Anda di halaman 1dari 13

1

MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah Model-Model Pembelajaran SD

Disusun oleh :

Dede Awaludin Syarif NIM 1602797


Muhamad Furqon Alhadiq NIM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2016
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses pembelajaran di sekolah saat ini mengalami perubahan sesuai dengan
perkembangan teknologi dan informasi. Perubahan tersebut diupayakan dengan
tujuan agar peserta didik lebih mudah menerima setiap informasi dan pengetahuan
yang disampaikan oleh guru. Namun yang terjadi pada umumnya, waktu belajar
peserta didik di sekolah hanya dihabiskan untuk mendengarkan guru memberikan
penjelasan, mengisi tugas ataupun menyelesaikan latihan-latihan yang
membosankan, sehingga peserta didik tidak mendapatkan pemahaman makna dari
pembelajaran yang dialaminya. Kondisi ini pada akhirnya akan menuntut guru
untuk lebih mampu memahami model-model pembelajaran, sehingga dapat
dengan tepat menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, informasi, serta teknologi.
Model pembelajaran diartikan sebagai langkah-langkah yang disusun secara
sistematis dalam kegiatan pembelajaran, serta mengolah pengalam belajar guna
mencapai tujuan pembelajaran. Kurniasih (Kurniasih, 2015:18) menyebutkan
bahwa model pembelajaran yang baik memiliki ciri-ciri khusus, diantaranya :
- Model tersebut harus rasional, teoritik, serta logis.
- Memiliki landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik
belajar.
- Adanya tingkah laku dalam mengajar
- Adanya lingkungan belajar agar tujuan pembelajaran tercapai.

Pada dasarnya, guru merupakan fasilitator bagi peserta didik, sehingga harus
mampu menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan. Belajar akan lebih
bermakna jika peserta didik mengalami sendiri apa yang dipelajarinya dalam
kehidupan sehari-hari, bukan hanya sekedar mengetahuinya. Model pembelajaran
yang membantu guru untuk menghubungkan materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata peserta didik adalah model pembelajaran kontekstual.
3

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Pembelajaran Kontekstual?
2. Bagaimana Pemikiran tentang Belajar dalam Pembelajaran Kontekstual?
3. Bagaimana hakikat Pembelajaran Kontekstual?
4. Bagaimana perbedaan Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran
lain?
5. Bagaimana penerapan Pembelajaran Kontekstual di Kelas?
6. Apa Asas-asas Pembelajaran Kontekstual?
7. Apa karakteristik Pembelajaran Kontekstual?

C. Tujuan Penyusunan
Secara umum, makalah ini dibuat dengan tujuan untuk lebih mengetahui
konsep dari model pembelajaran kontekstual dan penerapannya di dalam proses
belajar mengajar, sehingga dapat mempermudah seorang pengajar untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional yang telah ditetapkan.
Tujuan khusus penyusunan makalah :
1. Dapat mengetahui pengertian pembelajaran kontekstual.
2. Dapat mengetahui pemikiran tentang belajar dalam pembelajaran
kontekstual.
3. Mengetahui hakikat pembelajaran kontekstual.
4. Dapat mengetahui perbedaan pembelajaran kontekstual dengan
pembelajaran lain.
5. Mengetahui penerapan pembelajaran kontekstual di kelas
6. Mengetahui asas pembelajaran kontekstual.
7. Mengetahui karakteristik pembelajaran kontekstual.

D. Manfaat
Manfaat yang dimiliki dalam penyusunan makalah ini ini mencakup manfaat
teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis
Yang menjadi manfaat teoritis dalam penyusunan makalah yaitu
menambah wawasan mengenai pembelajaran kontekstual.
4

2. Manfaat Praktis
manfaat praktis yang diharapkan dalam penyusunan makalah ini adalah
bagi guru maupun mahasiswa pendidikan agar dapat menerapkan
pembelajaran kontekstual dalam bidang profesinya.

E. Metode Penyusunan
Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode studi pustaka
dan penulusuran melalui internet untuk menunjang kelengkapan materi makalah
tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

A Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual


Model Pembelajaran Kontekstual merupakan proses pembelajaran yang
menyeluruh dengan tujuan membantu peserta didik untuk memahami makna
materi ajar yang diberikan dengan mengaitkannya terhadap kehidupan nyata
mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga peserta didik
memiliki pengetahuan/keterampilan yang dinamis dan fleksibel serta mampu
untuk menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat.
Zainal Aqib (Aqib, 2013 : 1) menyebutkan mengenai Pembelajaran
Kontekstual sebagai berikut :
Pembelajaran Kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota masyarakat.

