) adalah para eksportir dan pedagang Yang menjual Barang Kena Pajak kepada

Pengusaha Kena Pajak.


3) Penyerahan jasa pembuatan, pemugaran, perbaikan bangunan / kontruksi dan barang tidak

begerak lainnya yang dilakukan oleh pemborong atau kontraktor atau subkontraktor kepada

pihak manapun juga dalam wilayah republic Indonesia yang dasar pengenaan pajaknya

adalah penggantian dari harga borongan atau termin pembayaran dari harga borongan.

Penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan PPN hanyalah jasa bangunan/

kontraktor/subkontraktor termasuk didalamnya pengertian penyerahan jasa untuk

kepentingan sendiri.

4) Impor Barang Kena Pajak yang dilakukan oleh siapapun yang dasar pengenaan pajaknya

adalah nilai impor. Penyerahan barang mewah pada waktu impor maupun pada tingkat

pabrikan, selain dikenakan PPN juga akan dikenakan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPn-

BM).

5) Penyerahan lain-lain seperti masih direncanakan akan adanya PPN atas tanah yang

termasuk dalam kategori tanah terlantar (lahan yang tidak dimanfaatkan untuk kegiatan usaha

atau ekonomi).

6) Penyerahan Barang Kena Pajak yang dilakukan didaerah pabean Republik Indonesia dalam

lingkungan perusahaan atau pekerjaannya termasuk pedagang besar. Yang dimaksud dengan

Pedagang besar adalah pengusaha dengan nama dan Bentuk apapun dalam usaha

perdagangan yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya melakukan penyerahan

Barang Kena Pajak kepada pihak manapun kecuali semata-mata melakukan penyerahan

sebagai pedagang eceran seperti yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1998.

7) Penyerahan Jasa Kena Pajak dilingkungan perusahaan atau pekerjaannya oleh Pengusaha

Kena Pajak kecuali : jasa pelayanan dan peraturan kesehatan, jasa pelayanan social, jasa

pelayanan pos dan giro, jasa perbankan, asuransi, lembaga keuangan bukan bank, jasa

dibidang keagamaan, jasa dibidang pendidikan, jasa bidang kesenian yang tidak komersial,

jasa penyiaran rdio dan televise, jasa angkutan udar luar negri, jasa tenaga kerja dan
penyediaan tenaga kerja, jasa perhotelan dan rumah penginapan, jasa telepon umum/ koin

box seperti yang diatur dalam PP No. 28 tahun 1988.

Pengecualian objek PPN dan PPn-BM

a. Jenis Barang Yang Tidak Dikenakan PPN dan PPn-BM

1. Barang hasil pertanian, hasil perkebunan dan hasil kehutanan yang dipetik langsung, diambil

langsung atau disadap langsung dari sumbernya.

2. Barang hasil peternakan, perburuan / penangkapan, penangkaran yang diambil langsung dari

sumbernya.

3. Barang hasil penangkapan atau budidaya perikanan yang diambil langsung dari sumbernya.

4. Barang hasil pertambangan, penggalian dan pengeboran yang diambil langsung dari

sumbernya.

5. Barang-barang kebutuhan pokok

6. Makanan dan minuman yang disajikan dihotel, restoran, rumah makan dan sejenisnya.

7. Listrik, kecuali listrik perumahan dengan daya diatas 6600 watt.

8. Saham, obligasi, dan surat-surat berharga sejenisnya.

9. Air bersih yang disalurkan melalui pipa.

b. Jenis jasa yang tidak dikenakan PPN dan PPN-BM

1) Jasa dibidang pelayanan medic,

2) Jasa dibidang pelayanan social

3) Jasa dibidang pengiriman surat

4) Jasa dibidang perbankan, asuransi dan sewa guna usaha untuk hak opsi,

5) Jasa dibidang keagamaan

6) Jasa dibidang pendidikan

7) Jasa di bidang Kesenian

8) Jasa di dibidang Penyiaran


9) Jasa di bidang angkutan umum

10) Jasa dibidang tenaga kerja

11) Jasa dibidang perhotelan

12) Jasa dibidang telekomunikasi

Anda mungkin juga menyukai