Karakteristik
Pajak tidak langsung, maksudnya pemikul beban pajak dan penanggung jawab atas
pembayaran pajak ke kantor pelayanan pajak adalah subjek yang berbeda.
Multitahap, maksudnya pajak dikenakan di tiap mata rantai produksi dan distribusi.
Pajak objektif, maksudnya pengenaan pajak didasarkan pada objek pajak.
Menghindari pengenaan pajak berganda.
Dihitung dengan metode pengurangan tidak langsung (indirect subtraction), yaitu dengan
memperhitungkan besaran pajak masukan dan pajak keluaran.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2002 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang
Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor
18 Tahun 2000.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan Jasa yang
Tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 145 Tahun 2000 tentang Kelompok Barang Kena
Pajak yang Tergolong Mewah yang Dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 12 Tahun 2006.
e. Peraturan Pemerintah Nomor 146 Tahun 2000 tentang Impor dan atau Penyerahan
Barang Kena Pajak Tertentu dan atau Penyerahan Jasa Kena Pajak Tertentu yang
Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2003.
f. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 tentang Impor dan atau Penyerahan
Barang Kena Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis yang Dibebaskan dari
Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2007.
About
Contact Us
HOME
RESUME
FAQ
SERVICES
Download
Disclaimer
Contact Us
Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan BKP atau JKP meliputi baik Pengusaha
yang telah dikukuhkan menjadi PKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3A ayat (1) maupun
Pengusaha yang seharusnya dikukuhkan menjadi PKP, tetapi belum dikukuhkan. Dengan
demikian, jika ada pengusaha yang seharusnya dikukuhkan sebagai PKP namun tidak
melaporkan usahanya maka dapat dikukuhkan secara jabatan.
Penyerahan yang dikenai PPN harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: (Penjelasan
pasal 4 ayat (1) huruf a dan c)
Semua barang adalah BKP dan dikenai PPN kecuali jenis barang yang tidak dikenai PPN
yang tercantum dalam Pasal 4A ayat (2) UU PPN.
JKP adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan
hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan atau hak tersedia untuk
dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau
permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan, yang dikenai pajak berdasarkan
Undang-undang ini.
Semua jasa adalah JKP dan dikenai PPN kecuali jasa yang tidak dikenai PPN yang tercantum
dalam Pasal 4A ayat (3) UU PPN.
Yang termasuk dalam pengertian penyerahan BKP adalah: Pasal 1A ayat (1) UU Nomor 42
Tahun 2009
2. pengalihan BKP oleh karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian
sewa guna usaha (leasing);
Yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahan BKP adalah: (pasal 1a angka 1)
3. Penyerahan BKP sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf f dalam hal
PKP melakukan pemusatan tempat pajak terutang;
o Dalam hal PKP mempunyai lebih dari satu tempat kegiatan usaha,
baik sebagai pusat maupun cabang perusahaan, dan PKP tersebut
telah menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Direktur
Jenderal Pajak, pemindahan BKPdari satu tempat kegiatan usaha ke
tempat kegiatan usaha lainnya (pusat ke cabang atau sebaliknya
atau antar cabang) dianggap tidak termasuk dalam pengertian
penyerahan BKP, kecuali pemindahan BKP antar tempat pajak
terutang.
6. Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan,
yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan karena
tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan/atau aktiva
berupa kendaraan bermotor sedan dan station wagon, yang Pajak
Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf c, tidak termasuk dalam pengertian
Penyerahan BKP.
Share
Tags:penyerahan bkp dan jkp syarat barang kena ppn syarat dikenakan PPN
syarat kena ppn syarat terutang ppn syarat tidak terutang ppn Transaksi
yang Terutang PPN
Tweet
About drpajak
Recent Posts
06/1/2015 0 Comment
03/16/2015 0 Comment
02/1/2015 0 Comment
Trackbacks
Leave a Comment
Name *
Email *
Website
6cbdbfaa43
RSS
GooglePlus
E-mail Newsletter
Sign up now to receive breaking news and to hear what's new with our website!