Adapun Jumanta (Hamdayama, 2014:51) berpendapat bahwa Pembelajaran


Kontekstual adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke
dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain,
Pembelajaran Kontekstual merupakan proses pembelajaran yang memfasilitasi
peserta didik agar mampu memahami materi belajar yang diterimanya dengan
5

cara menghubungkan materi tersebut dengan konteks kehidupan nyata ataupun


dengan pengalaman hidup peserta didik, sehingga makna pembelajaran tersebut
dapat menjadi bekal untuk diterapkan dalam kehidupannya sebagai anggota
keluarga dan masyarakat.
Pembelajaran kontekstual adalah suatu proses pembelajaran yang lebih
terpusat pada peserta didik selaku pembelajar, dimana pembelajaran yang
berlangsung memiliki keterkaitan dengan konteks. Konteks dapat diartikan
sebagai suatu keadaan ataupun lingkungan yang dikomunikasikan melalui panca
indera, yang mempengaruhi kehidupan peserta didik dalam pembelajarannya.
Semakin banyak keterkaitan yang ditemukan peserta didik dalam suatu
konteks, maka semakin bermakna pula pembelajaran yang mereka alami. Ketika
peserta didik menemukan makna di dalam pembelajaran mereka, mereka akan
lebih mampu mengingat tentang apa yang mereka pelajari. Dalam situasi ini, Guru
memiliki peran untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.
Guru lebih dititikberatkan pada penerapan strategi daripada memberi informasi.
Tugas guru yaitu mengelola kelas menjadi sebuah sarana bagi peserta didik untuk
menemukan sesuatu yang baru dari apa yang dipelajarinya. Sesuatu yang baru
tersebut datang dari menemukan sendiri bukan bersumber dari guru.

F. Pemikiran tentang Belajar dalam Pembelajaran Kontekstual


Pembelajaran kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran
bahwa belajar yang dilakukan peserta didik tidak hanya sekedar menghafal materi
pembelajaran. Proses belajar pada pembelajaran kontekstual menuntut peserta
didik untuk membangun pengetahuan dalam benak mereka dengan cara
mengalami. Peserta didik perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan
sesuatu yang berguna bagi dirinya, serta mencatat sendiri pola-pola bermakna dari
pengetahuan baru.
Peserta didik belajar dari mengalami sendiri, bukan diberi begitu saja oleh
guru. Tugas guru membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah
diketahui memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan
6

kepada peserta didik untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan
menyadarkan peserta didik untuk menerapkan strategi mereka sendiri.
Pengajaran yang dilakukan guru harus berpusat pada bagaimana cara peserta
didik menggunakan pengetahuan baru mereka. Dalam hal ini, strategi belajar lebih
dipentingkan dibandingkan hasilnya. Guru harus mampu menggunakan strategi
belajar dan proses belajar yang dapat memfasilitasi peserta didik dalam
menemukan pemahamannya.

G. Hakikat Pembelajaran Kontekstual


Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta
didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan
melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme
(Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat
belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya
(Authentic Assessment)

H. Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran Tradisional


Pembelajaran Kontekstual dan Pembelajaran Tradisional dapat kita bedakan
sebagai berikut.
1. Pembelajaran kontekstual lebih menyandarkan pada pemahaman makna,
sedangkan pembelajaran tradisional menyandarkan pada hafalan.
2. Pemilihan informasi pada pembelajaran kontekstual berdasarkan kebutuhan
peserta didik, sedangkan pemilihan informasi pada pembelajaran tradisional
lebih banyak ditentukan oleh guru.
3. Dalam pembelajaran kontekstual, peserta didik terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran. Sedangkan dalam pembelajaran tradisional, peserta didik
secara pasif menerima informasi, khususnya dari guru.
7

