Anda di halaman 1dari 4

No. ID dan Nama Peserta :dr.

Lita Hervitasari
No. ID dan Nama Wahana : RSUD Kebumen
Topik : kegawatdaruratan kedokteran (kejang demam kompleks)
Tanggal (kasus) : 27/08/2015
No.dan Nama Pendamping : dr. Andika D.C
Nama Pasien : An. A
Obyektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan
Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia
Bumil
Deskripsi :
Tujuan : Mengetahui respon kegawatdaruratan kejang terutama pada pasien anak
Bahan Tinjauan Riset Kasus Audit
Bahasan : Pustaka
Cara Diskusi Presentasi E-mail Pos
Membahas : dan diskusi
Data Pasien : Nama : An. A Nomor Registrasi : 591882
Usia : 18 bulan Jenis Kelamin : laki-laki Alamat :
Nama Klinik: IGD Telp : Terdaftar sejak : 27/08/15
Data utama untuk bahan diskusi :
1.Diagnosis / gambaran klinis : Anak laki-laki, 18 bulan, pagi hari sebelum masuk rumah sakit
mengeluhkan panas tinggi. Panas tidak disertai dengan batuk, tidak ada pilek, tidak disertai
muntah dan sesak napas. Di rumah sekitar empat jam sebelum masuk rumah sakit pasien
mengalami kejang kelojotan seluruh tubuh dengan mata melirik keatas. Kejang berlangsung
sebanyak satu kali selama sekitar 10 menit. Kemudian oleh keluarga di bawa ke puskesmas, di
puskesmas pasien mengalami kejang kembali selama sekitar 5 menit. Setelah kejang berhenti,
pasien langsung menangis. Kemudian saat dibawa ke IGD RSUD Goeteng pasien tidak
mengalami kejang namun masih panas tinggi. Ibu pasien mengatakan bahwa dirumah pasien
buang air besar mencret lima kali sebelum demam, ampas (+), berbau busuk (+).
2. Riwayat penyakit dahulu : tidak pernah mengalami kejang sebelumnya
3. Riwayat penyakit : (-)
4. Riwayat keluarga : riwayat penyakit serupa disangkal
5. Riwayat Imunisasi : lengkap sesuai umur

Daftar Pustaka
a. Ikatan Dokter Anak Indonesia.2010. Kejang Demam.Dalam: Pedoman Pelayanan Medis
Ikatan Dokter Anak Indonesia Jilid I. Hal: 150-3.
b. Rosman, dkk. A Controlled Trial of Diazepam Administered during Febrile Illnesses to
Prevent Recurrence of Febrile Seizures. N Engl J Med 1993; 329:79-84

Hasil Pembelajaran :
1. Mengetahui diagnosis kejang demam
2. Membedakan etiologi kejang
3. Mengatasi kegawatdaruratan kejang
4. Penatalaksanaan kejang demam secara kuratif dan preventif

1. Subyektif :
Diagnosis / gambaran klinis : Diagnosis / gambaran klinis : Anak laki-laki, 18 bulan, pagi
hari sebelum masuk rumah sakit mengeluhkan panas tinggi. Panas tidak disertai dengan
batuk, tidak ada pilek, tidak disertai muntah dan sesak napas. Di rumah sekitar empat jam
sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami kejang kelojotan seluruh tubuh dengan mata
melirik keatas. Kejang berlangsung sebanyak satu kali selama sekitar 10 menit. Kemudian
oleh keluarga di bawa ke puskesmas, di puskesmas pasien mengalami kejang kembali
selama sekitar 5 menit. Setelah kejang berhenti, pasien langsung menangis. Kemudian saat
dibawa ke IGD RSUD Goeteng pasien tidak mengalami kejang namun masih panas tinggi.
Ibu pasien mengatakan bahwa dirumah pasien buang air besar mencret lima kali sebelum
demam, ampas (+), berbau busuk (+).
2. Obyektif :
Pemeriksaan Fisik:
KU/Kes: kurang aktif/ menangis kuat
Status Gizi: Kesan Gizi Baik
BB : 10 kg
VS : Nadi: 132 x/mnt, lemah
RR : 28 x/mnt
Suhu : 39,40C
Kepala : mesocephal
Mata : CA -/- , SI -/-, pupil isokor diameter 2 mm/ 2mm, RC (+/+)
Mulut : faring hiperemis (-)
Leher : limfonodi tidak teraba, kaku kuduk (-), Burdinsky 1 (-)
Thorax : simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi (-)
Cor : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : SD vesikuler +/+, rhonki -/- , wheezing -/-
Abdomen : datar, peristaltik (+) meningkat
Ekstremitas : akral hangat + +
Kernig sign (-) + +
Burdinsky 2 (-)

