BAB I
PENDAHULUAN
Ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi vital yang berfungsi
untuk mengatur keseimbangan air dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam
darah dan keseimbangan asam-basa darah, serta sekresi bahan buangan dan kelebihan
garam. Keadaan dimana fungsi ginjal mengalami penurunan yang progresif secara
perlahan tapi pasti, yang dapat mencapai 60 % dari kondisi normal menuju
dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah) disebut dengan gagal ginjal kronik.
Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan
fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini
terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50 mL/min. Gagal ginjal kronis
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan
muncul berbagai manifestasi klinis pada seluruh system organ tubuh dan 90% dari
semua pasien gagal ginjal kronis terjadi manifestasi di rongga mulut seperti uremic
stomatitis. Uremic stomatitis adalah komplikasi yang jarang terjadi. Hal ini dialami
pasien dengan gagal ginjal yang parah, berupa lesi putih, merah atau abu-abu pada
mukosa rongga mulut. Pada pasien terdapat bentukan papula kemerahan yang terdiri
dari pseudomembran abu-abu di atas erythrma patches yang sakit atau dapat pula
Apakah gagal ginjal dapat menyebabkan plak putih pada lidah dan ulser pada rongga
mulut
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui gagal ginjal kronik dapat menyebabkan plak putih pada lidah dan
BAB II
PEMBAHASAN
Penyakit ginjal kronis adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang
beragam mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progesif dan pada umumnya
berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis
yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, pada suatu derajat
yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang permanen, berupa dialisis atau
transplantasi ginjal.
1. Kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari tiga bulan, berupa kelainan
struktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus
(LFG) dengan manifestasi kelainan patologis atau terdapat tanda kelainan ginjal,
termasuk kelainan dalam komposisi darah atau urin, atau kelainan dalam tes
pencitraan.
Penyakit ginjal kronis dapat muncul karena manifestasi penyakit kronis lain,
seperti diabetes mellitus atau hipertensi. Diabetes adalah penyebab paling sering
terjadinya penyakit ginjal kronis dan insidensinya mencapai 33%. Penyakit vascular
(hipertensi primer) adalah penyebab paling sering kedua gagal ginjal kronis, yang
menyebabkan 21% kasus penyakit ginjal kronis pada dewasa.10 Penyakit lain yang
scleroderma.
terdapat kista berukuran besar di dalam ginjal dan merusak jaringan di sekitarnya.
9. Reflux nephropathy.
gagal ginjal pada pasien yang menjalani hemodialisis di Indonesia seperti pada tabel
a. Glomerulonefritis 46,39%
b. Diabetes mellitus 18,65%
c. Obstruksi dan infeksi 12,85%
d. Hipertensi 8,46%
e. Sebab lain 13,65%
penyakit ginjal kronis yaitu usia tua dan adanya riwayat keluarga penderita penyakit
ginjal kronis.
2. Faktor inisiasi, yaitu faktor yang langsung menyebabkan kerusakan pada ginjal
seperti diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit autoimun, infeksi sistemik, infeksi
3. Faktor progresif, yaitu faktor yang dapat memperparah kondisi penyakit ginjal
kronis dan mempercepat penurunan fungsi ginjal seperti kadar proteinuria yang
tinggi, hipertensi berat, kadar gula darah yang tidak terkontrol pada pasien diabetes,
dan merokok.
2.1.3 Manifestasi
keluhan atau asimtomatik. Pada tahap awal penyakit ginjal kronis biasanya terdapat
gejala yang tidak spesifik seperti hilangnya nafsu makan, lemah, sakit kepala, rasa
gatal pada kulit, kulit kering, mual, serta penurunan berat badan. Pada penyakit ginjal
kronis derajat 4 dan 5 mulai tampak manifestasi klinis yang signifikan. Pada penyakit
ginjal kronis derajat 5 (gagal ginjal) muncul kumpulan gejala yang disebut sindrom
uremia muncul terutama pada pasien yang tidak teratur menjalani terapi
hemodialisisseperti:
- Hiponatremia - Hiperkalemia
- Hiperfosfatemia
2. Gangguan endokrin-metabolik
7
- Hiperurisemia - Hipertrigliseridemia
3. Manifestasi neuromuskular
- Koma
- Hipertensi - Perikarditis
- Pucat - Ekimosis
- Hiperpigmentasi - Gatal
6. Manifestasi gastrointestinal
- Anemia - Lymphocytopenia
dan meningkatkan kualitas hidup penderita penyakit ginjal kronis derajat 5. Dalam
kompartemen darah pada dialyzer. Dialyzer mengandung ribuan serat sintesis yang
kompartemen.15
4. Kelebihan cairan
5. Encephalopati uremikum
6. Intoksikasi obat
Masalah yang paling sering dialami oleh pasien hemodialisis berkaitan dengan
terutama dengan graft sintetik atau akses vena sentral sementara. Infeksi sistemik
dapat timbul pada lokasi akses atau didapat dari sirkuit dialisis. Transmisi infeksi
yang ditularkan melalui darah seperti virus hepatitis dan HIV merupakan suatu
bahaya potensial.