Recent Posts
Pembukuan
Pencatatan
Update Twitter
jenis spt
ereg pajak go id
pencabutan ppkp
subjek ppn
ereg pajak
mekanisme ppn
subjek pajak
Home
KUP
FAQ KUP
Update Pajak
PPN
PPh
AddToAny
Objek Pajak
a. penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha;
d. pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean;
e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;
atau
a. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya;
c. makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung,
dan sejenisnya;
d. jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi;
g. jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan;
a. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor
yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 10%
(sepuluh persen), adalah :
b. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor
yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 20%
(dua puluh persen), adalah:
kelompok wangi-wangian;
c. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor
yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 30%
(tiga puluh persen), adalah:
kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, sampan dan kano, kecuali
untuk keperluan negara atau angkutan umum;
kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga selain yang disebut pada
huruf a.
d. Kelompok Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah selain kendaraan bermotor
yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 40%
(empat puluh persen), adalah :
kelompok barang kaca dari kristal timbal dari jenis yang digunakan untuk
meja, dapur, rias, kantor, dekorasi dalam ruangan atau keperluan
semacam itu;
kelompok balon udara dan balon udara yang dapat dikemudikan, pesawat
udara lainnya tanpa tenaga penggerak;
kelompok peluru senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk
keperluan negara;
e. Kelompok Barang kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor
yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 50%
(lima puluh persen), adalah:
kelompok pesawat udara selain yang dimaksud pada huruf d, kecuali untuk
keperluan negara atau angkutan udara niaga;
kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga selain yang disebut pada
huruf a dan huruf c;
kelompok senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan
negara.
f. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor
yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 75%
(tujuh puluh lima persen), adalah :
g. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang berupa kendaraan
bermotor yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif
sebesar 10% (sepuluh persen), adalah :
h. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang berupa kendaraan
bermotor yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif
sebesar 20% (dua puluh persen), adalah :
kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang
termasuk pengemudi selain sedan atau station wagon, dengan motor
bakar cetus api atau dengan nyala kompresi (diesel/semi diesel), dengan
sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2), dengan kapasitas isi silinder lebih
dari 1500 cc sampai dengan 2500 cc; dan
i. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang berupa kendaraan
bermotor yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif
sebesar 30% (tiga puluh persen), adalah kendaraan bermotor untuk
pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi, berupa:
kendaraan bermotor sedan atau station wagon dengan motor bakar cetus
api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel) dengan kapasitas isi silinder
sampai dengan 1500 cc; dan
kendaraan bermotor selain sedan atau station wagon dengan motor bakar
cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel), dengan sistem 2 (dua)
gandar penggerak (4x4) dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 1500
cc.
j. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang berupa kendaraan
bermotor yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif
sebesar 40% (empat puluh persen), adalah kendaraan bermotor untuk
pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi, berupa :
kendaraan bermotor selain sedan atau station wagon, dengan motor bakar
cetus api, dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2) dengan
kapasitas isi silinder lebih dari 2500 cc sampai dengan 3000 cc;
kendaraan bermotor dengan motor bakar cetus api, berupa sedan atau
station wagon dan selain sedan atau station wagon, dengan sistem 2 (dua)
gandar penggerak (4x4) dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1500 cc
sampai dengan 3000 cc; dan
k. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang berupa kendaraan
bermotor yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif
sebesar 50% (lima puluh persen) adalah semua jenis kendaraan khusus yang
dibuat untuk golf.
l. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang berupa kendaraan
bermotor yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif
sebesar 60% (enam puluh persen), adalah:
kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi silinder lebih dari
250 cc sampai dengan 500 cc; dan
m. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang berupa kendaraan
bermotor yang dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif
sebesar 75% (tujuh puluh lima persen), adalah :
kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang
termasuk pengemudi, dengan motor bakar cetus api, berupa sedan atau
station wagon dan selain sedan atau station wagon, dengan sistem 1
(satu) gandar penggerak (4x2) atau dengan sistem 2 (dua) gandar
penggerak (4x4) dengan kapasitas isi silinder lebih dari 3000 cc;
kendaraan bermotor beroda 2 (dua) dengan kapasitas isi silinder lebih dari
500 cc;
kendaraan bermotor yang digunakan untuk keperluan patroli TNI atau POLRI.
Subjek dan Objek PPN dan PPN-BM Di Indonesia
Subjek pajak PPN dan PPn-BM adalah pengusaha Kena Pajak yang disingkat PKP. Walaupun
demikian, karena PPn dan PPN-BM merupakan pajak yang tidak langsung maka prinsipnya
beban pajak bisa digeser kepada pihak lain (Text Shifting). Untuk subjek PPN dan PPn-BM
1) Pengusaha kena pajak (PKP) yang meliputi Pabrikan/Produsen, Pengusaha real estate,
Importir, Indentor. Pengusaha yang mempunyai hubungan yang istimewa dengan pabrikan
dan/importer. Agen utama dan Penyalur utama dari Pabrikan dan atau importir, pemegang
hak paten dan merek dagang, Pemborong / Kontraktor / Sub Kontraktor Bangunan dan harta
tetap lainnya.