3. Assessment :
Anak laki-laki usia 18 bulan dengan keluhan kejang akan menimbulkan berbagai
kemungkinan etiologi. Untuk itu, penilainan secara menyeluruh yang dilakukan secara
seksama sangat diperlukan. Pada pasien ini diketahui bahwa pasien mengalami panas tinggi
pada pagi harinya sebelum masuk rumah sakit. Kemungkinan hal inilah yang memicu
terjadinya kejang pada pasien ini. Ada dua kelompok besar penyakit yang dapat menjadi
etiologi kejang tersebut yaitu infeksi saluran saraf pusat dan kejang demam. Untuk
memastikan hal tersebut dilakukan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.
Terdapat dua tipe kejang demam yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam
kompleks. Kejang demam sederhana adalah kejang yang berlangsung kurang dari 15 menit,
bersifat umum serta tidak berulang dalam 24 jam. Kejang demam disebut kompleks jika
kejang berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat local atau parsial 1 sisi kejang umum
didahului kejang fokal dan berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan:


KU/ Kes : Aktif/ Menangis Kuat
VS: Suhu : 39,40 C
Status Generalis:
Mata: pupil isokor diameter 2 mm/ 2 mm RC +/+
Leher: kaku kuduk (-), Burdzinksy I (-)
Mulut : faring hiperemis (-)
Abdomen : bising usus (+) meningkat
Ekstremitas : Kernig (-)
Burdzinsky II (-)
Dari pemeriksaan fisik diketahui bahwa pasien tidak mengalami defisit neurologis sehingga
kecurigaan infeksi saluran saraf pusat dapat sementara dikesampingkan. Oleh karena itu
assessment sementara pasien tersebut adalah kejang demam komplek disertai dengan diare
akut tanpa dehidrasi
4. Plan :
Diagnosis : kejang demam komplek
Terapi:
O2 1-2 lpm (nasal canul)
IVFD D5% 10 tpm makro
Inj. Diazepam 3 mg iv bila kejang
Inf. Paracetamol 150 mg (extra)
Inj. Cefotaxime 3 x 320 mg
L-Bio 2 x 1 sach
Paracetamol sirup 3 x 1 cth
Diazepam tab 1 x 2 mg ( bila panas lebih dari 38,5 0 C )

Kejang demam merupakan kejang yang disebabkan oleh peningkatan suhu tubuh diatas
380C (suhu rektal) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Dalam kasus ini suhu axiler
pasien adalah 39,4oC dan proses ekstrakranium yang mendasari adalah Diare Akut.
Penatalaksanaan kejang demam meliputi tiga hal yaitu:
1. Penatalaksanaan saat kejang
Pilihan utama obat kejang untuk persedian di rumah dan penatalaksanaan awal di IGD
adalah diazepam rectal yang lebih praktis. Dosis yang dipakai adalah diazepam 5 mg
untuk berat badan dibawah 10 kg dan 10 mg untuk berat badan di atas 10 kg. Pada kasus
ini pemberian obat untuk penatalaksaan kejang menggunakan diazepam injeksi dengan
dosis 0,3-0,5 mg/ kgBB yaitu 3 mg iv.
2. Pemberian obat saat demam
Paracetamol dapat diberikan dengan dosis 10-15 mg/kgBB baik dalam bentuk infus,
puyer ataupun sirup. Dapat diberikan sebanyak empat kali. Pada kasus ini, antipiretik
yang digunakan adalah paracetamol dengan bentuk infus dosis maksimal 150 mg untuk
demam diatas 39 oC, sedangkan untuk dosis harian menggunakan paracetamol sirup 3 x
1 cth.
3. Pemberian obat rumatan
Pengobatan rumatan dipertimbangkan bila kejang lebih dari 15 menit, terdapat kelainan
neurologi yang nyata sebelum dan sesudah kejang, berulang dua kali atau lebih dalam 24
jam, kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan serta kejang demam terjadi
lebih dari empat kali dalam setahun.
Obat pilihan untuk saaat ini adalah fenobarbital (dosis 3-4mg/kgBB/hari dibagi menjadi
1-2 dosis) atau asal valproat (dosis 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis) pemberian
obat ini efektif dalam menurunkan risiko berulangnya kejang. Pengobatan diberikan
selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.
Indikasi rawat inap
- Kejang demam kompleks
- Hiperpireksia
- Usia dibawah 6 bulan
- Kejang demam pertama kali
- Terdapat kelainan neurologis

Edukasi yang dapat diberikan kepada orang tua saat kejang terjadi:
a. Tenang dan tidak panik
b. Mengendurkan pakaian yang ketat pada anak
c. Bila tidak sadar, posisikan telentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahyan yang
ada di mulut dan hidung. Jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut.
d. Tetap bersama pasien saat kejang
e. Berikan diazepam rektal dan jangan diberikan bila kejang sudah berhenti.
f. Ukur suhu dan catat lama serta bentuk kejang
g. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung lebih dari 5 menit
h. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya memiliki prognosis baik
i. Memberitahukan cara penanganan kejang di rumah
j. Memberikan informasi kemungkinan kejang berulang
k. Pemberian obat untuk pencegahan rekurensi memang baik akan tetapi perlu diingat efek
samping obat tersebut

Anda mungkin juga menyukai