artropati destruktif dengan lesi tulang kistik. Senyawa pengikat fosfat yang
penyakit tulang.17
2.2 Xerostomia
2.2.1 Definisi
10
Xerostomia berasal dari bahasa Yunani, yaitu xeros yang artinya kering, dan
stoma yang artinya mulut. Xerostomia merupakan kumpulan keluhan subjektif mulut
2.2.2 Etiologi
yang dapat menurunkan laju aliran saliva sehingga dapat meningkatkan kadar asam
Terapi radiasi pada daerah kepala dan leher untuk perawatan kanker terbukti
kerusakan pada kelenjar saliva yang terkena radioterapi.18,22 Jaringan saliva sangat
rentan terhadap radiasi, dan kelenjar parotis yang paling mudah rusak. Dosis radiasi
jika diberikan sebagai dosis tunggal. Pada dosis di atas 52 Gy, disfungsi saliva
11
dosis 60 Gy sampai 70 Gy dan ini dapat menyebabkan penurunan aliran secara cepat
saliva dan menyebabkan berkurangnya aliran saliva. Penyakit tersebut antara lain
inflamasi kelenjar saliva akut dan kronik (sialadenitis), tumor ganas maupun jinak,
degenerasi dari sel asini dan penyumbatan duktus. Kista dan tumor kelenjar saliva,
baik yang jinak maupun ganas dapat menyebabkan penekanan pada struktur-struktur
duktus dari kelenjar saliva dan dengan demikian mempengaruhi sekresi saliva.23
Sindroma Sjogren adalah penyakit gangguan autoimun jaringan ikat. Pada dasarnya
yang dipengaruhi adalah kelenjar air mata dan kelenjar saliva. Sel-sel asini kelenjar
Xerostomia juga dapat terjadi pada gangguan penyakit sistemik seperti demam, diare
terlalu lama, diabetes mellitus, gagal ginjal, dan penyakit sistemik lainnya.23
4. Usia
disebabkan oleh adanya perubahan atropi pada kelenjar saliva sesuai dengan
12
perubahan dan kemunduran fungsi kelenjar saliva, dimana kelenjar parenkim hilang,
dan akan digantikan oleh jaringan ikat dan lemak. Keadaan ini mengakibatkan
5. Keadaan fisiologi
seperti stress, putus asa, dan rasa takut dapat merangsang terjadinya pengaruh saraf
simpatis dari sistem saraf otonom dan menghalangi sistem saraf parasimpatis
sehingga sekresi saliva menjadi menurun dan menyebabkan mulut menjadi kering.
makan, berbicara, menelan, dan pemakaian gigi tiruan. Makanan yang kering
13
biasanya sulit dikunyah dan ditelan. Pasien yang menderita xerostomia dapat
mengeluhkan gangguan pengecapan, rasa sakit pada lidah seperti terbakar, dan
peningkatan kebutuhan untuk minum air, terutama pada malam hari. Pasien
xerostomia yang memakai gigi tiruan mengalami masalah dengan retensi gigi tiruan,
kering, mudah mengalami iritasi dan infeksi. Keadaan ini disebabkan oleh karena
tidak adanya daya lubrikasi dan proteksi dari saliva. Rasa pengecapan dan proses
pembersih saliva berkurang, sehingga terjadi radang dari selaput lendir yang disertai
keluhan mulut seperti terbakar. Selain itu, fungsi bakteri dari saliva pada penderita
oral, pembengkakan kelenjar parotid, angular chelitis, mukositis, inflamasi atau ulser
pada lidah dan mukosa bukal, kandidiasis, sialadenitis, halitosis, ulserasi pada rongga
mulut.25 Mukosa pada mulut dan lidah bisa tampak kering dan pecah-pecah. Karies
gigi, akumulasi plak, gingivitis, dan periodontitis adalah umum pada pasien dengan
juga dilakukan dengan mengukur laju aliran saliva total yaitu dengan saliva
dibedakan dengan teknik pengukuran tertentu. Laju aliran saliva dapat dihitung
melalui kelenjar saliva mayor, individual, atau melalui campuran cairan dalam rongga
Metode utama untuk mengukur saliva murni yaitu metode draining, spitting,
suction, dan swab. Metode draining bersifat pasif dan membutuhkan pasien untuk
memungkinkan saliva mengalir dari mulut ke dalam tabung dalam suatu masa waktu.