2) Pengusaha yang memilih menjadi pengusaha kena pajak yang meliputi eksportir dan
Pedagang yang merupakan Barang Kena Pajak kepada Pengusaha Kena Pajak.
2) Pengusaha kecil yaitu pengusaha yang nilai peredaran setahun lebih kecil atau sama dengan
Rp. 240.000.000,- atau Jasa Kena Pajak dengan jumlah peredaran brutonya tidak lebih dari
Rp. 120.000.000,-00
Dari kedua jenis pengusaha yang merupakan Bukan Pengusaha Kena Pajak ini, jika
tidak melaporkan usahanya untuk ditetapkan sebagai pengusaha kecil maka akan
Secara umum dapat dikatakan yang menjadi objek PPN dan PPn-BM adalah Penyerahan
1) Penyerahan Barang kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak kepada pihak dimanapun juga
dimana dasar pengenaan pajaknya adalah jumlah harga jual. Yang dimaksud dengan Barang
Kena Pajak adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang
bergerak atau barang tidak bergerak sebagai hasil proses pengolahan, sedangakan yang
dimaksud dengan Pengusaha Kena Pajak adalah orang atau badan dalam bentuk apapun yang
2) Penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha yang memilih menjadi Pengusaha Kena
Pajak kepada Pengusaha Kena Pajak yang dasar pengenaan pajaknya adalah pada jumlah
harga jual. Yang dimaksud dengan pengusaha yang memilih dikukuhkan menjadi Pengusaha
Kena (PMPKP) adalah para eksportir dan pedagang Yang menjual Barang Kena Pajak kepada
begerak lainnya yang dilakukan oleh pemborong atau kontraktor atau subkontraktor kepada
pihak manapun juga dalam wilayah republic Indonesia yang dasar pengenaan pajaknya
adalah penggantian dari harga borongan atau termin pembayaran dari harga borongan.
Penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan PPN hanyalah jasa bangunan/
kepentingan sendiri.
4) Impor Barang Kena Pajak yang dilakukan oleh siapapun yang dasar pengenaan pajaknya
adalah nilai impor. Penyerahan barang mewah pada waktu impor maupun pada tingkat
pabrikan, selain dikenakan PPN juga akan dikenakan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPn-
BM).
5) Penyerahan lain-lain seperti masih direncanakan akan adanya PPN atas tanah yang
termasuk dalam kategori tanah terlantar (lahan yang tidak dimanfaatkan untuk kegiatan usaha
atau ekonomi).
6) Penyerahan Barang Kena Pajak yang dilakukan didaerah pabean Republik Indonesia dalam
lingkungan perusahaan atau pekerjaannya termasuk pedagang besar. Yang dimaksud dengan
Pedagang besar adalah pengusaha dengan nama dan Bentuk apapun dalam usaha
Barang Kena Pajak kepada pihak manapun kecuali semata-mata melakukan penyerahan
sebagai pedagang eceran seperti yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1998.
7) Penyerahan Jasa Kena Pajak dilingkungan perusahaan atau pekerjaannya oleh Pengusaha
Kena Pajak kecuali : jasa pelayanan dan peraturan kesehatan, jasa pelayanan social, jasa
pelayanan pos dan giro, jasa perbankan, asuransi, lembaga keuangan bukan bank, jasa
dibidang keagamaan, jasa dibidang pendidikan, jasa bidang kesenian yang tidak komersial,
jasa penyiaran rdio dan televise, jasa angkutan udar luar negri, jasa tenaga kerja dan
penyediaan tenaga kerja, jasa perhotelan dan rumah penginapan, jasa telepon umum/ koin
1. Barang hasil pertanian, hasil perkebunan dan hasil kehutanan yang dipetik langsung, diambil
2. Barang hasil peternakan, perburuan / penangkapan, penangkaran yang diambil langsung dari
sumbernya.
3. Barang hasil penangkapan atau budidaya perikanan yang diambil langsung dari sumbernya.
4. Barang hasil pertambangan, penggalian dan pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya.
6. Makanan dan minuman yang disajikan dihotel, restoran, rumah makan dan sejenisnya.
4) Jasa dibidang perbankan, asuransi dan sewa guna usaha untuk hak opsi,