4. Pembelajaran kontekstual mengaitkan materi yang dipelajari dengan


kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan, sedangkan pembelajaran
tradisional sangat abstrak dan teoritis, tidak bersandar pada realitas kehidupan.
5. Pembelajaran kontekstual selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan
yang telah dimiliki peserta didik. Adapun pembelajaran tradisional
memberikan tumpukan informasi kepada peserta didik sampai saatnya
diperlukan.
6. Pembelajaran kontekstual cenderung mengintegrasikan beberapa bidang.
Sedangkan pembelajaran tradisional cenderung terfokus pada satu bidang
(disiplin) tertentu.
7. Dalam pembelajaran kontekstual, peserta didik menggunakan waktu
belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau
mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok).
Sedangkan waktu belajar peserta didik pada pembelajaran tradisional sebagian
besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar ceramah, dan
mengisi latihan (kerja individual).
8. Perilaku peserta didik yang dihasilkan melalui pembelajaran kontekstual
dibangun atas kesadaran diri. Adapun dalam pembelajaran tradisional perilaku
peserta didik dibangun atas kebiasaan.
9. Dalam pembelajaran kontekstual, keterampilan peserta didik dikembangkan
atas dasar pemahaman. Berbeda dengan pembelajaran tradisional,
keterampilan peserta didik dikembangkan atas dasar latihan.
10. Hasil akhir dalam pembelajaran kontekstual adalah kepuasan diri yang bersifat
subyektif. Sedangkan hasil akhir pembelajaran tradisional adalah pujian atau
nilai rapor.
11. Pembelajaran kontekstual terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting.
Pembelajaran tradisional hanya terjadi di dalam ruangan kelas.
12. Hasil belajar pada pembelajaran kontekstual diukur melalui penerapan
penilaian autentik. Sedangkan pada pembelajaran tradisional, hasil belajar
diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan.
8

I. Penerapan Pembelajaran Kontekstual Di Kelas


Pembelajaran kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja,
pelajaran apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Penerapan
pembelajaran kontekstual dalam kelas dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut ini.
1. Guru harus selalu mengembangkan pemikiran bahwa Peserta didik akan
belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi
sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2. Sebisa mungkin guru selalu melaksanakan kegiatan inkuiri untuk semua topik
dalam pembelajaran yang dilakukan.
3. Ciptakan suasana belajar yang memberikan banyak kesempatan siswa untuk
bertanya. Hal ini dilakukan untuk mengembangkan sifat ingin tahu peserta
didik.
4. Ciptakan suasana belajar yang menggambarkan kehidupan nyata masyarakat
serta melibatkan semua peserta didik sebagai masyarakat belajar.
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

J. Asas-Asas Pembelajaran Kontekstual


Model Pembelajaran Kontekstual memiliki asas yang melandasi proses
pembelajarannya yang disebut juga sebagai komponen-komponen pembelajaran
kontekstual. Komponen-komponen tersebut yaitu sebagai berikut.
1. Contructivism (Konstruktivisme)
Pada dasarnya, pembelajaran kontekstual mendorong peserta didik agar bisa
membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasarkan pada
pengetahuan awal yang mereka miliki. Pembelajaran harus dikemas menjadi
proses mengkonstruksi. Peserta didik bukan hanya sekedar menerima
pengetahuan, tetapi menemukan makna pengetahuan tersebut melalu proses
pengamatan dan pengalaman.
9

2. Inquiry (Menemukan)
Proses pembelajaran kontekstual mempresentasikan pengetahuan peserta didik
bukan sebagai hasil mengingat, akan tetapi sebagai hasil dari proses menemukan
pemahaman sendiri. Dalam hal ini, peserta didik dilatih untuk menggunakan
keterampilan berpikir kritis.
3. Questioning (Bertanya)
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya
dapat diartikan sebagai refleksi dari keingintahuan. Sedangkan menjawab
pertanyaan mencerminkan kemampuan berpikir. Dalam proses pembelajaran
kontekstual, guru tidak hanya sekedar menyampaikan informasi, akan tetapi
mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir peserta didik dengan
cara memancing keingintahuan peserta didik serta membimbing peserta didik
untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.
4. Learning Community (Masyarakat Belajar)
Pembelajaran kontekstual menerapkan asas masyarakat belajar dengan cara
mengelompokkan peserta didik dalam kegiatan belajar. Hal ini didasari oleh
pemahaman bahwa belajar bersama lebih baik daripada belajar sendiri. Dengan
berkelompok, peserta didik akan saling membelajarkan, bertukar pengalaman,
serta berbagi pemikiran.
5. Modelling (Pemodelan)
Asas Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memeragakan sesuatu
sebagai suatu contoh agar peserta didik berpikir, bekerja, dan belajar. Pemodelan
merupakan asas yang cukup penting. Melalui pemodelan ini, peserta didik akan
terhindar dari pembelajaran yang bersifat teoritis abstrak yang memungkinkan
terjadinya verbalisme. Proses pemodelan tidak hanya dilakukan oleh guru saja,
tetapi guru dapat memanfaatkan peserta didik yang memiliki kemampuan untuk
dijadikan model.
6. Reflection ( Refleksi)
Dalam proses pembelajaran kontekstual, diakhir proses pembelajaran, guru
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk merenung atau mengingat
10

kembali apa yang telah dipelajarinya. Kegiatan ini biasa disebut dengan refleksi.
Refleksi merupakan proses meruntutkan kembali pengalaman belajar peserta
didik. Pengetahuan yang didapat oleh peserta didik merupakan hasil penyimpulan
berdasarkan penemuannya, sehingga pengetahuan tersebut akan tersimpan dalam
struktur kognitif yang akan terus diingatnya.
7. Authentic Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya)
Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengukur
pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Penilaian nyata diperlukan untuk
mengetahui sejauh mana perkembangan belajar yang dilakukan peserta didik,
serta pengaruh pengalaman belajar peserta didik terhadap perkembangan
intelektualnya. Penilaian nyata dapat berupa Penilaian produk (kinerja) maupun
tugas-tugas yang relevan.

K. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual


1. Pembelajaran kontekstual dilaksanakan melalui kerjasama, baik antara guru
dengan peserta didik, juga antar peserta didik. Dalam pencapaian tujuan
pembelajaran, guru dengan peserta didik saling menunjang dalam proses
pembelajaran.
2. Pembelajaran yang dilakukan dibuat sedemikian rupa agar terasa
menyenangkan dan tidak membosankan bagi peserta didik, sehingga peserta
didik mengikuti proses pembelajaran dengan bergairah.
3. Pembelajaran kontekstual tidak hanya terpaku pada satu bidang ilmu, akan
tetapi terintegrasi dengan bidang lainnya.
4. Pembelajaran yang dilakukan menggunakan berbagai sumber belajar, tidak
hanya terpaku pada apa yang disampaikan guru
5. Pembelajaran kontekstual mendorong peserta didik aktif dalam proses
pembelajarannya.
6. Pembelajaran kontekstual memnggiring peserta didik bertukar pikiran.
7. Pembelajaran kontekstual mencetak peserta didik yang kritis dalam belajar,
juga melatih guru untuk lebih kreatif.
8. Dengan pembelajaran kontekstual, dinding kelas dan lorong-lorong penuh
dengan hasil kerja peserta didik, peta-peta, gambar, artikel, dan lain-lain.
11

9. Laporan hasil pembelajaran kontekstual kepada orang tua bukan hanya rapor
tetapi hasil karya peserta didik, laporan hasil pratikum, karangan peserta didik
dan lain-lain.

BAB III
PENUTUP

A Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi pustaka melalui makalah ini, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual adalah proses pembelajaran yang
menyeluruh dengan tujuan membantu peserta didik untuk memahami
makna materi ajar yang diberikan dengan mengaitkannya terhadap
kehidupan nyata mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural)
2. Pemikiran tentang pembelajaran kontekstual adalah bahwa belajar yang
dilakukan peserta didik tidak hanya sekedar menghafal materi
pembelajaran, tapi membangun pengetahuan dalam benak mereka dengan
cara mengalami sendiri melalui pembiasaan memecahkan masalah,
12

menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, serta mencatat sendiri


pola-pola bermakna dari pengetahuan baru.
3. Hakikat Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari
4. Terdapat perbedaan antara pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran
lain, yang membedakan adalah dari segi keterkaitan makna yang
dihadirkan dalam pembelajaran dengan kehidupan nyata peserta didik.
5. Cara menerapkan pembelajaran kontekstual di kelas adalah dengan
melibatkan tujuh kompenen dalam pembelajaran yaitu konstruktivisme
(Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri),
masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling),
Refleksi (Reflection) dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)
6. Asas pembelajaran kontekstual yaitu tujuh komponen pembelajaran,
konstruktivis, bertanya, menemukan, komunitas belajar, pemodelan,
refleksi, dan penilaian otentik
7. Karakteristik pembelajaran kontekstual yaitu, dilaksanakan melalui
kerjasama, setting pembelajaran agar menyenangkan, terintegrasi dengan
bidang ilmu lain, mendorong siswa lebih aktif, dan hasil belajar tidak
selalu nilai tapi ada produk (karya).

Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru


mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta
didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat.
Dengan model pembelajaran kontekstual, peserta didik akan memahami
makna pelajaran yang didapatnya sebagai hasil pemikiran dan pengalaman
sendiri, sehingga peserta didik akan lebih mudah mengingat apa yang sudah
dipelajarinya.
13

Pembelajaran kontekstual menjadikan guru sebagai fasilitator bagi peserta


didik untuk mencapai pemahaman makna pembelajaran, sehingga hasil akhir
pembelajaran peserta didik bukan hanya sekedar skor, akan tetapi juga
keterampilan yang dapat diterapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zaenal. 2013. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran


Kontekstual (inovatif). Bandung: Yrama Widya.

Hamdayama, Jumanta. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan


Berkarakter. Bogor. Ghalia Indonesia.

Imas Kurniasih dan Berlin Sani. 2016. Ragam Pengembangan Model


Pembelajaran. Jogjakarta: Kata Pena.

Anda mungkin juga menyukai