mengeluarkan saliva dari mulut ke dalam tabung pada periode waktu yang telah
ditentukan. Metode swab menggunakan gauze sponge yang diletakkan dalam mulut
pasien dalam waktu tertentu. Metode spitting dilakukan dengan membiarkan saliva
untuk tergenang di dalam mulut dan meludah ke dalam suatu tabung setiap 60 detik
Untuk mengukur saliva total, maka tidak diperkenankan makan dan minum
dalam kurun waktu 90 menit sebelum dilakukan pengukuran laju aliran saliva. Laju
15
aliran saliva yang diukur adalah laju aliran saliva tanpa stimulasi dan terstimulasi.
Laju aliran saliva tanpa stimulasi < 0,1 mL/menit dan laju aliran saliva terstimulasi <
keseluruhan yang mencakup penggunaan obat diikuti dengan pemeriksaan klinis yang
pencitraan kelenjar ludah seperti sialografi, dan scintigraphy, dan evaluasi sialometrik
dengan Xerostomia
yang tinggi di dalam darah memiliki resiko yang lebih besar memiliki lesi di mulut.
Menurunnya kesehatan gigi dan mulut ini akan semakin parah pada pasien usia lanjut,
penurunan fungsi imun yang mempermudah terjadinya infeksi dan inflamasi dirongga
mulut.27
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat kondisi oral pada pasien
yang memiliki setidaknya satu atau lebih manifestasi di rongga mulut, seperti
perdarahan pada gingiva, mukosa pucat, stomatitis uremia, ekimosis dan petekie,
sakit pada lidah atau mukosa, bau ureum, dan ulser di rongga mulut.8
dalam tubuh pasien hemodialisis. Apabila asupan cairan tidak dibatasi, maka akan
itu, pasien hemodialisis sering merasa haus yang berlebihan dan memiliki keluhan
mulut kering.9
2. Efek uremia
Uremia adalah sindrom klinis yang ditemukan pada pasien penyakit ginjal
kronis karena adanya retensi urea dan zat-zat sisa metabolisme di dalam darah yang
secara normal dapat diekskresikan melalui urin. Hal inilah yang dapat mempengaruhi
seluruh organ tubuh sehingga menyebabkan manifestasi penyakit ginjal kronis yang
khas, dan salah satunya juga dapat mempengaruhi kelenjar saliva.28 Penelitian yang
dilakukan oleh Epstein menemukan bahwa terdapat konsentrasi urea yang tinggi pada
saliva pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis.29 Pada tahun 2002,
Kaya melakukan penelitian yang menganalisis fungsi kelenjar saliva pada 23 pasien
parenkimatosa dan fungsi ekskretori kelenjar submandibula dan parotid pada pasien
kedua kelenjar tersebut, penurunan fungsi kelenjar parotid lebih parah dibandingkan
dengan kelenjar submandibula. Hal ini disebabkan karena uremia (zat toksik) dalam
darah menyebabkan rusaknya sel-sel kelenjar saliva, terutama sel serous asinar yang
paling banyak terdapat pada kelenjar parotid. Hal inilah yang dapat menyebabkan
penurunan produksi saliva sehingga muncul keluhan xerostomia pada pasien penyakit
3. Konsumsi obat-obatan
mengonsumsi obat-obatan, terutama obat anti hipertensi.28 Hal ini disebabkan karena
obat anti hipertensi dapat menyebabkan depresi saraf otonom. Saraf otonom pada
kelenjar saliva berfungsi untuk sekresi kelenjar saliva, tetapi karena adanya depresi
saraf otonom menyebabkan berkurangnya aliran saliva. Mekanisme yang lainnya juga
dapat terjadi apabila obat tersebut bereaksi secara langsung dalam proses seluler.
