Anda di halaman 1dari 4

1. Apa yang dimaksud dengan interaksi obat ?

Dua atau lebih obat yang diberikan pada waktu bersamaan dapat memberikan efek
masing-masing atau saling berinteraksi. Interaksi tersebut dapat bersifat potensiasi atau
antagonis satu obat oleh obat lainnya, atau kadang dapat memberikan efek yang lain.
Interaksi obat yang merugikan sebaiknya dilaporkan kepada Badan/Balai/Balai Besar
POM seperti halnya dengan reaksi obat merugikan lainnya.
2. Jelaskan apa saja bentuk interaksi obat ?

a.) Interaksi Farmakodinamik :Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat-


obat yang mempunyai efek farmakologi atau efek samping yang serupa atau yang
berlawanan. Interaksi ini dapat disebabkan karena kompetisi pada reseptor yang
sama, atau terjadi antara obat-obat yang bekerja pada sistem fisiologik yang sama.
Interaksi ini biasanya dapat diperkirakan berdasarkan sifat farmakologi obat-obat
yang berinteraksi. Pada umumnya, interaksi yang terjadi dengan suatu obat akan
terjadi juga dengan obat sejenisnya. Interaksi ini terjadi dengan intensitas yang
berbeda pada kebanyakan pasien yang mendapat obat-obat yang saling berinteraksi.
b)Interaksi Farmakokinetik ; Yaitu interaksi yang terjadi apabila satu obat mengubah
absorpsi, distribusi, metabolisme, atau ekskresi obat lain. Dengan demikian interaksi ini
meningkatkan atau mengurangi jumlah obat yang tersedia (dalam tubuh) untuk dapat
menimbulkan efek farmakologinya. Tidak mudah untuk memperkirakan interaksi jenis
ini dan banyak diantaranya hanya mempengaruhi pada sebagian kecil pasien yang
mendapat kombinasi obat-obat tersebut. Interaksi farmakokinetik yang terjadi pada satu
obat belum tentu akan terjadi pula dengan obat lain yang sejenis, kecuali jika memiliki
sifat-sifat farmakokinetik yang sama .

3. Bagaimana peran farmasis dalam menatalaksana interaksi obat?

1. Memberikan informasi kepada pasien mengenai penggunaan obat


2. Pastikan pasien untuk mengikuti petunjuk yang diberikan agar dapat memperoleh
manfaat yang maksimum dengan resiko minimum dari obat yang diminum.

Informasi yang perlu disampaikan adalah :


Pasien harus mentaati petunjuk yang terdapat pada label atau etiket yang melengkapi.
Kapan obat seharusnya dikonsumsi, apakah sebelum atau sesudah makan, atau bersamaan
dengan makanan atau pada saat perut kosong.
Boleh tidaknya obat dikonsumsi bersamaan dengan susu, kopi, teh, atau minuman lain
seperti minuman ringan atau alcohol.
Efek yang mungkin terjadi jika suatu obat dikonsumsi dengan makanan, misalnya bisa
menurunkan atau meningkatkan absorbsi obat, atau bisa mengiritasi lambung jika
diberikan sebelum makan.
4. Jelaskan bagaimana peata laksanaan kejadian interaksi obat ?
Langkah pertama dalam penatalaksanaan interkasi obat adalah waspada terhadap pasien
yang memperoleh obat-obat yang mungkin dapat berinteraksi dengan obat lain. Kemudian
perlu dinilai apakah interkasi yang terjadi bermakna klinis dan ditemukan kelompok-
kelompook pasien yang berisiko mengalami interaksi obat. Langkah berikutnya adalah
memberitahu dokter dan mendiskusikan berbagai langkag yang dapat diambil untuk
meminimalkan berbagai efek samping obat yang mungkin terjadi. Beberapa penatalaksanaan
interaksi obat antara lain.
1. Hindari kombinasi obat yang berinteraksi
2. Penyesuaian dosis
3. Memantau pasien
4. Pemantauan pasien dapat meliputi hal-hal berikut ini:
5. Pemantauan klinis untuk menentukan berbagai efek yang tidak diinginkan.
6. Pengukuran kadar obat dalam darah.
7. Pengukuran indikator interaksi.
8. Melanjutkan pengobatan seperti sebelumnya.

5. Berikan 3 contoh interaksi obat, dan jelaskan mekanisme terjadinya interaksi beserta
manajemen dari interaksi obat_obat tersebut?
Jawaban :
6. Apa yang dimaksud dengan pelayanan informasi obat (PIO)?
merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberi informasi
secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan
lainnya dan pasien.
Definisi pelayanan informasi obat adalah; pengumpulan, pengkajian, pengevaluasian,
pengindeksan, pengorganisasian, penyimpanan, peringkasan, pendistribusia, penyebaran
serta penyampaian informasi tentang obat dalam berbagai bentuk dan berbagai metode
kepada pengguna nyata dan yang mungkin.
7. Apa tujuan dari PIO?

1. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan
rumah sakit.
2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan
obat, terutama bagi Panitia/Komite Farmasi dan Terapi.
3. Meningkatkan profesionalisme apoteker.
4. Menunjang terapi obat yang rasional.
8. Sebutkan sasaran PIO?

Sasaran Informasi Obat


1. Pasien atau keluarga pasien
2. Tenaga kesehatan : dokter, dokter gigi, apoteker, perawat, bidan, asisten apoteker, dan
lain-lain
3. Pihak lain : manajemen, tim/kepanitiaan klinik, dan lain-lain (Anonim, 2006)
9. Jelaskan dari bentuk kegiatan PIO yang dilakukan farmasis?

Kegiatan PIO berupa penyediaan dan pemberian informasi obat yang bersifat aktif atau pasif.
Pelayanan bersifat aktif apabila apoteker pelayanan informasi obat memberika informasi obat
dengan tidak menunggu pertanyaan melainkan secara aktif memberikan informasi obat,
misalnya penerbitan buletin, brosur, leaflet, seminar dan sebagainya. Pelayanan bersifat
pasif apabila apoteker pelayanan informasi obat memberikan informasi obat sebagai jawaban
atas pertanyaan yang diterima.
Menjawab pertanyaan mengenai obat dan penggunaannya merupakankegiatan rutin suatu
pelayanan informasi obat. Pertanyaan yang masuk dapatdisampaikan secara verbal (melalui
telepon, tatap muka) atau tertulis (surat melalui pos, faksimili atau e-mail). Pertanyaan
mengenai obat dapat bervariasi dari yang sederhana sampai yang bersifat urgen dan
kompleks yang membutuhkan penelusuran literatur serta evaluai secara seksama .

10. Jelaskan peran farmasis dalam kegiatan PIO di rumah sakit?

Adapun tugas pokok dari Farmasi Rumah Sakit meliputi:


1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.
2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional berdasarkan prosedur
kefarmasian dan etik profesi.
3. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).
4. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk meningkatkanmutu
pelayanan farmasi.
5. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
6. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.
7. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.

Anda mungkin juga menyukai