Obat tersebut dapat langsung memberikan sinyal ke otak untuk menghambat kerja
4. Usia lanjut
18
Pada pasien usia lanjut akan terjadi penurunan fungsi organ tubuh, termasuK
juga kelenjar saliva. Kelenjar saliva pada pasien usia lanjut akan mengalami atropi
BAB III
KERANGKA KONSEP
19
Rongga Mulut
Urea + Bakteri
Amonia
Chemica Burning
Uremik Stomatitis
3.2. Hipoteis
20
BAB IV
PEMBAHASAN
21
4.1 Pembahasan
Ginjal (renal) adalah organ tubuh yang memiliki fungsi utama untuk menyaring
dan membuang zat-zat sisa metabolisme tubuh dari darah dan menjagakeseimbangan
cairan serta elektrolit (misalnya kalsium, natrium, dan kalium) dalam darah.
Gagal ginjal merupakan komplikasi menantang sirosis dan adalah salah satu faktor
risiko yang paling penting ketika transplantasi hati sedang dipertimbangkan. Pasien
dengan sirosis dan gagal ginjal berada pada risiko tinggi untuk kematian sambil
yang tidak gagal ginjal. Pada tahun 2002, Model Penyakit Liver Tahap Akhir
gagal ginjal yang menerima transplantasi hati dan mengurangi tingkat mortalitas
antara pasien yang menunggu transplantasi hati. Dalam beberapa tahun terakhir,
kemajuan substansial telah dibuat menuju pemahaman patogenesis dan sejarah dari
gagal ginjal pada sirosis. Selain itu, baru diidentifikasi intervensi klinis dapat
dan salah satunya adalah rongga mulut. Manifestasi penyakit ginjal di rongga mulut
22
hipoplasia email dan peningkatan karies sehingga perawatan gigi harus disesuaikan
dengan kondisi kesehatan umum penderita penyakit ginjal. Hal ini bertujuan untuk
karena turunnya laju filtrasi glomerulus, dan pemakaian profilaksis antibiotik untuk
dan sistemik dapat terjadi sebagai akibat dari penyakit ginjal kronis atau
pengobatannya. Dalam beberapa tahun terakhir, pola manifestasi oral telah berubah,
terutama sebagai konsekuensi dari mulut yang merugikan efek samping dari terapi
obat dan obat imunosupresan. Kejadian pembesaran gusi yang diakibatkan obat
menurun seiring dengan penggunaan tarcolimus (dan agen yang serupa) untuk
menggantikan cycosporin.
Penanganan gigi dari pasien penyakit ginjal kronis dipersulit oleh beberapa
kecenderungan untuk perdarahan, dan penyakit jantung atau endokrin, tetapi dengan
penanganan gigi penderita penyakit ginjal kronis dapat berjalan dengan efektif dan
aman.
23
Manifestasi klinis gagal ginjal kronis terlihat setelah fungsi normal berkurang
hingga hanya menjadi 20-25%. Hal ini disebabkan karena terjadi kerusakan dari
Pasien dengan gagal ginjal yang parah akan menjadi uremia yang
menyebabkan kematian jika tidak mendapat penanganan yang baik. Ginjal tidak dapat
menyaring sodium, cairan menjadi menumpuk, hipertensi dan beresiko sakit jantung.
BAB V
PENUTUP
24
1. Kesimpulan
Gagal ginjal adalah suatu kondisi di mana ginjal tidak dapat menjalankan
Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni gagal ginjal akut (acute renal
failure = ARF) dan gagal ginjal kronik (chronic renal failure = CRF). Pada gagal
ginjal akut terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu beberapa hari
atau beberapa minggu dan ditandai dengan hasil pemeriksaan fungsi ginjal (ureum
dan kreatinin darah) dan kadar urea nitrogen dalam darah yang meningkat.
Sedangkan pada gagal ginjal kronis, penurunan fungsi ginjal terjadi secara perlahan-
lahan. Proses penurunan fungsi ginjal dapat berlangsung terus selama berbulan-bulan
atau bertahun-tahun sampai ginjal tidak dapat berfungsi sama sekali (end stage renal
disease).
5.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini Mahasiswa Kedokteran Gigi IIK Bhakti
Wiyata Kediri dapat memahami dan mengetahui tentang manifestasi oral penyakit